Minggu, 03 Mei 2020

Aditya Mahdi F , 5 waktu di rumah



Kubuka mata yang masih sayuh

Menjelajah masa lalu dengan sepeda waktu yang kukayuh

Kuingat masa-masa kala itu, riuh gemuruh namun tetap teduh

Bernostalgia dengan sebatang rokok yang tinggal separuh

Tepat disamping air kali rumahku yang sudah keruh

Kutinggalkan kopi ku yang seperempat penuh

Pergi ke kamar mandi, membasuh wudhu pada anggota tubuh

Puisi berhenti sejenak, saatnya waktu Subuh



Terbangun di siang hari setelah bangun setelah sahur

Kulihat ibu ingin membeli sayur mayur

Seketika aku mengucap syukur

Tentu aku hanya ingin duduk, hampir tersungkur

Ingin membaca buku, berkontemplasi dengan para leluhur

Buku-buku ini menyelamatkanku dari kutukan tuan takur

Yang menyebabkan kehidupan manusia menjadi hancur

Namun sebelum itu menjadi hancur, ini sudah masuk waktu Dzuhur



Sore hari, rasa dahaga mulai menjalar

Namun tak sebanding dengan rasa lapar akan pengetahuan nalar

Semua keresahan ku tahan didalam kamar

Rasa resah yang masih samar-samar

Sejujurnya, aku sangat ingin keluar

Namun terhalang, mereka berkata jangan sampai rakyat terpapar

Lagi lagi aku kembali ke kamar, diam terkapar

Hingga terdengar suara Adzan Ashar



Hampir masuk waktu berbuka

Aku masih tak mengerti apa dan kenapa

Terkurung seperti ini mulai membuat jiwa ku menjadi gila

Namun tak apa, ini demi kebaikan bersama

DUG DUG DUG, Adzan Maghrib telah mengudara

Kuambil teh manis untuk melawan rasa dahaga

Dengan beberapa buah es batu tentu saja

Saatnya sholat Maghrib, semoga tuhan mengampuni segala dosa



Malam telah tiba, aku sangat rindu dengan mushola

Aku teringat ketika kecil untuk meminta tanda tangan imam untuk buku sekolah

Sayang sekali, kali ini kurang memungkinkan untuk pergi kesana

Aku tetap dirumah, beribadah, serta memohon ampun kepada-Nya

Setelahnya kupanjatkan doa, semoga dunia kembali ke semestinya

Aku merindukan suasana diluar sana, bercengkrama, mengikuti irama

Sudah cukup, saatnya kembali pada fokus utama

Puisi ini berakhir setelah waktu Isya









Ali Syamsudin Arsi KITA BUKA JENDELA

Ali Syamsudin Arsi



KITA BUKA JENDELA


kita buka jendela memandang taman bunga di pekarangan tetangga warna-warni indah penuh aroma



bila itu terjadi kita sepakat  untuk menanam juga bunga aneka warna di rumah sendiri kita rayakan panorama bunga di sekeliling ada di depan juga ada



rumah yang indah adalah rumah penuh aroma bunga

aroma bunga masuk melalui jendela terbuka lewat udara dan tentu saja pandangan mata



mata bunga-bunga

mata indah rumah kita





/Kindai Seni Kreatif, April 2020





































Ali Syamsudin Arsi



SUARA GEMA-GEMA

ia tak lenyap suara naik ke lapis-lapis udara hingga meniti pada gelombang gema-gema sampai bertemu di lingkungan bulan planet terjauh bahkan di pijar api matahari kawah gunung merambat suara permukaan daun mengalun suara palung laut terdalam menyisir suara di tebing tinggi curam ngarai desir hutan kecipak batu sunyi malam misteri hutan belantara suara dan gema-gema bersahutan



taka da yang hilang sedikit pun



suara gema-gema memandang balik ke rumah-rumah kita



rumah kita asal-muasal suara

asal-muasal gema

demi gema





/Kindai Seni Kreatif, April 2020































Biodata



Ali Samsudin Arsi, lahir di kampung Tubau, Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalsel. Menerbitkan 7 buku gumam Asa, selain buku puisi, kumpulan cerpen juga pantun berkait dan buku kumpulan esai. Pernah mendirikan Forum Taman Hati, mendirikan TOSI (Taman Olah Sastra Indonesia). Sejak tahun 2016 membangun Kindai Seni Kreatif di daerah Kec. Liang Anggang, kota Banjarbaru. Tahun 2020 menerbitkan buku kumpulan puisi “Stadium Tanah Ibu“. Beberapa kali menerima penghargaan sastra dari walikota Banjarbaru, Kepala Balai Bahasa Banjarmasin, Pusat Bahasa di Jakarta. Diundang ke Ubud Writers and Reader - Bali, diundang ke Borobudur Writers and Cultural di Magelang – Jawa Tengah. Hadir pada Mukhtamar Sastra Jawa Timur, ikut merayakan sastra di La Tansa – Lebak Banten, Jawa Barat. Saat ini menjabat Ketua di Kerukunan Sastrawan Hulu Sungai Tengah, Barabai, Kalsel. Mengembangkan metode penulisan dengan “Metode Tulisan Berpindah Tangan”.



Sabtu, 02 Mei 2020

YOE IRAWAN , FRAGMEN PINTU

YOE IRAWAN



FRAGMEN PINTU



I

Sebutir biji

Sekuncup tunas

Dimatangkan waktu



Menolak sia-sia di piringmu



II

Piring waktu

Tergeletak di meja rumahmu

Kamu sebut ia pintu



Tempat kamu mengunyah usia tanpa jemu



III

Selalu lewat pintu  kamu pergi ke ladang

Meninggalkan rumah berbatas petang

Mengolah rindu tak kepalang



Menabur biji menyemai tunas dalam doa-doa kepayang



IV

Waktu selalu membawamu kembali ke pintu itu

Setelah lapar dan dahagamu

Kamu tuntaskan sepenuh gebu



Ar-Rayyan yang dimatangkan ramadhan



V

Beribu-ribu biji

Beribu-ribu tunas

Kian berisi kian bernas



Kamu buka Ar-Rayyan : ladang abadi bertumbuhan





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H




RUMAH KITA SEMPIT SAJA



Rumah kita memang sempit, Sri

Hari-hari penat kian menghimpit

Tetapi hujan senja ini menumbuhkan bahagia yang lain



Tak perlu kuyup. Di sini kita guyup

Orang-orang berlari menantang cuaca

Kita mereguk teh hangat setelah sesiang berpuasa



Ini bukan soal lapar atau dahaga

Dihantam kemiskinan kita sudah terbiasa

Bertahun-tahun bertahan membuat kita begitu berdaya



Tak ada perayaan untuk lapar dan dahaga kita

Tak ada pula nama kita di data-data

Tak apa. Duka lara kita sudah menyatu pada semesta



Rumah kita memang sempit, Sri

Tetapi kita sama faham benar

Puasa membuat ruang kita berbinar seluas cakrawala





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H
PROFIL PENYAIR



Yoe Irawan lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 26 Juni. Menetap di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Kegiatan sehari-hari selain bekerja juga mengelola sebuah sekolah sepakbola untuk anak-a Yoe Irawan  nak dan remaja.Karya puisinya tergabung dalam: Antologi Puisi Indonesia 1997 (Komunitas Sastra Indonesia & Penerbit Angkasa, Bandung, 1997), Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta dan Masyarakat Sastra Jakarta, 2000), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru & Kalalatu Press, Kalimantan Selatan, 2006), Kado Cinta (Kumpulan Puisi, Uwais Indie, 2015), Dupa Mengepul Di Langit (Kumpulan Puisi,Oase Pustaka 2015), Aksara Ramadhan (Kumpulan Puisi, Penerbit Nerin Media 2015), Kilau Zamrud Khatulistiwa (Puisi akrostik, Fam Publishing, 2015), Dua Menit Satu Detik (Kumpulan Puisi, Fam Publishing, 2015), Mengungkap Tabir Bumi Khatulistiwa (Kumpulan Puisi, Penerbit Rumah Kita, 2015), Tujuh Puluh Untuk Indonesia (Kumpulan Puisi Kemerdekaan, Penerbit Bintang Pelangi 2015), Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (Kumpulan Puisi,Vio Publisher, 2015), Semangat Baru Untuk Rohingya (Kumpulan Puisi, Penerbit Ernest, 2015), 99 Mutiara Rindu (Kumpulan Puisi, Zukzez exPress, 2015), Lewat Angin Kukirimkan Segenggam Doa Buat Abah (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017), Perempuan Yang Tak Layu Merindu Tunas Baru (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017). Matinya Sang Pemuda (Oase Pustaka, 2019), Negeri Pesisiran, Dari Negeri Poci 9 (kumpulan puisi, Komunitas Radja Ketjil 2019), When The Days Were Raining (kumpulan puisi, Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Antologi Gambang Semarangan (2020), Perjalanan Merdeka – Independent Journey (Antologi Puisi Internasional Dua Bahasa, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, 2020), Antologi Corona (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2020).Sedang karya cerpennya termuat dalam majalah Ummi dan Annida, juga dimuat dalam antologi cerpen Anak Mimpi (Kumpulan Cerpen Anak, Fam Publishing, 2015). Pernah memenangi lomba menulis cerita pendek islami LMCPI I UMMI tahun 2000 dengan judul Urip Pergi Lagi, Cerpen Guru Untuk Ra menjadi cerpen terpilih dalam lomba cerpen Kagama Virtual 2  tahun 2017, serta Cerpen Sepotong Sayap Di Bulan Mei menjadi cerpen terbaik dalam Lomba Cerpen yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Yayasan Hari Puisi tahun 2019 (Kota Kata Kita, Disparbud DKI dan YHP 2019).

