Senin, 18 Mei 2020

1. Anisah BERIBADAH DI ALAM WABAH CORONA



1. Anisah

BERIBADAH DI ALAM WABAH CORONA

Hujan menemani umat yang menggeliat menuju tempat munajat
Hawa dingin merasuki tubuh-tubuh renta
Angin malam membawa berita  mengajak semua menikmati bubur tuk makan sahur
Dengung adzan subuh memanggil umat tuk mulai melakui puasa Ramadhan
Di suasana yang mencekam  beribadah harus menyesuaikan
Jaga jarak shaf dan tak boleh berjabat tangan juga bersalam-salaman
Karpet digulung
Lantai dipel
Tangan dicuci pakai sabun
datang dicuci
pulang dicuci
Semua umat sepakat tuk selalu meramu ilmu
Yang dibutuhkan orang kebanyakan
Agar sejahtera dalam himpitan kekurangan
Agar bahagia di tengah derita
Agar khusyuk beribadah di alam wabah

Magelang, April 2020









Anisah

PUASA PERTAMA

Suasana social distancing sangat terasa di Musholla Istiqomah Dusun Jrakah
Tak ada lagi sesame jamaah bersalam-salaman seperti tahun lalu
Penataan shof tak lagi rapat tetapi berjarak. Tak ada karpet digelar, semua membawa sajadah sendiri
Walau begitu, musholla penuh dengan jamaah, tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan
Semua cerah ceria memasuki malam pertama Ramadhan
Setelah selesai sholat taraweh, jamaah pulang, sesuai anjuran pemerintah
 untuk mengurangi kegiatan berkerumun agar terjaga dari virus corona
Masyarakat dengan ikhlas pulang ke rumah masing-masing
Pukul tiga dinihari
Suara panggilan dari masjid untuk bangun persiapan makan sahur
Diiingi suara gemericik air hujan yang membuat syahdu suasana lereng Merapi
Indahnya suasana malam pertama makan sahur
Drngan lauk pepes ikan nila yang lezat
Semua anggota keluarga  riang gembira menikmatinya
Bersyukur telah diberi rizki kesehatan
dalam suasana lockdown dan PSBB

Magelang, April 2020







Anisah, penulis laporan dan berita pada Majalah Rindang, Semarang{2010},
Penulis artikel pada Surat Kabar Jawa Pos Radar Semarang {2019},
Penulis artikel pada Majalah Sejahtera Semarang {2020}
Penulis Antologi Puisi Tari Soreng {2019}
Penulis 5 buku antologi puisi bersama {2017.2018.2019,2020}
Alamat: Jrakah, Kaliurang, Srumbung, Magelang
HP.008774208223
Email: anisah_6@yahoo.com

Selasa, 12 Mei 2020

Membuat Tahu Banjaran

resepnya sebagai berikut. tahu putih yg belun digoreng atau tahu 50 biji dibagi 2 diiris menyilang yg tdk ada kulitnya kemudian tepung tapioka (aci) 1/2 kg dan tepung terigu 1 ons . Tahu yg sudah diiris dua menjd segitiga dan pada bagian tengah dibelah lagi tetapi tdk sampai terpotong untuk memberi ruang adonan. adonan berupa aci dan terigu tsb diaduk dengan bumbu yg terdiri dari bawang putih, garam, ketumbar, seledri dan putih telor serta vicin . aduk sampai rata dan beri air sedikit dan jangan sampai encer. adonan tetap kering tetapi bisa dikepel kepel seukuran kelereng. masukan adonan sebesar kelereng pada tahu yg sudah belah tengahnya itu tetapi ada bagian adonan yang nongol dari tahu. ( sepertiga adonan masuk ke dalam tahu) kemudian goreng dng cara masukan satu persatu tahu itu agar tiap tahu tdk nempel satu sama lain sebab tahu yg dimasukan ke dalam wajan yg lebih dulu sdh terkena minyak panas. Biadmsanya sekali angkat lebih dari sepuluh tahu. tepung dalam tahu akan merekat dan yg nongol akan mengembang. lebih ebak lagi bila menfgunakan bumbu yg sudah jadi .

Membuat jajanan Celorot

Rencanakan buat jajanan khas Purworejo : Celorot untuk Lebaran ini
Gula kelapa, daun pandan, garam, dan air direbus sampai matang dan dicampur dengan santan. Cairan manis ini kemudian dituangkan di atas tepung beras dan sagu atau tapioka, kemudiam dicampur secara merata. Janur digulung membentuk kerucut panjang, seperti terompet kecil, digunakan sebagai cetakan. Adonan kemudian dituangkan ke daun kelapa kerucut sampai tiga perempat penuh. Kemudian bagian atas diisi dengan campuran santan kelapa, tepung beras dan garam. Kerucut yang telah terisi dikukus selama 15 menit sampai adonan matang dan mengeras.



Membuat Opak dari Ketela Pohon



Ubi jalar/ bodin/ ubi kayu/ ketela panjang/ boled , dikupas direbus spt biasa. Setelah matang ambil urat daging / akar daging ubi tsb.,  kemudian masukan di lumpang atau di gelar di atas karung plastik, tumbuk dengan alu atau uleg uleg yg besar. terus sampai halus. tumbum lagi dengan diberi bumbu bawang putih dan ketumbar dan garam tumbuk lagi sampai halus. ambil botol dan keramik ukuran 40x40 cm di atas meja . luluri keramik dengan minyak kelapa agar ubi tidak kraket. kemudian ambil ubu dan giling dng botol. untuk cetakan bundarnya silahkan ambil yg di suka apakah lingkar mangkok, tatakan atau tutup rantang. taruh cetakan di atas ubi yg telah digiling tipis. iris dengan pisau . ambil ubi tipis ug sudah diiris bundar itu di atas tampah. jemur setelah memenuhi tampah. Setelah kering jadilah opak ubi yg dapat di simpan beberapa lama.

Selamat dan Sukses atas Lahirnya antologi Corona

Penyair :

1.A.Zainuddin Kr, (Pekalongan)
2.Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi (Aceh)
3.Ade Sri Hayati, (Indramayu)
4.Aditya Mahdi F, (Depok)
5.Agus Mursalin, (Kebumen)
6.Agus Pramono, (Mojokerto)
7.Agus Sighro Budiono, (Bojonegoro)
8.Agustav Triono, (Purbalingga)
9.Andi Jamaluddin, AR. AK., (Tanah Bumbu)
10.Anisah, (Magelang)
11.Anisah Effendi, (Indramayu)
12.Arif Abdil Bar, (Probolinggo)
13.Arya Setra, (Jakarta)
14.Asep Muhlis , (Serang)
15.Asih Minanti Rahayu, (Jakarta)
16. Asril Arifin(Indramayu)
17.Asro al Murthawy, (Marangin)
18.Azti Kintamani K , (Bandung)
19.Azizah Rifada Muhallima, (Kudus)
20.Bambang Eka Prasetya (Magelang)
21.Beti Novianti, (Bengkulu)
22.Buana KS, (Bungo)
23.Brigita Neny Anggraeni, (Blora)
24.Caridah Hartati, (NN)
25.Dhea Lingkar , (Surabaya)
26.Diah Natalia, (Jakarta)
27.Dian Rusdi, (Bandung)
28.Dwi Wahyu Candra Dewi, (Blora)
29.Dyah Setyawati, (Tegal)
30.Eksan Su, (Malang)
31.Eli Laraswati, (Jakarta)
32.Emby Bharezhy Boleng Metha, (Flores Timur)
33.Eri Syofratmin, (Bungo)
34.Evita Erasari, (Semarang)
35.Firman Wally, (Ambon)
36.Gampang Prawoto, (Bojonegoro)
37.Gilang Teguh Pambudi. (Jakarta)
38.Giyanto Subagio, (Jakarta)
39.Hermawan , (Padang)
40.Hasani Hamzah (Sumenep)
41.Herisanto Boaz, (Bandung)
42.Heru Patria, Pageblug, (Blitar)
43.Heru Mugiarso, (Semarang)
44.Harkoni Madura (Banyuates)
45.I Made Suantha, (Denpasar)
46.Iie Alie (Yusriani), (Jogyakarta)
47.Indri Yuswandari, (Kendal)
48.Irna Ernawati, (Bogor(
49.Is Mugiyarti, (Sragen)
50.Junaidi, (Pati)
51.Kurliyadi, (Cirebon)
52.Kurnia Kaha, (Jakarta)
53M. Johansyah (Tanah Bambu)
54.M.Muchdlorul Faroh, (Pati)
55.Marlin Dinamikanto , (Depok)
56.Meinar Safari Yani, (Klaten)
57.Mohammad Mukarom, (Wonosobo)
58.Mim A Mursyid, (Madura)
59.Muhammad Jayadi , (Balangan)
60.Muhammad Lefand , (Jember)
61.Muhammad Tauhed Supratman, (Pamekasan)
62.Maya Ofifa Kristianti , (Semarang)
63.Nanang R Supriyatin, (Jakarta)
64.Naning Scheid , (Brussel)
65.Nok Ir, (Jakarta)
66.Nuraedah, (Indramayu)
67.Nurinawati Kurnianingsih(Cilacap)
68.Omni Koesnadi (Jakarta)
69.Profijesarino Ubud DH. (Bandung)
70.Pensil Kajoe , (Banyumas)
71.Rg Bagus Warsono, (Indramayu)
72.Rosmita, (Muaro Jambi)
73.Rayako Dekar King, SY, (Aceh)
74.Ryan Aria Arizona, (Pekalongan)
75.Roymon Lemosol, (Ambon)
76.Rut Retno Astuti, (Bandung)
77.Raden Rita Maimunah, (Padang)
78.Sahaya Santayana, (Tasikmalaya)
79.Salimi Ahmad, (Jakarta)
80.Salman Yoga S, (Aceh)
81.Sami’an Adib, (Jember)
82.Sanur Keziandari, (Bandung)
83.Sarwo Darmono, (Lumajang)
84.Silivester Kiik, (Atambua)
85.Siswo Nurwahyudi , (Bojonegoro)
86.Soei Rusli, (Padang)
87.Supianoor , (Kusan Hulu)
88.Sutarso, (Sorong)
89.Sutarno Sk, (Jakarta)
90.Sukma Putra Permana, (Bantul)
91.Sulistyo , (Jakarta)
92.Sugeng Joko Utomo ,  (Tasikmalaya)
93.Sujudi Akbar Pamungkas, (Tuban)
94.Sudarmono , (Bekasi)
95. Sumrohadi , (Jakarta)
96.Supriyadi Bro (Surabaya)
97.Suyitno Ethexs, (Mojokerto)
98.Syafaruddin Marpaung, (Tanjungbalai)
99.Syahriannur Khaidir, (Sampang)
100.Syamsul Bahri, (Subang)
101.Teguh Ari Prianto, (Bandung)
102.Tjaha Kum, (Hoelea)
103.Uswatun Khasanah, (Gresik)
104.Wadie Maharief, (Jogjakarta)
105.Wanto Tirta, (Banyumas)
106.Wastirah, (Indramayu)
107.Wardjito Soeharso, (Semarang)
108.Wyaz Ibn Sinentang, (Pontianak)
109.Yoe Irawan, (Sukabumi)
110.Yublina Fay ,(NN)
111.Zaeni Boli, (Flores)



