18.
Eri Syofratmin
Mandi Kucing
Dan,
seekor
nyamukpun
terpeleset di
ramping mulus tubuhmu
seekor
nyamukpun
terpeleset di
ramping mulus tubuhmu
Kota LINTAS, 21 Januari 2017
ERI SYOFRATMIN (Eyang kulup) lahir dikota LINTAS MUARABUNGO, 7 September 1970,Selepas SMA melanjutkan ke
ASKI Padangpanjang dengan jurusan Musik dan setelah itu tranfer ke IKIP Padang
mengambil jurusan Sendratasik. Semasa kuliah aktif dibidang seni dan sastra,
adapun puisi sering diterbitkan di GANTO, SINGGALANG, dan banyak berkecimpung
di taman budaya Padang bersama penyair-penyair dan seniman di sumatra barat.
Sekarang menjadi tenaga pengajar(guru) di SMPN 1 MUARABUNGO, Juga aktif
disanggar PEMDA dengan melestarikan seni dan budaya dari kabupaten BUNGO, dan
sering mengikuti efen-efen luar dan dalam negeri, seperti FESTIVAL GENDANG
NUSANTARA di Malaka, MALAYSIA. Pendiri Forum komunikasi dan kreasi pemuda
Bungo. Antologi bersama yang pernah di ikuti yaitu: PRASASTI Th 1998 dan LACAK
KENDURI Tahun 2015. Trimakasih dan salam sastra. Tinggal di Sate kambing Leri
aska simpang PU lama, depan Hotel pelangi, Jln: Jend. Sudirman.
19.
Gampang
Prawoto
Lingsir Kata
sebatas
kata merajut ukara
pelepas dahaga mendaki rindu
lingsir baitbait menorah wajah senja
telanjang matamu bening telaga
ingin aku berkaca menatap sulur muda
bersemi berahi dari kerak batang setengah
kering
termakan musim.
telanjang bibirmu laksana anggur
memerah maron
ingin aku bisikkan desah ayat rindu
melumat manisnya gulagula.
telanjang dadamu
membuncah anganku semasa kecil
“menggambar bebas” kata bu guru
dua buah gunung kembar menjulang tinggi
mengapit semburat terbit mentari.
telanjang rambutmu
tergerai angin anggun menyapa
detik, menit mengeja kecantikan alam
maneka warna.
telanjang tubuhmu
sebatas
kata merajut ukara
pelepas dahaga mendaki rindu
lingsir baitbait menorah wajah senja.
Sastrowidjojo, 07122016
Gampang Prawoto
Permainan Purba Tanpa
Helai Benang
ingatkah
kau
pada
permainan purba
seakan
kita telanjang tanpa helai
benang
padahal
rumput - rumput pinggir kali
menjadi tapih
permainan
kanak - kanak tanpa kata
lelah
tanda koma
bukan bermakna tabu
karena
kejernihan air sungai
telah
menanamkan tetes bening pada akal
mengakar
rasa
dari
bijibiji buah yang jauh dari dakwa-sangka
persetubuhan yang
menggila
sari
kemasan - kemasan birahi
teracik
pada cawan
cawan nafsu percintaanmu.
ingatkah
kau
pada
permainan purba
seakan
kita telanjang tanpa helai
benang
saat
gendhing langgam wuyung
merasuk
pada sejuk keheningan rasa
ada dingin
yang menggoda
sesungguhnya kita sama
mengharap
kehangatan menjelma kata-kata.
ingatkah
kau
pada
permainan purba
seakan
kita telanjang tanpa helai
benang
"bolehkah aku pinjam jaritmu"
dibawah temaram purnama
kita
bermain seadanya
karena kita hanya berdua .
langgam wuyung masih
masih mengirama diantara permainan purba
ingatkah
kau
pada
permainan purba
seakan
kita telanjang tanpa helai
benang
padahal jarit pemberian biyungmu
hanya
sebagian yang aku lilitkan
untuk permainan.
Gampang Prawoto ,Lahir Bojonegoro, 23 OKTOBER 1971. Tinggal di desa Pejambon, Kec. Sumberrejo, Bojonegoro,
Jawa Timur (62191), Sehari-harinya mengajar di sekolah terpencil tepatnya di
SDN Pejambon Sumberrejo Bojonegoro, Aktif
di Sanggar Sastra ( PSJB ) Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro dan
KOSTELA ( Komunitas Sastra Teater Lamongan). Puisi dan guritnya yang
pernah diterbitakan diantaranya Antologi tunggal (stensil) ”Babat Windu,1997” .
Penyair ini juga kerap mengikuti antologi bersama nasional yang digagas
berbagai komunitas sejak tahun 1998 serta puisinya dimuat di berbagai media
baik regional maupun nasional.
20.