Jumat, 01 Mei 2020

Winar Ramelan RAMADHAN YANG HENING

Winar Ramelan

RAMADHAN  YANG HENING



Seperti daun daun yang jatuh dari pohon

Mereka mendapati takdirnya tanpa suara

Ketika angin menabuhnya

Lalu tanggal dari pohon naungnya

Untuk luruh pada bentang pertiwi



Begitupun hari ini

Dalam ramadhan yang hening

Karena tak ada seremonial buka bersama

Atau tarawih dalam luasnya masjid

Tak ada bedug yang bertalu talu

Juga tadarus dengan pengeras suara



Di dalam rumah, ayat suci didaraskan

Doa doa dilantunkan sederas hujan

Kasih pun berpaut dengan erat

Seerat benang dalam tenunan



Hari hari berlalu begitu saja

Seperti daun yang gugur tanpa suara

Tetapi pagi menjadi hari baru

Laksana tunas daun lalu tumbuh bunga

Begitu pun ramadhan ini

Datang dan pergi menuju kuncup bunga yang wangi

Dan mekar tepat di hari Idhul Fitri nanti



DIRI DAN DIA



Mari kita dirikan tempat suci di dalam rumah

Menatahkan Dia bukan pada megahnya bangunan

Namun pada kelapangan dan kesucian niat dalam diri



Jangan lusuhkan jiwa untuk terlihat megah

Ketika menghadapNya, dengan tatapan tatapan serupa

Tatapan manusia yang ingin dilihat



Rundukkan diri atas keberadaanNya

Meski tak terlihat, Dia ada di dalam diri kita

Yang tak ingin ditinggikan

Karena sudah maha tinggi

Namun seringkali diri merasa sangat tinggi 

Melebihi kepala sendiri
Biodata



Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar.

Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki.

Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit, Saron, A Skyful of Rainy Day, Sebutir Garam Di Secangkir Air, Berbagi Kebahagiaan Dalam Tadarus Puisi, Perempuan Bahari

I MADE SUANTHA DOA SERIBU BULAN

I MADE SUANTHA
DOA SERIBU BULAN

Doa pada bumi yang telah setia
Menyempurnakan cahaya temaram itu
Bulat bulan nampak kembar
Dalam hatiku. Seribu laron berebut
Tetesan gerimis pada kilau
Bintang bintang. Dan kau mencatat
Dengan senyap
Lembaran sayap itu. Melayang
Dan kemudian lenyap di warna bunga
Yang menjadikanmu harum! 

Sedekah mataair
Bagi sungai yang mengalir
Wingit langit bagi seribu bulan
Menyempurnakan indah malam
Sujud daun dalam meluruhkan sinar matahari
Menuntun anak tersesat mencari jalan pulang

Doa ibu,  lantunan lagu
Gending dengan irama purbani
Pelepas dahaga:  perjalanan hayati.

Cahaya bulan memuaikan malam!

April, 2020



I MADE SUANTHA
RUMAH YANG INDAH

Disini sujud didirikan. Tanpa terkungkung
Teraan mata jam. Dia adalah detak
Irama jantung dan tarik serta hembusan
Nafas
Tafakur diam, serupa  cerapan akar pohon
Membesarkan diri dengan memamah
Pertiwi dengan senyap

Rumah dengan pekarangan seluas hati
Dipenuhi harum untuk bunga bunga yang sempurna
Mewarnai taman
Mata air yang mendulang sumur
Mengaliri seribu sungai
Di seluruh bahagian tubuh

Nyanyian ibu. Tanah yang dibajak bapak
Lukuan ditumbuhi rumpun padi
Memenuhi lumbung diri

Doa ibu. Wirid bapak
Jalan selapang cakrawala:  Jalan masuk
Menuju rumah dengan tiang tiang yang kokoh
Menopang sajadah serah diri

April 2020





Ar-rahman, Rosmita

Ar-rahman
Rosmita

Duka di langitku
Menambah daftar panjang perih
dan nestapa.Malapetaka menimpa segala ruang titik-titik setiap persinggahan.Silaturahmi hanya tinggal pemanis lisan ,bahkan untuk
Rumah Ibadah sekalipun tertutup sudah , taraweh Ramadhanku
hanya di rumah saja

Haruskah terus saling meyalahkan ?
Sementara azab itu terus bermunculan hingga kita tak mampu lagi banyak bicara
Diam dan memasrahkan diri kepada-Nya ,agar pertolongan mampu membuat syaraf bertahan
Meski virus itu teramat debu
namum mampu menguras nadi hingga napas terkulai lemah

Semua nyata
Tak satupun tersembunyi.Lisan-lisan nyinyir kini tak lagi berucap
Seperti biasanya lantang dan sadis
Bencana itu melesat bagai busur menembus sasaran

Bulu roma merinding di malam paling mencekam
Dan aku harus terus bertahan
dalam doa agar mati hanya dengan keadaan Husnul khatimah
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan ?

Jambi 2020

2
RAMADHAN YANG ADUH

Anakku
Berbuka puasa senja ini makan seadanya. Kita kan sudah terbiasa puasa tanpa berbuka
Diamlah nak !
Jangan mengeluh , sebab ibu akan selalu membahagiakanmu ,meski
ibu harus menjadi perempaun berstatus pemulung ,namun ibu tidak akan mau meminta kepada siapapun kecuali kepada Allah

Tapi bu , adek kepingin berbuka puasa senja ini ,maka es krim
seperti anak tetangga sebelah
itu Ibu , sekali saja bu
Oh Tuhan ,tak terasa ternyata aku menangis mendengar permintaan Putri kecilku .Tuhanku kepada-Mu aku bermohon , berikanlah rezeki kepadaku agar aku mampu memberikan kebahagiaan kepada keluargaku ,anak titipan-Mu
Aamiin Ya Rabbal'alamiin

Jambi 2020

Rosmita.S.Pd
Lahir di Provinsi Nangroe Aceh 20 April menetap di Jambi
Pernah kuliah di UNJA dan UT Jambi selesai 2010
Bekerja sebagai Kepala Sekolah
di salah satu SD yang berada
di lingkungan
Kabupaten Muaro Jambi
Saya penyuka warna hitam
Traveling , Adventure adalah kegiatan yang paling disukai
Berpuisi sejak duduk di bangku
sekolah dasar
Bagi saya syair adalah napas kehidupan.
Penggagas Antologi bersama , tergabung dalam grup Asnur dan Peneroka
Anggota ASPI 2017 hingga kini
Baru menulis 35 Antologi bersama
Dan 5 Antologi tunggal
Di antara nya
1.Merenda jingga selapas senja(2016) 2. Jemari Jingga (2016)
3.Sajak 19 mei (2017)
4.perempuan bertubuh puisi (2019
5.Dwi tunggal Sajak untuk khadijah (2018) 5 .Puisi Guru gerakan Akbar 1000 Guru Asean tentang sebuah buku dan rahasia(Antologi puisi terbanyak MURI (2018).6.Bendera sepenuh tiang (2018) 7 .10.Penyair bicara ,8.Basanta ,9.Akar ibu ,10.Ayah , bangsa,11.Mata cinta,
12. Membaca asap ,13.hujan.
14.Mata rindu ,15.Negeri di atas awan,16. Sabda alam,
17.Membaca zaman,
18.Puspa warna, 19.Kultur ,
20 Mata rindu, 22.Jejak langit , 23.Menyibak Langit Ramadhan ,24.Kakimu ibu adalah surgaku ,25.Sajak cinta untuk peneroka , 26.Satu abad karang anyar , 27.Wajah Indonesia , 28selangit puisi ,29Mahar gading , 30cinta dan hujan ,32. Ketika penulis bicara ,33.Bertemu dalam koma menari dalam titik, 34.Jejak Sunyi Sang Perindu , 35 Malam bertasbih dalam cahaya 1000 bulan 2020 ,37.Menara impian dalam 6 penulis Jambi , Cinta 2020
di musim semi @38 (Love in Spring )versi bahasa Inggris
di puisi 4 Benua 2020
39.Amora En Primavera vers berbahasa spanyol Puisi empat benua 2020
40.Gerakan Sekolah Menulis buku Nasional bersama  siswa /I (Mentari di Langit Talang kerinci) 2019
41.Gerakan 1000 guru Asean menulis pantun nasihat 2020

Kamis, 30 April 2020

Vien Rumailay. , “Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”

Vien Rumailay.


“Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”



Ibu…..

Aku  merindukanmu

Ditengah  bulan  yang  penuh  rahmat  ini

Kau cahaya  yang  selalu  menerangiku

Kau  pelangi  yang  selalu  memberi  warnah  bahagia



Ibu….

Dibulan suci ini

Kau tidak  bersama  denganku

Aku merindukanmu  ibu

Belaiyan  kasih  sayang

Selalu kau  tebarkan  dibulin  suci  ini



Ibu…..

Sekarang  kau  telah tiada

Aku sungguh merasa  kehilangan

Aku merindukanmu  ibu

Ramadhan  tahun   2020

Tak  seindah  Ramadhan  Tahun  2019 bersama ibu



Ibu….