Senin, 11 Mei 2020

Sepucuk Surat dari Rumah Sakit , Puisi Petrus Nandi

Sepucuk Surat dari Rumah Sakit

Puisi Petrus Nandi



Ada yang hendak kuutarakan padamu saat ini

Bahwa kau dan aku

Bagai dua anak pulau yang mati

Karena kita tak dapat berjangkauan

Sebab demi melangkaui kesendirian ini aku tak mampu



Sayang, betapa kuingin mengecup bibirmu yangranum

Seperti yang pernah aku giati dengan manja

Di atas ranjang kita

Tapi, apalah daya

Menggerakkan bibir tuk melisankan niatku

Aku tak dapat

Sebab aku tak mau maut ini menderamu

Cukup aku sendiri yang marasakan

Sunyi yang mencekam ruang mini ini.



Sayang, betapa aku ingin mengelus

Wajahmu yang berlumuran rupa-rupa keresahan

Tapi, apalah daya

Mengangkat tangan tuk menggapaimu

Aku tak sampai

Sebab dalam masa pelik ini

Adalah haram bila tubuh kita saling menyapa

Dan aku terlanjur terasing di rumah keramat ini.



Sayang, sebenarnya aku ingin sekali

Menyanyikan lagu Nina Bobo untuk buah hati kita

Seperti suaraku pernah dengan merdu

Mengiringi matanya menuju lelap setiap malam

Tapi, kata dokter

Malam ini aku tak dapat melawati kalian

Lagipula aku mau darahku tak berhenti mengalir

Dalam tubuhnya

Sebab aku takut aku akan membawa maut untuknya

Bila aku memaksakan niatku ini.



Sayang, aku mau engkau tenang bersama dia

Jagalah dirinya

Jangan biarkan ia terluka

Bawalah damai

Sepanjang engkau masih dapat memandangnya



Sayang, aku tidak keberatan

Bila pada hari mereka mengusung

Jasadku menuju liang lahat

Engkau dan dirinya tak berada di sana

Aku bakal menjadi sangat tenteram

Bila kau tak merintih pilu di samping nisanku



Ketahuilah sayangku, aku menulis surat ini

Saat aku merasa yakin

Bahwa aku benar-benar akan pergi

Meninggalkan kalian

Selamanya.

Puncak Scalabrini, 6 April 2020.

Kamis, 07 Mei 2020

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: DI RUANG HIJAU

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:



DI RUANG HIJAU

mengenang badai
dalam diri
membentur alif
di ruang hijau masjid
memedar kepingan
ke dinding zat
dan mengkristal

menggenang tafakur
dalam gelombang suci
romantik
menghunus ruh
ke sekujur sajadah
ke keranda ramadhan
nun jauh terlepas
fastabiqul khoiroots


(masjid'at, 14-20)

Selasa, 05 Mei 2020

Sarwo Darmono , OMAH KANG ENDAH

OMAH KANG ENDAH

Urip ing alam wantah
Kang ginayuh para titah
Kedah sanyata gadhah
Omah kang endah
Gawe kempaling simah
Saha putra wayah

Omah kang endah
Papane paring asih asuh asah
Papaning musyawarah
Lampah gesang bungah susah
Papane manembah lan pasrah
Manembah marang kang maha mirah
Ngalap berkah lan hidayah
Betah mapan ing omah endah
Omah kang endah
Kebak barokah
Kangge sadanya titah

Lumajang, Senen Kliwon 04052020
Pangripta Sarwo Darmono

Witanul Bulkis RUMAH NYANYIAN JIWA

Witanul Bulkis



RUMAH NYANYIAN JIWA

Di rumah ini membungkus segenap jiwa menghampar rasa datang seperti bayang segala lara selalu tergantikan dengan riang terasa indah bila nyanyian jiwa mengalun tanpa sumbang



Di rumah ini temukan damai hingga harapan berkembang cinta kasih sayang siang malam selalu terpancar cahaya kasih tanpa halangan ragu menghadapi langkah-langkah sulit



Di rumah ini segala asa tercurah semoga cinta selalu mengalir pada jiwa-jiwa penyejuk





Tanah Bumbu, April 2020




















Witanul Bulkis



RUMAH CAHAYA

Ramadhan kini terasa sepi

Tak ada zikir menjelang buka puasa

Tak ada sholawat saat tarawih tiba

Tak ada alunan ayat suci penyejuk jiwa

Masjid mushola begitu lengang

Shaf hanya tinggal kain Panjang

Beribadah hanya perorangan



Rumah kini bagai surga keluarga berkumpul beribadah bersama semua berkumpul tak kemana-mana



Rumah kini penuh cahaya memancar bak mentari jingga membelai hingga merasuk jiwa tersenyum bersama keluarga tercinta



Banyak cerita dalam keluarga

Banyak canda tawa berkumpul bersamanya

Walau hanya terdengar suara azan dari spiker mushola namun sholawat, zikir dan lantunan ayat suci masih terdengar dari orang-orang tercinta





Tanah Bumbu, Mei 2020








Biodata



Witanul Bulkis, lahir di Gambut kab. Banjar prov. Kalimantan selatan. Saat ini tergabung dalam Komunitas Bagang Sastra Tanah Bumbu dan Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS). Puisinya pernah tergabung dalam antalogi bersama penyair Kalimantan Selatan  Membumikan Langit (Tahura Media, 2018), antalogi puisi guru Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu Menulis Puisi Rekor Muri 2018, Antalogi puisi Surak Sumampai (TPSS XVI, 2019), antalogi puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festifal 2019 “WHEN THE DAYS WERE RAINING”, antalogi Bersama Sayur Mayur dan sebagai penulis terpilih 10 besar dalam antalogi puisi Perempuan Seberang Jalan pada event Indonesia berpuisi #9 oleh CV. Poetry Publisher. Ia kini tinggal di Pagatan kec. Kusan Hilir Kab. Tanah Bumbu bekerja sebagai guru SD.

