Senin, 30 April 2018

Nita Pujiasih dalam Pendidikan Indonesiaku


Nita Pujiasih
Pendidikan Indonesiaku
Alam berbisik
Mengalunkan melodi tentang rindu
Rindu akan sosok-sosok pemerhati ilmu
Rindu akan gairah semangat pemuda-pemudi
Pejuang sejati laksana Bacharuddin Jusuf Habibie

Alam pun merayu
Menatap awan yang berarak menyambut langit biru
Seraya berdoa kepada Sang Kholik
Wahai Tuhanku
Dengan sifat pemurahmu
Ciptakanlah Einstein dalam diri setiap makhluk yang paling mulia di muka bumi ini

Alam pun bergeming
Tanpa melantunkan gelora semangat
Menyapu pandangan seluruh angkasa raya
Mengintai dan meratap
Inikah wajah-wajah pahlawan ilmu masa depan?

Penyuapan ilmu telah membuncah di belahan negeri ini
Tidak terjadi hanya sekali saja
Namun berulang kali dan tak terhitung
Menyapa kepada setiap pejabat kaya
Merayu kepada setiap konglomerat
Menghampiri kepada setiap mereka yang berlimpah harta
Mendekati mereka yang mudah tergoyah imannya
Demi menempatkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah ternama
Demi mendapatkan mawar kebanggaan dalam diri mereka

Lalu bagaimanakah nasib pemuda-pemudi bangsa yang mumpuni itu?
Mau dibawa kemanakah sosok cerdas seperti Habibie itu?
Bagaimana dengan sosok-sosok cemerlang seperti Einstein?
Jika kursi-kursi telah direbut oleh mereka yang senantiasa bangga dengan penyuapan ilmu
Padahal di negeri ini banyak kali pemuda-pemudi cerdas, cemerlang, dan juga inovatif
Yang kelak mampu menjunjung negeri ini dihadapan dunia

Inikah wajah budaya pendidikan kita?
Asa yang menggebu dalam diri setiap pemuda-pemudi berprestasi seakan tertutupi oleh debu yang menempel di ujung pena mereka
Menghapus jejak mimpi-mimpi mereka
Berserakan tak pasti dan terombang ambing
Mereka hanya bisa berbisik
Adakah tempat bagiku untuk terus melangkah?
Saat ku hanya ingin melaju melanjutkan semua mimpiku

Meratap dalam kegelapan
Seorang anak miskin mengadu diri
Tuhan kemanakah aku harus melangkah
Bisakah daku bersaing mendapatkan tiket pendidikan?
Setelah pintu gerbang seakan tertutup oleh mereka yang tak takut dosa
Tidakkah mereka memikirkan nasib saudaranya di dunia ini
Tidakkah mereka memberiku kesempatan untuk terus berkarya dalam setiap mimpiku
Aku pun ingin berjuang membanggakan negeri ini
Tidakkah mereka melihat kemampuanku
Tidakkah mereka memberiku kesempatan untuk terus berjuang
Melanjutkan mimpi besarku, meraih cita-citaku

Wahai kalian yang berlimpah harta
Bagaimana aku bisa turut membanggakan Indonesia
Bila kursi-kursi sekolah telah engkau beli demi putra-putrimu yang  belum bisa mendapatkan almamater ternama
Bahkan yang pesimis dengan kemampuannya
Tidak bisakah anak-anakmu bertindak sportif
Berjuang bersama meraih kursi impian
Tidakkah kau tahu?
Memetik bintang tak semudah kita dalam mengedipkan kedua mata
Segala sesuatu juga membutuhkan perjuangan dan proses

Wahai kalian yang berlimpah harta
Aku hanya ingin kalian mendengar bisikan hati kami yang begitu bergelora meraih mimpi
Aku hanya ingin kalian memandang kemampuan kami
Aku hanya ingin kalian mengetahui prestasi kami
Bahwa kami pantas bersanding menuntut ilmu seperti Habibie atau bahkan Insinyur Soekarno
Izinkanlah kami untuk membangun Indonesia Emas 2045
Wujudkanlah pintaku ini
Hapuslah penyuapan ilmu dalam diri kalian demi generasi penerus bangsa ini
Bimbinglah putra-putimu untuk dapat mengukir prestasi
Agar kelak mampu bersanding dengan kami
Mewujudkan Indonesia Emas 2045 Satu Nusa Satu Bangsa
Untuk negeri Garuda Indonesia


Nita Pujiasih
Siapakah dikau?

Aku bertanya pada dikau
Siapakah dikau?
Gayus Tambunan kah?
Neneng Sri Wahyuni kah?
Atau justru Yahya Fuad?
Siapapun kamu yang jelas kau bukanlah Dilan

Hey dikau
Masih sajakah kau begitu?
Janji-janjimu pada rakyatmu dulu
Hah…itu sudah menjadi janji palsu
Lalu masih sajakah kau mengelak?
Jika iya itu sungguh memalukan

Administrasi negara berantakan
Pembangunan tak terselesaikan
Rakyat kecil terabaikan
Lalu masih sajakah kau mengelak?
Jika iya sungguh itu tidaklah adil

Sadarlah dikau para penggelap uang negara
Akan kau kemanakan para rakyatmu
Mau dibawa kemana kemajuan Indonesiamu
Jangan biarkan bangsa ini mati karakter karenamu
Ingatlah
Bukanlah kita meminta Indonesia untuk bisa memberi kita keuntungan
Namun apa yang bisa kita berikan untuk Indonesiaku
Camkan kata-kata Soekarno itu