Kau  dambaan  hatiku

Kau  telah tiada

Namun  kasihmu  bagiku

Selalu  aku  rasakan  disetiap  hembusan  nafasku



Sungguh indah  Bila ibu berada di bulan  Ramadhan  ini

Segala ampunan ku  haturkan  bagimu  ibu

Segala doa  kupanjatkan  bagimu

Tetaplah  abadi  disisi  Allah

Merayakan  Ramadhan  bersama  Allah

Aku  selalu  merindukanmu  ibu



Masohi,  29 April  2020

















Sukacita  Ramadhan

Oleh : Vien Rumailay



Ramadhan Telah Tiba

Seluruh Umat Muslim Bersukacita

Menyambut Bulan Penuh Ampunan

Bulan Penuh Keberkahan

Bulan Penuh Kemuliaan



Sungguh indah Ramadhan

Amalan pahala Allah berikan

Bagi kami umat-Mu

Syukur kepada Allah kami panjatkan

Tanpa Allah hidup kami sia – sia



Oh Ramadhan…

Kau hadir berikan sukacita

Mengobati dan menemani setiap insan

Kau berikan cahaya Ramdhan

Yang terpencar dimana - mana



Masohi,  29 April 2020

Rabu, 29 April 2020

Hakikat Ramadhan , Abdil Arif

Abdil Arif




Hakikat Ramadhan



Rhamadan dulu…

Syetan dikurung

Rhamadan sekarang...

Semua mahluk dikurung termasuk manusia…


Ramadhan dulu…

Orang rajin taraweh itu shaleh

Ramadhan Sekarang,,

Rajin taraweh itu salah…


Dulu…

Iman harus kuat

Sekarang, imun yang harus kuat


Kata positif sekarang buruk

Kata negatif sekarang baik


Baru terasa,,

Bahwa semua mulai berubah…


Tapi ,,

Tapi tidak untuk hakikat ramadhan…


Dia tetap merajai bulan

Dia tetap penuh ampunan

Dia tetap memberi malam seribu bulan

Dia tetap menjadi sanjungan


Oh, ramadhan…

Tempat bersuci…

Bukan hanya makan dan minum yang aku tahan,,

Bicara busuk aku tahan..

Pandangan aku tahan..

Rasa aku tahan..

Karena bukan perut lapar,,

Bukan gersangnya tenggorokan..

Yang mensucikan…


Tapi,,,

Hakikatmu ,, ramadhan

Sucikan semua jiwa ,,

Berpuasalah...

SUPIANOOR RUMAHKU MUSHOLAKU

SUPIANOOR


RUMAHKU MUSHOLAKU

Di Ramadhan tahun ini

Jauh berbeda dari Ramadhan tahun-tahun yang lewar

Kumandang merdunya azan di rumah sendiri

Niat dan takbir tangan di angkat di rumah sendiri

Lantunan Al-Fatihah bergaung di nrumah sendiri

Ruku menundukkan kan badan di rumah sendiri

Sujud merendah diri di nrumah sendiri

Berdia meminta ampun di rumah sendiri

Semua di rumah sendiri



Ramadhan di tahun ini

Tarawih beramaah bersama keluarga di rumah sendiri

Derai selawat dan lantunan ayat-ayat Al-Quran

Semarak dari nrumah sendiri

Walau jamaah kecil dari keluarga yang kecil

Namun sungguh semarak dengan ebersamaan

Ramadhan tahun ini

Rumahku musholaku



Tanah Bumbu 2020



























SUPIANOOR



MENUNGGU BERBUKA PUASA



Keluarga kecilku

Duduk bersila membentuk lingkaran

Sama menghadap hidangan yang amat sangat sederhana

Sambil tafakur berdiam  dan merenung diri dalam diam

menunggu penanda waktu yang merayap kian mendekat

menuju titik akhir untuk berbuka puasa



Sirine meraung pengganti beduk

Kami serentak berdoa dan berbuka bersama

Seremak bersama mereggguk air dan makanan lainnya

Dengan lahap dan terukur tanpa berlebihan

Kemudian tak lupa mengucap syukur bersama

Atas apa yang kami dapatkan di hari ini

Oh indahnya keluargaku





Tanah Bumbu 2020





































BIODATA PENULIS










Supianoor dilahirkan di Kusan Hulu, sebuah kecamatan yang berada di pelosok Kalimantan Selatan pada tanggal 1 Juli 1969. Puisi-puisinya terdapat dalam antologi bersama Buitenzorg Bogor Dalam Puisi Penyair Nusantara (2017), Berbagi Kebahagiaan (2019), Surak Sumampai (2019)Sekarang bertugas sebagai Kepala SMPN 4 Kusan Hulu. Bisa dihubungi di no Hp/WA 081348562835 atau E-mail smpn2kusanHulu@yahoo.com

Sugeng Joko Utomo PULANG

Sugeng Joko Utomo



PULANG



Sudarmin renta duduk terdiam

Bersandar tangan mata terpejam

Terhanyut angan di lamun kelam

Menembus masa silam

Tentang istri teramat dicinta

Tiga anak buah kasihnya

Sebentar lagi akan bersua

Pada rumah bambu telah tua



Di atas kapal melancar pulang

Rindu menari dicumbu gelombang

Beriring cericit camar-camar terbang

Hari pun menjemput siang



Sepuluh tahun ia terhumbalang

Merantau jauh di negeri seberang

Sebab sepetak kecil sawah ladang

Tak lagi memberi harapan panjang

Panen hanya setahun sekali

Itu juga tiada pasti

Air seperti malu mengaliri

Hijau subur menjauh pergi



Angin bertiup menerpa wajah

Lamunan segera tergugah

Ia bangkit berdiri terperangah

Rupanya sampailah sudah

Segera baris berdesak-desakan

Menjinjing barang bawaan

Di emplasemen dermaga pelabuhan

Gejolak di dada semakin tak tertahan



Sudarmin renta tertegun diam

Tak mampu mengurai gumam

Melihat desa tanah kelahiran

Tenggelam di telan air bendungan



Tasikmalaya, 27 April 2020

Sugeng Joko Utomo







LENTERA BELUM MENYALA



Terbayang pintu bercat hijau pandan

Mulai terbuka perlahan

Sayap-sayap rindu berkepakan

Mengerumuni jasadku dalam diam

Berpuluh ratus bahkan ribuan

Menggugah angan menjemput kenyataaan



Aku menghambur segera

Pada kedua tangan terbuka

Milikmu yang senantiasa

Menanti pulangku dengan setia

Menumpahkan selaksa rasa

Selama ini terpaksa ditunda



Senyum kau suguhkan

Bersama segelas cerita tentang Intan

Putri kita yang bukan lagi anak ingusan

Beranjak menjadi remaja kekinian

Selalu mengharap segunung perhatian

Dariku seorang ayah perantauan



Kunikmati peluk mesra darimu

Kuresapi cium takdim anakku

Kubenamkan jiwa pada lautan syahdu

Yang tetiba ombaknya menggulung haru biru



Kukunyah rindu yang tersaji

Kureguk segelas cinta suci

Terpejam mata menikmati

Getar asmara meresapi sanubari



Namun...

Hari ini kanda belum bisa pulang adinda

Saat ini ayah tak jadi datang ananda

Tak diperkenankan oleh aturan negara

Konon untuk memutus pandemi corona

Jika wabah sudah mereda

Kelak ada sempat untuk bersua

Akan kunyalakan lentera

Terangi segala penjuru rumah kita



Tasikmalaya, 25 April 2020

Sugeng Joko Utomo





BAITUL JANNAH



Wahai isteriku

Puasa baru berjalan seminggu

Tetapi kau telah belanja gula telur dan terigu

Juga beberapa macam rempah bumbu

Sibuk pula membuat kue ini itu



Untuk lebaran nanti

Katamu membela diri

Sambil tetap asyik mengolesi

Alat panggang cetakan roti



Sementara makna dari puasa terlewatkan

Engkau bergunjing sambil mengaduk adonan

Mulut tiada henti mengatakan

Si ini atau si anu telat bayar arisan



Rumah berantakan

Di ember bertumpuk cucian

Di teras sampah berserakan

Pekerjaan lain terabaikan



Istriku tersayang

Puasa dan lebaran itu satu pasang

Saling bertautan berbayang

Melengkapi bak angin dan layang-layang



Rusak puasa rusak pula lebaran

Tak berkumandang lagi kemenangan

Terkoyak oleh mudharat kebiasaan

Digerus nafsu buruk keseharian



Maka berhati-hati saja

Tulus menjaga sikap dan bicara

Tuntas menjalani ibadah mulia

Niat bersihkan jiwa raga dari dosa



Tasikmalaya, 14 April 2020

Sugeng Joko Utomo





YANG ASYIK MUDIK



Di penghujung akhir bulan puasa

Gemanya panggili para pengembara

Untuk pulang ke desa-desa



Segala moda transportasi

Motor bus dan mobil pribadi

Berebut cepat tak pandai mengantri



Cerita tentang kota

Perihal bermacam duka

Dilipat di balik senyum pura-pura



Pura-pura kaya

Pura-pura bahagia

Kompensasi dari hidup menderita



Herman memboyong anak istri

Dengan motor sendiri

Hasil menabung berhari-hari



Simin mengendarai inova

Sepertinya mobil sewa

Mengajak keluarga semua



Prapti naik bus AKAP

Berpengemudi kurang cakap

Di padat kemacetan terperangkap



Adakah yang naik kereta api

Tiket online tak pernah terbeli

Sebab jaringan internet bikin sakit hati



Mereka para pemudik

Berkumpul bercerita asyik

Saling berbagi kisah unik



Aku hanya diam mendengar

Senyum sendiri tanpa sadar

Menyimak perubahan desa jadi hingar-bingar



(Semua ini pasti tak lama

Sepekan lagi mereka balik ke kota

Melanjutkan berburu nasib menderita

Untuk kembali mudik lebaran berikutnya)



Tasikmalaya, 6 April 2020

Sugeng Joko Utomo

Selasa, 28 April 2020

MUHAMMAD JAYADI RAMADHAN DI TAHUN INI

MUHAMMAD JAYADI



RAMADHAN DI TAHUN INI

Ramadhan datang kembali mengunjungi kita
Masih dengan gema menebar rahmat Allah di segenap penjuru dunia ini
Memanggil setiap orang beriman yang terpatri di dadanya
Walaupun duka masih menyayat hati
Di tengah-tengah wabah yang belum mau pergi

Bagi kami, ramadhan tetaplah cahaya
Menerang keimanan di dada dengan puasa
Hadiah bagi setiap hamba-hamba-Nya
Mengandung nafas keampunan dan realitas keagungan cinta pada-Nya
Menuju puncak takwa

Ramadhan kali ini tetaplah gegap gempita
Meski sederhana secara zahirnya
Namun niat dan tekad tetap menyala
Menghidupkan bulan mulia di antara cobaan yang datang

Kita yakin
Allah punya rahasia di balik segala keadaan yang dijadikan-Nya
Kita jadikan renungan bersama di dalam jiwa.