Harmany
KALLISTE
sejak kepergianmu di petang hari itu,
kabut tipis bergerak dari napasmu
dengan berjalan tanpa pamit
tampak jelas, jejak bulan itu; dimatamu
seketika itu kau pun diam dalam cahaya
remang
kau terjatuh dan lemas, begitu lama
dalam pelukanku, kudengar gumpalan kabut
menderu
udara dingin landai, gorden gorden
melambai
tubuhmu memancarkan kelembutan pagi hari
apakah kau menangis, kalliste
mungkin aku tak akan bisa menyentuhmu
karena hanya bayang bayang matahari
di udara, dan cuaca cerah cukup untuk kita
aku memanggimu, kalliste
inilah kecupan musim panas,
ketika gerimis dan bau tanah kita rindukan
di pertengahan bulan sebelas
dan kita pergi bersama-sama melayang
tapi aku melihat keresahanmu, kalliste
di bawah akuarium, alas kayu putih
lampu telah redup, tapi
gelembung-gelembung udara
napasmu, semakin kencang
dan rengkuhanmu makin erat dan kuat
aku mencari tubuhmu, dan kutemukan getar
udara
bunyi kipas menderu bagai layar
kata-kata itu, mengingatkanku kembali
kemana petang itu pergi,
yang akan mengantarkan kesepianku
ke tanah lapang, daun-daun gugur
kau meronta, aku pun tergolek lemas
dalam cahaya bergoyang-goyang
dalam keremangan panjang, dari pinggir
jendela
hamburan bintang, angin menyerap tulang
hari-hari selalu petang, kau lepaskan
dekap aku kalliste, dekap aku
pelan-pelan matamu membuka
kau seperti berada di tanah asing
cahaya yang mengalir di kedua pipimu
telah lama redup kau bilang;
dunia telah lama mengutuk semua orang
untuk bahagia
Harmany, 2016
Harmany
Derai Derai
kau semakin ganteng saja, Latnov
senyummu membakar lampu kamar kita,
ruang seluas ini, bau sedap malam, remang
remang
dalam pelukan aroma chevignon, dalam derai
derai
belai lembut tubuhmu mengalirkan suasana
lembah arau
pada musim hujan, aku semakin bisu menatap
matahari dari tengkukmu
kegagahanmu semakin terlihat jelas;
berdiri tegak melewati batas lorong lorong
gelap
melintasi cuaca basah dan lembab, oh bunga
pualam
melepaskan pekik kucing malam
sedang senyummu, tak henti menjatuhkan
sorga
kau semakin gagah dan ganteng, Latnov
bahumu yang kekar mengalahkan luas kamar
tapi tunggu, ada yang tak asing dari gerak
gerikmu
menerobos hutan malam, segenap pancalang,
membusung, dan
melawan tiap desah angin yang berserakan
di lembah arau, pesonamu
wajah asri dan lugu
membuat aku makin pasrah atas keindahan
angin sejuk, burung walet yang lincah
bermain
ketika cuaca hujan mulai turun kembali
ah, kau ganteng sekali
Harmany, 2016
Harmany, lahir di Pamekasan, 29 Juni 1982,
puisi yang pernah terbit dan tergabung dalam antologi bersama, diantaranya
Bunga Rampai (Penerbit Sembilan Mutiara), Minduelle, Rumput Bunga, Kepada
Penari Izu (Stepa Pustaka), Perempuan Camar, (Antologi kompilasi Forsasindo),
Nantinya, Sajak Dandang, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia IV (HMGM), selain
itu, penyair berprofesi sebagai guru di
Pamekasan
21.
Hasan Maulana A. G
Perempuan
malam
Seorang
perempuan
Sedang asyik
duduk
Di pinggir
jalan
Sambil
menikmati
Mesranya
sapaan nyamuk
Seorang
perempuan
Tengah
menikmati
Dinginnya
angin malam
Sampai
menusuk tulang
Seorang
perempuan
Menunggu
tuannya datang
Lalu mulai
berbincang
Agar esok
bisa makan
Seorang
perempuan
Rela
menjajahkan diri
Menikmati
nafsu birahi
2017
Hasan Maulana A. G
Disebuah
Rumah Makan Remang-remang
Pada malam
itu di perjalanan panjungku yang melelahkan. Sejenak mampir disebuah rumah
makan hanya untuk beristirahat dan sedikit mengisi perut yang lapar. Tak lama
terlihat ada seorang wanita yang satu agak sedikit tua dan satu lagi masih muda
dengan dandanan sedikit menor sambil senyum genit padaku. Lalu pikiranku
terganggu sambil berucap “jangan-jangan ini tempat mesum”. Tak lama pelayan
rumah makan itu menghampiriku sehingga aku terkejut. Pandanganku hanya menatap
pelayan itu yang sedikit berpakaian sexy. Dadanya yang menonjol dan paha yang
agak mulus sekali membuat nafsu makanku bertambah bagaikan makan direstoran
ternama dengan hidangan yang lezat. Lalu dimeja makan tersaji dada, paha dan
lain sebagainya. Sambil membayangkan betapa enak dan murahnya di obral begitu
saja hanya untuk mencari daya tarik pelanggan.
2017
Hasan Maulana A. G
Bi
Rok Mini
Begitu
romantis
Begitu
mempesona
Begitu
memukau
Begitu
menggairahkan
Membangkitkan
hawa nafsu
2017
Hasan Maulana A. G. Lahir di
Subang 22 September 1995. Beberapa karyanya tergabung dalam antologi bersama
penyair lain, diantaranya Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia III dan IV (HMGM,
2015 dan 2016), Menabrak Batas Normal (Pena House, 2015), Mazhab Puisi (Vio
Publisher, 2015), Memo Untuk Wakil Rakyat (Forum Sastra Surakarta, 2015),
Senandung Tanah Merah (Penyair Serumpun, 2016), Ije Jela (Dewan Kesenian Barito
Kuala, 2016), 6,5 SR Luka Pidie Jaya (Ruang Sastra, 2017), Lelaki Bercelana
Kulot Di Sebuah Pesta Pernikahan (Oase Pustaka, 2017) dan lain-lain