M. Johansyah – Tanah Bumbu
Puasa Adalah Rumah Indah Di Syurga
Arus godaan mulai merambah
semakin kuat mendesak-desak
keseluruh tubuh, ruang gerak
dihari pertama puasa ramadan
takpeduli sedang berjuang
menahan lapar haus dan dahaga
Haus, menggamit mulut dan lidah
pada sebotol sirup manis rasa melon
dicampur coklat lezat
berkawan es serut kelapa muda
beraroma citrus menggugah selera
bagaimana rasa itu takmenggoda
oh, ya Tuhan ~ hamba sedang puasa
mengumpulkan satu demi satu
bilah hitungan hari dengan jeriji jemari
beri hamba kekuatan menahan haus
hingga ke petang
menjadikan puasa hamba yang terbaik, tahun ini
sebab telah Kau cukupkan hamba dengan saur
lapar haus dan dahaga hanya sementara
sedangkan pundi-pundi akhirat abadi
Begitu pun lapar, terus menjalari tubuh
dengan bisiknya
serupa rayu wanita jalang tanpa busana
mengelus-elus dinding perutku
lalu berkata lembut
seperti tetesan keringat sehabis birahi
disekanya berkali-kali, basah kering angin
mengembun, meluapkan sungai ke pembuluh selera
lapar ini menjadikan hari-hari penuh ikhtiar
menggarap sehampar lahan amal dunia
sebagai tanah tandus yang harus ditanami iman
ditanami segala tumbuhan mengandung energi
untuk menggerakkan segenap pikir
agar tiada yang percuma
saat panen tiba, didapatkan semua bahagia
Gerbang keampunan bagi jiwa-jiwa yang mendamba
dibasuh air sejuk ramadan, berkali-kali, berhari-hari
sajadah wangi
menuju ke rangkulan Illahi rabbi
kemarilah, sambutNya. Kerinduan berbalas kasih sayang
reguk nikmat yang dijanjikan, hari itu, berkekalan suka cita
puaskan segala inginmu
Batulicin, 24/04/2020#22.09
M. Johansyah – Tanah Bumbu
Rumah Ramadan Penebus Segala Dosa
Matahari telah menyimpan selembar catatan haus dan lapar
diserahkannya pada Tuhan, sebab puasa seorang hamba
adalah urusan Tuhan pada hambanya
tidak akan sia-sia, bahkan seberapa ikhlas pun berpuasa
juga bagi yang masih setengah hati
akan mendapat markah
ponten dari kerja manusia, Tuhan akan memonten semua
tidak tercecer sedikit juapun satu amalan
sengaja matahari dibuatNya cerah menyengat
lalu agak petang dibuatNya meredup mendung
ini skenario, ini setting sebuah panggung besar
untuk sebuah pertunjukan maha super kolosal
yakni Ramadan Mubarak, ya, Bulan Suci,
ya, bulan yang lebih baik dari seribu bulan
datang sekali dalam setahun, tamu agung lagi mulia
bagi sekalian hamba-hamba yang beriman
menguji taqwa, menguji cinta
haus dan lapar sebagai lembar uji
dijawab dengan sabar, ikhlas dan kebesaran jiwa
tidak menjadi halangan
diseparuh jalan sudah mengeluh
lalu berkata, aku takkuat
puasa membuatku sakit, puasa menyiksa diri
Tuhan Maha Tahu, apa yang engkau keluhkan
mengapa takkuat, membuat sakit, menyiksa diri
kelak hamba akan tahu jawabnya
jika tahu akan segala rahasia puasa sesungguhnya
semua hamba akan merasa rugi seumur hidupnya
karena tak berpuasa, sebab akan dibaliknya semua masa lalu
dibuatnya puasa sepanjang tahun
tetapi Tuhan takkan mau menerima
puasa bukan sebab terpaksa
puasa bukan sebab ingin mendapat pujian
sesungguhnya puasa adalah rahasia
antara Tuhan dan hambanya
sebiji kurma, bermakna
seteguk air, bermakna
cuaca yang meliputi sehari puasa, bermakna
silaturrahmi dalam puasa, bermakna
menjaga seluruh anggota tubuh, bermakna
hanya Tuhan tempat segala makna diurai penuh nikmat
dihamparkanNya pada suatu ketika, pada hamba
dinampaknya pada kita sekalian hambaNya
kenikmatan syurga yang tiada tara
entah, apalagi yang akan didapatkan
sebagai ganjaran bagi yang berpuasa
sebagai itibar, jangan butakan mata
sebab puasa, tambahan dari semua amalan manusia
untuk meraih kesucian diri
penebus atas segala dosa dan kesalahan
Batulicin, 24/04/2020#20.55
M. Johansyah, penulis yang mukim di Batulicin, Tanah Bumbu. Telah membuahkan banyak karya tulis, berupa puisi, cerpen dan esai. Tulisannya dibukukan dalam antologi bersama, diterbitkan di Kalimantan Selatan hingga mencapai ke luar daerah. Diantaranya : Hutan Hujan Tropis, When The Days Were Raining, A Skyful Of Rain, Membumikan Langit, Semerbak Hutan Seharum Ombak dan banyak lagi. Salam sastra.