Balangan 27 April 2020

PUASA TIBA

Pada bulan mulia ini
Kita raih kedalaman batin
Dengan perenungan diri
Menyelami keadaan
Wujud pertautan hamba dengan Tuhan

Sebulan ini kita latih
Memerangi nafsu di jiwa
Meraih muthmainnah
Ketundukan jiwa hakiki
Istiqamah hingga ajal tiba
Semoga.

Balangan 27 April 2020

Muhammad Jayadi lahir pada 19 Juli 1986 di desa Galumbang kec. Juai. Kab. Balangan. Hobi menulis, melukis meski otodidak. Tinggal di Balangan Kalimantan Selatan.

Sutarso PROTES TENTANG SURGA, TEMPAT PALING BINTANG BAGI KELUARGA

Sutarso

PROTES TENTANG SURGA, TEMPAT PALING BINTANG BAGI KELUARGA

"Di kepala:
 Pikiran kotor merajalela
 Terjebak otakatik otak,
 sampai terbelai andai,
 bahwa tanpa pikiran suci
 di kemudian hari
 kita masuk surga?
 Atau, telah kau
 pelajari  Sunah Nabi tapi
 purapura tidak mengerti?
 Di bibir:
 Kata mangkir
 kepada kita mampir
 Terlalu yakin masuk
 surga, bukankah itu
 kesimpulan terburuburu?
 Bukankah seharusnya
 menabung kebaikan
 seribu gunung,
 baru menghitung
 untung
 dari kemungkinan
 lolos seleksi
 setelah Munkar
 setelah Nakir
 jalankan tugas dari_Nya
 Mengenai catatan tentang
 baik buruk perbuatan kita
 dari lahir hingga
 hembuskan napas terakhir,
 ada di Roqib
 ada di Atid
 Di jemari:
 Kekerasan, ringan tangan
 Kau tau, tangan
 untuk memberi
 Mengapa kepada diri 
 sendiri
 mengapa kepada diridiri
 di luar diri sendiri,
 kaumenyakiti?
 Dengan zalim,
 mengapa mengklaim diri
 alim?
 Dengan kejahatan,
 pantaskah kita
 jadi penghuni surga?
 Bukankah masih ada
 waktu?
 Bukankah rumah kita,
 tempat yang tepat
 demi
 kembalikan keaslian diri
 yang terfotokopi
 basabasi
 bikin jalan ke surga
 terportal  bengal
 mengaku diri
 paling handal?
 Bukankah rumah,
 tempat paling indah,
 yang semoga jadi Tempat
 Paling Bintang bagi
 keluarga kita?"

Sorong, 25 April 2020


Bukankah rumah,
adalah surga?
Semoga dari rumah ini,
kita sekeluarga
mencapai surga


Sudarmono SENJA MENUJU KIBLAT MU

Sudarmono

SENJA MENUJU KIBLAT MU

Ya Allah
Malam seribu bulan selalu tiba
Menjemput umatmu
Memburu ridhomu tiap penjuru
Berbesar hati pada niatan
Meskipun dosa selalu ada

Ya Tuhan
Ramadhan yang datang kali ini
Kau coba dengan berbagai ujian
Percakapan mudlorat mubazir
Masih selalu ada di tubuh kita
Sebagai manusia yang tak peduli

Ya Semesta
Ada kerakusan kami tak kuingat
Wabah Virus cenderung bertambah
Membentang dari segala arah
Hanya engkaulah sang pengarah
Senja menuju tetap ke kiblatmu

Tambun Utara, 24 April 2020
Sudarmono

RAMADHAN HADIR DI RUMAH

Roda zaman itu terus berputar
diawali masa silam
kini benar terjadi di musim ini
wabah Virus mendunia
terlukiskan kembali
memporak-porandakan akal budi
niatan mulia juga peradaban

Tetapi ingat jangan bersedih
kembali kita berbakti
kirim doa puja dan puji
Ya Allah di bulan Ramadhan ini
wabah Virus segera musnah pergi
tergenggam kembali di tanganmu
Ya Illahi Rabbi

Tambun Utara 25 April 2020






Zaeni Boli PULANG

Zaeni Boli


PULANG

Kedamaian adalah tempat kembali
saat doa doa terbang ke langit
mengetuk pintuMu
saat sujud mencium bumiMu
aku adalah hambaMu
yang senantiasa mendamba pulang

Zaeni Boli 2020

BAHAGIA

rumput pagi
senyum bahagia
adalah jumpa bulan penuh berkah
seindah malam seribu malam
bintang gemintang
seolah butiran doa para hamba adalah kerinduan
dan Kau tersenyum wahai pemilik segala indah

Zaeni Boli 2020


 Profil singkat

Nama    : Moh Zaini Ratuloli (Zaeni Boli)
Tempat tgl lahir: Flores,29-08-1982
No tlp    081380724588
Pos El :zaeniboli@yahoo.co.id



Pernah tampil di acara Festival Internasional “Asean Literary Festival 2015” ,karya –karya puisinya juga termuat di media cetak maupun antologi bersama diantaranya Negeri Poci ,Puisi Menolak Korupsi dan Lumbung Puisi.Tergabung bersama Sastra Kalimalang sebagai Investaris karya sejak 2013-2017 .
Juga aktif bergiat di literasi bersama Agupena Flores Timur .Sekarang tinggal di Flores Timur  aktif di Nara Teater ,tampil pada Pekan Teater Nasional 2018 di TIM GBB,menjadi ketua TBM Lautan Ilmu dan mengajar di SMK SURA DEWA Flores Timur mendirikan Eskul Teater “Bengkel Seni Milenial”.Aktif menghidupkan kesenian di Kampus IKTL Larantuka.





Andi Jamaluddin, AR. AK. PULANG, YUK … !


Andi Jamaluddin, AR. AK.


PULANG, YUK … !


Pulang, yuk … !

Rinduku semakin membara

ingin pulang, ke kampung

sebelum bulan  simpan purnama



Pulang, yuk …!

Konon gubuk tua di tepi tebing

masih kukuh, berdiri

dengan tiang kayu hutan dan atap ilalang

dari rajut ayat-ayat matahari;

menyinari halaman, sisa waktu langkah


Pulang, yuk …!

Barangkali di kampung

masih ada sepetak ladang dan sawah

untuk kita semaikan biji-bijian

supaya esok tumbuh akar, bunga, dan berbuah

kita tuai kemudian hari,

agar tak kelaparan

1

Pulang, yuk … !

Aku merindukan suara burung-burung,

kecipak air yang mengalir di guntung,

nyanyian jangkrik tengah malam,

kokok ayam menjelang subuh,

lambaian rumpun bambu dan daun nyiur

Betapa kedamaian melekat dalam


//ajarak/23.04.20/23.01/pgt.tanbu//










Andi Jamaluddin, AR. AK.


USAI PULANG SAHUR, KITA PETUALANGI

Siapa kau bangunkan sahur

menjelang subuh pulang

peraduan berkemas. Ada gerimis hujan

sudah menghadang dengan selimut dingin



Bias cahaya pun bergegas,

berkemas di lipatan sunyi

barangkali ada tertinggal sebiji Ajwa,

bakal bekal berbuka

dengan segelas air putih-Nya



Siapa kau bangunkan sahur

sajadah menjadi terbentang, panjang

sejauh laut, dijelajah oleh 33 zikir

hingga ujung kampung halaman

kita petualangi

ingin bertemu, dan bertempat tinggal

di rumah damai

: rumah kita yang indah

//ajarak/24.04.20/23,37/pgt.tanbu//

Andi Jamaluddin, AR. AK. Berkali-kali menjadi pemenang sayembara penulisan naskah buku yang diselenggarakan Pusat Perbukuan Nasional, baik di tingkat provinsi maupun nasional, termasuk juga lomba cipta puisi. Sudah melahirkan sejumlah kumpulan puisi tunggal maupun antologi bersama. Anggota FAM ini mengantongi IDFAM6036U menerima hadiah seni dari Gubernur Kalsel Tahun 2012, Hadiah Seni Astaprana dari Kesultanan Banjar Tahun 2016, dan Anugerah Seni dari Bupati Tanah Bumbu Tahun 2018. Sekarang tinggal di Jalan Karya II RT.03 Desa Batuah Kec. Kusan Hilir, Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalsel. Hp./WA 082253446580. Fc. Jarak Fajar. Email : andijarak_64@yahoo.com



