50.I Made Suantha
Duka Itu Bernama Corona
Siapakah namamu? Terbang sangat rendah
Di udara. Kecil di luar tubuh
Namun kuasa dalam hidup
Menghantam seberat martir
Bagaimana bertahan!
Dimanakah rumahmu? Beranakpinak dalam ruang tunggu
Untuk menjadi liar : Jabat tangan
Suara yang tidak berduka
Membentangkan jarak
Bagaimana cara menakar demam!
Bersenyawa di udara. Menetak hembusan nafas
Bumi serasa sempit untuk melangkah
Tidak ada cerita bagi tempat
Untuk basabasi
Tentang cinta dan kasih yang tulus.
Hidup di tera oleh zat yang lebih halus dari angin
Covid-19. Lemah di udara
Perkasa dalam tubuh
Menghantam tanpa mampu menangkis
Oi, bagaimana cara mempergunakan tameng?
Siapakah namamu? Menolong diri sendiri
Puputan untuk tidak keras kepala
Berkerumun, membentangkan tangan
Untuk membuat jarak
Iman untuk melawan. Setia untuk berjuang
Siapa bertugas untuk menolong?
Diri sendiri.
Awal dan akhir saling silang di udara
Menusuk diamdiam
( Bagi yang tidak setia
Yang berdusta)
Virus yang menebas tanpa berduka!
Maret’ 2020
Menanam Pedih di Bening Airmata
(Burung dengan paruh terluka
Terbang rendah di telempap tangan
Yang tak mampu menggenggam
Dan menggelepar hanya karena desiran angin)
Duka itu dating. Sesenyap hembusan/ tarikan nafas
Dan langsung menghujam
Tanpa peralihan musim
Tibatiba saja tubuh menjadi limbung
Karena kau beranakpinak dengan sempurna.
Siapakah kau? Wujud kasat mata
Namun mampu menanam pedih di bening airmata
(Di airmata itu kau tanam jasad
Yang tak berdosa. Rintih yang telah kehilangan sedu
Demam yang tak tertera dalam temperature
Tinggal gigil yang menahun).
Kau, makhluk tanpa silsilah. Lahir premature
Tanpa ariary + nenk moyang
Kau, makhluk yang menjadi kuasa
Karena kelengahan & keacuhtakacuhan manusia
Kekurangwaspadaan. Barangkali sedingkih angkuh.
Makhluk yang begitu perkasa dalam tubuh.
Siapakah kau?
-Corona yang mampu menipu
Dan bersenyawa dengan sempurna
Dalam setiap tarikan nafas-
Pertanyaan yang tertahan pada rasa sedih itu.
Maka, jawabannya berpeluang pada asa
Diri sendiri. Kesetiaan untuk berjarak.
Kesadaran jasmani + rokhani
Kau yang mengajari untuk berperang dengan
Diri sendiri
Berdiam diri. ( Tata laku mengolah diri )
Maret 2020
I Made Suantha, Lahir di Sanur, 24 Juni 1967
Kumpulan puisi tunggalnya : PENIUP ANGIN (1989), TOGOG YEH (2002) dan PASTORAL KUPUKUPU (2008).Sajaksajak juga terhimpun dalam antologi puisi a.i. Jejak Tak Berpasar (2015), Tancep Kayon (2016), CINCIN API ( 2019), TUTUR BATUR (2019), NEGERI BAHARI(2018), BANDARA DAN LABA-LABA(2019)
Tahun 1987, diundang Dewan Kesenian Jakarta dalam Forum PUISI Indonesia 1987 di Taman Ismail Marzuki.
Tahun 2008, menerima penghargaan Widya Pataka dari Gu
Duka Itu Bernama Corona
Siapakah namamu? Terbang sangat rendah
Di udara. Kecil di luar tubuh
Namun kuasa dalam hidup
Menghantam seberat martir
Bagaimana bertahan!
Dimanakah rumahmu? Beranakpinak dalam ruang tunggu
Untuk menjadi liar : Jabat tangan
Suara yang tidak berduka
Membentangkan jarak
Bagaimana cara menakar demam!
Bersenyawa di udara. Menetak hembusan nafas
Bumi serasa sempit untuk melangkah
Tidak ada cerita bagi tempat
Untuk basabasi
Tentang cinta dan kasih yang tulus.
Hidup di tera oleh zat yang lebih halus dari angin
Covid-19. Lemah di udara
Perkasa dalam tubuh
Menghantam tanpa mampu menangkis
Oi, bagaimana cara mempergunakan tameng?
Siapakah namamu? Menolong diri sendiri
Puputan untuk tidak keras kepala
Berkerumun, membentangkan tangan
Untuk membuat jarak
Iman untuk melawan. Setia untuk berjuang
Siapa bertugas untuk menolong?
Diri sendiri.
Awal dan akhir saling silang di udara
Menusuk diamdiam
( Bagi yang tidak setia
Yang berdusta)
Virus yang menebas tanpa berduka!
Maret’ 2020
Menanam Pedih di Bening Airmata
(Burung dengan paruh terluka
Terbang rendah di telempap tangan
Yang tak mampu menggenggam
Dan menggelepar hanya karena desiran angin)
Duka itu dating. Sesenyap hembusan/ tarikan nafas
Dan langsung menghujam
Tanpa peralihan musim
Tibatiba saja tubuh menjadi limbung
Karena kau beranakpinak dengan sempurna.
Siapakah kau? Wujud kasat mata
Namun mampu menanam pedih di bening airmata
(Di airmata itu kau tanam jasad
Yang tak berdosa. Rintih yang telah kehilangan sedu
Demam yang tak tertera dalam temperature
Tinggal gigil yang menahun).
Kau, makhluk tanpa silsilah. Lahir premature
Tanpa ariary + nenk moyang
Kau, makhluk yang menjadi kuasa
Karena kelengahan & keacuhtakacuhan manusia
Kekurangwaspadaan. Barangkali sedingkih angkuh.
Makhluk yang begitu perkasa dalam tubuh.
Siapakah kau?
-Corona yang mampu menipu
Dan bersenyawa dengan sempurna
Dalam setiap tarikan nafas-
Pertanyaan yang tertahan pada rasa sedih itu.
Maka, jawabannya berpeluang pada asa
Diri sendiri. Kesetiaan untuk berjarak.
Kesadaran jasmani + rokhani
Kau yang mengajari untuk berperang dengan
Diri sendiri
Berdiam diri. ( Tata laku mengolah diri )
Maret 2020
I Made Suantha, Lahir di Sanur, 24 Juni 1967
Kumpulan puisi tunggalnya : PENIUP ANGIN (1989), TOGOG YEH (2002) dan PASTORAL KUPUKUPU (2008).Sajaksajak juga terhimpun dalam antologi puisi a.i. Jejak Tak Berpasar (2015), Tancep Kayon (2016), CINCIN API ( 2019), TUTUR BATUR (2019), NEGERI BAHARI(2018), BANDARA DAN LABA-LABA(2019)
Tahun 1987, diundang Dewan Kesenian Jakarta dalam Forum PUISI Indonesia 1987 di Taman Ismail Marzuki.
Tahun 2008, menerima penghargaan Widya Pataka dari Gu