Aloeth Pathi
Negeriku
berpuisi
Politisi berpuisi
Rakyat berpuisi
Presiden berpuisi
Oposisi berpuisi
Ketika semua berpuisi
Beberapa penyair meng-Amin-i
Sambil memegang erat
puisi-puisi itu di dadanya
Karena mereka menulis puisi
dengan ketulusan
Karena mereka membaca puisi
dengan kejujuran
Karena mereka mencipta puisi
dalam keadaa spesial
Ketika semua berpuisi
Beberapa penyair berkumpul di
taman kota
Bicara tentang syair mereka
Ada yang mengkritik
Ada yang menghakimi
Ada yang menganggap biasa saja
"Ah itu pencitraa, hanya
kamuflase mencari dukungan"
Ketika semua berpuisi
Seorang penyair tersenyum
sambil memeluk erat puisi-puisi
itu
Berharap syair itu
menjadi do'a yang terkabulkan
menjadi nasehat menyongsong
hari esok
Menjadi pembuktian dari janji-
janji
menjadi semangat kebaikan
bersama. Semoga
Sekarjalak 17 April 2018
Aloeth Pathi
Negeriku
Berpuisi II
Mantan pejabat dihari tua ingin
ber Syiar kebaikan
Politisi menganggap orasinya
adalah syair indah
Pendakwah bersyair mengutip
ayat-ayat Tuhan
Petani melihat sawah menguning
adalah syair rasa syukur
Lalu
Koruptor latah berpuisi dibalik
jeruji
Pegawai nakal berpuisi sehabis
mencongkel jendela kantor
Pencuri ayam berpuisi setelah
dikeroyok massa
Para PKL berpuisi ketika Satpol
PP menggusur lapak jualan
Percayalah !!
Seorang Penyair tak akan
menjadi penyihir
Tidak menjadi nyinyir dan kikir
Penyair akan terus bersyair dan
bersyiar
Sekarjalak, 17 April 2018
Aloeth Pathi, lahir di Pati- Jawa
Tengah. Karyanya dimuat Mata
Media antologi bersama, Puisi
Menolak Korupsi 2 (Forum Sastra Surakarta 2013), Dari Dam Sengon Ke Jembatan Panengel (Dewan Kesenian Kudus dan
Forum Sastra Surakarta 2013), keluarga
adalah Segalanya #1 (el Nisa Publisher, Jakarta, 2013), kelola Buletin Gandrung Sastra Media & Perahu Sastra. Tinggal di Jln. Ronggo Kusumo 204, Sekarjalak,
Margoyoso-Pati. 085225149959