Roymon Lemosol Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun

Roymon Lemosol

Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun



di kesunyian pagi
aku mendengar anak-anak merafal doa
berzikir di rumah kehidupan
kata-kata mengalir bersama air
bersama angin jadi tembang surga

aku melihat mereka merentngkan tangan
memberiku secangkir teh hangat dari petikan embun

pagi yang indah saudaraku, ujar mereka
dadaku mengalirkan sungai air mata
menemukan rindu yang panjang
tepat di pertengahan desember

sebab langit kita Satu
dan kita sama-sama menulis waktu

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020











Roymon Lemosol

Setelah Subuh Kedua

Allahu Akbar
gema suara itu mengalun syahdu
tanah bergetar dijanjikan surga dari atap langit
angin berhembus
alam menunduk

bersajaklah mereka dengan tasbih
kebesaran Tuhan

di batas subuh kedua kulihat cahaya
di antara sujud-sujud
kedamaian

keikhlasan
senyuman hangat
jadi taman-taman bunga

setelah subuh kedua itu
mereka memelukku erat

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020

Roymon Lemosol, kelahiran Lumoli, Seram Bagian Barat 24 Agustus 1971. Karya-karyanya pernah menghiasi halaman sejumlah media lokal maupun nasional. Sebagian lagi terhimpun dalam 45 buku antologi bersama. Buku kumpulan puisi tunggalnya, Sebilah Luka Dari Negeri Malam (Akar Hujan, 2015). Jejak Cinta Di Negeri Raja-raja (Teras Budaya, 2019). Roymon dapat dihubungi melalui WA: 085243130770, email : pazaluei@yahoo.co.id

M. Johansyah – Tanah Bumbu

M. Johansyah – Tanah Bumbu



Puasa Adalah Rumah Indah Di Syurga

Arus godaan mulai merambah

semakin kuat mendesak-desak

keseluruh tubuh, ruang gerak

dihari pertama puasa ramadan

takpeduli sedang berjuang

menahan lapar haus dan dahaga

Haus, menggamit mulut dan lidah

pada sebotol sirup manis rasa melon

dicampur coklat lezat

berkawan es serut kelapa muda

beraroma citrus menggugah selera

bagaimana rasa itu takmenggoda

oh, ya Tuhan ~ hamba sedang puasa

mengumpulkan satu demi satu

bilah hitungan hari dengan jeriji jemari

beri hamba kekuatan menahan haus

hingga ke petang

menjadikan puasa hamba yang terbaik, tahun ini

sebab telah Kau cukupkan hamba dengan saur

lapar haus dan dahaga hanya sementara

sedangkan pundi-pundi akhirat abadi

Begitu pun lapar, terus menjalari tubuh

dengan bisiknya

serupa rayu wanita jalang tanpa busana

mengelus-elus dinding  perutku

lalu berkata lembut

seperti tetesan keringat sehabis birahi

disekanya berkali-kali, basah kering angin

mengembun, meluapkan sungai ke pembuluh selera

lapar ini menjadikan hari-hari penuh ikhtiar

menggarap sehampar lahan amal dunia

sebagai tanah tandus yang harus ditanami iman

ditanami segala tumbuhan mengandung energi

untuk menggerakkan segenap pikir

agar tiada yang percuma

saat panen tiba, didapatkan semua bahagia



Gerbang keampunan bagi jiwa-jiwa yang mendamba

dibasuh air sejuk ramadan, berkali-kali, berhari-hari

sajadah wangi

menuju ke rangkulan Illahi rabbi

kemarilah, sambutNya. Kerinduan berbalas kasih sayang

reguk nikmat yang dijanjikan, hari itu, berkekalan suka cita

puaskan segala inginmu

Batulicin, 24/04/2020#22.09












M. Johansyah – Tanah Bumbu

Rumah Ramadan Penebus Segala Dosa

Matahari telah menyimpan selembar catatan haus dan lapar

diserahkannya pada Tuhan, sebab puasa seorang hamba

adalah urusan Tuhan pada hambanya

tidak akan sia-sia, bahkan seberapa ikhlas pun berpuasa

juga bagi yang masih setengah hati

akan mendapat markah

ponten dari kerja manusia, Tuhan akan memonten semua

tidak tercecer sedikit juapun satu amalan

sengaja matahari dibuatNya cerah menyengat

lalu agak petang dibuatNya meredup mendung

ini skenario, ini setting sebuah panggung besar

untuk sebuah pertunjukan maha super kolosal

yakni Ramadan Mubarak, ya, Bulan Suci,

ya, bulan yang lebih baik dari seribu bulan

datang sekali dalam setahun, tamu agung lagi mulia

bagi sekalian hamba-hamba yang beriman

menguji taqwa, menguji cinta

haus dan lapar sebagai lembar uji

dijawab dengan sabar, ikhlas dan kebesaran jiwa

tidak menjadi halangan

diseparuh jalan sudah mengeluh

lalu berkata, aku takkuat

puasa membuatku sakit, puasa menyiksa diri

Tuhan Maha Tahu, apa yang engkau keluhkan

mengapa takkuat, membuat sakit, menyiksa diri

kelak hamba akan tahu jawabnya

jika tahu akan segala rahasia puasa sesungguhnya

semua hamba akan merasa rugi seumur hidupnya

karena tak berpuasa, sebab akan dibaliknya semua masa lalu

dibuatnya puasa sepanjang tahun

tetapi Tuhan takkan mau menerima

puasa bukan sebab terpaksa

puasa bukan sebab ingin mendapat pujian

sesungguhnya puasa adalah rahasia

antara Tuhan dan hambanya

sebiji kurma, bermakna

seteguk air, bermakna

cuaca yang meliputi sehari puasa, bermakna

silaturrahmi dalam puasa, bermakna

menjaga seluruh anggota tubuh, bermakna

hanya Tuhan tempat segala makna diurai penuh nikmat

dihamparkanNya pada suatu ketika, pada hamba

dinampaknya pada kita sekalian hambaNya

kenikmatan syurga yang tiada tara

entah, apalagi yang akan didapatkan

sebagai ganjaran bagi yang berpuasa

sebagai itibar, jangan butakan mata

sebab puasa, tambahan dari semua amalan manusia

untuk meraih kesucian diri

penebus atas segala dosa dan kesalahan

Batulicin, 24/04/2020#20.55

M. Johansyah, penulis yang mukim di Batulicin, Tanah Bumbu. Telah membuahkan banyak karya tulis, berupa puisi, cerpen dan esai. Tulisannya dibukukan dalam antologi bersama, diterbitkan di Kalimantan Selatan hingga mencapai ke luar daerah. Diantaranya : Hutan Hujan Tropis, When The Days Were Raining, A Skyful Of Rain, Membumikan Langit, Semerbak Hutan Seharum Ombak dan banyak lagi. Salam sastra.

Junaidi , Ramadan

Junaidi

Ramadan


Ramadan kali ini melankolis

Ada banyak lalu lalang ngeri

Seperti berita-berita saban hari

Memperbaharui jumlah-jumlah

Mengabarkan pengurangan-pengurangan

Mengabarkan nanar banyak mata

Pulang kampung atau mudik

Kabur atau menyembunyikan rindu

Kepada halaman rumah

Pada riuhnya kemenangan

Serta jabat tangan kehangatan...



Ramadan kali ini saksi ampunan

Kepada sesiapa yang perlu

Atau bertambah acuh

Semacam kunang-kunang

Yang jauh lalu indah

Ia mulai jarang kita tahu.

Barangkali kunang pun enggan

Kita pun enggan lagi berbincang

Dosa-dosa sendiri...

Pati, 25 April 2020


Junaidi lahir di Pati pada 25 tahun yang lalu, ikut tertaut mencintai sastra meskipun belum banyak bukti cintanya. Bisa ditemukan di bumi bagian Asia tenggara, Jawa Tengah, Indonesia. Atau mudah saja dengan nama FB Juna Sa





Ramadhan di Rumah Saja, Heru Mugiarso

HERU MUGIARSO



RAMADAN DI RUMAH SAJA



Ramadan tahun  ini di rumah saja

Sembari  menyusun impianimpian lebaran dengan bersahaja

Menjalani hari demi hari berpuasa  apa adanya

Nyaris sebulan penuh  tak ada lagi yang tersisa



Kita pandang meja makan menu berbuka sederhana

Mencerna kebahagiaan hadir semenjana

Begitulah tahun tahun kita yang akrab dengan musibah bencana

Menyelesaikan satu demi satu tugasnya



Ramadan tahun ini di rumah saja

Berbuka, tarawih dan tadarus  serta itikaf di  sana

Kerna yakin Allah Ta’ala  hadir bersama kita

Mengajari bagaimana menyikapi sebuah petaka.



2020.















IBADAH SUNYI



Ibadahku ibadah sunyi

Ibadah dari hati paling hakiki

Jauh dari riuh dan riya

Karena ibadahku hanya padaNya

Sang Maha Sunyi



Ibadahku ibadah sepi

ibadah dari puncak kemanusiaan dalam diri

Karena hanya Tuhan Maha Sepi yang paling mengerti

Setiap gelagat niat dan iman tersembunyi



Ibadahku ibadah yang tak perlu diketahui

Ibadah ikhlas berbalut syar'i

Biarlah ujian bersabar kali ini

Menjadi inti dari persembahan yang sejati.

