Bambang Eka Prasetya
Berjalan di Lorong Candi Borobudur
Walau orang muda yang saya jumpai di lantai tiga lorong satu Candi Borobudur berbalut busana gaya Jawa khas Ganjuran, saya bisa mengenali, lebih-lebih dari sorot matanya, Dia ialah Yesus orang Nasaret.
Usia saya yang saat ini enam puluh delapan tahun, lebih dari dua kali usianya yang belum tiga puluh tiga tahun, tak pernah menjadi kendala, saya masih mampu menyesuaikan langkah mengikuti jejaknya.
Ketika kami melangkah searah jarum jam sesuai tata letak relief indah Candi Borobudur, saya sempat bertanya kepada orang muda itu, modal terbaik apa yang mesti kami miliki untuk hindari paparan Corona, yang saat ini mencekam kami.
Dia menunjuk panil relief, dan berkata: "Di relief ini terkandung pesan menyelalamatkan diri." Kucermati ternyata di situ terukir gambar kerbau, kera, dan yaksa. Ya, itu "Mahisha Jataka", kisah kerbau yang sabar.
Yesus berpesan: "Belajarlah, walau dari sepanil relief, siapapun yang terbuka terhadap hal yang sederhana, seperti panil relief ini, dialah yang dipercaya Allah untuk mengabarkan hal-hal yang mulia, agar karena kesaksiannya, manusia memuliakan nama-Nya."
"Hati-hati Yesus ada Paparasi yang hendak memotret kita, nanti ketahuan khalayak bahwa kehendak Allah ternyata terukir pula di relief Candi Borobudur." Dia menjawab santai: "Biarlah, tidak apa-apa, pada zaman sekarang lebih mudah seorang Paparasi masuk lorong Candi Borobudur, dari pada Parisi masuk ke dalam Kerajaan Surga."
Magelang, Maret 2020
Bambang Eka Prasetya dilahirkan di Jombang, 5 Desember 1952 di tengah keluarga seniman ludruk Cak Ngarman dan Ning Ismi. Pendidikan formal pertama diawali di S.R. Sumobito, Kabupaten Jombang pada tahun 1959, dan lulus pada tahun 1965 di S.D. Widodaren 2 Kota Surabaya. Saat ini tinggal di Jl. Pandansari Utara No. 24, Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang 56172. Nama FB: Bambang Eka Bep.
Berjalan di Lorong Candi Borobudur
Walau orang muda yang saya jumpai di lantai tiga lorong satu Candi Borobudur berbalut busana gaya Jawa khas Ganjuran, saya bisa mengenali, lebih-lebih dari sorot matanya, Dia ialah Yesus orang Nasaret.
Usia saya yang saat ini enam puluh delapan tahun, lebih dari dua kali usianya yang belum tiga puluh tiga tahun, tak pernah menjadi kendala, saya masih mampu menyesuaikan langkah mengikuti jejaknya.
Ketika kami melangkah searah jarum jam sesuai tata letak relief indah Candi Borobudur, saya sempat bertanya kepada orang muda itu, modal terbaik apa yang mesti kami miliki untuk hindari paparan Corona, yang saat ini mencekam kami.
Dia menunjuk panil relief, dan berkata: "Di relief ini terkandung pesan menyelalamatkan diri." Kucermati ternyata di situ terukir gambar kerbau, kera, dan yaksa. Ya, itu "Mahisha Jataka", kisah kerbau yang sabar.
Yesus berpesan: "Belajarlah, walau dari sepanil relief, siapapun yang terbuka terhadap hal yang sederhana, seperti panil relief ini, dialah yang dipercaya Allah untuk mengabarkan hal-hal yang mulia, agar karena kesaksiannya, manusia memuliakan nama-Nya."
"Hati-hati Yesus ada Paparasi yang hendak memotret kita, nanti ketahuan khalayak bahwa kehendak Allah ternyata terukir pula di relief Candi Borobudur." Dia menjawab santai: "Biarlah, tidak apa-apa, pada zaman sekarang lebih mudah seorang Paparasi masuk lorong Candi Borobudur, dari pada Parisi masuk ke dalam Kerajaan Surga."
Magelang, Maret 2020
Bambang Eka Prasetya dilahirkan di Jombang, 5 Desember 1952 di tengah keluarga seniman ludruk Cak Ngarman dan Ning Ismi. Pendidikan formal pertama diawali di S.R. Sumobito, Kabupaten Jombang pada tahun 1959, dan lulus pada tahun 1965 di S.D. Widodaren 2 Kota Surabaya. Saat ini tinggal di Jl. Pandansari Utara No. 24, Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang 56172. Nama FB: Bambang Eka Bep.