Minggu, 05 April 2020

Gampang Prawoto RUANG RINDU

76.Gampang Prawoto

RUANG RINDU

ruh
tak kasat
ruh tak berjasad
dulu bernana dhemit gendruwo wewe  banaspati kemamang jrangkong thethekan engklekengklek, lalu berasmak iblis jin setan, dan kemarin menjadi kuman juga virus
ruh
ruh tersesat
dari keji bengis biadab perbuatanmu
kini menjelma hantuhantu gentayangan mengejar detak langkah langkahmu seperti pagi memburu malam menghisap gelap
"urip ning mati, mati ning urip"
ruh
tak kasat
ruh tersesat
ruh tak berjasad
memburu
"hidup tak berkehidupan", "kehidupan tanpa kehidupan".
sesungguhnya hidup ruang rindu kehidupan.

Sastrowidjojo,20032020









PIKUN

detik
detik mengalir darah
memerah wajah penghuni bumi
menghargai dan menghormati
seolah saling membenci
tegur sapa saling menanti
cadar memberangus senyum
teguk tegukan tawarkan haus
udara asing dari hiruk hirup pikuk
raba rasa terlahir pikun
tanpa nadi nadi kehidupan.

detik
detik memenjarakan berahi
jalan pertokoan perkantoran tanpa penghuni
langgar tiada a,i,u, sekoalah tiada itu, dan ini
kampus oh yes oh no sepi
virus mengancammu mati
hati hati membunuh hati.

Sastrowidjojo,24032020













TITIK NOL PERADABAN BARU


rajut benang sesobek kain
membungkam hidung dan mulut
pengap udara sesesak kata memjahit kalimat
musim menanam curiga
riuh angin melempar gemuruh petaka
lembut jemari tanpa saling tegur sapa
ribu misteri berjuta makna
langkah langkah tertatih lumpuh
serupa perang tanpa memilih hidup atau mati 
mana kawan dan mana lawan
serapah kisah kasih cinta rama dan sinta
namun rahwana tetap mengulun memakannya 
lubang lubang terkatup menahan hawa
menunggu hingga hujan reda
kelamin kelamin terkebiri
sisa sisa nyali
mati suri
kembali
semua umur seluruh nyawa pertaruhan
menuju
titik nol
detik dimulai
gerimis merintik membasah bumi
semai sisa masa lalu
benih peradaban baru.

Sastrowidjojo,28032020






VIBRASI HATI
masih
mampukah jazad membedakan
riuh lantunan angin dan suara napas
napas napasmu dengan napsu napsumu
suara
daun luruh terus berbisik
lirih desah luka membalut duka
desir angin mewujud bayang bayang
seperti tutur leluhur ruh jahat memedi menghantui
fisik alam masih pada daya persinggungan frekwensi
dunia medis berkutat firus kuman dan bakteri
jagad samadi energi negatif labuh ruang media ekspresi
Vibrasi rasa kata petualang
dalam pengembaraannya masih mencari virus cinta
yang menyelinap bersemayam di hati.
Sastrowidjojo,16032020
Gampang PrawotoMenulis dalam bahasa Jawa dan Indonesia dan sering menggunakan nama samaran Sastrowidjojo. Pria kelahiran 23 Oktober 1971 di Bojonegoro ini pernah kuliah jurusan Bahasa dan Sastra Universitas Adi Buana Surabaya dan  UMM Universitas Muhammadiyah Malang. Sehari-hari aktif mengajar di SDN Pejambon Sumberrejo Bojonegoro. Carik di Sanggar Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB), anggota Kostela Lamongan, Among di “Sanggar  Sastrowidjojo" dan ketua LKD “Lembaga Kebudayaan Desa Pejambon”. Antologi tunggalnya mendapat penghargaan Balai Bahasa Jawa Timur 2014 selain Puser Bumi (2013) yang pernah terbit adalah Babat Windu (1997) dan Suluk Berahi (2017).Puisi dan geguritannya terbit di sejumlah media, seperti Majalah Sastra Indhupati, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Damar Jati, Pujangga Anom, Radar Bojonegoro, Jurnal Tempe Bosok Solo, Tabloit Serapo, Majalah Panji, dan media cetak  lainya.

PENYAIR INDONESIA MENCACAT PERISTIWA NEGERI


Sabtu, 04 April 2020

Diantara Penyair penyair Corona





Gilang Teguh Pambudi. STAY AT HOME

Gilang Teguh Pambudi.

STAY AT HOME

aku naiki piring
dengan sendok dan garpu
mendayung laju
pulau beribu
mengarungi lautan berita
"Hati-hati virus corona!"

setelah minum vitamin harian
sembunyi dalam masker
yang membekap lagu-lagu

maaf, dalam wangi sabun tangan
aku juga jaga jarak
seperti pada kesepakatan
yang sudah diumumkan negara

di dalam piring aku terombang-ambing
mengikuti liukan kain bendera
juga saat hujan badai 
sendirian, juga tanpa kekasih
memetik sebanyak mungkin buah zikir
memahami lagi prinsip orang baik
selamat lahirbatin dimulai dari diri sendiri

Kemayoran, 29032020
------

CORONA DAN ALKOHOL

menggigit dingin begini
hangat tubuh flu dan kuyub
seperti sisa daya tahan
yang terlempar dari taksi ke dalam hujan

tetap memakai masker
yang harganya merambat menaiki deras

memasuki gedung dan kerumunan
tanganku basah
oleh antiseptik dengan aroma alkohol
yang merebak dunia
bunga tujuh rupa 
tidak sekadar upacara terkenang korban corona
sebab memang kita mau menang
sehat segala suasana

amin

Kemayoran, 11032020
-----

JAKARTA MASKER

tidak cuma karena Jakarta
ini info ibu kota
Jakarta Masker, populernya
dari Jakarta ke seluruh peta Indonesia
sebab negara sedang kerja
anti corona

lalu kita mengingat tiga masker Jakarta
pertama, masker kemarau karena takut debu
sebagai pesan moral
agar hidup selalu selamat dari parahnya kemarau

kedua masker hujan
agar tubuh yang tenggelam dalam jas hujan
bahkan bajir
masih bisa menemui sisa hangatnya
semacam sentrum anti sesatnya
mengamini nasihat langit untuk waspada
pada sengitnya bumi yang dingin,
basah dan berpenyakit

ketiga masker corona sebagai ancaman suatu ketika
agar hidup terbebas dari amarah yang serba tiba-tiba
menyerang dan menyergap
dalam pengap

Kemayoran, 19032020
------

TENTANG PENULIS
STAY AT HOME
aku naiki piring
dengan sendok dan garpu
mendayung laju
pulau beribu
mengarungi lautan berita
"Hati-hati virus corona!"
setelah minum vitamin harian
sembunyi dalam masker
yang membekap lagu-lagu
maaf, dalam wangi sabun tangan
aku juga jaga jarak
seperti pada kesepakatan
yang sudah diumumkan negara
di dalam piring aku terombang-ambing
mengikuti liukan kain bendera
juga saat hujan badai 
sendirian, juga tanpa kekasih
memetik sebanyak mungkin buah zikir
memahami lagi prinsip orang baik
selamat lahirbatin dimulai dari diri sendiri
Kemayoran, 29032020
------
CORONA DAN ALKOHOL
menggigit dingin begini
hangat tubuh flu dan kuyub
seperti sisa daya tahan
yang terlempar dari taksi ke dalam hujan
tetap memakai masker
yang harganya merambat menaiki deras
memasuki gedung dan kerumunan
tanganku basah
oleh antiseptik dengan aroma alkohol
yang merebak dunia
bunga tujuh rupa 
tidak sekadar upacara terkenang korban corona
sebab memang kita mau menang
sehat segala suasana
amin
Kemayoran, 11032020
-----
JAKARTA MASKER
tidak cuma karena Jakarta
ini info ibu kota
Jakarta Masker, populernya
dari Jakarta ke seluruh peta Indonesia
sebab negara sedang kerja
anti corona
lalu kita mengingat tiga masker Jakarta
pertama, masker kemarau karena takut debu
sebagai pesan moral
agar hidup selalu selamat dari parahnya kemarau
kedua masker hujan
agar tubuh yang tenggelam dalam jas hujan
bahkan bajir
masih bisa menemui sisa hangatnya
semacam sentrum anti sesatnya
mengamini nasihat langit untuk waspada
pada sengitnya bumi yang dingin,
basah dan berpenyakit
ketiga masker corona sebagai ancaman suatu ketika
agar hidup terbebas dari amarah yang serba tiba-tiba
menyerang dan menyergap
dalam pengap
Kemayoran, 19032020
------
TENTANG PENULIS
Gilang Teguh Pambudi. Dikenal sebagai Seniman Radio, penyair, dan Pembina Komunitas Seni. Setelah meninggalkan bangku mengajar, berbekal bakat seni dan sertifikat peserta terbaik nasional pendidikan jurnalistik FP2M Jakarta (1991), memilih fokus aktif di radio sebagai jurnalis, penyiar, Programmer dan Kepala Studio. Penyair yang pernah aktif sebagai jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini, juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio, terutama karena aktivitasnya sebagai ketua yayasan seni Cannadrama. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPGN. Puisi-puisinya telah terbit dalam berbagai buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Data diri kepenyairannya bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia. Empat buku antologi puisi terbarunya yang telah diterbitkan oleh penerbit J-Maaestro adalah JALAK (Jakarta Dalam Karung),TAGAR (Tarian Gapura), Mendaki Langit, 100 Aksi Puisi Pramuka, dan ZIRA (Planetarium Cinta). Satu buku serba-serbi dunia puisi yang telah terbit, Dinding Puisi Indonesia.
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com . Dikenal sebagai Seniman Radio, penyair, dan Pembina Komunitas Seni. Setelah meninggalkan bangku mengajar, berbekal bakat seni dan sertifikat peserta terbaik nasional pendidikan jurnalistik FP2M Jakarta (1991), memilih fokus aktif di radio sebagai jurnalis, penyiar, Programmer dan Kepala Studio. Penyair yang pernah aktif sebagai jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini, juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio, terutama karena aktivitasnya sebagai ketua yayasan seni Cannadrama. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPGN. Puisi-puisinya telah terbit dalam berbagai buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Data diri kepenyairannya bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia. Empat buku antologi puisi terbarunya yang telah diterbitkan oleh penerbit J-Maaestro adalah JALAK (Jakarta Dalam Karung),TAGAR (Tarian Gapura), Mendaki Langit, 100 Aksi Puisi Pramuka, dan ZIRA (Planetarium Cinta). Satu buku serba-serbi dunia puisi yang telah terbit, Dinding Puisi Indonesia.
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com 

AZTI KINTAMANI K. SIMPONI PELINDUNG DIRI

 AZTI KINTAMANI K.