2020

Puasa Pertama, Anisah

Anisah

Puasa Pertama



Suasana social distancing sangat terasa di Musholla Istiqomah Dusun Jrakah

Tak ada lagi sesame jamaah bersalam-salaman seperti tahun lalu

Penataan shof tak lagi rapat tetapi berjarak. Tak ada karpet digelar, semua membawa sajadah sendiri

Walau begitu, musholla penuh dengan jamaah, tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan

Semua cerah ceria memasuki malam pertama Ramadhan

Setelah selesai sholat taraweh, jamaah pulang, sesuai anjuran pemerintah

 untuk mengurangi kegiatan berkerumun agar terjaga dari virus corona

Masyarakat dengan ikhlas pulang ke rumah masing-masing

Pukul tiga dinihari

Suara panggilan dari masjid untuk bangun persiapan makan sahur

Diiingi suara gemericik air hujan yang membuat syahdu suasana lereng Merapi

Indahnya suasana malam pertama makan sahur

Drngan lauk pepes ikan nila yang lezat

Semua anggota keluarga  riang gembira menikmatinya

Bersyukur telah diberi rizki kesehatan

dalam suasana lockdown dan PSBB



Magelang, April 2020
















Biografi Pengarang:

Anisah, penulis laporan dan berita pada Majalah Rindang, Semarang{2010},

Penulis artikel pada Surat Kabar Jawa Pos Radar Semarang {2019},

Penulis artikel pada Majalah Sejahtera Semarang {2020}

Penulis Antologi Puisi Tari Soreng {2019}

Penulis 5 buku antologi puisi bersama {2017.2018.2019,2020}

Alamat: Jrakah, Kaliurang, Srumbung, Magelang

HP.008774208223

Selembar Sajadah Hamparan Rumput Masjid Islamic Centre, Rg Bagus Warsono

Selembar Sajadah Hamparan Rumput Masjid Islamic Centre



Bus tahu waktu

Sopir kini mengerti hati penumpang

Ac siang tak tersa dingin

oleh suhu berdesakan

dalam perjalanan pulang

dan pergi ke tujuan

lalu badan besar panjang itu masuk pelataran

Masjid megah bersejadah hijau

hamparan umat

yang setia datang

atas kehendakNya

Rumah kita yang indah.

Lalu kita mencuci waktu

Betapa sehari seminggu sebulab dab setahun begitu cepat

ampuni jiwa kami kotor

malu aku berada di lelataranMu

aku ingin bersih

jiwa ini

malu aku berada

Di rumah kita yang indah.

(rg bagus warsini 27 April 2020)

Tiga Padasan, Rg Bagus Warsono

Tiga Padasan



Dengan air tadi siang

Dan bekas sandal jepit menyumpel mulutnya yang kecil

agar cukup

membasahi jamaah surau

gemericik riang air membasuh muka

dari orang orang laut

berbau ikan dan asin

menjadi bersinar

Tiga padasan gemericik hingga subuh tiba

airpun menyapa dingin

sepercik sepercik mulut padasan semakin kecil

seperti tetesan gerimis

lalu habis disinari matahari pagi

Tiga padasan kembali mencari air

yang dibawa ibu pemilik surau

(rg bagus warsono Ramadhan 1441 H)

Kita Semakin Berhimpit, Rg Bagus Warsono

Kita Semakin Berhimpit


Bersandar Dinding Jendela At Taqwa Bagda asyar menanti

lelaki tua lusuh dengan tas

Tembokku tembokmu juga

At Taqwa yang kita miliki kini megah berlantai dua

Menikmati kantuk sejuknya angin

di serambi itu

At Taqwa milikmu

Seperti yang sudah sudah lelaki betsandar bertambah tambah

semakin ramai semakin padat

At Taqwa milik semua

lelaki tua lusuh itu tak terlihat

dan saling tak melihat

At Taqwa tak mempedulikan

duduk atau selonjor

sebagai tamu rumah kita yang indah

Ketika beberapa saat menjelang magrib

semakin berhimpit

kendaraan dan gerobak dagang

ingin bersandar

di dinding jendela At atTaqwa.

(rg bagus warsono, ramadhan 1441 H)

Tadarus Puisi IV Ramadhan 1441 H Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia



Kamis, 23 April 2020

Ikuti Antologi Bersama Tadarus Puisi IV Lumbung Puisi Sastrawan Indonesi 2020 di Ramadhan 1441 H

Bagaimana menggairahkan sastra Indonesia khusus puisi pada pecintanya tergantung dari kearifan pelaku sastra untuk memelihara gairah sastra masyarakat. sastra Indonesia tidak boleh vacum karena kegelisahan, kesepian, keterasingan, atau keterpinggiran. Ia harus dapat menatap gembira ke depan agar sastra Indonesia dapat mengiringi laju zaman di Tanah Air ini.

Begitu pentinggnya sastra mengawal zaman begitu gairah sastra digelorakan para pelaku sastra di tanah air. Dari sanggar, komunitas hingga lembaga kebudayaan turut serta dalam memelihara sastra itu.

Namun tidaklah asal bunyi atau asal keluar , tetapi sastra harus menunjukan kemampuannya mengawal zaman itu. Artinya sastra dalam perkembangannya harus semakin maju baik keragamannya maupun mutu.

Antologi bersama yang populair di mulai tahun 2000-an ini seiring dengan perkembangan internet, kian menampakan pertumbuhan luar biasa. dimana-mana tumbuh membangkitkan gotong royong membuat buku sastra bersama, antologi bersama sama.

Di belahan sastra di tempat lain aktivitas terus berlanjut. semakin kehari hari ini semakin berlipat pelaku dan peminatnya. Ternyata bangsa Indonesia itu cinta keindahan. Sebab sastra adalah keindahan tutur dan hati. Tutur dan lisan sastra itu merupakan ungkapan hati. Jadi bangsa Indonesia itu mencintai keindahan.

Di belahan sastra di tempat lain, ada manusia pelaku sastra yang melihat perkembangan kegairahan masyarakat bersastra ini sebagai kekhawatiran akan perkembangan dirinya. hatinya diliputi rasa khawatir apa bila ia yg senior dan ternama itu tidak mendapat bagian sanjung dan peran aktivitas itu.

Demikian gerak sastra dan kegiatannya slalu memberi petunjuk baru dan lama, senior dan junior, kawakan dan pemula, pengalaman dan ingusan. Mereka beraktivitas bersama untuk menemukan kepuasan tersendiri. . Siapa disuka dengan siapa ia berhubungan. Mereka bebas memilih mana yang ia sukai.

Bagi orang yg berjiwa merdeka keadaan demikian adalah kegembiraan tak terhingga. Sebab ketika banyak masyarakat mencinta sastra dan banyak pelaku sastra di Tanah air , ini berarti bagian kemajuan bangsa dan kemajuan bahwa kita yang telah mengenal sastra ternyata diikuti oleh orang lain . Sebuah kemajuan positif baik dalam hal kreativitas maupun mental spiritual.

Kenapa demikian, sebab menggiring untuk mencintai membaca saja susahnya bukan main. Oleh karena itu kehadiran mereka dalam kancah sastra dalam hal ini puisi dan pemnyair harus disambut gembira. Dan perlu kita dukung agar sastra semakin memasyarakat .(bersambung)

Selasa, 21 April 2020




Tentu masih banyak puisi-puisi indah dalam antologi ini yang mengundang apresiasi dan enak dibaca. Sungguh pun demikian tak elok jika apresiasi berupa ulasan disampaikan dalam buku ini. Penyair-penyair dalam antologi Corona ini ternyata memiliki kekhasannya tersendiri dari masing-masing pemilik jiwa sang penyair. sebagai penutup ulasan buku ini penulis suguhkan mantra puisi karya Wardjito Soeharso. Penyair asal Semarang ini justru membuat jampi-jampi agar pagebluk ini segera berakhir. Dalam bahasa jawa Wardjito mencoba jampi-jampi ini. Sebuah puisi yang membuat pesona luar biasa jika dibaca di panggung terbuka. Berikut puisinya :





Japa Mantra



Bolading!

Klambi abang

Bendho gowang.

Jalitheng!

Jun jilijijethot

Wong Tapang asli

Cempe-cempe!

Undangna barat gede

Tak opahi duduh tape

Weerrr.....weeeerrrr....

Weeeeeerrrrrr....

Setan ora doyan

Penyakit ora ndulit

Wabah ora temah

Amung kersane Gusti Allah

Corona...

Minggaaaaaatttt!

Giyanto Subagio, Virus Corona Realitas 2020


Senada dengan penyair Heru Mugiarso. Penyair Jakarta Giyanto Subagio dengan puisi pendek yang sangat apik ia menatap wajah Ibu Kota Jakarta.

Giyanto Subagio yang dikenal sebagai pembaca puisi ini juga mencatat bahwa situasi ibu kota di masa corona demikian mencekamnya. Mari Kita simak puisi bagus ini :




38.Giyanto Subagio, Jakarta

Virus Corona Realitas 2020

Copid 19 mengetuk pintu rumahmu bagai hantu kelam yang begitu menakutkan.

Di ujung gang tak ada tanda

kabung, kecuali jalan setapak yang sunyi dan mencekam.

Malam bulan kehilangan cahaya kehidupan. Sebab, lampu-lampu kota pucat pasi serupa tarian mayat-mayat.

Sirine ambulance meraung-raung membelah kota Jakarta yang sepi bak kota mati.

Heru Mugiarso, Jantung Jogya


Mari kita simak puisi berjudul Jantung Jogya. Karya Heru Mugiarso. Entah mengapa Heru menyebutkan Jogya bukan Jakarta. Meski demikian puisi ini termasuk unik ketika tema yang disuguhkan ia menatap bagaimana kehidupan di sebuah kota (Jogyakarta) akan dampak corona.

Gaya Heru demikian apiknya sebagai seorang penulis senior, sehingga puisi ini mengundang apresiasi tinggi. Bahkan Heru menulisnya ketika dengng corona mulai dibicarakan. Mari kita simak puisinya :






43.Heru Mugiarso, (Semarang)

Jantung Jogya

Pageblug Covid -19

Apakah Jantung Jogya berhenti berdenyut

Ketika debarnya kaubaca sebagai romansa percintaan

Antara para pelancong, penjaja nasib dan puisi elegi

Yang dinyanyikan para pengamen jalanan?