Sulistyo , HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH

HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH

Sulistyo

Tuhan
Terima kasih Kau hadiahi aku ramadhan
Walau dalam kegelisahan dan kepedihan
Karena aku tak punya uang untuk membeli kolak pisang
Apalagi nanti baju lebaran
Hanya ada masker seharga sepuluh ribuan
Karena uang di dompet tinggal recehan
Sisa gajian dua bulan lalu hampir habis untuk makan

Ma'af Tuhan
Ramadhan ini mungkin aku hanya bisa menyapa semampuku
Tak ada suara bakiakku melangkah ke rumah-Mu
Aku hanya bisa mengeja alifbata di dalam kamarku
Aku hanya bisa bersujud di hamparan sajadah rumahku

Tuhan
Dekap aku dengan ramadan-Mu
Biarkan tangisku pecah dalam rintih tadarusku
Biarkan mulutku tetap melafal firman-Mu
Walau terbata

Tuhan
Ramadan ini adalah oase terindah walau dia datang bersama wabah yang Kau turunkan
Di antara isak tangis kelaparan
Di antara lagu kematian
Di antara kerinduan bertemu malam seribu bulan

Jakarta, mei 2020


RAMADHAN TERKUNGKUNG PANDEMI

Sulistyo

Tik tok jam tesendat berputar
Matahari berhenti di tengah jalan
Perut menipis menahan lapar siang malam
Berbuka puasa hanya seteguk minuman
Penghasilan menghilang karena pandemi tak berkesudahan

Ramadhan pilu
Ramadhan penuh sembilu

Jakarta, mei '20


Senin, 04 Mei 2020

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: ---- MENGGALAH BULAN SEMPURNA

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:
-----------------------------------------------

MENGGALAH BULAN SEMPURNA 

di puncak ketinggian langit
sempurna tubuhmu terhampar
menggelinjang semi sensual
semampai nyiur melambai
berjenjang kemontokan buah
penuh pesona angin membuncah
mengguncang kesintalan bidang
meliuk lekuk sepanjang gairah
elok berkelok selaras kemolekan
tegakkan galah lawan kelelakian
kobarkan hasrat pemabuk surga
menjamah bukit-bukit reronta
menebar kelembutan hasrat
desiskan diksi-diksi persetubuhan
menggalah nikmat bulan sempurna
bulan suci bersimpul pandemi covid
dalam rengkuh ranjang isolasi


(part, 030520)

Minggu, 03 Mei 2020

Aditya Mahdi F , 5 waktu di rumah



Kubuka mata yang masih sayuh

Menjelajah masa lalu dengan sepeda waktu yang kukayuh

Kuingat masa-masa kala itu, riuh gemuruh namun tetap teduh

Bernostalgia dengan sebatang rokok yang tinggal separuh

Tepat disamping air kali rumahku yang sudah keruh

Kutinggalkan kopi ku yang seperempat penuh

Pergi ke kamar mandi, membasuh wudhu pada anggota tubuh

Puisi berhenti sejenak, saatnya waktu Subuh



Terbangun di siang hari setelah bangun setelah sahur

Kulihat ibu ingin membeli sayur mayur

Seketika aku mengucap syukur

Tentu aku hanya ingin duduk, hampir tersungkur

Ingin membaca buku, berkontemplasi dengan para leluhur

Buku-buku ini menyelamatkanku dari kutukan tuan takur

Yang menyebabkan kehidupan manusia menjadi hancur

Namun sebelum itu menjadi hancur, ini sudah masuk waktu Dzuhur



Sore hari, rasa dahaga mulai menjalar

Namun tak sebanding dengan rasa lapar akan pengetahuan nalar

Semua keresahan ku tahan didalam kamar

Rasa resah yang masih samar-samar

Sejujurnya, aku sangat ingin keluar

Namun terhalang, mereka berkata jangan sampai rakyat terpapar

Lagi lagi aku kembali ke kamar, diam terkapar

Hingga terdengar suara Adzan Ashar



Hampir masuk waktu berbuka

Aku masih tak mengerti apa dan kenapa

Terkurung seperti ini mulai membuat jiwa ku menjadi gila

Namun tak apa, ini demi kebaikan bersama

DUG DUG DUG, Adzan Maghrib telah mengudara

Kuambil teh manis untuk melawan rasa dahaga

Dengan beberapa buah es batu tentu saja

Saatnya sholat Maghrib, semoga tuhan mengampuni segala dosa



Malam telah tiba, aku sangat rindu dengan mushola

Aku teringat ketika kecil untuk meminta tanda tangan imam untuk buku sekolah

Sayang sekali, kali ini kurang memungkinkan untuk pergi kesana

Aku tetap dirumah, beribadah, serta memohon ampun kepada-Nya

Setelahnya kupanjatkan doa, semoga dunia kembali ke semestinya

Aku merindukan suasana diluar sana, bercengkrama, mengikuti irama

Sudah cukup, saatnya kembali pada fokus utama

Puisi ini berakhir setelah waktu Isya









Ali Syamsudin Arsi KITA BUKA JENDELA

Ali Syamsudin Arsi



KITA BUKA JENDELA


kita buka jendela memandang taman bunga di pekarangan tetangga warna-warni indah penuh aroma



bila itu terjadi kita sepakat  untuk menanam juga bunga aneka warna di rumah sendiri kita rayakan panorama bunga di sekeliling ada di depan juga ada



rumah yang indah adalah rumah penuh aroma bunga

aroma bunga masuk melalui jendela terbuka lewat udara dan tentu saja pandangan mata



mata bunga-bunga

mata indah rumah kita





/Kindai Seni Kreatif, April 2020





































Ali Syamsudin Arsi



SUARA GEMA-GEMA

ia tak lenyap suara naik ke lapis-lapis udara hingga meniti pada gelombang gema-gema sampai bertemu di lingkungan bulan planet terjauh bahkan di pijar api matahari kawah gunung merambat suara permukaan daun mengalun suara palung laut terdalam menyisir suara di tebing tinggi curam ngarai desir hutan kecipak batu sunyi malam misteri hutan belantara suara dan gema-gema bersahutan



taka da yang hilang sedikit pun



suara gema-gema memandang balik ke rumah-rumah kita



rumah kita asal-muasal suara

asal-muasal gema

demi gema





/Kindai Seni Kreatif, April 2020































Biodata



Ali Samsudin Arsi, lahir di kampung Tubau, Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalsel. Menerbitkan 7 buku gumam Asa, selain buku puisi, kumpulan cerpen juga pantun berkait dan buku kumpulan esai. Pernah mendirikan Forum Taman Hati, mendirikan TOSI (Taman Olah Sastra Indonesia). Sejak tahun 2016 membangun Kindai Seni Kreatif di daerah Kec. Liang Anggang, kota Banjarbaru. Tahun 2020 menerbitkan buku kumpulan puisi “Stadium Tanah Ibu“. Beberapa kali menerima penghargaan sastra dari walikota Banjarbaru, Kepala Balai Bahasa Banjarmasin, Pusat Bahasa di Jakarta. Diundang ke Ubud Writers and Reader - Bali, diundang ke Borobudur Writers and Cultural di Magelang – Jawa Tengah. Hadir pada Mukhtamar Sastra Jawa Timur, ikut merayakan sastra di La Tansa – Lebak Banten, Jawa Barat. Saat ini menjabat Ketua di Kerukunan Sastrawan Hulu Sungai Tengah, Barabai, Kalsel. Mengembangkan metode penulisan dengan “Metode Tulisan Berpindah Tangan”.



