Indonesia selayaknya bangga memiliki figur intelektual muda seperti
Anies Baswedan. Terhitung 15 Mei 2007 lalu, sosok pakar kelahiran
Kuningan, Jawa Barat ini telah dipercaya mengampu jabatan Rektor
Universitas Paramadina dalam usia 38 tahun; angka yang sekaligus
mencatatkan sejarah tersendiri sebagai pejabat Rektor termuda di
Indonesia.
Bagi Baswedan, usia dan kepakaran memang tidak perlu berjalan sejajar. Menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Pada usia 36 tahun, gelar Doktor dalam Ilmu Politik dari Northern Illinois University sudah disandang, demikian juga gelar Master dari School of Public Policy, University of Maryland beberapa tahun sebelumnya.
Pendiri gerakan Indonesia Mengajar ini juga berhasil menyandang segudang penghargaan tingkat dunia. Majalah Foreign Policy terbitan Amerika Serikat menyebut nama Anies Baswedan sebagai salah satu dari 100 Tokoh Intelektual Publik Dunia pada 2008 lalu. Setahun berikutnya, giliran lembaga World Economic Forum (WEF) menyebut pakar, pengamat dan peneliti muda kelahiran 1969 ini sebagai satu dari Pemimpin Muda Dunia Global pada 2009.
Tidak cukup itu, pada 2010 lalu, Anies Baswedan bahkan memenangi 3 penghargaan internasional sekaligus, masing-masing dari Majalah Foresight terbitan Jepang yang menamai sosoknya sebagai satu dari '20 Pemimpin Masa Depan Dunia', lembaga International Policy Studies (IIPS) Jepang yang menganugerahi Nakasone Yasuhiro Awards dan lembaga Royal Islamic Strategic Studies Centre yang bermarkas di Yordania turut menyebut Baswedan sebagai '500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia'.
Tidak heran juga, bergudang pengalaman dan tingginya kinerja intelektualitas yang dibuktikan peneliti utama dari Lembaga Survey Indonesia ini membuat figur Anies Baswedan kerap diundang ke berbagai pertemuan nasional dan internasional. Berpegang teguh pada pendirian politiknya sendiri, tidak memihak kekuatan politik tertentu, tak urung netralitas tersebut embuat sosoknya dianggap paling tepat bertindak selaku moderator dalam acara Debat Calon Presiden 2009.
Pada akhir 2009, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, bahkan menunjukkan kepercayaan dengan memilih Anies menjadi anggota Tim-8 dalam kasus dugaan pidana terhadap pimpinan KPK saat itu, Bibit dan Chandra. Ide dan sosok Anies Baswedan juga akrab dikenali melalui program siar stasiun Metro TV, Save our Nation. Selain itu dia juga didapuk menjadi Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Anies mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat. Ia memenuhi undangan konvensi karena bercita-cita melunasi janji kemerdekaan. Bagi Anies, konvensi itu merupakan sebuah panggilan tanggung jawab dan sebuah kehormatan.
Last update 1 September 2013 pukul 18:31
Riset dan analisis: Teylita - Mochamad Nasrul Chotib
Bagi Baswedan, usia dan kepakaran memang tidak perlu berjalan sejajar. Menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Pada usia 36 tahun, gelar Doktor dalam Ilmu Politik dari Northern Illinois University sudah disandang, demikian juga gelar Master dari School of Public Policy, University of Maryland beberapa tahun sebelumnya.
Pendiri gerakan Indonesia Mengajar ini juga berhasil menyandang segudang penghargaan tingkat dunia. Majalah Foreign Policy terbitan Amerika Serikat menyebut nama Anies Baswedan sebagai salah satu dari 100 Tokoh Intelektual Publik Dunia pada 2008 lalu. Setahun berikutnya, giliran lembaga World Economic Forum (WEF) menyebut pakar, pengamat dan peneliti muda kelahiran 1969 ini sebagai satu dari Pemimpin Muda Dunia Global pada 2009.
Tidak cukup itu, pada 2010 lalu, Anies Baswedan bahkan memenangi 3 penghargaan internasional sekaligus, masing-masing dari Majalah Foresight terbitan Jepang yang menamai sosoknya sebagai satu dari '20 Pemimpin Masa Depan Dunia', lembaga International Policy Studies (IIPS) Jepang yang menganugerahi Nakasone Yasuhiro Awards dan lembaga Royal Islamic Strategic Studies Centre yang bermarkas di Yordania turut menyebut Baswedan sebagai '500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia'.
Tidak heran juga, bergudang pengalaman dan tingginya kinerja intelektualitas yang dibuktikan peneliti utama dari Lembaga Survey Indonesia ini membuat figur Anies Baswedan kerap diundang ke berbagai pertemuan nasional dan internasional. Berpegang teguh pada pendirian politiknya sendiri, tidak memihak kekuatan politik tertentu, tak urung netralitas tersebut embuat sosoknya dianggap paling tepat bertindak selaku moderator dalam acara Debat Calon Presiden 2009.
Pada akhir 2009, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, bahkan menunjukkan kepercayaan dengan memilih Anies menjadi anggota Tim-8 dalam kasus dugaan pidana terhadap pimpinan KPK saat itu, Bibit dan Chandra. Ide dan sosok Anies Baswedan juga akrab dikenali melalui program siar stasiun Metro TV, Save our Nation. Selain itu dia juga didapuk menjadi Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Anies mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat. Ia memenuhi undangan konvensi karena bercita-cita melunasi janji kemerdekaan. Bagi Anies, konvensi itu merupakan sebuah panggilan tanggung jawab dan sebuah kehormatan.
Last update 1 September 2013 pukul 18:31
Riset dan analisis: Teylita - Mochamad Nasrul Chotib
PENDIDIKAN
- Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada
- Gelar Master dari School of Public Policy,Universitas Maryland
- Gelar Doktor Ilmu Politik Northern Illinois University
KARIR
- (1994 - 1996) Pusat Antar Universitas, UGM
- (2000) Peneliti, Pusat Penelitian, Evaluasi dan Kajian Kebijakan, Northern Illinois University
- (2005 - 2007) Peneliti Utama, Lembaga Survei Indonesia
- (2006 - 2007) Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan
- (2006 - 2007) National Advisor, bidang desentralisasi dan otonomi daerah, Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan
- (sejak 2007) Rektor Universitas Paramadina
- Moderator, dalam acara debat calon presiden 2009
- (2009) Anggota, Tim-8 dalam kasus dugaan pidana pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra
- (2010) Presenter, program Save Our Nation, Metro TV
- (2010) Presenter, Young Global Leaders Summit, Tanzania, Afrika
- Pendiri gerakan Indonesia Mengajar
PENGHARGAAN
- (1987) AFS Intercultural Program, Milwaukee High School, Wisconsin, AS
- (1993) JAL Scholarship
- (1997-1998) Fulbright Scholarship
- (1998) William P Cole III Fellowship, Universitas Maryland
- (1998) ASEAN Students Assistance Awards Program
- (1999-2003) Indonesian Cultural Foundation Scholarship
- (2004-2005) Gerald Maryanov Fellow, Northern Illinois University
- (2005) William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award
- (2008) 100 Intelektual Publik Dunia versi Foreign Policy
- (2009) Young Global Leaders versi Economic Forum
- (2010) 20 Pemimpin Masa Depan Dunia versi majalah Foresight
- (2010) Nakasone Yasuhiro Awards oleh International Policy Studies (IIPS)
- (2010) 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia versi Royal Islamic Strategic Studies Centre