Senja adalah nostalgi

Tertulis pada ribuan tilas jejak kaki

Tapi tidak pada saat kini

Ketika udara bertuba tibatiba berubah jadi buruk mimpi

Apakah sesuatu yang viral ketika nafas mendadak tersengal?

Dan di jantung Jogya yang sibuk kau cari pada halaman peta itu

Seolah meramal ada yang harus hilang dan terpenggal

2020

.Salimi Ahmad, Pandemi Covid 19

Kawan Lama,

Salimi Ahmad, lahir di Jakarta 22 Mei 1956. Buku puisinya ‘Di Antara Kita’ (2009), dan beberapa puisinya tersebar di beberapa antologi puisi lainnya yang terbit sejak tahun 2010 – 2020.

Dalam antologi corona ini ia menulis bagus puisi yang cukup panjang namun baris dan baitnya tampak bernas. Banyak orang menulis puisi panjang namun bait baitnya kadang sama arti dengan bait sebelumnya sehingga menjenuhkan. Tidak demikian bagi penyair Betawi yang akrab dipanggil "Encang" ini berikut puisinya mari kita simak.




79.Salimi Ahmad, Jakarta

Pandemi Covid 19

otakku ini sepertinya harus dicuci

bukan dengan rinso atau bayclean

yang konon terbukti ampuh

membersihkan kotoran,

menghilangkan noda dan bercak

yang melekat

aku harus mencuci otakku, kukira

dari wabah virus corona ini

yang sedang gencar-gencarnya

memporanporandakan dunia

dunia nyata maupun dunia imajinasi

dari penduduknya yang gelisah

aku harus mencuci otakku, kukira

dari segenap kesalahan yang mungkin saja

telah diperbuatnya

dari penderitaan masyarakat bawah

yang terpangkas rejekinya akibat social distancing

dari kepanikan masyarakat menengah - atas

membayangkan akan kelaparannya

yang bakal membuat hidup kian susah lagi merana

dari pikiran membebaskan 30.000 napi kriminal

di penjara-penjara, hanya untuk maksud

yang sangat mudah dibaca: ketakutan para koruptor

mati terasing di kandang mewahnya - jeruji

yang tak bakal membawa kehormatan dirinya.

aku harus mencuci otakku, kukira

untuk tegar membelah semangat

para pejuang yang menjaga nyawa banyak orang

dan menebar kebangggaan

di tengah peralatan serba kekurangan

dokter, perawat, para relawan medika,

orang-orang yang mengasihi dan

berjuang menjaga hidup kemanusiaan

aku harus mencuci otakku, kukira

menjaga semangat dan bersemangat berjaga

jarak yang tak menimbulkan fitnah yang telah begitu

gencar mengisi banyak informasi, bertebaran,

kalap memahami “makna” wabah

aku harus mencuci otakku, kukira

bukan dengan segala benda-benda itu, bukan

sebagai pengetahuan, perselisihan, perdebatan

yang mengandung pembenaran takliq,

pengutipan doktrin manusia

aku akan bergembira mencuci otakku

bukankah shalat dan cinta, takkan terterima

ketika suci jadi permainan mata.

Jakarta, 8 April 2020

Senin, 13 April 2020

Evita Erasari , Bumiku


Evita Erasari ,

Bumiku


Laut biru
Langit biru
Membelah cakrawala
Senja menjadi jingga
Pagi searoma jiwa

O bumiku
Semua melirikmu
Semua melihatmu
Dari bilik ruang
Dari bilik waktu

Di balik bencana ada rahasia
Di balik kematian ada kehidupan

Corona kau datang
Bumiku bergetar guncang
Semarang , 10 April 2020

Jaga Harap


Malam langit kelam
Aroma gelap menyengat
Tubuh tubuh dalam jiwa terguncang

Di jalanan manusia pulang
Beringsut menutup rumah
Jendela hanya terbuka setengah

Dalam diam semua tercekam
Virus sebesar serpihan debu
Berkeliaran di segala ruangan

Bahkan di tempat paling terungkap
Mata telanjang kita tak tangkap
Mata hati kita bekerja rangkap

Di tiarap kita jaga harap
Di gelagap kita jaga degap

Oh sayap sayap cinta
Berilah kami tempat

Agar bisa menyelesaikan
Apa yang belum sempat

Agar bisa meletakkan
Apa yang belum tepat
Semarang , 4 April 2020

Evita Erasari , Tinggal : di Semarang
Pendidikan : S1 psikologi Unika Soegijapranata Semarang
Buku antologi bersama : Tambak Gugat , Semarang sepanjang jalan kenangan , 13 perempuan menanak Sajak , Progo 6 , antologi Wong Kenthir
Aktif di komunitas teater Aktor Studio Semarang

.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: MEDITASI VIRUS

110.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:

MEDITASI VIRUS

cobalah kau terawang kembali
kesenyapan ini seperti malam bermuara
petaka. kepulan asap merapen meditasiku
terasa berarak ke selatan, seperti menuju
pendulangan tulang-belulang ke poros malam

komat-kamit dalam nyanyian hening ini
adalah prosesi penghantar virus guna-guna
ke lambung hatimu yang telah kesekian dungu
mengenyahkan katrisnanku yang mengerak bumi
hingga kerontang waktu meliang kubur-kubur

"wel gowal gowel...
kuwe kudhu mlebu lan lebur nyawiji
katrisnanku ojo sampek mbok mblenjani
bruussss... bruussss... bruussss...!!!"
 (sampit, 120420)

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS, kelahiran Tuban. Selain dipublikasikan puluhan media cetak pusat dan daerah, juga beberapa kali pernah masuk nominasi LCP se-Indonesia. Karya puisi sebagian terangkum dalam buku seperti, Antologi Puisi Indonesia (API 1997) di antaranya bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Slamet Sukirnanto. Kebangkitan 1995, Getar 1996, Negeri Bekantan 2003, Memo Untuk Presiden 2014, Merangkai Damai 2014, Sang Peneroka 2014, Jaket Kuning Sukirnanto 2014, Abad Burung Gagak Di Tanah Palestina 2015, Kalimantan Rinduku Yang Abadi 2015, Puisi Menolak Korupsi-6 2017, Kutulis Namamu di Batu 2018, A Skyful of Rain 2018, Zamrud Katulistiwa 2019, Mblekethek 2019, Perjalanan Merdeka 2020, Sayur-Mayur 2020 dll. Sempat aktif jadi Penyiar, Wartawan dan Redaktur Media Cetak dan Radio. Pernah menerbitkan Majalah dan Tabloid Berita yang tumbang oleh Tragedi Sampit 2001. Biografinya masuk dalam Leksikon Susastra Indonesia 2000 oleh Korrie Layun Rampa




.BUANA KS CORONA

109.BUANA KS

CORONA
Tentang risau yang begergemuruh
Angin berkabar tentang maut bergentayangan
Menyisir jengkal demi jengkal persembunyianmu

Corona engkau kah balatentara maut
Mengusir orangorang di mall-mall
Menghalau ibuibu di pasar tradisionanl
Mengunci pagarpagar sekolah, kantorkantor mengurangi
Jam kerja, para pekerja kekurangan gaji
Buruh kehilangan ladang penghasilan

Corona senyap hadirmu menyergap keangkuhan manusia
Kotakota mati seperti tak berpenghuni
Corona kau ciptakan sebuah jarak di antara setiap gerak manusia
Hai hai, corona siapakah engkau sebenarnya
Kekuatanmu mampu memblokade negara, sampai kampung terkecil sekalipun
Gemetar mendengar namamu

Corona pergilah, pergi tinggalkan tanah kami
Bocahbocah menangis siangmalam, merindukan suasana dulu
Dimana gelak tawa jam belajar, menggerakgerakkan kumis tuan guru
Dimana para marketing dan colector bank menghedor pintu para nasabah bandel
Dimana ibuibu lincah berpose manis di tamantaman bunga
Corona pergilah,, karena meraka sudah sadar baramgkali
Tentang malaikat maut, malaikat rezeki
Dan tentang keberadaan Tuhan



Pergilah,, berapa nyawa lagi akan kau curi
Sungguh kotakota benarbenar hampir binasa
Hanya karena ulahmu yang tak pernah diduga

Malam kini sunyi
Para pejalan malam sudah bosan bersembunyi
Kedai kopi dan kedai kedai lainya rindu pada
Gelak tawa pelanggan yang menghabiskan kopi berjam jam
Pergilah, kembali ke duniamu sendiri
Muarabungo, 10 April 2020