Sabtu, 02 Mei 2020

YOE IRAWAN , FRAGMEN PINTU

YOE IRAWAN



FRAGMEN PINTU



I

Sebutir biji

Sekuncup tunas

Dimatangkan waktu



Menolak sia-sia di piringmu



II

Piring waktu

Tergeletak di meja rumahmu

Kamu sebut ia pintu



Tempat kamu mengunyah usia tanpa jemu



III

Selalu lewat pintu  kamu pergi ke ladang

Meninggalkan rumah berbatas petang

Mengolah rindu tak kepalang



Menabur biji menyemai tunas dalam doa-doa kepayang



IV

Waktu selalu membawamu kembali ke pintu itu

Setelah lapar dan dahagamu

Kamu tuntaskan sepenuh gebu



Ar-Rayyan yang dimatangkan ramadhan



V

Beribu-ribu biji

Beribu-ribu tunas

Kian berisi kian bernas



Kamu buka Ar-Rayyan : ladang abadi bertumbuhan





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H




RUMAH KITA SEMPIT SAJA



Rumah kita memang sempit, Sri

Hari-hari penat kian menghimpit

Tetapi hujan senja ini menumbuhkan bahagia yang lain



Tak perlu kuyup. Di sini kita guyup

Orang-orang berlari menantang cuaca

Kita mereguk teh hangat setelah sesiang berpuasa



Ini bukan soal lapar atau dahaga

Dihantam kemiskinan kita sudah terbiasa

Bertahun-tahun bertahan membuat kita begitu berdaya



Tak ada perayaan untuk lapar dan dahaga kita

Tak ada pula nama kita di data-data

Tak apa. Duka lara kita sudah menyatu pada semesta



Rumah kita memang sempit, Sri

Tetapi kita sama faham benar

Puasa membuat ruang kita berbinar seluas cakrawala





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H
PROFIL PENYAIR



Yoe Irawan lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 26 Juni. Menetap di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Kegiatan sehari-hari selain bekerja juga mengelola sebuah sekolah sepakbola untuk anak-a Yoe Irawan  nak dan remaja.Karya puisinya tergabung dalam: Antologi Puisi Indonesia 1997 (Komunitas Sastra Indonesia & Penerbit Angkasa, Bandung, 1997), Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta dan Masyarakat Sastra Jakarta, 2000), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru & Kalalatu Press, Kalimantan Selatan, 2006), Kado Cinta (Kumpulan Puisi, Uwais Indie, 2015), Dupa Mengepul Di Langit (Kumpulan Puisi,Oase Pustaka 2015), Aksara Ramadhan (Kumpulan Puisi, Penerbit Nerin Media 2015), Kilau Zamrud Khatulistiwa (Puisi akrostik, Fam Publishing, 2015), Dua Menit Satu Detik (Kumpulan Puisi, Fam Publishing, 2015), Mengungkap Tabir Bumi Khatulistiwa (Kumpulan Puisi, Penerbit Rumah Kita, 2015), Tujuh Puluh Untuk Indonesia (Kumpulan Puisi Kemerdekaan, Penerbit Bintang Pelangi 2015), Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (Kumpulan Puisi,Vio Publisher, 2015), Semangat Baru Untuk Rohingya (Kumpulan Puisi, Penerbit Ernest, 2015), 99 Mutiara Rindu (Kumpulan Puisi, Zukzez exPress, 2015), Lewat Angin Kukirimkan Segenggam Doa Buat Abah (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017), Perempuan Yang Tak Layu Merindu Tunas Baru (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017). Matinya Sang Pemuda (Oase Pustaka, 2019), Negeri Pesisiran, Dari Negeri Poci 9 (kumpulan puisi, Komunitas Radja Ketjil 2019), When The Days Were Raining (kumpulan puisi, Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Antologi Gambang Semarangan (2020), Perjalanan Merdeka – Independent Journey (Antologi Puisi Internasional Dua Bahasa, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, 2020), Antologi Corona (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2020).Sedang karya cerpennya termuat dalam majalah Ummi dan Annida, juga dimuat dalam antologi cerpen Anak Mimpi (Kumpulan Cerpen Anak, Fam Publishing, 2015). Pernah memenangi lomba menulis cerita pendek islami LMCPI I UMMI tahun 2000 dengan judul Urip Pergi Lagi, Cerpen Guru Untuk Ra menjadi cerpen terpilih dalam lomba cerpen Kagama Virtual 2  tahun 2017, serta Cerpen Sepotong Sayap Di Bulan Mei menjadi cerpen terbaik dalam Lomba Cerpen yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Yayasan Hari Puisi tahun 2019 (Kota Kata Kita, Disparbud DKI dan YHP 2019).

Jumat, 01 Mei 2020

Winar Ramelan RAMADHAN YANG HENING

Winar Ramelan

RAMADHAN  YANG HENING



Seperti daun daun yang jatuh dari pohon

Mereka mendapati takdirnya tanpa suara

Ketika angin menabuhnya

Lalu tanggal dari pohon naungnya

Untuk luruh pada bentang pertiwi



Begitupun hari ini

Dalam ramadhan yang hening

Karena tak ada seremonial buka bersama

Atau tarawih dalam luasnya masjid

Tak ada bedug yang bertalu talu

Juga tadarus dengan pengeras suara



Di dalam rumah, ayat suci didaraskan

Doa doa dilantunkan sederas hujan

Kasih pun berpaut dengan erat

Seerat benang dalam tenunan



Hari hari berlalu begitu saja

Seperti daun yang gugur tanpa suara

Tetapi pagi menjadi hari baru

Laksana tunas daun lalu tumbuh bunga

Begitu pun ramadhan ini

Datang dan pergi menuju kuncup bunga yang wangi

Dan mekar tepat di hari Idhul Fitri nanti



DIRI DAN DIA



Mari kita dirikan tempat suci di dalam rumah

Menatahkan Dia bukan pada megahnya bangunan

Namun pada kelapangan dan kesucian niat dalam diri



Jangan lusuhkan jiwa untuk terlihat megah

Ketika menghadapNya, dengan tatapan tatapan serupa

Tatapan manusia yang ingin dilihat



Rundukkan diri atas keberadaanNya

Meski tak terlihat, Dia ada di dalam diri kita

Yang tak ingin ditinggikan

Karena sudah maha tinggi

Namun seringkali diri merasa sangat tinggi 

Melebihi kepala sendiri
Biodata



Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar.

Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki.

Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit, Saron, A Skyful of Rainy Day, Sebutir Garam Di Secangkir Air, Berbagi Kebahagiaan Dalam Tadarus Puisi, Perempuan Bahari

I MADE SUANTHA DOA SERIBU BULAN

I MADE SUANTHA
DOA SERIBU BULAN

Doa pada bumi yang telah setia
Menyempurnakan cahaya temaram itu
Bulat bulan nampak kembar
Dalam hatiku. Seribu laron berebut
Tetesan gerimis pada kilau
Bintang bintang. Dan kau mencatat
Dengan senyap
Lembaran sayap itu. Melayang
Dan kemudian lenyap di warna bunga
Yang menjadikanmu harum! 

Sedekah mataair
Bagi sungai yang mengalir
Wingit langit bagi seribu bulan
Menyempurnakan indah malam
Sujud daun dalam meluruhkan sinar matahari
Menuntun anak tersesat mencari jalan pulang

Doa ibu,  lantunan lagu
Gending dengan irama purbani
Pelepas dahaga:  perjalanan hayati.

Cahaya bulan memuaikan malam!

April, 2020



I MADE SUANTHA
RUMAH YANG INDAH

Disini sujud didirikan. Tanpa terkungkung
Teraan mata jam. Dia adalah detak
Irama jantung dan tarik serta hembusan
Nafas
Tafakur diam, serupa  cerapan akar pohon
Membesarkan diri dengan memamah
Pertiwi dengan senyap

Rumah dengan pekarangan seluas hati
Dipenuhi harum untuk bunga bunga yang sempurna
Mewarnai taman
Mata air yang mendulang sumur
Mengaliri seribu sungai
Di seluruh bahagian tubuh

Nyanyian ibu. Tanah yang dibajak bapak
Lukuan ditumbuhi rumpun padi
Memenuhi lumbung diri

Doa ibu. Wirid bapak
Jalan selapang cakrawala:  Jalan masuk
Menuju rumah dengan tiang tiang yang kokoh
Menopang sajadah serah diri

April 2020





Ar-rahman, Rosmita

Ar-rahman
Rosmita

Duka di langitku
Menambah daftar panjang perih
dan nestapa.Malapetaka menimpa segala ruang titik-titik setiap persinggahan.Silaturahmi hanya tinggal pemanis lisan ,bahkan untuk
Rumah Ibadah sekalipun tertutup sudah , taraweh Ramadhanku
hanya di rumah saja

Haruskah terus saling meyalahkan ?
Sementara azab itu terus bermunculan hingga kita tak mampu lagi banyak bicara
Diam dan memasrahkan diri kepada-Nya ,agar pertolongan mampu membuat syaraf bertahan
Meski virus itu teramat debu
namum mampu menguras nadi hingga napas terkulai lemah

Semua nyata
Tak satupun tersembunyi.Lisan-lisan nyinyir kini tak lagi berucap
Seperti biasanya lantang dan sadis
Bencana itu melesat bagai busur menembus sasaran

Bulu roma merinding di malam paling mencekam
Dan aku harus terus bertahan
dalam doa agar mati hanya dengan keadaan Husnul khatimah
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan ?

Jambi 2020

2
RAMADHAN YANG ADUH

Anakku
Berbuka puasa senja ini makan seadanya. Kita kan sudah terbiasa puasa tanpa berbuka
Diamlah nak !
Jangan mengeluh , sebab ibu akan selalu membahagiakanmu ,meski
ibu harus menjadi perempaun berstatus pemulung ,namun ibu tidak akan mau meminta kepada siapapun kecuali kepada Allah

Tapi bu , adek kepingin berbuka puasa senja ini ,maka es krim
seperti anak tetangga sebelah
itu Ibu , sekali saja bu
Oh Tuhan ,tak terasa ternyata aku menangis mendengar permintaan Putri kecilku .Tuhanku kepada-Mu aku bermohon , berikanlah rezeki kepadaku agar aku mampu memberikan kebahagiaan kepada keluargaku ,anak titipan-Mu
Aamiin Ya Rabbal'alamiin