SIMPONI PELINDUNG DIRI



Dengan pakaian rapat, orang-orang meyakini

hidupnya sehat, taat dan bertiketkan surgawi

Nyatanya para korban ditembus mati pandemi

tanpa ibadah dan tatap famili, pergi kekal sendiri

Pakaian, kekayaan tak kan menjamin hidup abadi



Udara memanas, keringat kerja mengucur deras

Covid-19 mati melemas, tenaga medis terbebas

tapi di muka ada tanda berbekas, hatipun cemas

Semuanya ini peringatan dini, agar orang kembali

pada kesadaran, kesehatan itu hidup berharmoni



Tapi bagaimana itu terjadi, bila saling mendominasi

Tidak seperti apresiasi di studio alam yang jujur ini

walau ada perbedaan tapi kuat dalam kebersamaan

Bukankah itu hakekatnya pakaian saat kedaruratan

menjadi simponi yang melindungi dan menghibur diri



*) Studio Alam Asri, Sumedang,  2 April 2020

 AZTI KINTAMANI KERENHAPUKH, lahir di Sumedang, pada tanggal 19 Mei. Aktif menulis sejak aktif di Kastaf Teater Holistik Bandung. Karya antologi Puisi Fasionastiknya : Simponi Butik Paradewi, Negeri Hilang Puteri, dan Rherajin. Kinta yang pernah Juara Cipta Puisi-FL2SN; Cipta Sastra Disbudpar ini, juga menulis antologi cerpen dan novel : Panpan Langlang Sungai Han, dan Kindasa. Pemenang dalam festival film pendek : Tunas, Tiang, The Bottle, dan Cipta-Baca Puisi APWIA ini, pernah aktif di Saka Dirgantara, Sasasi-Sanggar Sastra Literasi Indonesia, dan GBJC Ministry. Karya antologi bersamanya : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019). Selain sebagai jurnalis dan redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Adonaisa, Bintang Pro-Post, Kinta juga aktif melatih di Sanggar Griya Prima, Studio Alam Asri, Rumah Hati Literasi Sumedang. **(AKK) ***














SANUR KEZIANDARI RESEP SAJAK DI RUMAH SAJA

 SANUR KEZIANDARI



RESEP SAJAK DI RUMAH SAJA



Bila kita kini mesti taat mengisolasi diri

bekerja, belajar, ibadah di rumahnya sendiri

Bukankah itu saat indah pemulihan famili

dengan banyak waktu, dan perjumpaan hati

Seperti kami di sini, berliterasi dan berpuisi



Untuk apa wabah dinyinyir dan diperdebatkan

bila tak ada aksi kebaikan dan pertolongan

itu hanya jadi virus baru bagi dungunya pikiran

Sebaiknya kita buat resep di rumah senang

kiat riang agar Corona kecewa pergi menghilang



Tragedi ini dapat membuat kita bijak belajar

menata hidup dalam harmoni dan bekal kekal

Sehingga tak gampang dibodohi dan terpapar

Sehingga kita paham tentang nilai yang besar

rumah dengan puisi, itu resep indah dan benar



*)Studio Wonderfull, Bandung, 29 Maret 2020


SANUR KEZIANDARI, lahir di Bandung, pada tanggal 27 Maret. Aktif menulis sejak aktif di Sanggar KASTAF Teater Holistik Bandung. Karya Antologi Puisi Restorastiknya : Eksodus Milenial, Cermin Ion Enterpraise, Biola Kafe Istana, dan Rherajin. Sanur yang pernah Juara Cipta Monolog, Cipta Cerpen LKBN Kompaxindo, pemenang festival film pendek : Dedaun, Tiang, Hidangan, dan Cipta Skenario-APWIA ini, karya puisinya diterbitkan dalam antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019). Sanur yang pernah giat di Saka Dirgantara, GBJC Ministry, Sanggar Sasana (Sastra & Literasi Nasional), ini juga menulis antologi cerpen dan novel : Restonarasika, dan Sankona. Selain aktif sebagai redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Fokus-Transukses, Adonaisa, Sanur juga aktif melatih di Sanggar Hereditas, Studio Wonderfull dan Slisaf Teater Prosesi. **(SK) ***







PROFIJESARINO UBUD DH. LAYAR MERETAS COVID-19


PROFIJESARINO UBUD DH.



LAYAR MERETAS COVID-19



Saat bumi diseliputi wabah Corona

para malaikat menontonnya di angkasa

di layar kisah dunia di bioskop semesta

Mereka tertegun dengan tingkah manusia

masih tak pandai memaknai alur cerita



Padahal skenarionya telah masif dan pasti

Sehebat apapun protagonis bila terinfeksi

perjuangannya berat antara hidup dan mati

Dalam episode ini, antagonis begitu ngeri

mereka seolah terdeteksi tapi tetap misteri



Diiiring hujan Aprll yang tak lazim berjatuhan

Para korban corona telah jatuh dikebumikan

dalam takut dan tanpa ritual akhir penghormatan

Layar meretas Covid-19 semestinya menginsafkan

betapa penyakit dan maut, itu tragedi kemanusiaan

bisa diakhiri dan tak terulang, dengan pertobatan



@Studio Seni Baris Baros, Cimahi,  29 Maret 2020

PROFIJESARINO UBUD Dh., lahir di Kota Bandung, tanggal 7 April. Aktif menulis sejak aktif di Kastaf Teater Holistik Bandung. Karya Antologi Puisi Sinemaslawistik-nya seperti: Genesis Metropolisa, Ekspedisi NugNeg & Pakde Sastra, dan Siluet Layar Emas, dan Rherajin. Ubud yang kini sebagai youth leader redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Adonaisa, Mika-Magistra, Fokus-Transukses ini, karya literasinya diterbitkan dalam Antologi Bersama : “Semangkuk Sup di Malam Kudus”, Haiku Melawan Korupsi – HAKI, Negeri Bahari, Haiku : Pohon Rasa, Wanita Guru Bangsa, dan RHERAJIN, Selain studi S-1 dan S-2 secara Triple Degree, kini Ubud juga aktif di Studio Teater, Film dan Sastra:  Baris Baros Cimahi, Wakil Sekjen HIPWI, DPP APWIA, serta Director di PH Master Vision 45, Slisaf Teater Prosesi. Pegiat literasi ini karyanya juga sering menjuarai festival film pendek, sastra dan fotografi. (PUD) ***

Azizah Rifada Muhallima Saat ini

71.Azizah Rifada Muhallima


Saat ini

Aku yang seperti napi di negriku sendiri
Aku yang seperti orang asing di negriku sediri
Aku yang seperti terjajah di negriku sendiri
Kedatangan sesuatu asing membuatku terisolasi
Pondok ramaiku berubah sunyi
Sekolah tempatku ngangsu kaweruh berubah sepi
Pasar tempat ramaipun berubah sepi tanpa interaksi
Masjid melompong tertinggal pergi
Gereja gereja hening
Kuil kuil tampak ngeri
Saat ini
Aku asing di negriku sendiri



nama : azizah rifada muhallima



Nama :azizah rifada muhallima , alamat : cendana dawe kudus


Uswatun Khasanah CEPAT PERGI!

67.Uswatun Khasanah

CEPAT PERGI!

Duka terjadi di bumi pertiwi
matahari enggan bersinar lagi
redup sedih meratapi
keluh takut penduduk bumi.

Corona menghampiri, merambat
Menyebar begitu cepat
masyarakat panik sekarat
Seakan bumi digoncang kiamat

Kini;
tidak asing lagi bagi telinga
mendengar tangisan duka saudara,
tidak asing lagi bagi mata
saksikan keranda berjalan tanpa roda,
tidak asing lagi bagi mulut
berbicara maut gampang saja.

Masa ini, terjadi isolasi
aku bak terpenjara di dalam jeruji
perut keroncongan, siapa peduli?
Ekonomi membusuk, hutang melambung tinggi.

Semua orang menggigil
termasuk diriku ini
entah, kedinginan atau kelaparan.

Isolasi diri
sepi rumah Tuhan
apalagi;
pasar-pasar dan sekolahan.



Wahai corona!
Tidakkah puas kau lihat
Tangisan penduduk bumi
melerek air mata tanpa henti
pilu, perih, merintih.

Wahai corona!
Mau berapa nyawa lagi
bukankah sudah banyak kau telan nyawa
sebagian insan di dunia?

Lalu;
mau apa lagi, siapa lagi?
cepat pergi!
tugasmu selesai,
cepat pergilah dari sini.

Gresik, 28 Maret 2020

Uswatun Khasanah. Lahir di Gresik pada 04 Desember 2000. Terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Budaya dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain sebagai mahasiswi juga bergiat aktif di Teater DII di fakultasnya dan beberapa komunitas sastra di luar kampus. Menulis puisi, cerpen, novel, dan kata-kata bijak. Puisinya terangkum dalam berbagai antalogi bersama dan termuat di beberapa media massa, salah satunya puisi berjudul Teriakkan Anak Negeri ada dalam antalogi Puisi Menolak Korupsi 7 – Negeri Tanpa Korupsi (Buana Grafika, Nopember 2018). Memiliki hobby membaca puisi dan menulis. Beralamat di Jl. Pelita III Randuboto RT 1 RW 1 Kec. Sidayu Kab. Gresik, 61153. Email :uus.sholihah123@gmail.com

Dwi Wahyu Candra Dewi LANTUNAN DOA PENYEKA AIR MATA

68. Dwi Wahyu Candra Dewi
LANTUNAN DOA PENYEKA AIR MATA


Saat mereka terpapar, kita sempat tertawa
Saat mereka terkapar, kita serasa lega
Apa yang terjadi pada hati dan pikiran kita?
Apa karena beda bangsa, beda negara, hingga kita mati rasa?

Paparan itu kian dekat dengan kita
Mata kita mendadak rabun akan zat-Nya
Hati kita mendadak bergejolak hingga memudarkan percaya pada-Nya
Bahkan tak pelak, saling tuding mencari pembenar hingga lupa siapa kita.

Di sudut lain benar-benar telah mati suatu hati
Tatkala meraup untung dengan harga tinggi pada sebuah alat pelindung diri.
Entah, hilang terkikis rasa manusiawi insan di bumi
Hingga tak terima jasad tuk di kebumi korban pandemi

Sebagian dari kita hilang peduli tanpa takut lara mendera
Mereka tak tahu, bukan ketakutan semata adanya
Kita ini ingin lebih banyak waktu untuk bersyukur.
Mensyukuri dalam ikhtiar dan tawakal di jalan-Nya.

Usia tiada yang tahu selain Maha Penentu
Ketetapan menjadi mutlak bagi Maha Kehendak
Banyak belajar pun renungan dalam setiap gerak
Dalam lantunan doa tuk penyeka air mata
Blora, 3 April 2020



Junaidi Daun

69.Junaidi

Daun

Daun yang hijau dan rimbun
Kenangan dan cinta
Menjadi semesta
Yang tak terhenti meski
Patah hati bumi
Tak lekas membaik
Pupus cinta atau terhianati
Kenangan dan cinta
Tetap berjalan semestinya
Meski banjir air mata bumi
Menggenangi dan cinta tetap
Terjadi
Wabah apa saja terjadi
Efek teknologi
Menggerus canda tawa yang nyata
Lantas kini wabah ketakutan
Framming media menakut-nakuti
Kampus libur
Sekolah libur
Kerja libur
Makan pun libur
Daun hijau dan rimbun
Kini menyayat hati
Menunggu kering
Dan jatuh berkeping-keping


Junaidi keliharan Pati Jawa Tengah
Tergabung dengan kelas menulis Jagong Sastra Kudus bersama Jumari HS

Syamsul Bahri Kaulah Akuku

70.Syamsul Bahri

Kaulah Akuku

/Aku Cinta Padamu/
Kau bukan hanya harus melepas jemalamu
Tapi kau juga harus menghilangkan dirimu dalam ragamu
Dan jangan pernah kau cari kembali
/Kau/
Jangan kau tahan rekah senyummu
Layla
Akulah Majnunmu
Yang kau cari aku
Dipusara ku dekap nisan
Membawaku abadi
Bersamamu
 (2020)

 

Kepada Jarak

Aku adalah jarak
Dan kau adalah waktu

Inginku lipat supaya dekat
Agar tetap teringat di segala yang tenggat
Berada ditempat terhangat dan ku tunaikan segala hajat bersama surat
Yang dikirim angin sampai di tangan seorang perindu yang taat
 (2020)



Sengaja kulebur rindu itu

I/
Melebur bersama rindu
Di puncak kesunyian
Terasa gaduh
Dalam jemala, penuh ceracau si gila

II/
Kau panggil teman terbaikmu; kesedihan
Didekapnya, diiringi perpisahan
Sayang sekali, aku tak bias mengusir waktu
Yang telah lama kau pendam dalam suaka nestapa

III/
Seperti desir, mengalir seperti air, menjelma seperti api
Sampai ke hilir

IV/
Akulah nyala itu
Memberangus setiap yang puus
Menghapus setia yang tulus
Akulah kayu itu
Menjadi abu bukanlah ihwal yang tabuh
Namun, rekahku sampai keujung bibirmu
Menggurat surat darimu
Aku terpelanting jauh
Sampai ke langitlangit sudut kamarmu
 (2020)






Syamsul bahri, lahir di Subang 12 Juli 1995. Seorang guru dan penulis puisi di salah satu lembaga Yogyakarta. Telah menempuh studi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Alumni Bengkel Teater Rendra dan sekarang sedang menjadi pegiat Komunitas Seni Budaya (KSB) UNY di Yogyakarta. Sedang menyelesaikan buku pertamanya yang berjudul Siklus Rindu. Surel : syamsulb725@gmail.com. IG: syamsulbahri_1922