BUANA K.S Air Kelinsar kabupaten Lahat Sumatera selatan pada 17 Agustus 1985, dengan nama Lahir  Bambang Hirawan. Pada tanggal 16-18 Maret 2012 menjadi peserta TemuSastrawan Nusantara Melayu Raya I di Sumatera Barat. Pada akhir tahun 2015 Buana KS mencoba menulis biografi  singkat Alm Zubir Mukti salah satu tokoh sastra Kabupaten Bungo yang namanya hampir tidak dikenali di kalangan masyarakat Jambi dengan nara sumber adik dan Anak Alm Zubir Mukti. Puisi Buana KS pernah ikut dalam pameran Foto dan Puisi yang digawangi Sakti Alam Watir. Puisinya juga pernah dimuat surat kabar lokal seperti Jambi Independent, Pos Metro Jambi, Bungo Pos, Merangin Ekspres, Jambi One dll. Beberapa Karya puisi Buana KS  terangkum dalam antologi  puisiPenyair Indonesia dan mancanegara, seperti : Antologi 25 Penyair Muda Nusantara “ Traktat Cintadan Dosa Dalam Dendam” (Pena Ananda, Juli 2011), Antologi Sehimpun Puisi Generasi Kini “ JejakSajak” (BPSM 2012), Menguak Senyap (Rios Multicipt, Padang, 2012),  Senandung Alam (LeutikaPrio, 2012), Carta Farfalla (Tuas Media, 2012),  Talenta Para Pengukir Tinta Emas (AwangAwang Publishing, 2012),  Antologi Puisi IGAU DANAU (SanggarImaji, 2012),  Bilingual Poetry Anthology SPRING FIESTA “Pesta Musim Semi” (Araska Publisher, 2013),  Antologi Puisi Kota Jam Gadang “Bukittinggi Ambo Di Siko (Fam Publishing, 2013),  Kumpulan Puisi Penyair Indonesia MEMO UNTUK PRESIDEN (Forum Sastra Surakarta, 2014),  Antologi Puisi Penyair duakota “LACAK KENDURI” (Imaji, 2014),  Antologi Puisi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibuku media, 2015), Antologi Penyair Menolak Korupsi IV “Ensiklopegila Koruptor” (Forum Sastra Surakarta, 2015), Antologi Puisi Dari NegeriPoci VI “Negeri Laut”(KKK, 2015),  Antologi Sekumpulan Puisi Sakkarepmu Penyair Mbeling Indonesia (Sibuku media, 2015), Antologi 13 Penyair Jambi “PENDARAS RISAU” (Rukam&Imaji, 2015)  Antologi PuisiPenyair Jambi “Rumah Cinta” (Balai Bahasa Provinsi Jambi, 2015), Antologi Ketupek Bengkulu (Oksana, 2016), Antologi Penyair Jambi '' Siginjai Kata-Kata (RUKAM, IMAJI, 2016). Saat ini Buana KS menetap di MuaraBungo, Jambi.Alamat :Bambang Hirawan, JL. Lebai Hasan RT 12 RW 04, Kelurahan Batang Bungo, Kecamatan Pasar Muara Bungo, Bungo – Jambi 37213, Hp. 085273586055



Salman Yoga S Corona Kota, Kopi Kampung

108. Salman Yoga S

Corona Kota, Kopi Kampung
Berdiam di pekebunan tidak sepi dari mikroorganisme
Menyuburkan tanah menghijaukan dedaunan
Bakteri-bakteri bermutualisme dengan tetumbuhan dan manusia
Damai bersama alam dan segala makhluk
Kopi kampung mengakrapkan segala musim

Berdiam di kota riuh dengan corona
Wabah virus yang takuti semua negara
Pagi siang senja hingga malam penuh waspada
Bahkan yang bertutup mulutpun curiga
Karena ia bisa berpindah dengan segala benda
Bersimbiosis parasitisme di dalam raga

Kupilih bermaustin di Vilar Wih Ilang
Perkebunan kopi yang selalu setia menerima dan memberi
Melafal gelisah menyaksikan matahari timbul dan tenggelam
Mengakrapi setiap perdu-perdu dengan nafas kehidupan
Bersimbiosis netralisme di bawah langit berpayung awan
Vilar Wih Ilang, Gayo – Aceh Tengah 2020

Salman Yoga S. Lahir di dataran tinggi Gayo Aceh Tengah. Aktif disejumlah organisasi sosial, profesi, seni dan gerakan kebudayaan. Sebahagian karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Rusia, Arab, Jerman, Spanyol serta sejumlah bahasa nusantara. Kesehariannya mengajar dibeberapa perguruan tinggi dan sebagai petani kopi. Tinggal di Kampung Asir-Asir Atas. Jln. Gerunte No. 70 Takengon (24513), WA: 081362726789.



















ERI SYOFRATMIN COVID 19

107.ERI  SYOFRATMIN

COVID 19

: Memorial wabah corona.

Sepertinya,
: Kurva-kurva kematian,
  Kian memuncak di negeriku.

Orang-orang,
: Menutup telinga,
  Pekakkan mata bathinnya,
  Seolah-olah wabah ini,
  Hanya iklan dan slogan saja.

Orang-orang,
: Tak hiraukan,
  Himbauan ntuk dirinya,
  Masih saja wara-wiri
  Meng-anak-pinakan corona.

OH.....

Sepertinya,
: Kurva-kurva kematian,
  Kian meningkat tak terbendungkan.

Rumah sakit penuh pasien corona
Ruang-ruang ICU tlah melimpah ruah
Kamar-kamar penuh sesak tak terelak
Hingga ke gang-gang kamar
Sementara para Dokter
Satu persatu di kerumunni wabah Covid
Hingga koit....Dan, Wabah virus Corona
Makin merajalela.



Inilah,
: Yang kita takutkan,
  Sangat mengerikan.

Tak terbayangkan,
: Satu persatu nyawa manusia,
Hilang di renggut kematian,
  Tak ada lagi tata cara penguburan,
  Sanak famili, Orang tua dan temanpun,
 Tak dapat menjenguk tubuh kakumu.

Subhanallah...
Subhanallah...
Subhanallah...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar..

Lindungi Negaraku,
Dari wabah yang menakutkan,
Dan mematikan ini Ya Robbi...
Muarabungo, 22 Maret 2020.











ERI SYOFRATMIN lahir di Muara Bungo 07 September 1970. Mulai bergiat di dunia seni dan sastra ketika menempuh pendidikan di ASKI Padangpanjang pada tahun 1989 sampai tahun 1994 dan melanjutkan studi S1 di IKIP Padang jurusan Sendratasik selesai pada tahun 1998. Puisi puisinya banyak dimuat diterbitan Ganto, Harian Singgalang dll. Semasa kuliah banyak berkecimpung di Taman Budaya Padang bersama penyair-penyair dan seniman sumatera barat. Pendiri Forum Komunikasi dan Kreasi Pemuda di Kabupaten Bungo. Pernah aktif di Sanggar Pemda Kabupaten Bungo yang bergerak dibidang seni tari dan musik tradisi. Puisi-puisinya juga tergabung dalam antologi bersama seperti PRASASTI (1999) dan LACAK KENDURI (Dewan Kesenian Merangin, 2015) KITAB KARMINA INDONESIA (KKK, 2015). Aktif berkegiatan seni di Komunitas Seniman Bungo dan Sanggar Pisang Kayak. Saat ini menjadi tenaga pengajar Seni Budaya di SMPN 1 Muko Muko Bathin VII dan SMPN 1 Muara Bungo.
Alamat :  RM. SATE KAMBING LERI ASKA
JL. SUDIRMAN KM. O ( Depan Hotel Pelangi)
Kelurahan Pasir Putih
Kecamatan Rimbo Tengah
Kabupaten Bungo-Jambi

Meinar Safari Yani GURU SEMESTA

106.Meinar Safari Yani

GURU SEMESTA

Gerbang sekolah tertutup
Ruang guru sunyi mengatup
Pintu-pintu klas terkunci
Debupun membuai bangku kursi
Papan tulis terdiam  dan  buram
tanpa angka,tanpa aksara
Tanpa rumus atas goresan spidol Bapak Ibu Guru
Halaman sekolah lengang
Tiada upacara bendera ,tiada senam pagi
Tiada latihan Pramuka atau ekstrakurikuler lainnya
Saat ini ......
Seragam anak sekolah terlipat rapi di lemari
Anak-anak negeri batal ujian ,sementara yang lainnya belajar di rumah
Ikuti himbauan Mas Menteri untuk libur sampai nanti
Aah  CORONA ,tiada mampu kami mengelak atas hadirmu
Kau guru kasat mata di kehidupan semesta
Mengajarkan hidup bersih dan kembali pada ajaranNYA













DOA  DAN ASA
Tuhan ...
Kali ini hamba lebih berlama-lama dalam doa
Kali ini hamba berulang kali menyebut asmaMU
Kumengais cinta ,mengemis kasih sembari mengusap air mata
Sesak menyeruak di dalam dada
Hamba rasakan takut berlebih ,juga panik yang membuih
Pudar senyum hilang tawa
Kering bibir jiwa terbata
Telinga dan mata di jejali berita tentang wabah corona
Dari segala belahan dunia dan merenggut ribuan jiwa
Tuhan .....
Di atas sajadah kusam
Tanganku tengadah merangkai pinta demi pinta
Menautkan asa dan doa
Mohon usaikan wabah corona ini tanpa sisa
Dan izinkan kami melangkah di jalan lurusmu
Songsong Ramadhan penuh cita dan cinta

ASA  DI DERAI HUJAN
Hujan deras
laksana air memberontak dari langit
Bumi pasrah,tanah basah
Sesekali guntur bertasbih
Lewat gelegarnya yang susul menyusul
Subhanallah
Alhamdulillah
Allahuakbar
Bibir bergetar
Melafadzkan keMaha SucianMU
Ke Maha BesaranMU
Sembari berharap
Hujan adalah rahmad
Bagi segenap penduduk bumi
Membawa pergi dan lari virus Covid -19
Meinar Safari Yani, Lahir di Klaten,31 Mei 1967 ,guru di SMA  Kartika di Balikpapan sejak tahun 1998 .menulis puisi sejak SMP dan  dimuat di majalah MOP Jawa Tengah . menulis puisi  di koran Manuntung ( sekarang Kaltim Pos ) , guru pendamping lomba cipta dan baca  puisi antar SD Kartika tingkat nasional di Mabes Cilangkap 2006,pendamping lomba cipta puisi FLS2N SMA tgk kota dan propinsi 2019 ,  beberapa kali mengikuti antologi puisi dan sering mendapat tugas untuk membuat puisi untuk acara di lingkungan Yayasan Kartika Jaya