Jambi 2020

Rosmita.S.Pd
Lahir di Provinsi Nangroe Aceh 20 April menetap di Jambi
Pernah kuliah di UNJA dan UT Jambi selesai 2010
Bekerja sebagai Kepala Sekolah
di salah satu SD yang berada
di lingkungan
Kabupaten Muaro Jambi
Saya penyuka warna hitam
Traveling , Adventure adalah kegiatan yang paling disukai
Berpuisi sejak duduk di bangku
sekolah dasar
Bagi saya syair adalah napas kehidupan.
Penggagas Antologi bersama , tergabung dalam grup Asnur dan Peneroka
Anggota ASPI 2017 hingga kini
Baru menulis 35 Antologi bersama
Dan 5 Antologi tunggal
Di antara nya
1.Merenda jingga selapas senja(2016) 2. Jemari Jingga (2016)
3.Sajak 19 mei (2017)
4.perempuan bertubuh puisi (2019
5.Dwi tunggal Sajak untuk khadijah (2018) 5 .Puisi Guru gerakan Akbar 1000 Guru Asean tentang sebuah buku dan rahasia(Antologi puisi terbanyak MURI (2018).6.Bendera sepenuh tiang (2018) 7 .10.Penyair bicara ,8.Basanta ,9.Akar ibu ,10.Ayah , bangsa,11.Mata cinta,
12. Membaca asap ,13.hujan.
14.Mata rindu ,15.Negeri di atas awan,16. Sabda alam,
17.Membaca zaman,
18.Puspa warna, 19.Kultur ,
20 Mata rindu, 22.Jejak langit , 23.Menyibak Langit Ramadhan ,24.Kakimu ibu adalah surgaku ,25.Sajak cinta untuk peneroka , 26.Satu abad karang anyar , 27.Wajah Indonesia , 28selangit puisi ,29Mahar gading , 30cinta dan hujan ,32. Ketika penulis bicara ,33.Bertemu dalam koma menari dalam titik, 34.Jejak Sunyi Sang Perindu , 35 Malam bertasbih dalam cahaya 1000 bulan 2020 ,37.Menara impian dalam 6 penulis Jambi , Cinta 2020
di musim semi @38 (Love in Spring )versi bahasa Inggris
di puisi 4 Benua 2020
39.Amora En Primavera vers berbahasa spanyol Puisi empat benua 2020
40.Gerakan Sekolah Menulis buku Nasional bersama  siswa /I (Mentari di Langit Talang kerinci) 2019
41.Gerakan 1000 guru Asean menulis pantun nasihat 2020

Kamis, 30 April 2020

Vien Rumailay. , “Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”

Vien Rumailay.


“Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”



Ibu…..

Aku  merindukanmu

Ditengah  bulan  yang  penuh  rahmat  ini

Kau cahaya  yang  selalu  menerangiku

Kau  pelangi  yang  selalu  memberi  warnah  bahagia



Ibu….

Dibulan suci ini

Kau tidak  bersama  denganku

Aku merindukanmu  ibu

Belaiyan  kasih  sayang

Selalu kau  tebarkan  dibulin  suci  ini



Ibu…..

Sekarang  kau  telah tiada

Aku sungguh merasa  kehilangan

Aku merindukanmu  ibu

Ramadhan  tahun   2020

Tak  seindah  Ramadhan  Tahun  2019 bersama ibu



Ibu….

Kau  dambaan  hatiku

Kau  telah tiada

Namun  kasihmu  bagiku

Selalu  aku  rasakan  disetiap  hembusan  nafasku



Sungguh indah  Bila ibu berada di bulan  Ramadhan  ini

Segala ampunan ku  haturkan  bagimu  ibu

Segala doa  kupanjatkan  bagimu

Tetaplah  abadi  disisi  Allah

Merayakan  Ramadhan  bersama  Allah

Aku  selalu  merindukanmu  ibu



Masohi,  29 April  2020

















Sukacita  Ramadhan

Oleh : Vien Rumailay



Ramadhan Telah Tiba

Seluruh Umat Muslim Bersukacita

Menyambut Bulan Penuh Ampunan

Bulan Penuh Keberkahan

Bulan Penuh Kemuliaan



Sungguh indah Ramadhan

Amalan pahala Allah berikan

Bagi kami umat-Mu

Syukur kepada Allah kami panjatkan

Tanpa Allah hidup kami sia – sia



Oh Ramadhan…

Kau hadir berikan sukacita

Mengobati dan menemani setiap insan

Kau berikan cahaya Ramdhan

Yang terpencar dimana - mana



Masohi,  29 April 2020

Rabu, 29 April 2020

Hakikat Ramadhan , Abdil Arif

Abdil Arif




Hakikat Ramadhan



Rhamadan dulu…

Syetan dikurung

Rhamadan sekarang...

Semua mahluk dikurung termasuk manusia…


Ramadhan dulu…

Orang rajin taraweh itu shaleh

Ramadhan Sekarang,,

Rajin taraweh itu salah…


Dulu…

Iman harus kuat

Sekarang, imun yang harus kuat


Kata positif sekarang buruk

Kata negatif sekarang baik


Baru terasa,,

Bahwa semua mulai berubah…


Tapi ,,

Tapi tidak untuk hakikat ramadhan…


Dia tetap merajai bulan

Dia tetap penuh ampunan

Dia tetap memberi malam seribu bulan

Dia tetap menjadi sanjungan


Oh, ramadhan…

Tempat bersuci…

Bukan hanya makan dan minum yang aku tahan,,

Bicara busuk aku tahan..

Pandangan aku tahan..

Rasa aku tahan..

Karena bukan perut lapar,,

Bukan gersangnya tenggorokan..

Yang mensucikan…


Tapi,,,

Hakikatmu ,, ramadhan

Sucikan semua jiwa ,,

Berpuasalah...

SUPIANOOR RUMAHKU MUSHOLAKU

SUPIANOOR


RUMAHKU MUSHOLAKU

Di Ramadhan tahun ini

Jauh berbeda dari Ramadhan tahun-tahun yang lewar

Kumandang merdunya azan di rumah sendiri

Niat dan takbir tangan di angkat di rumah sendiri

Lantunan Al-Fatihah bergaung di nrumah sendiri

Ruku menundukkan kan badan di rumah sendiri

Sujud merendah diri di nrumah sendiri

Berdia meminta ampun di rumah sendiri

Semua di rumah sendiri



Ramadhan di tahun ini

Tarawih beramaah bersama keluarga di rumah sendiri

Derai selawat dan lantunan ayat-ayat Al-Quran

Semarak dari nrumah sendiri

Walau jamaah kecil dari keluarga yang kecil

Namun sungguh semarak dengan ebersamaan

Ramadhan tahun ini

Rumahku musholaku



Tanah Bumbu 2020



























SUPIANOOR



MENUNGGU BERBUKA PUASA



Keluarga kecilku

Duduk bersila membentuk lingkaran

Sama menghadap hidangan yang amat sangat sederhana

Sambil tafakur berdiam  dan merenung diri dalam diam

menunggu penanda waktu yang merayap kian mendekat

menuju titik akhir untuk berbuka puasa



Sirine meraung pengganti beduk

Kami serentak berdoa dan berbuka bersama

Seremak bersama mereggguk air dan makanan lainnya

Dengan lahap dan terukur tanpa berlebihan

Kemudian tak lupa mengucap syukur bersama

Atas apa yang kami dapatkan di hari ini

Oh indahnya keluargaku





Tanah Bumbu 2020





































BIODATA PENULIS










Supianoor dilahirkan di Kusan Hulu, sebuah kecamatan yang berada di pelosok Kalimantan Selatan pada tanggal 1 Juli 1969. Puisi-puisinya terdapat dalam antologi bersama Buitenzorg Bogor Dalam Puisi Penyair Nusantara (2017), Berbagi Kebahagiaan (2019), Surak Sumampai (2019)Sekarang bertugas sebagai Kepala SMPN 4 Kusan Hulu. Bisa dihubungi di no Hp/WA 081348562835 atau E-mail smpn2kusanHulu@yahoo.com

Sugeng Joko Utomo PULANG

Sugeng Joko Utomo



PULANG



Sudarmin renta duduk terdiam

Bersandar tangan mata terpejam

Terhanyut angan di lamun kelam

Menembus masa silam

Tentang istri teramat dicinta

Tiga anak buah kasihnya

Sebentar lagi akan bersua

Pada rumah bambu telah tua



Di atas kapal melancar pulang

Rindu menari dicumbu gelombang

Beriring cericit camar-camar terbang

Hari pun menjemput siang



Sepuluh tahun ia terhumbalang

Merantau jauh di negeri seberang

Sebab sepetak kecil sawah ladang

Tak lagi memberi harapan panjang

Panen hanya setahun sekali

Itu juga tiada pasti

Air seperti malu mengaliri

Hijau subur menjauh pergi



Angin bertiup menerpa wajah

Lamunan segera tergugah

Ia bangkit berdiri terperangah

Rupanya sampailah sudah

Segera baris berdesak-desakan

Menjinjing barang bawaan

Di emplasemen dermaga pelabuhan

Gejolak di dada semakin tak tertahan



Sudarmin renta tertegun diam

Tak mampu mengurai gumam

Melihat desa tanah kelahiran

Tenggelam di telan air bendungan



Tasikmalaya, 27 April 2020

Sugeng Joko Utomo







LENTERA BELUM MENYALA



Terbayang pintu bercat hijau pandan

Mulai terbuka perlahan

Sayap-sayap rindu berkepakan

Mengerumuni jasadku dalam diam

Berpuluh ratus bahkan ribuan

Menggugah angan menjemput kenyataaan



Aku menghambur segera

Pada kedua tangan terbuka

Milikmu yang senantiasa

Menanti pulangku dengan setia

Menumpahkan selaksa rasa

Selama ini terpaksa ditunda



Senyum kau suguhkan

Bersama segelas cerita tentang Intan

Putri kita yang bukan lagi anak ingusan

Beranjak menjadi remaja kekinian

Selalu mengharap segunung perhatian

Dariku seorang ayah perantauan



Kunikmati peluk mesra darimu

Kuresapi cium takdim anakku

Kubenamkan jiwa pada lautan syahdu

Yang tetiba ombaknya menggulung haru biru



Kukunyah rindu yang tersaji

Kureguk segelas cinta suci

Terpejam mata menikmati

Getar asmara meresapi sanubari



Namun...