Jumat, 03 April 2020

Agus Mursalin Lockdown

66.Agus Mursalin

Lockdown


Tuhan tak ada dalam masjid
Tuhan tak ada di Ka'bah
Pahala bisa dicari tanpa melibatkan Tuhan di tempat suci

Murtirejo 22 Maret 2020
#Agus Mursalin



Lockdown #2

sayang, tidurlah sendiri. Sprei  bantal kasur selimut handuk sabun mandi gelas minum mangkuk sayur punyamu pisahkanlah. jangan kau pakai milikku lagi

batal sumpah pernikahan kita untuk sehidup semati
mati bersama itu tragedi, jadi pilihlah aku atau kamu mati lebih dulu
Sisanya lanjutkan menjaga anak cucu dan peradaban bertahan dari semua kemungkinan pemusnahan

atau pilihan kedua
kita lawan memakai kekebalan
bikin sendiri dalam sunyi

Kedungwinangun, 1 April 2020
#Agus Mursalin



Dyah Setyawati UNTUKMU RINDU


65.Dyah Setyawati

UNTUKMU RINDU

untukmu rindu;kucari sampai sudut ulu
belum juga kutemu
padahal telah lama kuseru
diantara muram langit
tangis tetangga
kehilangan anaknya yang mati tiba tiba
aku mencarimu
didiri,dirumah,dihati
ketika musholla sepi

oooh kekasih
akankah kita gali kubur sendiri
sementara pelayat cuma bisa dihitung jari
masih kugamit cemas dan kulangitkan
doa bertubi
kalaupun ini sebuah peringatan
segeralah usai
ampunkan hambamu
alam telah lelah istirah
pagi yang rona hilang pesona

aku takdimi ranggas siang
murung langit
nyanyian kedasih
kota sunyi
hati tak mati

(Asahmanah 28/03 /2020



KOTA SUNYI
jalanan lengang
langkahku melenggang
mencoba menangkap matahari yang sembunyi
celoteh anak anakpun tak kudengar
ketika semua diliburkan
pasar nyasar entah kemana
penyemprotan virus setan
masker jadi maskot
melangit harga
adakadabra
rakyat jelata sengsara

sementara tempat wisata dahaga pengunjung
alam istirah nikmati rinai hujan yang belum usai
hati serasa membelati
masih menyusuri pagi gelisah
ini kota sunyi
mirip tempat para zombi

sesuap nasi untuk hari ini
setumpuk inspirasi
geliat pagi
mari saling introspeksi
agar semua kembali seksi
jangan biarkan tuhan geleng kepala
saksikan ulah manusia
kesombongan macam apalagi
yang kalian banggakan

selamat pagi kota sunyi...
(Asahmanah aprl2020)

Heru Patria Corona

64.Heru Patria

Corona

diksi kehidupan bungkam

baitnya diberangus kecemasan

sajak hindari kerumunan

puisi jadikan pembelajaran

ingin syair napas terus berlanjut

hiduplah secara patut

hindari berjabatan

selalu cuci tangan

jauhi keramaian

  menjaga jarak

kenakan masker layak

tinggal di rumah saja

agar penyebaran corona

terhenti segera







Blitar, 31 Maret 2020





















CORONA ADALAH TAMPARAN TUHAN

Oleh : Heru Patria





Corona yang menjalar liar

Kepanjangan tangan Tuhan tuk menampar

Pada kita yang sering berbuat ingkar

Bertindak di jalan tak benar



Corona yang telah mewabah

Bisa jadi merupakan teguran Allah

Untuk kita yang bangga berlaku pongah

Tak peduli saudara susah



Corona yang telah menjangkit

Mewakili jemari Tuhan untuk mencubit

Sebab kita sering berbuat pelit

Saat saudara sedang sakit



Corona membatasi silaturahmi

Agar kita lekas berkaca diri

Atas pergaulan bebas yang disanjungi

Tuhan kirim peringatan lewat virus ini



Dalam cengkeraman pandemic

Meri kita berbenah diri

Sadari tamparan Illahi





Blitar, 1 April 2020









ATAS DASAR APA?











64.Heru Patria







Atas dasar apa

Tuan anjurkan kami di rumah saja

Sedang kami hanyalah penjual tenaga

Jika tak keluar dapur tak menyala

Untuk apa Tuan bebaskan bea listrik

Bagi daerah zona merah nan pelik

Yang kami butuhkan hanyalah bahan pangan

Selama kami dilarang bepergian

Buat apa Tuan tangguhkan cicilan kendaraan

Sedang mengkredit saja kami tak punya kesempatan

Upah kami hanya cukup untuk tambal kebutuhan

Atas dasar apa kebijakan itu Tuan keluarkan

Tidakkah Tuan sadari realita

Perjuangan hidup kami lebih ganas dari Corona

Maka jika kami harus tinggal di rumah saja

Siapa sudi memberi jatah makan keluarga

Kami tak pernah berpelancong ke luar negeri

Seperti yang Tuan lakukan selama ini

Waktu kami habis untuk kejar kebutuhan

Saat Tuan sibuk berbagi kekuasaan

Atas dasar apa Corona menjamah kami

Silaturahmi kami terbatas persoalan ekonomi

Sering cuci tangan hanyalah falsafah

Agar Tuan tak cuci tangan dari masalah





Blitar, 2 April 2020





PAGEBLUG

Oleh : Heru Patria







Jika kita mau jujur pada diri sendiri

Tentang hokum sebab akibat di muka bumi

Virus Covid 19 tidak akan pernah bereaksi

Bila manusia tak semaunya pamer aksi

Kini bumi berselimut duka

Terkungkung pandemi korbankan banyak nyawa

Ekonomi lumpuh silaturahmi dari jarak jauh

Berdiam diri dalam rumah tentu akan jenuh

Jika saja kita bisa bersikap mawas

Tak akan ada ancaman dari virus ganas

Tapi karena keserakahan kita tak terbatas

Kini harus dibayar mahal dengan was-was

Andai saja kita bisa bersikap dewasa

Bisa menjaga jarak untuk sementara

Tapi dengan alasan harus tetap kerja

Kalian korbankan keselamatan keluarga

Bila kita bisa telaah kitab suci

Tauhan sudah tulis peringatan sejak dini

Bahwa Tuhan akan turunkan cobaan

Berupa sakit dan rasa ketakutan

Berserah dirilah pada pangkuan Illahi

Agar pageblug cepat diakhiri

Sirna dari bumi Pertiwi

Amin amin amin

Ya robbal alamin.





Blitar, 3 April 2020









PROFIL  PENULIS




HERU PATRIA. Adalah seorang guru Sekolah Dasar di Kecamatan Wlingi yang telah menerbitkan 21 novel, 15 kumpulan cerpen, 1 kumpulan puisi. Novel terbarunya berjudul Jangan Mimpi Jadi Jokowi. Penulis yang beralamat di Bogangin RT.01 RW,06 Kel. Bajang Kec. Talun ini juga sebagai editor di IA Publisher. Untuk komunikasi silakan kontak di nomor 0857 8414 5106

Rut Retno Astuty DOA KAMI DARI KLINIK INI

Rut Retno Astuty

DOA KAMI DARI KLINIK INI



Ya Tuhan, dari ruang periksa, kami berdoa

Jauhkan kiranya kami dari keganasan Corona

Dari sergap maut dan ketiadaan tersia-sia

Agar banyak orang yang tertolong kesehatannya



Meski telah banyak tokoh baik, menjadi korbannya

Kondisi klinik dan pasien panik, merubah suasana

Alat pelindung diri dan pencegahan, apa adanya

Kami tetap melayani dalam doa sepenuh jiwa



Anugerahi kami keberanian dan iklas tak terbatas

Agar kami tangguh dan bungkam nyinyir tak jelas

Kami amini, badai ini cepat berlalu, tak berbias

Agar kami pulih, hidup tulus tanpa luka berbekas



*)Sanggar Griya Prima,  Sumedang,  30 Maret 2020
CORONA
RUT RETNO ASTUTI, lahir di Kota Tegal, tanggal 22 Pebruari. Dokter lulusan FK UNDIP Semarang ini, menulis dengan konsep Puisi Terapistiknya yang terangkum dalam antologi,antara lain : Dawai Jantung Hati, Ritme Wanita Kita, Tapak Ibu Pemberdaya. Pegiat literasi yang tergabung dalam AWWA (Asean Women Writers Association) ini karyanya termuat dalam Selendang Mayang (2017) Sketsa Wajah Ibu (2017). Antologi bersama lainya : PMK - 6 / Puisi Menolak Korupsi (2017), Indonesia Masih Ada Matahari (2017). Antologi “Semangkuk Sup di Malam Kudus” (2017), Haiku Melawan Korupsi & Pameran Haiga HAKI (2017), “Pesona Ranah Bundo” - HPN (2018), KDNP Negeri Bahari (2018), Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019), RHERAJIN (2019). Selain sebagai redaktur kesehatan dan budaya, GBJC Ministry, juga aktif membina Kastaf THB Sanggar Griya prima & Studio Alam Asri Sumedang. (RRA) ***


HERISANTO BOAZ LUSASTRA MELAWAN CORONA

62.HERISANTO BOAZ



LUSASTRA MELAWAN CORONA



peperangan ini telah dibentangkan

tanpa senjata, tanpa musuh kelihatan

tapi mencekam, para korban bergelimpangan

tanpa pandang muka, semua bisa diserang

dikepung kematian, keyakinan dipertaruhkan



ini bukan perang antar negara di bumi

juga bukan serangan planet antar galaksi

ini ciptaan terhebat lawan yang nano mini

tapi bisa menyusup, dan tak mudah diketahui

menyergap nafas, dan paru-paru pun terinfeksi

ini perang senyap, tapi bisa terekam dalam puisi



markas perang ini di rumah sakit bertanda siaga

hidup dan maut berkecamuk, dalam takut fana

semua wajib taat dan patuh pada protokol negara

anggaran besar digelontorkan, tangani bencana

di sudut rumahnya, Lusastra doa melawan Corona



@Teater Holistik,  Bandung, 27 Maret 2020







ELEGI MEMBACA PANDEMIK



dengan huruf kecil melambangkan nurani

kutulis kembali, elegiku membaca pandemik

catatan tragedi banyak bangsa di muka bumi



di Wuhan, China, wabah itu berasal, kota dikunci

meski tak religi, rakyatnya tertib mengatur diri

pemulihan dan kesembuhan masal cepat terjadi



di Iran, Inggris, India, Belanda, USA, Arab dan Itali

dan banyak negara lainnya, korban tiada henti

meski katanya religi atau modern dan teruji



di Indonesia, religi berwarna, komen merajalela

mulai si mulut zonk, yang banci dungu jika bicara

hingga stasiun tv serak, debat berak sok kuasa

semuanya dan pengikutnya, hanya nyinyir berbusa

mereka akan ditagih nyawa oleh korban kelak di sana



di bait seni ini, di sudut kota tak punya tradisi puisi ini

sajakku mencatat, rakyat banyak, dan pemimpin, sehati

menghadang pandemik, dengan kerja, doa, dan nurani



@Bait Seni Hereditas,  Bandung,  28 Maret 2020

ditya Majong Rindu Dendam Dikala Pandemi

61.Aditya Majong

Rindu Dendam Dikala Pandemi

Rindu ini sudah seperti dendam
Menghujam
Pilu, Termakan realita yang kejam
Dan lebih gelap dari langit malam

Menumpuk, bagai bibit
Menusuk, bagai arit
Memburuk, bagai parasit
Terpuruk, terkutuk bagai dedemit

Kita merasakan rasa yang sama
Kau menahan rasa jauh disana
Aku menahan rindu
Tentang segala sesuatu tentang-mu

Sayang, segera setelah pandemi ini berakhir kita pasti meluapkan rasa
Yang telah kita tumpuk sedari awal hingga akhir.

Ketika status merah dicabut, aku berjanji akan memelukmu erat.

Akan kuceritakan segala baik buruk hal yang aku lewati dalam waktu dekat.

Tentu setelah aku melepas rindu denganmu tepat pada pukul empat.

Sampai saat itu tiba, mari kita sama-sama sabar untuk sesaat.
Depok, 1 April 2020.

