Sami’an Adib
Menunggu Badai
Berlalu
aku baru sadar kalau hidup di
negeri ilusi
konon tanahnya subur yang
diidamkan petani
yang hobi menggemburkan tanah
semaian mimpi
sepanjang penantian musim panen
yang tak kunjung sampai
aku baru sadar kalau hidup di
negeri euforia
setiap diri berharap histeria
tepukan semata
pemuka agama bangga didapuk
menjadi politisi
politisi sibuk merancang misi
membangun citra diri
penguasa gemar mengasah taktik
menjadi pengusaha
pengusaha menguras bumi demi
membangun istana
selebritis tak pernah berhenti
mencipta sensasi
membeli palu pengadilan yang
beralih fungsi
menjadi barang komoditi
bernilai tinggi
yang kutahu sampai kini, aku
hidup di negeri kutukan
bersama Malin Kundang yang
durhaka pada ibunya
juga Rara Jonggrangyang jitu
tipumuslihatnya
atau aku yang terkutuk menjadi
seonggok piala
yang diperebutkan para
kontestan pemburu tahta
aku tak tahu sampai kapan
leluconini akan berlalu
menertawakan semua kenangan
pilu paling ngilu
sementara orang-orang sudah tak
sabar menunggu
kumandang melodi syahdu: badai
pasti berlalu
Jember, 2018
Riwayat Negeriku
entah mengapa
riwayat yang kucatat tak tamat-tamat
selalu
sajaserangkaian hikayat lain datang berkelebat
tentang arogansi
aparat
tentang pola korup
pejabat
tentang khianat
wakil rakyat
tentang sadisme
para sindikat
tentang hukum
berwajah syahwat
tentang pasien
melarat yang sekarat
tentang lunturnya
harmonisasi kerabat
tentang nurani yang
tergerus dan berkarat
yang semua bermula
dari nafsu dan pola pikir sesat
abai pada
peringatan Tuhan betapa kiamat sudah dekat
duh Gusti! beri aku
kemampuan menuntaskan ini riwayat
Jember, 2017
Biografi Singkat:
Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Alumni Fakultas
Sastra Universitas Negeri Jember. Antologi puisi bersama antara lain: Menuju
Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Cinta Rindu dan
Kematian (Coretan Dinding Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor,
Puisi Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Kata Cookies
pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015),Merupa Tanah di Ujung
Timur Jawa (Universitas Jember, Jember, 2015), Kalimantan Rinduku yang
Abadi (Disbudparpora Kota Banjarbaru-Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015),
Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016), Lumbung Puisi IV:
Margasatwa Indonesia (2016), Ije Jela Tifa Nusantara 3 (2016), Seberkas
Cinta (Nittramaya, Magelang, 2016), Malam-malam Seribu Bulan (FAM
Publishing, Kediri, 2016), Requiem Tiada Henti (Dema IAIN
Purwokerto, 2017), Negeri Awan (DNP 7, 2017), Lumbung
Puisi V: Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Lebih Baik Putih
Tulang daripada Putih Mata (2017), Lumbung Puisi VI:Rasa Sejati
(2017), Menderas Sampai Siak (2017), Timur Jawa: Balada Tanah Takat
(2017), Hikayat Secangkir Robusta (Krakatau Awards 2017), Perjalanan
Sunyi (Jurnal Poetry Prairie 2017), Pengampunan (Jurnal Poetry
Prairie 2017), Petualangan (Jurnal Poetry Prairie 2017), dan lain-lain.
Aktivitas sekarang sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah Ibtidaiyah di
Jember.