Hari ini kanda belum bisa pulang adinda

Saat ini ayah tak jadi datang ananda

Tak diperkenankan oleh aturan negara

Konon untuk memutus pandemi corona

Jika wabah sudah mereda

Kelak ada sempat untuk bersua

Akan kunyalakan lentera

Terangi segala penjuru rumah kita



Tasikmalaya, 25 April 2020

Sugeng Joko Utomo





BAITUL JANNAH



Wahai isteriku

Puasa baru berjalan seminggu

Tetapi kau telah belanja gula telur dan terigu

Juga beberapa macam rempah bumbu

Sibuk pula membuat kue ini itu



Untuk lebaran nanti

Katamu membela diri

Sambil tetap asyik mengolesi

Alat panggang cetakan roti



Sementara makna dari puasa terlewatkan

Engkau bergunjing sambil mengaduk adonan

Mulut tiada henti mengatakan

Si ini atau si anu telat bayar arisan



Rumah berantakan

Di ember bertumpuk cucian

Di teras sampah berserakan

Pekerjaan lain terabaikan



Istriku tersayang

Puasa dan lebaran itu satu pasang

Saling bertautan berbayang

Melengkapi bak angin dan layang-layang



Rusak puasa rusak pula lebaran

Tak berkumandang lagi kemenangan

Terkoyak oleh mudharat kebiasaan

Digerus nafsu buruk keseharian



Maka berhati-hati saja

Tulus menjaga sikap dan bicara

Tuntas menjalani ibadah mulia

Niat bersihkan jiwa raga dari dosa



Tasikmalaya, 14 April 2020

Sugeng Joko Utomo





YANG ASYIK MUDIK



Di penghujung akhir bulan puasa

Gemanya panggili para pengembara

Untuk pulang ke desa-desa



Segala moda transportasi

Motor bus dan mobil pribadi

Berebut cepat tak pandai mengantri



Cerita tentang kota

Perihal bermacam duka

Dilipat di balik senyum pura-pura



Pura-pura kaya

Pura-pura bahagia

Kompensasi dari hidup menderita



Herman memboyong anak istri

Dengan motor sendiri

Hasil menabung berhari-hari



Simin mengendarai inova

Sepertinya mobil sewa

Mengajak keluarga semua



Prapti naik bus AKAP

Berpengemudi kurang cakap

Di padat kemacetan terperangkap



Adakah yang naik kereta api

Tiket online tak pernah terbeli

Sebab jaringan internet bikin sakit hati



Mereka para pemudik

Berkumpul bercerita asyik

Saling berbagi kisah unik



Aku hanya diam mendengar

Senyum sendiri tanpa sadar

Menyimak perubahan desa jadi hingar-bingar



(Semua ini pasti tak lama

Sepekan lagi mereka balik ke kota

Melanjutkan berburu nasib menderita

Untuk kembali mudik lebaran berikutnya)



Tasikmalaya, 6 April 2020

Sugeng Joko Utomo

Selasa, 28 April 2020

MUHAMMAD JAYADI RAMADHAN DI TAHUN INI

MUHAMMAD JAYADI



RAMADHAN DI TAHUN INI

Ramadhan datang kembali mengunjungi kita
Masih dengan gema menebar rahmat Allah di segenap penjuru dunia ini
Memanggil setiap orang beriman yang terpatri di dadanya
Walaupun duka masih menyayat hati
Di tengah-tengah wabah yang belum mau pergi

Bagi kami, ramadhan tetaplah cahaya
Menerang keimanan di dada dengan puasa
Hadiah bagi setiap hamba-hamba-Nya
Mengandung nafas keampunan dan realitas keagungan cinta pada-Nya
Menuju puncak takwa

Ramadhan kali ini tetaplah gegap gempita
Meski sederhana secara zahirnya
Namun niat dan tekad tetap menyala
Menghidupkan bulan mulia di antara cobaan yang datang

Kita yakin
Allah punya rahasia di balik segala keadaan yang dijadikan-Nya
Kita jadikan renungan bersama di dalam jiwa.

Balangan 27 April 2020

PUASA TIBA

Pada bulan mulia ini
Kita raih kedalaman batin
Dengan perenungan diri
Menyelami keadaan
Wujud pertautan hamba dengan Tuhan

Sebulan ini kita latih
Memerangi nafsu di jiwa
Meraih muthmainnah
Ketundukan jiwa hakiki
Istiqamah hingga ajal tiba
Semoga.

Balangan 27 April 2020

Muhammad Jayadi lahir pada 19 Juli 1986 di desa Galumbang kec. Juai. Kab. Balangan. Hobi menulis, melukis meski otodidak. Tinggal di Balangan Kalimantan Selatan.

Sutarso PROTES TENTANG SURGA, TEMPAT PALING BINTANG BAGI KELUARGA

Sutarso

PROTES TENTANG SURGA, TEMPAT PALING BINTANG BAGI KELUARGA

"Di kepala:
 Pikiran kotor merajalela
 Terjebak otakatik otak,
 sampai terbelai andai,
 bahwa tanpa pikiran suci
 di kemudian hari
 kita masuk surga?
 Atau, telah kau
 pelajari  Sunah Nabi tapi
 purapura tidak mengerti?
 Di bibir:
 Kata mangkir
 kepada kita mampir
 Terlalu yakin masuk
 surga, bukankah itu
 kesimpulan terburuburu?
 Bukankah seharusnya
 menabung kebaikan
 seribu gunung,
 baru menghitung
 untung
 dari kemungkinan
 lolos seleksi
 setelah Munkar
 setelah Nakir
 jalankan tugas dari_Nya
 Mengenai catatan tentang
 baik buruk perbuatan kita
 dari lahir hingga
 hembuskan napas terakhir,
 ada di Roqib
 ada di Atid
 Di jemari:
 Kekerasan, ringan tangan
 Kau tau, tangan
 untuk memberi
 Mengapa kepada diri 
 sendiri
 mengapa kepada diridiri
 di luar diri sendiri,
 kaumenyakiti?
 Dengan zalim,
 mengapa mengklaim diri
 alim?
 Dengan kejahatan,
 pantaskah kita
 jadi penghuni surga?
 Bukankah masih ada
 waktu?
 Bukankah rumah kita,
 tempat yang tepat
 demi
 kembalikan keaslian diri
 yang terfotokopi
 basabasi
 bikin jalan ke surga
 terportal  bengal
 mengaku diri
 paling handal?
 Bukankah rumah,
 tempat paling indah,
 yang semoga jadi Tempat
 Paling Bintang bagi
 keluarga kita?"

Sorong, 25 April 2020


Bukankah rumah,
adalah surga?
Semoga dari rumah ini,
kita sekeluarga
mencapai surga


Sudarmono SENJA MENUJU KIBLAT MU

Sudarmono

SENJA MENUJU KIBLAT MU

Ya Allah
Malam seribu bulan selalu tiba
Menjemput umatmu
Memburu ridhomu tiap penjuru
Berbesar hati pada niatan
Meskipun dosa selalu ada

Ya Tuhan
Ramadhan yang datang kali ini
Kau coba dengan berbagai ujian
Percakapan mudlorat mubazir
Masih selalu ada di tubuh kita
Sebagai manusia yang tak peduli

Ya Semesta
Ada kerakusan kami tak kuingat
Wabah Virus cenderung bertambah
Membentang dari segala arah
Hanya engkaulah sang pengarah
Senja menuju tetap ke kiblatmu

Tambun Utara, 24 April 2020
Sudarmono

RAMADHAN HADIR DI RUMAH

Roda zaman itu terus berputar
diawali masa silam
kini benar terjadi di musim ini
wabah Virus mendunia
terlukiskan kembali
memporak-porandakan akal budi
niatan mulia juga peradaban

Tetapi ingat jangan bersedih
kembali kita berbakti
kirim doa puja dan puji
Ya Allah di bulan Ramadhan ini
wabah Virus segera musnah pergi
tergenggam kembali di tanganmu
Ya Illahi Rabbi