Sami’an Adib, Narasi Kebahagiaan

60.Sami’an Adib,

Narasi Kebahagiaan
Bayangan hari kiamat serasa telah tiba
lenyap segala hiruk-pikuk kesibukan kota
sementara di desa-desa kepanikan melanda
jalan-jalan sepi tanpa lalu-lalang pengembara
bahkan jejak-jejak para tetua nyaris tak terbaca

tinggal senandung duka
tembang paling nestapa
berirama derai air mata:
balada orang-orang terluka

bayangan hari kiamat terasa demikian nyata
kecanggihan rekayasa manusia seakan sia-sia
terjebak dalam rantai siklus wabah yang mendunia
masing-masing para jenius menawarkan formula:
rahasia agar terbebas dari belenggu malapetaka

kembali ke keagungan cita
berlomba menelurkan karya
demi hidup lebih bermakna
bekal meraih piala bahagia

di bawah bayang-bayang kehancuran semesta
tersebab amukan makhluk kecil virus korona
orang-orang kehilangan pesona rasa dan peka
sendiri terkurung di balik tembok-tembok hampa
tanpa kawan yang biasanya kerap bertegur sapa

tapi gairah mesti terpelihara
menyiangi gulma prasangka
agar subur benih-benih bahagia
dalam rinai doa dan limburan kasih-Nya
Jember, 2020
Karena Korona Karina Terkarantina
ia perempuan tangguh
energik, tak kenal lelah
stamina selalu terjaga
peduli pada sesama

entah apa sebab
tiba-tiba matanya sembab
membaca hasil laboratorium
di ruang pavilium rumah sakit umum

vonis dokter harus ia terima
masuk ruang spesial: karantina
sebab virus telah menjarah tubuhnya
: korona, selebritas yang mengguncang dunia

tetapi ia tetap perempuan tangguh
karena ia selalu berpegang teguh
bahwa hidup adalah fana
sebatas ujung kelana

ketika belum ada obat mujarab
ia peram tabah dan harap
di balik sekulum senyum
dari bibirnya yang ranum

seakan tak ada derita di raut wajahnya
walau sepi dan kesendirian mendera
dalam karantina tanpa sanak tetangga
 ia lantang menolak seruan putus asa

ia kemas semua cemas yang menyesaki dadanya
menggantinya dengan sebuncah harapan dan doa
demi bisa kembali berbagi bahagia pada sesama
mengarungi samudera keanggunan Yang Kuasa
Jember, 2020
Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Lulus Strata I pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember (Unej).  Puisi-puisinya terpublikasikan di beberapa media cetak dan on line. Antologi puisi bersama antara lain: Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013),  Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015), Lumbung Puisi V: Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Negeri Bahari (DNP 8, 2018), Gus Punk (Pelataran Sastra Kaliwungu, 2019), Negeri Pesisiran (DNP 8, 2019), Risalah Api (Ziarah Kesenian, Jakarta, 2019), When The Days Were Raining (Tahura Media, Banjarmasin, 2019), Risalah Tubuh di Ladang Kemarau (Forum Sastra Timur Jawa, Jember, 2019), Perjalanan Merdeka (Penebar Media Pustaka, 2020), Setangkai Bunga Padi (FAM Bublishing , 2020), Wong Kenthir (Penebar Media Pustaka, 2020), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember, bergiat juga di Forum Sastra Pendalungan.

Sarwo Darmono GAWE MIRIS MANUNGSA ( Puisi Bahasa Jawa )

59.Sarwo Darmono

GAWE MIRIS MANUNGSA
( Puisi Bahasa Jawa )

Wujudmu cilik
Ora katon nyata
Ora bisa di delok netra blaka
Mlakumu ginawa tirta
Tirta kang metu saka grana
Metumu wujud mala
Mala tumpraping manungsa
Mala kang nggegirisi wong sak Bawana
Sapa kena bisa seda
Sak wetara manungsa pada endha
Sumingkir saja kempaling para kanca
Meneng jroning wisma
Murih ora kena mala
Tan kendat tansah dedonga
Nyuwun marang Kang Maha Kawasa
Duh.. Gusti kang murbeng jagat
Sedaya kang gumelar ing Jagat punika
Sampun dados kodratipun Panjenengan
Kados dene sumebaring Mala Corona
Ingkang ndadosaken Miris para Manungsa
Pramila punika kawula tansah hanyenyuwun
Dateng ngarsa Paduka
Mala Corona enggal Panjenengan Jabel sakit Jagat padang punika
Mliginipun ing Bumi Nuswantara
Mala Corona ilang musna tanpa tilas
Saking kersaning Gusti Kang Maha Kuwasa.
Amin
Lumajang , Sabtu Pon 28 Maret 2020

Brigita Neny Anggraeni CORONA

58.Brigita Neny Anggraeni

CORONA

Ujian hidup dari corona
panik,menggila
tak berdaya,
meski takdir telah ditulisNya
sisanya kita merubah

Saat masker menghilang
antiseptik pun jarang
susul sembako yang berkurang
setan pedangang mengambil untung
di pusaran panik tak terbendung
berita hoax ikut nimbung

Oh manusia dengar pesan semesta
nasehat elemen udara
yang dibawa corona

Penyelamatan diri sendiri
menumpuk kebutuhan diri
lupa sekitar juga mencari
menekan yang tak berdaya ,tak berarti
sungguh tinggi ego diri!!

Mari intropeksi diri
dari ketakutan diri sendiri
akhlakmu dipertanyakan
keimananmu dipertaruhkan
masihkah peduli yang membutuhkan

Dunia sedang membersihkan
dari jiwa-jiwa kerakusan
ketamakan
berani katakan kebenaran
lepaskan kebimbangan, keresahan
bukan cari pembenaran

Brigita Neny Anggraeni, Tgl lahir: Semarang, 02 Februari 1979, Pendidikan terakhir: S1 Psikologi, Universitas Diponegoro Semarang








Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi WABAH CORONA

57.Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi

WABAH CORONA

Wabah corona
mengembara di bawah qudrah dan iradah-Nya
menertawakan dosa-dosa manusia

Kuku Izrail mencengkeram di semesta sudut
mencekik leher waktu
menggali liang istirah

Mati
mati
mati
BIREUEN, 28 Maret 2020

PARA TAMU DAN ISI CAWAN TAKDIR

Izrail melayani para tamunya di wisma waktu
menyuguhkan beberapa cawan takdir
yang berisi wabah corona

Perlahan para tamu mengangkat cawan takdir itu
menyeruput isinya dan sambil bercerita tentang masa depan
namun tiba-tiba dadanya sesak
matanya nanar
nadinya membeku
usianya berhenti
mati

Akhirnya
debu memeluk para tamu
BIREUEN, 31 Maret 2020

AL-KHALIQ MENEGUR KITA


Al-Khaliq menegur kita
karena kita mencintai dunia sampai ke tulang sumsum
menggandakan cinta-Nya

Al-Khaliq menegur kita
karena kita begitu angkuh memanen dosa
mengkhianati cinta-Nya

Al-Khaliq murka
karena kita menggandakan dan mengkhianati cinta-Nya
lalu menegur kita melalui ayat-Nya yang bernama wabah corona

Fafirru ilallah
BIREUEN, 31 Maret 2020



jaha Kum DUNIA BISU

56.Tjaha Kum
DUNIA BISU


Dunia tak punya Ibu, tempat mengadu
Melampiaskan hawa nafsu, serakah menguasai tubuh
Manusia yang rapuh tata buku pengetahuan


Dunia tak punya Ayah, tempat melepas keluh
Ketika sesuatu menguasai alam dan akal budi
Keringat dan air mata dijadikan santapan
Singa yang berkeliaran pagi-pagi buta
Hingga malam menjelang
Terlelaplah tanpa kata-kata
Ayah tolong aku....

Yatim piatu dunia ini
Ketika Corona menghampiri
Gelap segalanya
Tak bernilai
Apakah dunia durhaka?
Hoelea, 28 Maret 2020


CORONA

Langit suram
Mata manusia tak melihat
Rupa-rupa gaya dan rasa
Penuhi kenikmatan alam
Tubuh dan segalanya


Kadang akal tak berdaya
Pelaku
Di antara yang berkecimpung
Di dalamnya
Tapi, hanya sedikit air yang basah di pagi buta
Menyirami setiap jejak
Yang hampir tertinggal


Of nafsu
Abu-abu aku memandangnya
Dari bilik orang buta
Pengetahuan

Adalah aku
Tak punya mata
Tak punya apa-apa
Hoelea, 28 Maret 2020



Ambigu


Wuhan Kota kecil negeri
Tirai bambu melerai
Lepas wabah terperangkap anak-anak
Orang tua, orang buta, orang miskin, orang terpinggirkan tanpa kemanusiaan
Tanpa kemurahan

Orang kaya, orang sombong, orang binasa harta dan jabatan menggoda lampiaskan naluri kepemimpinan
Demi kemajuan dan cara pandang
Lupa keselamatan teguran Maha Rahmah

Reproduksi manusia menggoda jiwa
Tumbuhkan setitik detik kuasa
Denyut nadi berlapis habis terkikis ambisi
Krisis moralitas
Istri-istri menjerit terbirit-birit ke kiri hingga pelipis tertindis arloji angkuh


Ideologi merah putih, hitam putih, putih biru warna beraneka
Bebas berkuasa antar benua
Siapa yang berdiri di atas singgasana

Agama dipertaruhkan akal gelagat, gerak pikiran
Condong kebiadaban
Murka-nya segera datang
Ketika sajadah enggan digunakan


Ekonomi marah
Masker melonjak
Penangkal dibungkam
Diam membatu
Seribu

Kapankah berakhir?
Hoelea, 29 Maret 2020

Nama : Tjaha Kum adalah seorang tabib yang menginspirasi, kemudian dijadikan  nama penanya. Nama aslinya adalah Ramadhan Abdullah. Dilahirkan di Hoelea, pada tanggal 10 bulan Februari.

Buku kumpulan puisi duetnya telah terbit pada tahun 2019 di Guepedia berjudul pecinta barisan kata. Kini ia hendak belajar berPusai (Puisi Bonsai). Sekarang ia berencana menerbitkan kumpulan puisi tunggalnya pada tahun 2020 ini

Teguh Ari Prianto: Poros Keberbalikan

55.Teguh Ari Prianto:

Poros Keberbalikan


Ketika dunia dalam pertentangan nilai karena paradok,
Virus Corona menunjukan keberbalikan

Bersatu ternyata hanya memupuk keburukan, tak lagi menyeru teguh karena memicu virus  semakin pandemi

Pulang mudik tak lagi membawa nikmat
Selebihnya hanya membawa wabah sampai ke kampung halaman

Apakah Virus Corona bak setan penolong atau malaikat pembawa bencana?