Tambun Utara 25 April 2020






Zaeni Boli PULANG

Zaeni Boli


PULANG

Kedamaian adalah tempat kembali
saat doa doa terbang ke langit
mengetuk pintuMu
saat sujud mencium bumiMu
aku adalah hambaMu
yang senantiasa mendamba pulang

Zaeni Boli 2020

BAHAGIA

rumput pagi
senyum bahagia
adalah jumpa bulan penuh berkah
seindah malam seribu malam
bintang gemintang
seolah butiran doa para hamba adalah kerinduan
dan Kau tersenyum wahai pemilik segala indah

Zaeni Boli 2020


 Profil singkat

Nama    : Moh Zaini Ratuloli (Zaeni Boli)
Tempat tgl lahir: Flores,29-08-1982
No tlp    081380724588
Pos El :zaeniboli@yahoo.co.id



Pernah tampil di acara Festival Internasional “Asean Literary Festival 2015” ,karya –karya puisinya juga termuat di media cetak maupun antologi bersama diantaranya Negeri Poci ,Puisi Menolak Korupsi dan Lumbung Puisi.Tergabung bersama Sastra Kalimalang sebagai Investaris karya sejak 2013-2017 .
Juga aktif bergiat di literasi bersama Agupena Flores Timur .Sekarang tinggal di Flores Timur  aktif di Nara Teater ,tampil pada Pekan Teater Nasional 2018 di TIM GBB,menjadi ketua TBM Lautan Ilmu dan mengajar di SMK SURA DEWA Flores Timur mendirikan Eskul Teater “Bengkel Seni Milenial”.Aktif menghidupkan kesenian di Kampus IKTL Larantuka.





Andi Jamaluddin, AR. AK. PULANG, YUK … !


Andi Jamaluddin, AR. AK.


PULANG, YUK … !


Pulang, yuk … !

Rinduku semakin membara

ingin pulang, ke kampung

sebelum bulan  simpan purnama



Pulang, yuk …!

Konon gubuk tua di tepi tebing

masih kukuh, berdiri

dengan tiang kayu hutan dan atap ilalang

dari rajut ayat-ayat matahari;

menyinari halaman, sisa waktu langkah


Pulang, yuk …!

Barangkali di kampung

masih ada sepetak ladang dan sawah

untuk kita semaikan biji-bijian

supaya esok tumbuh akar, bunga, dan berbuah

kita tuai kemudian hari,

agar tak kelaparan

1

Pulang, yuk … !

Aku merindukan suara burung-burung,

kecipak air yang mengalir di guntung,

nyanyian jangkrik tengah malam,

kokok ayam menjelang subuh,

lambaian rumpun bambu dan daun nyiur

Betapa kedamaian melekat dalam


//ajarak/23.04.20/23.01/pgt.tanbu//










Andi Jamaluddin, AR. AK.


USAI PULANG SAHUR, KITA PETUALANGI

Siapa kau bangunkan sahur

menjelang subuh pulang

peraduan berkemas. Ada gerimis hujan

sudah menghadang dengan selimut dingin



Bias cahaya pun bergegas,

berkemas di lipatan sunyi

barangkali ada tertinggal sebiji Ajwa,

bakal bekal berbuka

dengan segelas air putih-Nya



Siapa kau bangunkan sahur

sajadah menjadi terbentang, panjang

sejauh laut, dijelajah oleh 33 zikir

hingga ujung kampung halaman

kita petualangi

ingin bertemu, dan bertempat tinggal

di rumah damai

: rumah kita yang indah

//ajarak/24.04.20/23,37/pgt.tanbu//

Andi Jamaluddin, AR. AK. Berkali-kali menjadi pemenang sayembara penulisan naskah buku yang diselenggarakan Pusat Perbukuan Nasional, baik di tingkat provinsi maupun nasional, termasuk juga lomba cipta puisi. Sudah melahirkan sejumlah kumpulan puisi tunggal maupun antologi bersama. Anggota FAM ini mengantongi IDFAM6036U menerima hadiah seni dari Gubernur Kalsel Tahun 2012, Hadiah Seni Astaprana dari Kesultanan Banjar Tahun 2016, dan Anugerah Seni dari Bupati Tanah Bumbu Tahun 2018. Sekarang tinggal di Jalan Karya II RT.03 Desa Batuah Kec. Kusan Hilir, Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalsel. Hp./WA 082253446580. Fc. Jarak Fajar. Email : andijarak_64@yahoo.com



Roymon Lemosol Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun

Roymon Lemosol

Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun



di kesunyian pagi
aku mendengar anak-anak merafal doa
berzikir di rumah kehidupan
kata-kata mengalir bersama air
bersama angin jadi tembang surga

aku melihat mereka merentngkan tangan
memberiku secangkir teh hangat dari petikan embun

pagi yang indah saudaraku, ujar mereka
dadaku mengalirkan sungai air mata
menemukan rindu yang panjang
tepat di pertengahan desember

sebab langit kita Satu
dan kita sama-sama menulis waktu

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020











Roymon Lemosol

Setelah Subuh Kedua

Allahu Akbar
gema suara itu mengalun syahdu
tanah bergetar dijanjikan surga dari atap langit
angin berhembus
alam menunduk

bersajaklah mereka dengan tasbih
kebesaran Tuhan

di batas subuh kedua kulihat cahaya
di antara sujud-sujud
kedamaian

keikhlasan
senyuman hangat
jadi taman-taman bunga

setelah subuh kedua itu
mereka memelukku erat

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020

Roymon Lemosol, kelahiran Lumoli, Seram Bagian Barat 24 Agustus 1971. Karya-karyanya pernah menghiasi halaman sejumlah media lokal maupun nasional. Sebagian lagi terhimpun dalam 45 buku antologi bersama. Buku kumpulan puisi tunggalnya, Sebilah Luka Dari Negeri Malam (Akar Hujan, 2015). Jejak Cinta Di Negeri Raja-raja (Teras Budaya, 2019). Roymon dapat dihubungi melalui WA: 085243130770, email : pazaluei@yahoo.co.id