Corona memperdaya keyakinan-keyakinan absurd
yang menopang narasi-narasi dominan

Pertentangan telah menjadi masalah berkepanjangan
yang kau anggap baik pun maknanya kini  terpatahkan
karena corona

Tanda-tanda realitas semesta kembali kepada keselarasannya.
mengusung kebenaran entitas

Tuhan menyelaraskannya
bersama lahirnya pemuja-pemuja baru
Membunuh dikotomi
Bandung, 30 Maret 2020


Nurinawati Kurnianingsih JUM’AT BERPUISI

54.Nurinawati Kurnianingsih

JUM’AT BERPUISI

Hari ini-bagi kami memujaNya dengan Puisi
Membawa do’a bersemayam dalam hati
Suaranya meminta kami datang memantaskan diri
Berseragam putih bersarung dan berpeci
Memulai wudhu untuk bersuci
Dan kami memulai percakapan dengan Ilahi
Terimalah sujud permohonan kami jum’at ini
Cilacap, 8 Maret 2020

MENJAGA RINDU

Dik, masihkah engkau menjaga rindu ini
Lama sekali waktu terus meminta begini
Aku juga ingin bertemu pagi dan berkisah malam hari
Ditempat bersama mencintai

Dik, namamu bahkan ku jadikan sebutan untuk memintaNya
Merindukan pertemuan ditempat abadi
Lalu ku bacakan sajak yang pernah kau berikan aku janji
Untuk tak pernah pergi
Dan kau tetap bersama rindu yang harus ku temui
Cilacap, 8 Maret 2020

BONSAI
Gelora silaturahim jabatan tangan di bangsa ini
Menumbuhkan daun-daun berbentuk pancasila sejati
Dipuja sila pertama kami berakhir sila terakhir
Hidup diantara keadilan duniawi
Kebumen, 9 Maret 2020


SURAT TUHAN

Langkah-langkahku seakan berdansa ditempat berduri
Lalu diberi garis lengkung oleh Tuhan
Dan aku masih menikmati kesunyian duka surat kemarin
Bahwa tuhan telah membawa kekasihku di azali
Aku masih belum tahu mengapa Tuhan melakukanya
Belum cukup setahun rumah kita berdiri
Bersama ketawa bayi kecil ini
Menangis memintamu kembali
Tuhan bawa kami menemuinya
Selepas ini aku hanya ingin keabadian
Dari kekalahan hati untuk mencoba bertahan diri
Supaya nafasku dan bayi ini tak menangis malam hari
Tuhan engkau masih membawaku pada hati yang sendiri
Cilacap, 10 Maret 2020

KAMU TAK BERSAMAKU LAGI

Aku bisa tidur menikmati dekapan airmata
Yang aku tak bisa ketika menahan rindu kita telah tiada
Kemarin aku menemui senja
Bahwa, aku hanya tahu kau bukan miliku lagi
Tetapi kita pernah merajut waktu seindah ini

Membicarakan mimpi yang gagal
Dan janji yang telah diingkari
Kini kamu tak bersamaku lagi
Cilacap, 10 Maret 2020


Asro al Murthawy KOTAKU DALAM BINGKAI HANTU

53.Asro al Murthawy

KOTAKU  DALAM  BINGKAI  HANTU

biru lebam kotaku
maut mengintai dari atap-atap seng
dan udara yang berjerebu
menghitung nyawa sesiapa yang akan dijemput waktu
persimpangan, jalan dan trotoar mengelabu
orang-orang bergegas seperti ada yang memburu
susah payah memungut nafas
satu – satu
dalam seminggu kotaku menjelma lorong sunyi
pasar, mall dan toko-toko rata dalam pandang
datar gelap berbalut kabut
aku tak mengenali sesiapa
dileher tangan-tangan gaib mencekik-cekik
dari dalam dan luar raga
dari dalam dan luar jiwa
aku serasa dituba

Corona!  Corona!
entah siapa berteriak entah siapa yang merutuk
Nyanyikan lagu Tuhan!  Nyanyikan lagu Tuhan!...”
suara siapa pula memekik di lengang jalan
seperti biasa kita lantas sibuk mencari-cari
ayat-ayat pertobatan dan pintu ampunan
tapi, bukankah kita telah lama lupa cara mendoa?

Imaji 1441 H






Asro al Murthawy.  Lahir Temanggung, pada tanggal 6 November. Adalah Ketua Umum Dewan Kesenian Merangin dan Anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jambi. Karya-karyanya terhimpun dalam Syahadat Senggama (k.puisi, 2017) Equabilibrium Retak (2007), Lagu Bocah Kubu (puisi, tanpa tahun),  Kunun Kuda Lumping (k.Cerpen, 2016)  dan berbagai antologi bersama sastrawan Indonesia lainnya. Karyanya yang lain: Pangeran Sutan Galumat (2017), Pengedum Si Anak Rimba (2018), Mengenal Lima Sastrawan Jambi (2018), Katan dan Jubah Sang Raja Hutan (2019) Bujang Peniduk (2019) dan Ujung Tanjung Muara Masumai (2019) diterbitkan oleh Kantor Bahasa Jambi sebagai Pemenang Sayembara.. Hadir dalam Temu Sastra Indonesia I (2008), Pertemuan Penyair Nusantara VI (2012) Jambi,  MUNSI II (2017) Jakarta,  Pertemuan Penyair Asia Tenggara (2018) Padang Panjang,dan Borobudur Writter And Cultural Festival (BWCF) (2019)
Nomor HP/WA  081274837162   Email: almurthawy@gmail.com



Minggu, 29 Maret 2020

Puisi Corona , I Made Suantha Duka Itu Bernama Corona

50.I Made Suantha

Duka Itu Bernama Corona

Siapakah namamu? Terbang sangat rendah
Di udara. Kecil di luar tubuh
Namun kuasa dalam hidup
Menghantam seberat martir
Bagaimana bertahan!

Dimanakah rumahmu? Beranakpinak dalam ruang tunggu
Untuk menjadi liar : Jabat tangan
Suara yang tidak berduka
Membentangkan jarak
Bagaimana cara menakar demam!

Bersenyawa di udara. Menetak hembusan nafas
Bumi serasa sempit untuk melangkah
Tidak ada cerita bagi tempat
Untuk basabasi
Tentang cinta dan kasih yang tulus.

Hidup di tera oleh zat yang lebih halus dari angin
Covid-19. Lemah di udara
Perkasa dalam tubuh
Menghantam tanpa mampu menangkis
Oi, bagaimana cara mempergunakan tameng?

Siapakah namamu? Menolong diri sendiri
Puputan untuk tidak keras kepala
Berkerumun, membentangkan tangan
Untuk membuat jarak
Iman untuk melawan. Setia untuk berjuang
Siapa bertugas untuk menolong?
Diri sendiri.
Awal dan akhir saling silang di udara
Menusuk diamdiam
( Bagi yang tidak setia
Yang berdusta)
Virus yang menebas tanpa berduka!
Maret’ 2020



Menanam Pedih di Bening Airmata

(Burung dengan paruh terluka
 Terbang rendah di telempap tangan
 Yang tak mampu menggenggam
 Dan menggelepar hanya karena desiran angin)

Duka itu dating. Sesenyap hembusan/ tarikan nafas
Dan langsung menghujam
Tanpa peralihan musim
Tibatiba saja tubuh menjadi limbung
Karena kau beranakpinak dengan sempurna.

Siapakah kau? Wujud kasat mata
Namun mampu menanam pedih di bening airmata
(Di airmata itu kau tanam jasad
Yang tak berdosa. Rintih yang telah kehilangan sedu
Demam yang tak tertera dalam temperature
Tinggal gigil yang menahun).
Kau, makhluk tanpa silsilah. Lahir premature

Tanpa ariary + nenk moyang
Kau, makhluk yang menjadi kuasa
Karena kelengahan & keacuhtakacuhan manusia
Kekurangwaspadaan. Barangkali sedingkih angkuh.
Makhluk yang begitu perkasa dalam tubuh.

Siapakah kau?
-Corona yang mampu menipu
Dan bersenyawa dengan sempurna
Dalam setiap tarikan nafas-

Pertanyaan yang tertahan pada rasa sedih itu.
Maka, jawabannya berpeluang pada asa
Diri sendiri. Kesetiaan untuk berjarak.
Kesadaran jasmani + rokhani
Kau yang mengajari untuk berperang dengan
Diri sendiri
Berdiam diri. ( Tata laku mengolah diri )
Maret 2020






I Made Suantha,  Lahir di Sanur, 24 Juni 1967
Kumpulan puisi tunggalnya : PENIUP ANGIN (1989), TOGOG YEH (2002) dan  PASTORAL KUPUKUPU (2008).Sajaksajak juga terhimpun dalam antologi puisi a.i. Jejak Tak Berpasar (2015), Tancep Kayon (2016), CINCIN API ( 2019), TUTUR BATUR (2019), NEGERI BAHARI(2018), BANDARA DAN LABA-LABA(2019)
Tahun 1987, diundang Dewan Kesenian Jakarta dalam Forum PUISI Indonesia 1987 di Taman Ismail Marzuki.
Tahun 2008, menerima penghargaan Widya Pataka dari Gu





Puisi Corona , M. Muchdlorul Faroh Dipaksa Libur

51.M. Muchdlorul Faroh

Dipaksa Libur

dilihat sekilas kau nampak garam
pemerintahpun kau buat
ketar ketir ketakutan
wabahmu sempat getarkan dunia
sekolah sekolahpun ikut jadi dampak
kau paksa kami berpisah dengan guru
kau buat jeda antara aku dan teman bertemu
dan harus menunggu selama 2 pekan
tuk melebur rindu
pagiku sekarang hanyalah antara aku, jalan sepi, dan kopi yang mulai mendingin
sudah tak ada lagi teman yang membuat riuh
tak ada lagi guru yang bersenandung lama
dan tak ada lagi papan tulis yang belepotan oleh tinta
darimu aku harus berpisah dengan sekolah
dan dipaksa libur tuk ngangsu kaweruh






Puisi Corona, Supriyadi Bro Kasih Tuhan Pada Hambanya

52.Karya : Supriyadi Bro

Kasih Tuhan Pada Hambanya

Kasih Tuhan pada hambanya?
Sebuah tanya, kesucian membimbing diri
Berlimpah nada Tuhan mengasihi hambanya, tapi tafsir mengaburkannya
Dunia berguncang, wabah virus corona merajalela
Masihkah ada kasih Tuhan untuk hambanya?
Mari kita merenung dalam keheningan hati
Mari kita menjernihkan jiwa, menjawab tanya
Sekelebat tafsir menyisir pikir
Tuhan, inikah pesan di akhir jaman
Putaran thawab di kiblat sejenak terhentikan
Kau jauhkan hambamu dari rumah-rumahmu
Sudah sehina itukah hambamu ini?
Kuterima pesanmu, teguranmu
Kuterima caramu mengasihi hambamu, agar kembali menghamba sepenuh jiwa
Ya Rab,
Hamba-hambamu ini terlalu bebal terima nasihatmu
Kemaksiatan, kepalsuan sumpah merajalela di mana-mana
Keduniaan telah melupakan akhiratnya
Ya Rab,
Atas kuasamu, kau hentikan tempat-tempat kemaksiatan
Atas kuasamu, kau hentikan prilaku kesia-siaan
Atas kuasamu, kau ingatkan kerinduan hadir di rumah yang kau muliakan
Ya Rab,
Takdirmu saat ini adalah kasihmu,
sucikan dunia atas ulah hambamu agar terhindar dari kehancuran akhir jaman
Kasih Tuhan pada hambanya, membumi sepanjang masa

Mojokerto, 29/3/2020
52.Karya : Supriyadi Bro


GETARAN PESAN KERINDUAN
Karya : Supriyadi Bro

Pesan kerinduan menggetarkan kalbu
Menurunkan mahluknya yang kasat mata, Corona namanya
Lahir di sebuah negeri bernama Wuhan
Hadir memporak porandakan sendi kehidupan insan
Ketakutan di mana-mana
Kematian menerpa sekejab mata
Bertanya diantara pesan kerinduan
Apakah engkau rindu getaran peluk kasih hambamu, Rabb-ku ?
Rindu peluk kasih hambamu yang kini kian semu
Masjid-masjid megah dalam kesepian
Musholla bertebaran, merana dan berdebu
Ya Rabb.....
Saat hambamu tak lagi bebas bersujud di rumahmu yang suci,
Saat sekat memisah jamaah saudara seiman
Baru hamba sadar makna kehilangan dari yang ada
Betapa terasa saat semua kebebasan beribadah, kini jadi keterbatasan
Nikmat tercerabut, menggerogoti relung kedamaian
Ya Rabb,
Pesan kerinduan kasih apa yang ingin Kau sampaikan?
Atau memang sudah tak pantas,
Engkau melihat wajah kami, mendengar keluh kesah, tangis, senyum bahagia kami di rumah sucimu ?
Pesan kuterima diantara getaran rindu peluk kasihmu
Ya Rabb, kami sadar arti malas menuju masjid yang hanya beberapa langkah dengan aman dan nyaman
Ya Rabb kini kami sadar arti silahturahmi yang kini berjeruji
Ya Rabb,
Jangan Kau cabut nikmat berpuluh tahun, yang telah kami abaikan
Ya Rabb..
Hidup dan mati mahluk Corona adalah kehendakmu.
Engkau yang menghidupkan segalanya..
Engkaupun yang mematikan segalanya..
Ya Rabb
Panggil kembali corona, cukupkan tugas mereka mengingatkan kami
Ya Rabb,
Pertemukan kami dengan ramadhan penuh berkah, dikala jumpa tanpa Corona

Mojokerto, 24/3/2020

TEROR CORONA
Karya : Supriyadi Bro

Teror Corona... Corona... Corona
Bagai malaikat pencabut nyawa, mengintai berputar-putar
Bagai begal bengis siap merajam
Bagai badai dan bingar  petir mengguncang isi bumi
Bagai lava panas meluncur dari pusaranya, datang melibas jiwa raga
Peradaban berjungkir balik, mainkan atraksinya
Teror... Teror... Teror virus corona
Melumat diplomasi, ekonomi, dan birokrasi
Mencabik-cabik keimanan insan
Takut teror virus corona, sampai lupa takut Tuhan sang penciptanya
Luluh lantak rajutan humanis
Insan jadi terpojok, bersembunyi di antara keramaian
Teror virus corona menghantui rasa
Teror virus corona merambah di mana-mana, di tiap sudut dan luasnya hamparan kehidupan
Di antara keresahan jiwa mendera
Kembalilah menghamba, bersujud memohon pertolongan-Nya

Mojokerto, 9 Maret 2020

Sabtu, 28 Maret 2020

Harkoni Madura ORANG-ORANG JELATA DAN KORONA


49.Harkoni Madura

ORANG-ORANG JELATA DAN KORONA

orang-orang jelata itu
masih saja menggegas lagu
padahal dia engah dan tahu
korona mengintai sewaktu-waktu
tanpa pemberitahuan lebih dahulu

orang-orang jelata itu ibarat menyantap simalakama
lantaran dia tulang punggung keluarga
yang menanggung degup sekian jiwa
dari balita hingga manula
sebab lewat asin keringatnya
dia menebar suluh matahari dengan cinta
berpengiring kayuhan doa dan nadham airmata

orang-orang jelata itu menabuh bahasa lembah
di hatinya yang menyampir sulur-sulur ibrah
tanpa gerutu,cemas dan gundah
karena kediriannya bercokol di palung tabah
dikawal silir rancak irama burdah

Banyuates, 26 Maret 2020



Anisah Effendi CORONA VIRUS

47.Anisah Effendi

CORONA VIRUS



Sudahilah permainan ini
Berhentilah menakut-nakuti kami
Pergilah sejauh-jauhnya
Jangan dekati kami lagi

Kami tak sanggup
Kehilangan orang-orang yang kami cintai
Sungguh pilu kami rasa
Dan berat kami tanggung

Corona virus
Kami memintamu sepenuh hati sepenuh harap
Sudahilah tingkahmu yang mengesalkan itu
Enyahlah dari sini
Musnahkan saja dirimu sendiri
Tanpa membawa-bawa kami
Kau dengar itu Corona virus?

Indramayu, 26 Maret 2020











HANTU CORONA



Tak terbayangkan
Bencana kemanusiaan ini
Kupikir hanya ada
Dalam dongeng-dongeng
Dalam cerita-cerita

Entah itu..
Bencana banjir besar di masa Nuh
Bencana gempa di masa Luth
Bencana kekeringan di masa Yusuf
Ataupun bencana wabah penyakit di masa prabu Airlangga dalam dongeng Calon Arang

Bencana..
Kita alami juga
Hari-hari ini
Saat-saat ini

Corona mengintai kita
Corona menghantui langkah-langkah kita
Corona menyerang kehidupan kita
Indramayu, 26 maret 2020










TERSEBAB CORONA

 Duka ini begitu keras
Bagai badai menghantam pepohonan
Lalu menimpa tubuh-tubuh di jalanan

Jerit tangis
Hiruk pikuk
Beradu pilu

Anak-anak tak tahu lagi kepada siapa memanggil ayah
Karena ayah mereka telah tiada
Anak-anak tak tahu lagi kepada siapa memanggil ibu
Karena ibu mereka telah pergi

Para pedagang di pinggir jalan tak tau lagi kepada siapa jajakan dagangan
Karena pembeli tak lagi datang
Sepi

Pesta pora bubar
Dari diskotik dan klub-klub malam
Dan di kuil-kuil doa-doa tak lagi terdengar
Wajah-wajah terlihat muram
Senyap

Di rumah, orang-orang kehilangan tangan dan hangat pelukan
Di mana-mana, mata menatap kosong tak mengerti
Kapankah prahara ini berakhir
Harapan sirna
Mimpi-mimpi lenyap




Cemas hinggapi siapa saja
Corona mengambil nyawa tanpa menyapa
Hening berbisik di telingaku
Diamlah di tempatmu
Dia akan datang tanpa kau tahu
Diamlah..
Jangan sampai dia menjamahmu

Indramayu, 26 Maret 2020

Anisah Effendi, menyukai puisi sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Beberapa kali mengikuti antologi puisi bersama. Dua di antaranya yaitu Puisi Menolak Korupsi 5 dan Antologi Puisi 1000 Guru. Bisa ditemui di alamat: blok Lor, desa Tugu, Sliyeg, Indramayu, atau blok Kajengan, desa Danawinangun, Klangenan, Cirebon.


Arya Setra DIBALIK CORONA

46.Arya Setra

DIBALIK CORONA

Jauh dari sebrang sana
kau membawa pesan kepada dunia...
mengabarkan bahwa kau lah yg berkuasa ...
bagai sang pencabut nyawa...
Kau sungguh luar biasa
namamu dalam sekejap
menjadi trending dunia
dan momok yang sangat menakutkan
memenggal siapa saja yang lengah...
Tua,,,muda,,, laki-laki ataupun wanita
tidak ada prioritas menjadi sasaran amarahmu yang membabi buta....
Corona oh corona....
dibalik amarahmu
kau mengajarkan beberapa hal pada dunia...
kau mengajarkan arti kesehatan..
kau mengajarkan arti kebersamaan..
kau mengajarkan arti keimanan...
sehingga kita semua harus bersih-bersih dan me-lockdown diri masing-masing..
agar tidak keluar dari maqom nya...
dan selalu diam di dalam....didalam....didalam...
diri yang selama ini selalu mengembara tiada batas...
Corona oh...corona
ketakutan yang kau ciptakan...
mendorong diriku mungkin juga kita semua..untuk kembali padaNYA......
Jakarta 26 maret 2020




Sahaya Santayana SURAT JARAK JAUH

45.Sahaya Santayana

SURAT JARAK JAUH

kalimat-kalimat peringatan menggema
melalui pengeras suara di perempatan jalan
terdengar saat pagi memandang lampu perhentian
di mana kelengangan singgah di kota waktu

menulis catatan yang dipaparkan jadi puisi
di sini peraturan kian dipertimbangkan perbuatan
akan marka-marka yang membuat kita jeda
di antara sejenak yang was-was dan ragu

begitupun kebiasaan yang tak dapat ditahan
penyesuaian-penyesuaian muncul di hadapan
diri yang mempunyai pintas-pintas penerimaan

kata-kataku dihadapkan bijak yang dalam
demi jaga yang diterjemahkan keselamatanmu
yang sengaja kueja bersama kesunyianku
Tasikmalaya, 2020.














DI STASIUN SEPI

tak biasanya pemberangkatan sukar akan keramaian
selimuti suasana yang semakin murung mendung
sejumlah pembatalan-pembatalan pertemuan terpaksa
harus diurungkan sejenak waktu yang berputar

lokomotif-lokomotif datang lalu pergi menarik
gerbong yang berisi kekosongan lain dari kemarin
yang disaksikan bersama penantian di persilangan
lebih dulu pamit menuju perhentianmu

telah kubongkar barang yang sudah terkemas rapi
menyepi di kediaman hatimu yang kembali menulis puisi
khawatir menggaris pada kertas hari bersama kejadian ini

pada jadwal yang telah termaktub dan menyanubari
di satu jalur yang tak dapat kembali pada badan
adalah kalimat perpisahanku yang berkabung berulangkali
Tasikmalaya, 2020.














DISINFEKTAN HUJAN

kupandang endapan rinai-rinai
pada tanah di musim baru yang bertamu
setelah menjalar dan diarak perjalanan angin
betapa mendung mengitari selimut langkah

angka-angka yang melonjak kian hari termaktub
di kepala hingga basah bercampur keringat
sudah hafal akan menanti kembali harapan
yang berteduh di bawah jantung doamu

di mana ketakutan dan keselamatan
adalah kabar yang melayang di sudut ketegangan
apa hendak dilaku selain arif dalam ketenangan

di sini aku tak bisa menghitung rintik yang pelan
dialirkan tuhan yang jatuh membasuh usap sepenuh
serap yang dekat mendekap lalu dirapalkan bumi
Tasikmalaya, 2020.















Sahaya Santayana, Lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 12 Desember 1995. Menulis sejak Tahun 2014. Aktif Bergiat Satu Jam Sastra di Alun-alun Kota Tasikmalaya. Salahsatu puisinya masuk Antologi Bersama a.l : Jejak Cinta Di Bumi Raflesia, (2018), Jejak Hang Tuah Dalam Puisi, (2018), Bulu Waktu, (2018), Bulan-Bulan Dalam Sajak, (2018), Sajadah, (2019), Risalah Api, (2019), Dari Negeri Poci 9 : Pesisiran, (2019), Membaca Asap, (2019), Segara Sakti Rantau Bertuah, (2019), Antologi Sajak Juara KORSABARA, (2019), Suara dari Jiwa, (2019), Negeri Penyair, (2019), Puisi Sayur Mayur, (2020). Dan beberapa karyanya pernah dimuat Di H.U Kabar Priangan 2017, Radar Tasikmalaya 2017, H.U Rakyat Sultra 2018, Kuluwung.com 2018, Koran Merapi 2019, Magelang Ekspress 2019, Solopos 2019, Radar Banyuwangi 2019, sastra-indonesia.com 2019, tembi.net 2019, Radar Bekasi 2019, travesia.co.id 2019, kataberita.id 2020. Sekarang menetap di Kota Tasikmalaya.



Wardjito Soeharso Japa Mantra

44.Wardjito Soeharso

Japa Mantra

Bolading!
Klambi abang
Bendho gowang.
Jalitheng!
Jun jilijijethot
Wong Tapang asli
Cempe-cempe!
Undangna barat gede
Tak opahi duduh tape
Weerrr.....weeeerrrr....
Weeeeeerrrrrr....
Setan ora doyan
Penyakit ora ndulit
Wabah ora temah
Amung kersane Gusti Allah
Corona...
Minggaaaaaatttt!


Semarang, 27 Maret 2020

Eli Laraswati/Poem : Muram senja


Eli Laraswati/Poem

Muram senja

Waktu datang menghampiri, tanpa bisa berkompromi juga tidak ada waktu untuk berbenah diri.
Yang benar saja, aku berada di negeri tercinta yang dipenuhi huru-hara.
Turunkan...!
Hempaskan...!
Lengserkan...!
Dengan semangat yang membara, mereka terlihat ganas dengan celoteh yang kian lama
semakin memanas. Yang keluar hanya kata-kata yang pedas tanpa tahu batas.
Kalian!... pergunakan otak kanan dan kiri, otak kalian tumpul sekali mengurus negeriku ini?
Petinggi-petinggi tikus yang berdasi, janganlah bangga karena bisa duduk di kursi yang empuk
dan baju yang wangi juga rapi.
Virus corona menghampiri, tapi kalian semua bungkam dan tetiba menjadi tuli. Atas dasar
rakhyat kecilmu aku mengutuk kehadiran kalian untuk sadar diri.
Djakarta
15, march 202




Omni Koesnadi Tentang Corona

Omni Koesnadi

Tentang Corona


“Dirumah aja “
Sang istri mengunci mulutku
Sang anak semata wayang
Memandang sayu
“Diluar tuhan dan hantu lagi bertengkar
Nanti bapak kena sasar”

Aku yang tinggal bertiga
Di sangkar empat kali lima meter
Tanpa jendela
Sehari duapuluhempat jam
Menikmati hidup baru dunia baru
Dikota yang kau banggakan
Ketika meninggalkan desa
Yang penuh kehijauan
Dan keramahan

 Corona telah mengajarkan aku
Ketakberdayaan manusia
Dan rahasia semesta







Omni Koesnadi penikmat dan pembaca sastra .Pernah belajar di Sekolah Tinggi Publisistik.Menulis dan mengirimkan tulisannya berupa puisi,cerpen dan essay di media massa Jakarta, Bandung,Jogja dan Bali sekitar 1980an. Buku puisi tunggalnya yang terakhir "Peradaban Dasi" (1999)Kini masih bermukim di Jakarta..

Ade Sri Hayati : Keluar Mati Korona, Didalam Mati Jiwa

Ade Sri Hayati

Keluar Mati Korona, Didalam Mati Jiwa

Berdebu
Ia masih dalam tempat yang sama
Tak bergeser sedikitpun
Beroda dua
Membayang jauh pikir yang menahan rindu
Keluar mati
Didalam pun mati

Keluar jiwa melayang
Dalam bilik pun melayang
Ada apa dengan bumi
Tuhan marahkah?
Alhadist mengatakan ini pernah terjadi pada jamanya
Wabah wabah berdatangan pada negeri Syam lalu kini Indonesia
Corona, katanya

Sekeping doa mengahantarkan untuknya
Untuku? Tertelan jiwa yang terhempas rindu yang tak tahu kapan akan bertemu
Keluar mati
Didalam pun mati
Semoga corona segera usai
Agar rindu ini selesai

Indramayu, 27 Maret 2020

A. Zainuddin Kr Dari Corona Kita Menmukan Tuhan

A. Zainuddin Kr

Dari Corona Kita Menmukan Tuhan

Maka kita kosongkan gereja, klenteng, vihara
Dan masjid-masjid
Kita kunci sekolah-sekolah, perkantoran, pabrik-pabrik
Dan pertokoan
Dari corona kita kembali pada ruang-ruang sepi
Mengisoali diri
Ditengah sunyi kita bangun gereja, klenteng, vihara, masjid
Dan segala tempat peribadatan
Di dalam hati
Menekuk tengkuk menuju tawadzuk
Bersujud pada kerendahan yang sungguh

Ya, dari corona kita berpulang
Setelah berabad terpenjara pada ruang keangkuhan
Simbol-simbol
Dimana banyak tuhan menyamar
Menjelma benda-benda dan aneka rasa
Dan sujud kita hanyalah
Sujud yang pura-pura

Maka, dari corona kita membangun hati dan jiwa
Yang berabad terlantar dalam gersang
Tandus di tengah gelap
Oleh sesak berjubelnya benda-benda
Penghalang cahaya
Dari maha cahaya

Dari corona, nalar-nalar kita dirontokkan
Keangkuhan ditumbangkan
Otak kita tercuci
Hati dan jiwa tergiring menuju hakekat diri:
Bukan gereja, klenteng, vihara dan masjid-masjid
Hanya padaMu, tempat kita bersimpuh

Pekalongan, 24 Maret 2020.



CORONA

Corona,
Ah engkau sungguh begitu seksi, sayang
Menggoda tiap anak anak negri
Menjajah ke segenap dataran bumi
Berjuta nyawa kau tikam dalam sebaran berita
Senyum tawamu menjadikan para para limbung
Pasar pasar dan toko lengang
Setelah sesaat diserbu pengunjung
Jalan jalan sepi
Sekolah dan tempat ibadah melompong
Sedang anak anak terkurung
Dalam kardus

Corona,
Ah, karenamu
Ya, karenamu, aku pun enggan kemana
Bersemadi dalam kamar isolasi
Menulis puisi tentangmu
Sebuah senyum yang melekat
Di kancing bajuku

Corona,
Darimu banyak hal yang kita ambil
Dan olehmu, kini kita lebih banyak tahu
Tentang bagaimana mencintai hidup

Maka cukuplah sudah
Dan pulanglah, Coronaku
Berhentilah untuk terus menjelajah
Biar aku simpan melangkorimu
Di dalam saku celana
Bersama bayang bayang lembut
Remasan jemarimu berpuluh tahun lalu

Pekalongan, 18 Maret 2020

Beti Novianti : Tamu Tak Diundang

Beti Novianti

Tamu Tak Diundang

kau datang tiba-tiba
tanpa permisi
aku tak tau apa maksudmu
aku tak tau rupamu
tapi yang pasti kita sama-sama makhluk tuhan
di segala arah semesta menceritakan tentang mu
tentang duka lara
di timur,di barat, di utara, dan di selatan belahan dunia menyebutmu.
katanya namamu korona

semesta bertanya-tanya dari manakah kau wahai korona,
apakah asalmu memang dari Wuhan ataukah Tuhan?
apakah kesukaanmu tentang keresahan atau keangkuhan?
mungkin di jiwa kami tersimpan keangkuhan yang mengalir deras seperti hujan
sampai saat ini  aku tak tau apa yang kau inginkan,dan kau belum juga pulang

Mukomuko,17 Maret 2020


.Emby Bharezhy Boleng Metha : Apa Kabar Indonesia

Emby Bharezhy Boleng Metha

Apa Kabar Indonesia

ketika semua sistem dihentikan
sekolah diliburkan
pekerja dirumahkan
ibadah pun

lalu aku bertanya
kepada Ibu Pertiwi
apa kabar Indonesia
saat ini

sebab,
di media maya
di koran
di TV
dan radio
hanya ada berita Covid-19
yang menjadi momok menakutkan
bagi manusia-manusia

oh.... ternyata
Indonesia-ku sedang tidak baik-baik saja

sejatinya kita
lengah dalam mencegah
sehingga di antara kita
ada yang terkapar oleh wabah






O, Tuhan
sudahi saja penderitaan ini
sudahi saja kesedihan ini
terlalu banyak air mata yang jatuh

bukankah Engkau Maha Segalanya ?

@MataKata.MB

Agustav Triono : Dalam Cekam

37.Agustav Triono

Dalam Cekam

Dalam cekam
Derita mengancam
Lewat jendela
Kuintip masa
Berulang kejadian
Wabah duka
Ketakutan
Kecemasan
Kepanikan
Derita silih ganti
Bertubi-tubi
Orang-orang bingung
Orang-orang linglung
Orang-orang terkungkung
Dalam rumah sepi
Dalam cakap sunyi
Dalam dilema hari-hari
Virus tak terlihat
Menyebar senyap
Teror dunia
Sadarkan manusia
Dalam hening
Paling bening

Dalam cekam
Seluruh berserah
Pada Yang Maha
Wabah segeralah sirna.

Purbalingga, Maret 2020

Agustav Triono, lahir di Banyumas, 26 Agustus 1980, tinggal di Perum Puri Boja blok E 31 Bojanegara, kec. Padamara Purbalingga. Karya sastranya termuat di beberapa media massa dan buku antologi bersama.




Bambang Eka Prasetya : Berjalan di Lorong Candi Borobudur

 Bambang Eka Prasetya

Berjalan di Lorong Candi Borobudur

Walau orang muda yang saya jumpai di lantai tiga lorong satu Candi Borobudur berbalut busana gaya Jawa khas Ganjuran, saya bisa mengenali, lebih-lebih dari sorot matanya, Dia ialah Yesus orang Nasaret.

Usia saya yang saat ini enam puluh delapan tahun, lebih dari dua kali usianya yang belum tiga puluh tiga tahun, tak pernah menjadi kendala, saya masih mampu menyesuaikan langkah mengikuti jejaknya.

Ketika kami melangkah searah jarum jam sesuai tata letak relief indah Candi Borobudur, saya sempat bertanya kepada orang muda itu, modal terbaik apa yang mesti kami miliki untuk hindari paparan Corona, yang saat ini mencekam kami.

Dia menunjuk panil relief, dan berkata: "Di relief ini terkandung pesan menyelalamatkan diri." Kucermati ternyata di situ terukir gambar kerbau, kera, dan yaksa. Ya, itu "Mahisha Jataka", kisah kerbau yang sabar.

Yesus berpesan: "Belajarlah, walau dari sepanil relief, siapapun yang terbuka terhadap hal yang sederhana, seperti panil relief ini, dialah yang dipercaya Allah untuk mengabarkan hal-hal yang mulia, agar karena kesaksiannya, manusia memuliakan nama-Nya."

"Hati-hati Yesus ada Paparasi yang hendak memotret kita, nanti ketahuan khalayak bahwa kehendak Allah ternyata terukir pula di relief Candi Borobudur." Dia menjawab santai: "Biarlah, tidak apa-apa, pada zaman sekarang lebih mudah seorang Paparasi masuk lorong Candi Borobudur, dari pada Parisi masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Magelang, Maret 2020


Bambang Eka Prasetya dilahirkan di Jombang, 5 Desember 1952 di tengah keluarga seniman ludruk Cak Ngarman dan Ning Ismi. Pendidikan formal pertama diawali di S.R. Sumobito, Kabupaten Jombang pada tahun 1959, dan lulus pada tahun 1965 di S.D. Widodaren 2 Kota Surabaya.  Saat ini tinggal di Jl. Pandansari Utara No. 24, Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang 56172. Nama FB: Bambang Eka Bep.


Kamis, 26 Maret 2020

Sukma Putra Permana KARENA CORONA

Sukma Putra Permana

 KARENA CORONA

 Karena Corona, jadi berjarak pergaulan bertetangga kami. Tapi tak kan tertutup pintu silaturrahim kami.
Karena Corona, jadi terbatas hubungan pertemanan kami. Tapi tak kan terputus tali persahabatan kami.
Karena Corona, jadi renggang jalinan persaudaraan kami. Tapi tak kan terlepas ikatan kekerabatan kami.
Karena Corona, jadi terganggu kesehatan raga kami. Tapi tak kan terlewatkan upaya kami menguatkan antibodi.
Karena Corona, jadi terhalang jalan nafkah kami. Tapi tak kan terkalahkan semangat kami menjemput rizki.
Karena Corona, jadi terkunci rumah ibadah kami. Tapi tak kan pernah terlupakan sujud dan doa kami.
Karena itulah, yaa Robbi…, tolong hilangkan wabah ini dari negeri kami…

 Maret 2020

Agus Sighro Budiono 1. PMK ) Puisi Menolak Korona

35. Agus Sighro Budiono


1. PMK )
Puisi Menolak Korona

aku tulis puisi menolak korona
diantara rasa was was penuh tanda tanya
aku tulis puisi menolak korona
diantara pusaran rasa curiga
ini virus alami atau siasat perang buatan manusia
ada aroma Illuminati* dalam sebarannya
berkehendak kuasai dunia dengan tatanan baru sesuai keinginannya

korona mencipta adab tak biasa
negara negara menutup pintu kota
mengharamkan pendatang melarang keluar warga kota
menjaga jarak pada sesama
sepikan masjid, gereja, kuil, pura dan wihara
orang kaya tunjukan ketamakannya
memborong barang lambungkan harga

aku tulis puisi menolak korona
mengusir takut tajamkan waspada
bersiaga melawan sepenuh daya
bersihkan diri sucikan raga
tak henti lantunkan doa
berlindung pada Tuhan segala kuasa

Jonegoro, 19 Maret 2020

Note:
* Illuminati istilah yang banyak digunakan untuk menunjukkan organisasi persekongkolan yang dipercaya mendalangi dan mengendalikan berbagai peristiwa di dunia melalui pemerintah dan korporasi untuk mendirikan Tatanan Dunia Baru.


Saat Bumi Berlumur Tuba

Malam membujur kaku
Daun daun kelu semacam beku
Sepi mengoyak rindu
Rasa was was berirama gerutu
Kapan pagebluk segera berlalu

Di beranda rumah berteman kopi dan cigaret murahan
Aku membaca malam dalam kesendirian
Ada jejak nostalgi dan riuh gurauan
Menghias malamku yang liar berkelindan

Tapi hari ini, saat bumi berlumur tuba
Ini malam menjadi tak biasa
Berkerumun dan bercanda bisa jadi celaka

Ini masa paling aneh sepanjang sejarah
Yang berjarak akan selamat terhindar wabah
Yang bersatu tercerai tumbang rebah

Bojonegoro, 220320

Sutarno Sk Kesaksian

34.Sutarno Sk

Kesaksian

Setelah kau bajak udara
kau rampok tetangga
kau rompak samodra
dan pertama kau yang berwabah

Berdalih tak sengaja
memulai senjata biologis
sebagai pemusnah kehidupan
kau ambisius menjadi adidaya
kau rakus menjadi super power

Tidak mungkin kebocoran
padahal tahu akibat
sengaja kau produksi
sebagai pemusnah
agar semua mampus
dan kau menjadi tuhan dirimu sendiri

Kau musang berbulu tikus memang
setelah terkaman tak mampu menang
kau grogoti luar dalam rumah tetangga
sampai pisik dan jeroan pun kau obok-obok
hingga tak berdaya sekarat
hingga nyawa melayang
sementara boleh kau terbahak

Kau memang licik
kau sudah memulai perang
ala siluman bersenjata wabah
katamu beralas tak sengaja
sebagai kecelakaan
padahal kau sudah menggertak
kau sudah unjuk gigi punya pemusnah masal
tetangga sempat gagap tak siap

Kau memulai dengan untung rugi
satu wargamu kau angkat pahlawan
sebagai korban jibaku
seratus orang tetanggamu korban
kebohongan kebocoran
sepuluh orangmu mampus
seribu orang lain tak bernyawa
dan seterusnya
kau barbarian

Kalibata-Maret – 2020


Raden Rita Maimunah Corona Datang Dunia Senyap

33.Raden Rita Maimunah

Corona Datang Dunia Senyap

Suasana mencekam, malam semakin kelam
Tanda tanda kehidupan seperti terhenti
Virus corona menjadi momok yang menakutkan
Gemuruhnya karaoke, kamar kamar birahi
Yang biasanya ramai, Kini senyap seperti kuburan
Covid 19, corona kau telah bunuh kemesuman malam,Itulah hikmahnya
Tapi kau bunuh juga jiwa jiwa tak berdosa
Kau bunuh perekonomian sehingga pasar pasar sepi
Jalan jalan sepi, tempat wisata sepi
Lantas kita bisa apa ? jika semua adalah kehendak ALLAH
Bumi ini telah kelewat tua, Bumi ini sudah berat dengan dosa
Bukan martil yang menghancurkannya, Bukan peluru yang memporak porandakannya
Tapi virus yang disebut dengan manis “ Corona “
Yang membuat ketakutan seluruh manusia di dunia
Ia merayap dengan diam tanpa kata,Membuat manusia menjadi gila di serang ketakutan
Apakah jabatanmu dapat melenyapkan virus corona
Apakah uangmu dapat menyuruh pergi virus corona,Agar ia tidak datang
Dapatkah manusia menghentikan semua
Tidak, kecuali yang Maha Kuasa menghentikannya
Kita  seperti kehilangan kendali diri
Saat harus menapak dari waktu ke waktu, Menunggu virus itu lenyap
Dunia semakin senyap saat corona datang
Padang 25 Maret 2020


Raden Rita Maimunah, dengan no HP: 082172619207, WA 081266135861, Alamat surat menyurat, Komplek Pemda Blok F2, Sungai lareh kelurahan Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah Padang Sumatera Barat . Email maimunahraden@yahoo.co.id, masuk dalam berbagai  antologi Puisi dan antologi cerpen,  menerbitkan 2 buku antalogi Puisi tunggal  dengan nama pena yang juga sering menggunakan  nama  Raden Rita Yusri





Kurliyadi Kepadamu Corona

32.Kurliyadi

 Kepadamu Corona

Kepadamu corona
Yang tidak terlahir berjenis kelamin jantan atau betina
Selamat datang, ucapkanlah salam
Di negeri kami yang ramai dan bahagia
Yang mengandung senyum paling ramah
Untuk pendatang dan tamu tak di undang

Di televisi, koran dan kabar dari penyihir hoax
Dirimu menyerupai segala bentuk rasa takut
Mengibarkan bendera tanda merdeka
Atau kau bangga pada dirimu sendiri
Sebab adamu yang semakin menjadi duri dan api

Di negeri seberang dan kerabat
Wajahmu menghias segala ruang kosong
Seakan melumat segala hak dan kekuasaan
Bahkan adamu semakin membuat kami terusir
Dari jabat tangan, berpelukan bahkan saling lempar senyum
Hanya untuk bertanya “apa kabar?”

Dari adamu pulalah kami rasanya haram
Untuk pergi ke tempat ibadah kami sendiri
Yang selalu suci dan tidak terdapat caci maki
Apalagi iri dan dengki
Kepadamu corona,
Kami sama sekali tidak takut mati







Atau menyerah untuk terakhir kali
Tapi kami terus membenahi diri, bersatu
Mencari jalan untuk melawanmu
Sebab pada diri ini masih tumbuh belati
Yang akan mengoyak tubuhmu menjadi mati
Atau mengusirmu dengan tanpa jejak kaki lagi
2020


Suara Corona

Dari kota wuhan
Lahir sebagai awal
Beranjak dewasa sampai sekarang
Berdiri tegak di negeri-negeri tuan

Suaramu menggema
Seperti menunjukkan tanda
Bahwa adamu adalah jalan musibah
Bagi kami yang hanya manusia sahaya

Wahai corona, dalam tubuh kami
Sudah tertanam jalan perang
Kalah atau menang adalah dua mata uang
Yang sama sekali tidak kami takutkan

Mari serang, kami tidak berdiam diri
Meski ruang kami hanya sebatas pagar rumah
Dan anak-anak kami belajar tanpa sosok guru
Kami tetap siap dan setia
Dengan pedang dan pena
Dengan doa dan mencari jalan keluar
Meski nyawa taruhannya
2020
Kurliyadi lahir di kepulauan kecil gili-genting madura, bekerja sebagai pedagang kelontong (sembako) dan alumni pondok pesantren mathali’ul anwar pangarangan sumenep, menulis cerita pendek dan puisi, karyanya tersiar di beberapa media massa dan beberapa antologi sekarang berdomisili di alamat Warung Madura Zayadi Jalan pamengkang raya ( masjid jami baiturrahman) blok pahing Rt. 03 Rw. 03 kecamatan mundu ciebon Email  : kurliyadi.khuzaimah@gmail.com  nomer Rekening BRI : 093501033013532   blog : https://istanapuisikurliyadi.blogspot.co.id contact : 082215788844


Zaeni Boli Takut

31.Zaeni Boli


Takut

Orang orang dengan hati yang kacau
sedang mengintip dibalik jendela
suara anjing yang menggonggong
kini sahdu terdengar

seorang anak dan ibunya tertidur pulas
meski maut mungkin mengintai
Larantuka , 2020




Ajaib

Seperti biasa ia tak terlihat
bentuknya seperti durian
tapi bukan durian runtuh jika kita mendapatinya

engkau sedang mengecup maut
jika ia datang
Larantuka , 2020


Kurnia Kaha BILA KABAR ITU TIBA

30.Kurnia Kaha

BILA KABAR ITU TIBA

Kabar kematian itu akan tiba
Entah untukku
Atau untukmu
Tak perlu risau bila tak ada yang melayat
Sebab semua tinggal menunggu penghitungan
Antara kita dan diriNya
Doa-doa mungkin akan sampai atau
Bisa juga tak akan pernah sampai

Sebelum kabar itu tiba
Ada baiknya kita berkaca
Di ruang yang terang
Biar terlihat kedua mata,
hidung, dan mulut
Agar jelas jawabnya
Jika corona mejemput
Telah sejauh apa kita bergelut
Dan sekhusyuk apa dalam sujud-sujud
Pekalongan, 22 Maret 2020













DARURAT CORONA

Tak seperti biasanya
Pagi begitu tenang
Jalan-jalan lengang
Hanya sedikit yang melenggang

Salah satu penjual jajanan kesekolah
Belum sempat ia membuka lapaknya
Mengapa sesepi ini?
Bakulnya digendongnya lagi
Melangkah pulang
Dengan hati yang gamang
Menoleh ke pintu gerbang
“Darurat Corona Belajar Di Rumah”
Aku hilang kerja
Untuk beberapa hari yang belum pasti
Gumamnya dalam hati
Pekalongan, 18 Maret 2020


Kurnia Kaha, lahir di Batang, 30 April 1983. Penulis buku puisi “Debur-debur Rindu”  diterbitkan oleh meja tamu tahun 2019. Selain menulis puisi, Kurnia juga menulis artikel, cerpen, penelitian dan lainnya. Tulisannya telah dimuat di buku tunggal dan buku antologi bersama, surat kabar, majalah, dan jurnal penelitian. Selain menulis kegiatannya adalah mengajar di SMP N 5 Pekalongan, aktif di MGMP Bahasa Indonesia Kota Pekalongan dan penggerak Komunitas Guru Belajar. Untuk silaturahmi lebih lanjut bisa di fb: Kurnia Kaha, Instagram: @kurniakaha, dan HP 081 390 516 166.


Caridah Hartati TAMU SENJAKU; CORONA

29.Caridah Hartati

TAMU SENJAKU; CORONA

Sekejap lalu dari langit kuterima kabar; Dihantar nanar angin getir penuh khawatir. Belum lagi kopi manis kunikmati lantis. Berpilin dengan dongeng Ibu meninabobokan kesibukan. Corona dengan pongah tengah berada di beranda. Mengetuk gerbang tanpa gamang. Tak ada jeda dan gencar. Bukan untuk masuk, namun memaksaku keluar. Menitipkan luka di kepala. Sebagai kandil agar suara Tuhan lebih lantang terdengar. "Tidak hanya pada sepertiga malam", bisiknya tartil.

Beranjak pagi menemukan sepi. Kota kehilangan matahari. Malam tanpa dentuman. Sebab hening berarak di jalanan. Kecuali, di balik pintu-pintu. Lirih menyeduh kecemasan. Mengaduk derita. Memamah luka. Melarutkan segala duka. Berebut mencari cahaya justru saat membawa lentera. Berjejal spekulasi suci sekadar melegalisasi gengsi.

Siapa yang dapat melihat salah di sini? Usah menunggu dijauhi mimpi. Jika nanti saat terjaga memilih tak mendapati dipara mata rusa.
Bekasi, 24 Maret 2020






ICHABadmom*
Caridah Hartati<caridahhartati@gmail.com>

Selasa, 24 Maret 2020

MUHAMMAD JAYADI DI MASA GENTING CORONA INI

MUHAMMAD JAYADI

DI MASA GENTING CORONA INI

Rupa-rupa sore menjelang malam
Sunyi masih mengaduk kampung kami, menepuk pundak kami
Kesadaran hidup sehat masih digalakkan
Demi keselamatan, karena hidup mesti berjalan

Wabah-wabah yang datang telah merubah wajah negeri menjadi muram, suram
Namun tak henti kita panjatkan doa dan berusaha keluar dari ngerinya keadaan
Meminta jalan terbaik di sisi Tuhan
Dan yakin, badai pasti berlalu, pasti berlalu.

Halong 24 Maret 2020
BISIKKU PADA SI CORONA

Tolonglah engkau pergi, hei Corona
Kami ingin hidup damai sejahtera melalui hari
karenamu
Risau kemarau hati menjadi lebih panas lagi
Tangis-tangis menghujani bumi, akibat ulahmu ini
Ayolah, pergi dari tempat kami di bumi ini, hei Corona

Waktu kami terbuang hanya mengurusimu saja
Sedang kehidupan kami mesti berjalan sebagaimana adanya
Mencari nafkah kehidupan
Tempat-tempat ibadah kami tertutup dari segala puja-puji kepada-Nya
Akibat ulahmu juga, hei Corona

Lama aku bermenung, memanjat doa pada Ilahi
Ampuni kami, ya Allah
Tolong jauhkan bala' yang menghantam penjuru bumi ini
Dengan kuat kuasa-Mu menjaga jiwa raga kami yang lemah ini. Aamiin.

Halong 24 Maret 2020



LALU MALAM DATANG

Menemui jejak bulan
yang lama mengendap di jiwa
seiring keadaan wabah-wabah datang membuat ribut dunia

Membuka jalan ini dengan semangat
keluar dari keterpurukan nan hitam yang menggerogoti keadaan
kita, manusia lemah ini berharap pada Tuhan
berusaha juga lepas bebas dari cengkeraman virus-virus mematikan
mengikuti saran-saran pemerintah, melawan Corona
hingga tumbang dari bumi ini, lenyap dalam riwayat tak hina.

Halong 24 Maret 2020

Muhammad Jayadi lahir di Galumbang kecamatan Juai, Kab. Balangan Kalsel pada 19 Juli 1986. Menyukai sastra dan puisi sejak SMP. Bermula dari ikut lomba baca puisi, kecintaan kepada sastra tumbuh begitu saja hingga kini. Kini menetap di Halong, kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.