M. Johansyah – Tanah Bumbu

M. Johansyah – Tanah Bumbu



Puasa Adalah Rumah Indah Di Syurga

Arus godaan mulai merambah

semakin kuat mendesak-desak

keseluruh tubuh, ruang gerak

dihari pertama puasa ramadan

takpeduli sedang berjuang

menahan lapar haus dan dahaga

Haus, menggamit mulut dan lidah

pada sebotol sirup manis rasa melon

dicampur coklat lezat

berkawan es serut kelapa muda

beraroma citrus menggugah selera

bagaimana rasa itu takmenggoda

oh, ya Tuhan ~ hamba sedang puasa

mengumpulkan satu demi satu

bilah hitungan hari dengan jeriji jemari

beri hamba kekuatan menahan haus

hingga ke petang

menjadikan puasa hamba yang terbaik, tahun ini

sebab telah Kau cukupkan hamba dengan saur

lapar haus dan dahaga hanya sementara

sedangkan pundi-pundi akhirat abadi

Begitu pun lapar, terus menjalari tubuh

dengan bisiknya

serupa rayu wanita jalang tanpa busana

mengelus-elus dinding  perutku

lalu berkata lembut

seperti tetesan keringat sehabis birahi

disekanya berkali-kali, basah kering angin

mengembun, meluapkan sungai ke pembuluh selera

lapar ini menjadikan hari-hari penuh ikhtiar

menggarap sehampar lahan amal dunia

sebagai tanah tandus yang harus ditanami iman

ditanami segala tumbuhan mengandung energi

untuk menggerakkan segenap pikir

agar tiada yang percuma

saat panen tiba, didapatkan semua bahagia



Gerbang keampunan bagi jiwa-jiwa yang mendamba

dibasuh air sejuk ramadan, berkali-kali, berhari-hari

sajadah wangi

menuju ke rangkulan Illahi rabbi

kemarilah, sambutNya. Kerinduan berbalas kasih sayang

reguk nikmat yang dijanjikan, hari itu, berkekalan suka cita

puaskan segala inginmu

Batulicin, 24/04/2020#22.09












M. Johansyah – Tanah Bumbu

Rumah Ramadan Penebus Segala Dosa

Matahari telah menyimpan selembar catatan haus dan lapar

diserahkannya pada Tuhan, sebab puasa seorang hamba

adalah urusan Tuhan pada hambanya

tidak akan sia-sia, bahkan seberapa ikhlas pun berpuasa

juga bagi yang masih setengah hati

akan mendapat markah

ponten dari kerja manusia, Tuhan akan memonten semua

tidak tercecer sedikit juapun satu amalan

sengaja matahari dibuatNya cerah menyengat

lalu agak petang dibuatNya meredup mendung

ini skenario, ini setting sebuah panggung besar

untuk sebuah pertunjukan maha super kolosal

yakni Ramadan Mubarak, ya, Bulan Suci,

ya, bulan yang lebih baik dari seribu bulan

datang sekali dalam setahun, tamu agung lagi mulia

bagi sekalian hamba-hamba yang beriman

menguji taqwa, menguji cinta

haus dan lapar sebagai lembar uji

dijawab dengan sabar, ikhlas dan kebesaran jiwa

tidak menjadi halangan

diseparuh jalan sudah mengeluh

lalu berkata, aku takkuat

puasa membuatku sakit, puasa menyiksa diri

Tuhan Maha Tahu, apa yang engkau keluhkan

mengapa takkuat, membuat sakit, menyiksa diri

kelak hamba akan tahu jawabnya

jika tahu akan segala rahasia puasa sesungguhnya

semua hamba akan merasa rugi seumur hidupnya

karena tak berpuasa, sebab akan dibaliknya semua masa lalu

dibuatnya puasa sepanjang tahun

tetapi Tuhan takkan mau menerima

puasa bukan sebab terpaksa

puasa bukan sebab ingin mendapat pujian

sesungguhnya puasa adalah rahasia

antara Tuhan dan hambanya

sebiji kurma, bermakna

seteguk air, bermakna

cuaca yang meliputi sehari puasa, bermakna

silaturrahmi dalam puasa, bermakna

menjaga seluruh anggota tubuh, bermakna

hanya Tuhan tempat segala makna diurai penuh nikmat

dihamparkanNya pada suatu ketika, pada hamba

dinampaknya pada kita sekalian hambaNya

kenikmatan syurga yang tiada tara

entah, apalagi yang akan didapatkan

sebagai ganjaran bagi yang berpuasa

sebagai itibar, jangan butakan mata

sebab puasa, tambahan dari semua amalan manusia

untuk meraih kesucian diri

penebus atas segala dosa dan kesalahan

Batulicin, 24/04/2020#20.55

M. Johansyah, penulis yang mukim di Batulicin, Tanah Bumbu. Telah membuahkan banyak karya tulis, berupa puisi, cerpen dan esai. Tulisannya dibukukan dalam antologi bersama, diterbitkan di Kalimantan Selatan hingga mencapai ke luar daerah. Diantaranya : Hutan Hujan Tropis, When The Days Were Raining, A Skyful Of Rain, Membumikan Langit, Semerbak Hutan Seharum Ombak dan banyak lagi. Salam sastra.

Junaidi , Ramadan

Junaidi

Ramadan


Ramadan kali ini melankolis

Ada banyak lalu lalang ngeri

Seperti berita-berita saban hari

Memperbaharui jumlah-jumlah

Mengabarkan pengurangan-pengurangan

Mengabarkan nanar banyak mata

Pulang kampung atau mudik

Kabur atau menyembunyikan rindu

Kepada halaman rumah

Pada riuhnya kemenangan

Serta jabat tangan kehangatan...



Ramadan kali ini saksi ampunan

Kepada sesiapa yang perlu

Atau bertambah acuh

Semacam kunang-kunang

Yang jauh lalu indah

Ia mulai jarang kita tahu.

Barangkali kunang pun enggan

Kita pun enggan lagi berbincang

Dosa-dosa sendiri...

Pati, 25 April 2020


Junaidi lahir di Pati pada 25 tahun yang lalu, ikut tertaut mencintai sastra meskipun belum banyak bukti cintanya. Bisa ditemukan di bumi bagian Asia tenggara, Jawa Tengah, Indonesia. Atau mudah saja dengan nama FB Juna Sa





Ramadhan di Rumah Saja, Heru Mugiarso

HERU MUGIARSO



RAMADAN DI RUMAH SAJA



Ramadan tahun  ini di rumah saja

Sembari  menyusun impianimpian lebaran dengan bersahaja

Menjalani hari demi hari berpuasa  apa adanya

Nyaris sebulan penuh  tak ada lagi yang tersisa



Kita pandang meja makan menu berbuka sederhana

Mencerna kebahagiaan hadir semenjana

Begitulah tahun tahun kita yang akrab dengan musibah bencana

Menyelesaikan satu demi satu tugasnya



Ramadan tahun ini di rumah saja

Berbuka, tarawih dan tadarus  serta itikaf di  sana

Kerna yakin Allah Ta’ala  hadir bersama kita

Mengajari bagaimana menyikapi sebuah petaka.



2020.















IBADAH SUNYI



Ibadahku ibadah sunyi

Ibadah dari hati paling hakiki

Jauh dari riuh dan riya

Karena ibadahku hanya padaNya

Sang Maha Sunyi



Ibadahku ibadah sepi

ibadah dari puncak kemanusiaan dalam diri

Karena hanya Tuhan Maha Sepi yang paling mengerti

Setiap gelagat niat dan iman tersembunyi



Ibadahku ibadah yang tak perlu diketahui

Ibadah ikhlas berbalut syar'i

Biarlah ujian bersabar kali ini

Menjadi inti dari persembahan yang sejati.

2020

Puasa Pertama, Anisah

Anisah

Puasa Pertama



Suasana social distancing sangat terasa di Musholla Istiqomah Dusun Jrakah

Tak ada lagi sesame jamaah bersalam-salaman seperti tahun lalu

Penataan shof tak lagi rapat tetapi berjarak. Tak ada karpet digelar, semua membawa sajadah sendiri

Walau begitu, musholla penuh dengan jamaah, tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan

Semua cerah ceria memasuki malam pertama Ramadhan

Setelah selesai sholat taraweh, jamaah pulang, sesuai anjuran pemerintah

 untuk mengurangi kegiatan berkerumun agar terjaga dari virus corona

Masyarakat dengan ikhlas pulang ke rumah masing-masing

Pukul tiga dinihari

Suara panggilan dari masjid untuk bangun persiapan makan sahur

Diiingi suara gemericik air hujan yang membuat syahdu suasana lereng Merapi

Indahnya suasana malam pertama makan sahur

Drngan lauk pepes ikan nila yang lezat

Semua anggota keluarga  riang gembira menikmatinya

Bersyukur telah diberi rizki kesehatan

dalam suasana lockdown dan PSBB



Magelang, April 2020
















Biografi Pengarang:

Anisah, penulis laporan dan berita pada Majalah Rindang, Semarang{2010},

Penulis artikel pada Surat Kabar Jawa Pos Radar Semarang {2019},

Penulis artikel pada Majalah Sejahtera Semarang {2020}

Penulis Antologi Puisi Tari Soreng {2019}

Penulis 5 buku antologi puisi bersama {2017.2018.2019,2020}

Alamat: Jrakah, Kaliurang, Srumbung, Magelang

HP.008774208223

Selembar Sajadah Hamparan Rumput Masjid Islamic Centre, Rg Bagus Warsono

Selembar Sajadah Hamparan Rumput Masjid Islamic Centre



Bus tahu waktu

Sopir kini mengerti hati penumpang

Ac siang tak tersa dingin

oleh suhu berdesakan

dalam perjalanan pulang

dan pergi ke tujuan

lalu badan besar panjang itu masuk pelataran

Masjid megah bersejadah hijau

hamparan umat

yang setia datang

atas kehendakNya

Rumah kita yang indah.

Lalu kita mencuci waktu

Betapa sehari seminggu sebulab dab setahun begitu cepat

ampuni jiwa kami kotor

malu aku berada di lelataranMu

aku ingin bersih

jiwa ini

malu aku berada

Di rumah kita yang indah.

(rg bagus warsini 27 April 2020)

Tiga Padasan, Rg Bagus Warsono

Tiga Padasan



Dengan air tadi siang

Dan bekas sandal jepit menyumpel mulutnya yang kecil

agar cukup

membasahi jamaah surau

gemericik riang air membasuh muka

dari orang orang laut

berbau ikan dan asin

menjadi bersinar

Tiga padasan gemericik hingga subuh tiba

airpun menyapa dingin

sepercik sepercik mulut padasan semakin kecil

seperti tetesan gerimis

lalu habis disinari matahari pagi

Tiga padasan kembali mencari air

yang dibawa ibu pemilik surau

(rg bagus warsono Ramadhan 1441 H)

Kita Semakin Berhimpit, Rg Bagus Warsono

Kita Semakin Berhimpit


Bersandar Dinding Jendela At Taqwa Bagda asyar menanti

lelaki tua lusuh dengan tas

Tembokku tembokmu juga

At Taqwa yang kita miliki kini megah berlantai dua

Menikmati kantuk sejuknya angin

di serambi itu

At Taqwa milikmu

Seperti yang sudah sudah lelaki betsandar bertambah tambah

semakin ramai semakin padat

At Taqwa milik semua

lelaki tua lusuh itu tak terlihat

dan saling tak melihat

At Taqwa tak mempedulikan

duduk atau selonjor

sebagai tamu rumah kita yang indah

Ketika beberapa saat menjelang magrib

semakin berhimpit

kendaraan dan gerobak dagang

ingin bersandar

di dinding jendela At atTaqwa.

(rg bagus warsono, ramadhan 1441 H)

Tadarus Puisi IV Ramadhan 1441 H Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia