Sajian nasional informasi ilmu pengetahuan dan teknologi ,informasi umum, informasi pendidikan dan budaya.
Laman
- REDAKSI
- Berita Hari Ini
- Daftar Propinsi di Indonesia
- Daftar Negara-negara di Dunia
- Sastrawan Indonesia
- Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia
- Kumpulan Syair Lagu Keroncong
- Perguruan Tinggi Islam Negeri di Indonesia
- Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Kementerian
- Daftar Penerima Nobel
- Daftar Gunung di Indonsia
- Daftar Juara All England
- Daftar Juara Thomas Cup
- Daftar Presiden Amerika Serikat
- Daftar Lagu Nasional
- Daftar Sastrawan
- Penyair Tadarus Puisi
Minggu, 05 April 2020
Sabtu, 04 April 2020
Gilang Teguh Pambudi. STAY AT HOME
Gilang Teguh Pambudi.
STAY AT HOME
aku naiki piring
dengan sendok dan garpu
mendayung laju
pulau beribu
mengarungi lautan berita
"Hati-hati virus corona!"
setelah minum vitamin harian
sembunyi dalam masker
yang membekap lagu-lagu
maaf, dalam wangi sabun tangan
aku juga jaga jarak
seperti pada kesepakatan
yang sudah diumumkan negara
di dalam piring aku terombang-ambing
mengikuti liukan kain bendera
juga saat hujan badai
sendirian, juga tanpa kekasih
memetik sebanyak mungkin buah zikir
memahami lagi prinsip orang baik
selamat lahirbatin dimulai dari diri sendiri
Kemayoran, 29032020
------
CORONA DAN ALKOHOL
menggigit dingin begini
hangat tubuh flu dan kuyub
seperti sisa daya tahan
yang terlempar dari taksi ke dalam hujan
tetap memakai masker
yang harganya merambat menaiki deras
memasuki gedung dan kerumunan
tanganku basah
oleh antiseptik dengan aroma alkohol
yang merebak dunia
bunga tujuh rupa
tidak sekadar upacara terkenang korban corona
sebab memang kita mau menang
sehat segala suasana
amin
Kemayoran, 11032020
-----
JAKARTA MASKER
tidak cuma karena Jakarta
ini info ibu kota
Jakarta Masker, populernya
dari Jakarta ke seluruh peta Indonesia
sebab negara sedang kerja
anti corona
lalu kita mengingat tiga masker Jakarta
pertama, masker kemarau karena takut debu
sebagai pesan moral
agar hidup selalu selamat dari parahnya kemarau
kedua masker hujan
agar tubuh yang tenggelam dalam jas hujan
bahkan bajir
masih bisa menemui sisa hangatnya
semacam sentrum anti sesatnya
mengamini nasihat langit untuk waspada
pada sengitnya bumi yang dingin,
basah dan berpenyakit
ketiga masker corona sebagai ancaman suatu ketika
agar hidup terbebas dari amarah yang serba tiba-tiba
menyerang dan menyergap
dalam pengap
Kemayoran, 19032020
------
TENTANG PENULIS
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com
STAY AT HOME
aku naiki piring
dengan sendok dan garpu
mendayung laju
pulau beribu
mengarungi lautan berita
"Hati-hati virus corona!"
setelah minum vitamin harian
sembunyi dalam masker
yang membekap lagu-lagu
maaf, dalam wangi sabun tangan
aku juga jaga jarak
seperti pada kesepakatan
yang sudah diumumkan negara
di dalam piring aku terombang-ambing
mengikuti liukan kain bendera
juga saat hujan badai
sendirian, juga tanpa kekasih
memetik sebanyak mungkin buah zikir
memahami lagi prinsip orang baik
selamat lahirbatin dimulai dari diri sendiri
Kemayoran, 29032020
------
CORONA DAN ALKOHOL
menggigit dingin begini
hangat tubuh flu dan kuyub
seperti sisa daya tahan
yang terlempar dari taksi ke dalam hujan
tetap memakai masker
yang harganya merambat menaiki deras
memasuki gedung dan kerumunan
tanganku basah
oleh antiseptik dengan aroma alkohol
yang merebak dunia
bunga tujuh rupa
tidak sekadar upacara terkenang korban corona
sebab memang kita mau menang
sehat segala suasana
amin
Kemayoran, 11032020
-----
JAKARTA MASKER
tidak cuma karena Jakarta
ini info ibu kota
Jakarta Masker, populernya
dari Jakarta ke seluruh peta Indonesia
sebab negara sedang kerja
anti corona
lalu kita mengingat tiga masker Jakarta
pertama, masker kemarau karena takut debu
sebagai pesan moral
agar hidup selalu selamat dari parahnya kemarau
kedua masker hujan
agar tubuh yang tenggelam dalam jas hujan
bahkan bajir
masih bisa menemui sisa hangatnya
semacam sentrum anti sesatnya
mengamini nasihat langit untuk waspada
pada sengitnya bumi yang dingin,
basah dan berpenyakit
ketiga masker corona sebagai ancaman suatu ketika
agar hidup terbebas dari amarah yang serba tiba-tiba
menyerang dan menyergap
dalam pengap
Kemayoran, 19032020
------
TENTANG PENULIS
STAY AT HOME
aku naiki piring
dengan sendok dan garpu
mendayung laju
pulau beribu
mengarungi lautan berita
"Hati-hati virus corona!"
dengan sendok dan garpu
mendayung laju
pulau beribu
mengarungi lautan berita
"Hati-hati virus corona!"
setelah minum vitamin harian
sembunyi dalam masker
yang membekap lagu-lagu
sembunyi dalam masker
yang membekap lagu-lagu
maaf, dalam wangi sabun tangan
aku juga jaga jarak
seperti pada kesepakatan
yang sudah diumumkan negara
aku juga jaga jarak
seperti pada kesepakatan
yang sudah diumumkan negara
di dalam piring aku terombang-ambing
mengikuti liukan kain bendera
juga saat hujan badai
sendirian, juga tanpa kekasih
memetik sebanyak mungkin buah zikir
memahami lagi prinsip orang baik
selamat lahirbatin dimulai dari diri sendiri
mengikuti liukan kain bendera
juga saat hujan badai
sendirian, juga tanpa kekasih
memetik sebanyak mungkin buah zikir
memahami lagi prinsip orang baik
selamat lahirbatin dimulai dari diri sendiri
Kemayoran, 29032020
------
------
CORONA DAN ALKOHOL
menggigit dingin begini
hangat tubuh flu dan kuyub
seperti sisa daya tahan
yang terlempar dari taksi ke dalam hujan
hangat tubuh flu dan kuyub
seperti sisa daya tahan
yang terlempar dari taksi ke dalam hujan
tetap memakai masker
yang harganya merambat menaiki deras
yang harganya merambat menaiki deras
memasuki gedung dan kerumunan
tanganku basah
oleh antiseptik dengan aroma alkohol
yang merebak dunia
bunga tujuh rupa
tidak sekadar upacara terkenang korban corona
sebab memang kita mau menang
sehat segala suasana
tanganku basah
oleh antiseptik dengan aroma alkohol
yang merebak dunia
bunga tujuh rupa
tidak sekadar upacara terkenang korban corona
sebab memang kita mau menang
sehat segala suasana
amin
Kemayoran, 11032020
-----
-----
JAKARTA MASKER
tidak cuma karena Jakarta
ini info ibu kota
Jakarta Masker, populernya
dari Jakarta ke seluruh peta Indonesia
sebab negara sedang kerja
anti corona
ini info ibu kota
Jakarta Masker, populernya
dari Jakarta ke seluruh peta Indonesia
sebab negara sedang kerja
anti corona
lalu kita mengingat tiga masker Jakarta
pertama, masker kemarau karena takut debu
sebagai pesan moral
agar hidup selalu selamat dari parahnya kemarau
pertama, masker kemarau karena takut debu
sebagai pesan moral
agar hidup selalu selamat dari parahnya kemarau
kedua masker hujan
agar tubuh yang tenggelam dalam jas hujan
bahkan bajir
masih bisa menemui sisa hangatnya
semacam sentrum anti sesatnya
mengamini nasihat langit untuk waspada
pada sengitnya bumi yang dingin,
basah dan berpenyakit
agar tubuh yang tenggelam dalam jas hujan
bahkan bajir
masih bisa menemui sisa hangatnya
semacam sentrum anti sesatnya
mengamini nasihat langit untuk waspada
pada sengitnya bumi yang dingin,
basah dan berpenyakit
ketiga masker corona sebagai ancaman suatu ketika
agar hidup terbebas dari amarah yang serba tiba-tiba
menyerang dan menyergap
dalam pengap
agar hidup terbebas dari amarah yang serba tiba-tiba
menyerang dan menyergap
dalam pengap
Kemayoran, 19032020
------
------
TENTANG PENULIS
Gilang Teguh Pambudi. Dikenal sebagai Seniman Radio, penyair, dan Pembina Komunitas Seni. Setelah meninggalkan bangku mengajar, berbekal bakat seni dan sertifikat peserta terbaik nasional pendidikan jurnalistik FP2M Jakarta (1991), memilih fokus aktif di radio sebagai jurnalis, penyiar, Programmer dan Kepala Studio. Penyair yang pernah aktif sebagai jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini, juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio, terutama karena aktivitasnya sebagai ketua yayasan seni Cannadrama. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPGN. Puisi-puisinya telah terbit dalam berbagai buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Data diri kepenyairannya bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia. Empat buku antologi puisi terbarunya yang telah diterbitkan oleh penerbit J-Maaestro adalah JALAK (Jakarta Dalam Karung),TAGAR (Tarian Gapura), Mendaki Langit, 100 Aksi Puisi Pramuka, dan ZIRA (Planetarium Cinta). Satu buku serba-serbi dunia puisi yang telah terbit, Dinding Puisi Indonesia.
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com . Dikenal sebagai Seniman Radio, penyair, dan Pembina Komunitas Seni. Setelah meninggalkan bangku mengajar, berbekal bakat seni dan sertifikat peserta terbaik nasional pendidikan jurnalistik FP2M Jakarta (1991), memilih fokus aktif di radio sebagai jurnalis, penyiar, Programmer dan Kepala Studio. Penyair yang pernah aktif sebagai jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini, juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio, terutama karena aktivitasnya sebagai ketua yayasan seni Cannadrama. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPGN. Puisi-puisinya telah terbit dalam berbagai buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Data diri kepenyairannya bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia. Empat buku antologi puisi terbarunya yang telah diterbitkan oleh penerbit J-Maaestro adalah JALAK (Jakarta Dalam Karung),TAGAR (Tarian Gapura), Mendaki Langit, 100 Aksi Puisi Pramuka, dan ZIRA (Planetarium Cinta). Satu buku serba-serbi dunia puisi yang telah terbit, Dinding Puisi Indonesia.Cannadrama@gmail.com
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com
AZTI KINTAMANI K. SIMPONI PELINDUNG DIRI
AZTI KINTAMANI K.
SIMPONI PELINDUNG DIRI
Dengan pakaian rapat, orang-orang meyakini
hidupnya sehat, taat dan bertiketkan surgawi
Nyatanya para korban ditembus mati pandemi
tanpa ibadah dan tatap famili, pergi kekal sendiri
Pakaian, kekayaan tak kan menjamin hidup abadi
Udara memanas, keringat kerja mengucur deras
Covid-19 mati melemas, tenaga medis terbebas
tapi di muka ada tanda berbekas, hatipun cemas
Semuanya ini peringatan dini, agar orang kembali
pada kesadaran, kesehatan itu hidup berharmoni
Tapi bagaimana itu terjadi, bila saling mendominasi
Tidak seperti apresiasi di studio alam yang jujur ini
walau ada perbedaan tapi kuat dalam kebersamaan
Bukankah itu hakekatnya pakaian saat kedaruratan
menjadi simponi yang melindungi dan menghibur diri
*) Studio Alam Asri, Sumedang, 2 April 2020
AZTI KINTAMANI KERENHAPUKH, lahir di Sumedang, pada tanggal 19 Mei. Aktif menulis sejak aktif di Kastaf Teater Holistik Bandung. Karya antologi Puisi Fasionastiknya : Simponi Butik Paradewi, Negeri Hilang Puteri, dan Rherajin. Kinta yang pernah Juara Cipta Puisi-FL2SN; Cipta Sastra Disbudpar ini, juga menulis antologi cerpen dan novel : Panpan Langlang Sungai Han, dan Kindasa. Pemenang dalam festival film pendek : Tunas, Tiang, The Bottle, dan Cipta-Baca Puisi APWIA ini, pernah aktif di Saka Dirgantara, Sasasi-Sanggar Sastra Literasi Indonesia, dan GBJC Ministry. Karya antologi bersamanya : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019). Selain sebagai jurnalis dan redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Adonaisa, Bintang Pro-Post, Kinta juga aktif melatih di Sanggar Griya Prima, Studio Alam Asri, Rumah Hati Literasi Sumedang. **(AKK) ***
SIMPONI PELINDUNG DIRI
Dengan pakaian rapat, orang-orang meyakini
hidupnya sehat, taat dan bertiketkan surgawi
Nyatanya para korban ditembus mati pandemi
tanpa ibadah dan tatap famili, pergi kekal sendiri
Pakaian, kekayaan tak kan menjamin hidup abadi
Udara memanas, keringat kerja mengucur deras
Covid-19 mati melemas, tenaga medis terbebas
tapi di muka ada tanda berbekas, hatipun cemas
Semuanya ini peringatan dini, agar orang kembali
pada kesadaran, kesehatan itu hidup berharmoni
Tapi bagaimana itu terjadi, bila saling mendominasi
Tidak seperti apresiasi di studio alam yang jujur ini
walau ada perbedaan tapi kuat dalam kebersamaan
Bukankah itu hakekatnya pakaian saat kedaruratan
menjadi simponi yang melindungi dan menghibur diri
*) Studio Alam Asri, Sumedang, 2 April 2020
AZTI KINTAMANI KERENHAPUKH, lahir di Sumedang, pada tanggal 19 Mei. Aktif menulis sejak aktif di Kastaf Teater Holistik Bandung. Karya antologi Puisi Fasionastiknya : Simponi Butik Paradewi, Negeri Hilang Puteri, dan Rherajin. Kinta yang pernah Juara Cipta Puisi-FL2SN; Cipta Sastra Disbudpar ini, juga menulis antologi cerpen dan novel : Panpan Langlang Sungai Han, dan Kindasa. Pemenang dalam festival film pendek : Tunas, Tiang, The Bottle, dan Cipta-Baca Puisi APWIA ini, pernah aktif di Saka Dirgantara, Sasasi-Sanggar Sastra Literasi Indonesia, dan GBJC Ministry. Karya antologi bersamanya : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019). Selain sebagai jurnalis dan redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Adonaisa, Bintang Pro-Post, Kinta juga aktif melatih di Sanggar Griya Prima, Studio Alam Asri, Rumah Hati Literasi Sumedang. **(AKK) ***
SANUR KEZIANDARI RESEP SAJAK DI RUMAH SAJA
SANUR KEZIANDARI
RESEP SAJAK DI RUMAH SAJA
Bila kita kini mesti taat mengisolasi diri
bekerja, belajar, ibadah di rumahnya sendiri
Bukankah itu saat indah pemulihan famili
dengan banyak waktu, dan perjumpaan hati
Seperti kami di sini, berliterasi dan berpuisi
Untuk apa wabah dinyinyir dan diperdebatkan
bila tak ada aksi kebaikan dan pertolongan
itu hanya jadi virus baru bagi dungunya pikiran
Sebaiknya kita buat resep di rumah senang
kiat riang agar Corona kecewa pergi menghilang
Tragedi ini dapat membuat kita bijak belajar
menata hidup dalam harmoni dan bekal kekal
Sehingga tak gampang dibodohi dan terpapar
Sehingga kita paham tentang nilai yang besar
rumah dengan puisi, itu resep indah dan benar
*)Studio Wonderfull, Bandung, 29 Maret 2020
SANUR KEZIANDARI, lahir di Bandung, pada tanggal 27 Maret. Aktif menulis sejak aktif di Sanggar KASTAF Teater Holistik Bandung. Karya Antologi Puisi Restorastiknya : Eksodus Milenial, Cermin Ion Enterpraise, Biola Kafe Istana, dan Rherajin. Sanur yang pernah Juara Cipta Monolog, Cipta Cerpen LKBN Kompaxindo, pemenang festival film pendek : Dedaun, Tiang, Hidangan, dan Cipta Skenario-APWIA ini, karya puisinya diterbitkan dalam antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019). Sanur yang pernah giat di Saka Dirgantara, GBJC Ministry, Sanggar Sasana (Sastra & Literasi Nasional), ini juga menulis antologi cerpen dan novel : Restonarasika, dan Sankona. Selain aktif sebagai redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Fokus-Transukses, Adonaisa, Sanur juga aktif melatih di Sanggar Hereditas, Studio Wonderfull dan Slisaf Teater Prosesi. **(SK) ***
RESEP SAJAK DI RUMAH SAJA
Bila kita kini mesti taat mengisolasi diri
bekerja, belajar, ibadah di rumahnya sendiri
Bukankah itu saat indah pemulihan famili
dengan banyak waktu, dan perjumpaan hati
Seperti kami di sini, berliterasi dan berpuisi
Untuk apa wabah dinyinyir dan diperdebatkan
bila tak ada aksi kebaikan dan pertolongan
itu hanya jadi virus baru bagi dungunya pikiran
Sebaiknya kita buat resep di rumah senang
kiat riang agar Corona kecewa pergi menghilang
Tragedi ini dapat membuat kita bijak belajar
menata hidup dalam harmoni dan bekal kekal
Sehingga tak gampang dibodohi dan terpapar
Sehingga kita paham tentang nilai yang besar
rumah dengan puisi, itu resep indah dan benar
*)Studio Wonderfull, Bandung, 29 Maret 2020
SANUR KEZIANDARI, lahir di Bandung, pada tanggal 27 Maret. Aktif menulis sejak aktif di Sanggar KASTAF Teater Holistik Bandung. Karya Antologi Puisi Restorastiknya : Eksodus Milenial, Cermin Ion Enterpraise, Biola Kafe Istana, dan Rherajin. Sanur yang pernah Juara Cipta Monolog, Cipta Cerpen LKBN Kompaxindo, pemenang festival film pendek : Dedaun, Tiang, Hidangan, dan Cipta Skenario-APWIA ini, karya puisinya diterbitkan dalam antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019). Sanur yang pernah giat di Saka Dirgantara, GBJC Ministry, Sanggar Sasana (Sastra & Literasi Nasional), ini juga menulis antologi cerpen dan novel : Restonarasika, dan Sankona. Selain aktif sebagai redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Fokus-Transukses, Adonaisa, Sanur juga aktif melatih di Sanggar Hereditas, Studio Wonderfull dan Slisaf Teater Prosesi. **(SK) ***
PROFIJESARINO UBUD DH. LAYAR MERETAS COVID-19
PROFIJESARINO UBUD DH.
LAYAR MERETAS COVID-19
Saat bumi diseliputi wabah Corona
para malaikat menontonnya di angkasa
di layar kisah dunia di bioskop semesta
Mereka tertegun dengan tingkah manusia
masih tak pandai memaknai alur cerita
Padahal skenarionya telah masif dan pasti
Sehebat apapun protagonis bila terinfeksi
perjuangannya berat antara hidup dan mati
Dalam episode ini, antagonis begitu ngeri
mereka seolah terdeteksi tapi tetap misteri
Diiiring hujan Aprll yang tak lazim berjatuhan
Para korban corona telah jatuh dikebumikan
dalam takut dan tanpa ritual akhir penghormatan
Layar meretas Covid-19 semestinya menginsafkan
betapa penyakit dan maut, itu tragedi kemanusiaan
bisa diakhiri dan tak terulang, dengan pertobatan
@Studio Seni Baris Baros, Cimahi, 29 Maret 2020
PROFIJESARINO UBUD Dh., lahir di Kota Bandung, tanggal 7 April. Aktif menulis sejak aktif di Kastaf Teater Holistik Bandung. Karya Antologi Puisi Sinemaslawistik-nya seperti: Genesis Metropolisa, Ekspedisi NugNeg & Pakde Sastra, dan Siluet Layar Emas, dan Rherajin. Ubud yang kini sebagai youth leader redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Adonaisa, Mika-Magistra, Fokus-Transukses ini, karya literasinya diterbitkan dalam Antologi Bersama : “Semangkuk Sup di Malam Kudus”, Haiku Melawan Korupsi – HAKI, Negeri Bahari, Haiku : Pohon Rasa, Wanita Guru Bangsa, dan RHERAJIN, Selain studi S-1 dan S-2 secara Triple Degree, kini Ubud juga aktif di Studio Teater, Film dan Sastra: Baris Baros Cimahi, Wakil Sekjen HIPWI, DPP APWIA, serta Director di PH Master Vision 45, Slisaf Teater Prosesi. Pegiat literasi ini karyanya juga sering menjuarai festival film pendek, sastra dan fotografi. (PUD) ***
Azizah Rifada Muhallima Saat ini
71.Azizah Rifada Muhallima
Saat ini
Aku yang seperti napi di negriku sendiri
Aku yang seperti orang asing di negriku sediri
Aku yang seperti terjajah di negriku sendiri
Kedatangan sesuatu asing membuatku terisolasi
Pondok ramaiku berubah sunyi
Sekolah tempatku ngangsu kaweruh berubah sepi
Pasar tempat ramaipun berubah sepi tanpa interaksi
Masjid melompong tertinggal pergi
Gereja gereja hening
Kuil kuil tampak ngeri
Saat ini
Aku asing di negriku sendiri
nama : azizah rifada muhallima
Nama :azizah rifada muhallima , alamat : cendana dawe kudus
Saat ini
Aku yang seperti napi di negriku sendiri
Aku yang seperti orang asing di negriku sediri
Aku yang seperti terjajah di negriku sendiri
Kedatangan sesuatu asing membuatku terisolasi
Pondok ramaiku berubah sunyi
Sekolah tempatku ngangsu kaweruh berubah sepi
Pasar tempat ramaipun berubah sepi tanpa interaksi
Masjid melompong tertinggal pergi
Gereja gereja hening
Kuil kuil tampak ngeri
Saat ini
Aku asing di negriku sendiri
nama : azizah rifada muhallima
Nama :azizah rifada muhallima , alamat : cendana dawe kudus
Uswatun Khasanah CEPAT PERGI!
67.Uswatun Khasanah
CEPAT PERGI!
Duka terjadi di bumi pertiwi
matahari enggan bersinar lagi
redup sedih meratapi
keluh takut penduduk bumi.
Corona menghampiri, merambat
Menyebar begitu cepat
masyarakat panik sekarat
Seakan bumi digoncang kiamat
Kini;
tidak asing lagi bagi telinga
mendengar tangisan duka saudara,
tidak asing lagi bagi mata
saksikan keranda berjalan tanpa roda,
tidak asing lagi bagi mulut
berbicara maut gampang saja.
Masa ini, terjadi isolasi
aku bak terpenjara di dalam jeruji
perut keroncongan, siapa peduli?
Ekonomi membusuk, hutang melambung tinggi.
Semua orang menggigil
termasuk diriku ini
entah, kedinginan atau kelaparan.
Isolasi diri
sepi rumah Tuhan
apalagi;
pasar-pasar dan sekolahan.
Wahai corona!
Tidakkah puas kau lihat
Tangisan penduduk bumi
melerek air mata tanpa henti
pilu, perih, merintih.
Wahai corona!
Mau berapa nyawa lagi
bukankah sudah banyak kau telan nyawa
sebagian insan di dunia?
Lalu;
mau apa lagi, siapa lagi?
cepat pergi!
tugasmu selesai,
cepat pergilah dari sini.
Gresik, 28 Maret 2020
Uswatun Khasanah. Lahir di Gresik pada 04 Desember 2000. Terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Budaya dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain sebagai mahasiswi juga bergiat aktif di Teater DII di fakultasnya dan beberapa komunitas sastra di luar kampus. Menulis puisi, cerpen, novel, dan kata-kata bijak. Puisinya terangkum dalam berbagai antalogi bersama dan termuat di beberapa media massa, salah satunya puisi berjudul Teriakkan Anak Negeri ada dalam antalogi Puisi Menolak Korupsi 7 – Negeri Tanpa Korupsi (Buana Grafika, Nopember 2018). Memiliki hobby membaca puisi dan menulis. Beralamat di Jl. Pelita III Randuboto RT 1 RW 1 Kec. Sidayu Kab. Gresik, 61153. Email :uus.sholihah123@gmail.com
CEPAT PERGI!
Duka terjadi di bumi pertiwi
matahari enggan bersinar lagi
redup sedih meratapi
keluh takut penduduk bumi.
Corona menghampiri, merambat
Menyebar begitu cepat
masyarakat panik sekarat
Seakan bumi digoncang kiamat
Kini;
tidak asing lagi bagi telinga
mendengar tangisan duka saudara,
tidak asing lagi bagi mata
saksikan keranda berjalan tanpa roda,
tidak asing lagi bagi mulut
berbicara maut gampang saja.
Masa ini, terjadi isolasi
aku bak terpenjara di dalam jeruji
perut keroncongan, siapa peduli?
Ekonomi membusuk, hutang melambung tinggi.
Semua orang menggigil
termasuk diriku ini
entah, kedinginan atau kelaparan.
Isolasi diri
sepi rumah Tuhan
apalagi;
pasar-pasar dan sekolahan.
Wahai corona!
Tidakkah puas kau lihat
Tangisan penduduk bumi
melerek air mata tanpa henti
pilu, perih, merintih.
Wahai corona!
Mau berapa nyawa lagi
bukankah sudah banyak kau telan nyawa
sebagian insan di dunia?
Lalu;
mau apa lagi, siapa lagi?
cepat pergi!
tugasmu selesai,
cepat pergilah dari sini.
Gresik, 28 Maret 2020
Uswatun Khasanah. Lahir di Gresik pada 04 Desember 2000. Terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Budaya dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain sebagai mahasiswi juga bergiat aktif di Teater DII di fakultasnya dan beberapa komunitas sastra di luar kampus. Menulis puisi, cerpen, novel, dan kata-kata bijak. Puisinya terangkum dalam berbagai antalogi bersama dan termuat di beberapa media massa, salah satunya puisi berjudul Teriakkan Anak Negeri ada dalam antalogi Puisi Menolak Korupsi 7 – Negeri Tanpa Korupsi (Buana Grafika, Nopember 2018). Memiliki hobby membaca puisi dan menulis. Beralamat di Jl. Pelita III Randuboto RT 1 RW 1 Kec. Sidayu Kab. Gresik, 61153. Email :uus.sholihah123@gmail.com
Dwi Wahyu Candra Dewi LANTUNAN DOA PENYEKA AIR MATA
68. Dwi Wahyu Candra Dewi
LANTUNAN DOA PENYEKA AIR MATA
Saat mereka terpapar, kita sempat tertawa
Saat mereka terkapar, kita serasa lega
Apa yang terjadi pada hati dan pikiran kita?
Apa karena beda bangsa, beda negara, hingga kita mati rasa?
Paparan itu kian dekat dengan kita
Mata kita mendadak rabun akan zat-Nya
Hati kita mendadak bergejolak hingga memudarkan percaya pada-Nya
Bahkan tak pelak, saling tuding mencari pembenar hingga lupa siapa kita.
Di sudut lain benar-benar telah mati suatu hati
Tatkala meraup untung dengan harga tinggi pada sebuah alat pelindung diri.
Entah, hilang terkikis rasa manusiawi insan di bumi
Hingga tak terima jasad tuk di kebumi korban pandemi
Sebagian dari kita hilang peduli tanpa takut lara mendera
Mereka tak tahu, bukan ketakutan semata adanya
Kita ini ingin lebih banyak waktu untuk bersyukur.
Mensyukuri dalam ikhtiar dan tawakal di jalan-Nya.
Usia tiada yang tahu selain Maha Penentu
Ketetapan menjadi mutlak bagi Maha Kehendak
Banyak belajar pun renungan dalam setiap gerak
Dalam lantunan doa tuk penyeka air mata
Blora, 3 April 2020
LANTUNAN DOA PENYEKA AIR MATA
Saat mereka terpapar, kita sempat tertawa
Saat mereka terkapar, kita serasa lega
Apa yang terjadi pada hati dan pikiran kita?
Apa karena beda bangsa, beda negara, hingga kita mati rasa?
Paparan itu kian dekat dengan kita
Mata kita mendadak rabun akan zat-Nya
Hati kita mendadak bergejolak hingga memudarkan percaya pada-Nya
Bahkan tak pelak, saling tuding mencari pembenar hingga lupa siapa kita.
Di sudut lain benar-benar telah mati suatu hati
Tatkala meraup untung dengan harga tinggi pada sebuah alat pelindung diri.
Entah, hilang terkikis rasa manusiawi insan di bumi
Hingga tak terima jasad tuk di kebumi korban pandemi
Sebagian dari kita hilang peduli tanpa takut lara mendera
Mereka tak tahu, bukan ketakutan semata adanya
Kita ini ingin lebih banyak waktu untuk bersyukur.
Mensyukuri dalam ikhtiar dan tawakal di jalan-Nya.
Usia tiada yang tahu selain Maha Penentu
Ketetapan menjadi mutlak bagi Maha Kehendak
Banyak belajar pun renungan dalam setiap gerak
Dalam lantunan doa tuk penyeka air mata
Blora, 3 April 2020
Junaidi Daun
69.Junaidi
Daun
Daun yang hijau dan rimbun
Kenangan dan cinta
Menjadi semesta
Yang tak terhenti meski
Patah hati bumi
Tak lekas membaik
Pupus cinta atau terhianati
Kenangan dan cinta
Tetap berjalan semestinya
Meski banjir air mata bumi
Menggenangi dan cinta tetap
Terjadi
Wabah apa saja terjadi
Efek teknologi
Menggerus canda tawa yang nyata
Lantas kini wabah ketakutan
Framming media menakut-nakuti
Kampus libur
Sekolah libur
Kerja libur
Makan pun libur
Daun hijau dan rimbun
Kini menyayat hati
Menunggu kering
Dan jatuh berkeping-keping
Junaidi keliharan Pati Jawa Tengah
Tergabung dengan kelas menulis Jagong Sastra Kudus bersama Jumari HS
Daun
Daun yang hijau dan rimbun
Kenangan dan cinta
Menjadi semesta
Yang tak terhenti meski
Patah hati bumi
Tak lekas membaik
Pupus cinta atau terhianati
Kenangan dan cinta
Tetap berjalan semestinya
Meski banjir air mata bumi
Menggenangi dan cinta tetap
Terjadi
Wabah apa saja terjadi
Efek teknologi
Menggerus canda tawa yang nyata
Lantas kini wabah ketakutan
Framming media menakut-nakuti
Kampus libur
Sekolah libur
Kerja libur
Makan pun libur
Daun hijau dan rimbun
Kini menyayat hati
Menunggu kering
Dan jatuh berkeping-keping
Junaidi keliharan Pati Jawa Tengah
Tergabung dengan kelas menulis Jagong Sastra Kudus bersama Jumari HS
Syamsul Bahri Kaulah Akuku
70.Syamsul Bahri
Kaulah Akuku
/Aku Cinta Padamu/
Kau bukan hanya harus melepas jemalamu
Tapi kau juga harus menghilangkan dirimu dalam ragamu
Dan jangan pernah kau cari kembali
/Kau/
Jangan kau tahan rekah senyummu
Layla
Akulah Majnunmu
Yang kau cari aku
Dipusara ku dekap nisan
Membawaku abadi
Bersamamu
(2020)
Kepada Jarak
Aku adalah jarak
Dan kau adalah waktu
Inginku lipat supaya dekat
Agar tetap teringat di segala yang tenggat
Berada ditempat terhangat dan ku tunaikan segala hajat bersama surat
Yang dikirim angin sampai di tangan seorang perindu yang taat
(2020)
Sengaja kulebur rindu itu
I/
Melebur bersama rindu
Di puncak kesunyian
Terasa gaduh
Dalam jemala, penuh ceracau si gila
II/
Kau panggil teman terbaikmu; kesedihan
Didekapnya, diiringi perpisahan
Sayang sekali, aku tak bias mengusir waktu
Yang telah lama kau pendam dalam suaka nestapa
III/
Seperti desir, mengalir seperti air, menjelma seperti api
Sampai ke hilir
IV/
Akulah nyala itu
Memberangus setiap yang puus
Menghapus setia yang tulus
Akulah kayu itu
Menjadi abu bukanlah ihwal yang tabuh
Namun, rekahku sampai keujung bibirmu
Menggurat surat darimu
Aku terpelanting jauh
Sampai ke langitlangit sudut kamarmu
(2020)
Syamsul bahri, lahir di Subang 12 Juli 1995. Seorang guru dan penulis puisi di salah satu lembaga Yogyakarta. Telah menempuh studi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Alumni Bengkel Teater Rendra dan sekarang sedang menjadi pegiat Komunitas Seni Budaya (KSB) UNY di Yogyakarta. Sedang menyelesaikan buku pertamanya yang berjudul Siklus Rindu. Surel : syamsulb725@gmail.com. IG: syamsulbahri_1922
Kaulah Akuku
/Aku Cinta Padamu/
Kau bukan hanya harus melepas jemalamu
Tapi kau juga harus menghilangkan dirimu dalam ragamu
Dan jangan pernah kau cari kembali
/Kau/
Jangan kau tahan rekah senyummu
Layla
Akulah Majnunmu
Yang kau cari aku
Dipusara ku dekap nisan
Membawaku abadi
Bersamamu
(2020)
Kepada Jarak
Aku adalah jarak
Dan kau adalah waktu
Inginku lipat supaya dekat
Agar tetap teringat di segala yang tenggat
Berada ditempat terhangat dan ku tunaikan segala hajat bersama surat
Yang dikirim angin sampai di tangan seorang perindu yang taat
(2020)
Sengaja kulebur rindu itu
I/
Melebur bersama rindu
Di puncak kesunyian
Terasa gaduh
Dalam jemala, penuh ceracau si gila
II/
Kau panggil teman terbaikmu; kesedihan
Didekapnya, diiringi perpisahan
Sayang sekali, aku tak bias mengusir waktu
Yang telah lama kau pendam dalam suaka nestapa
III/
Seperti desir, mengalir seperti air, menjelma seperti api
Sampai ke hilir
IV/
Akulah nyala itu
Memberangus setiap yang puus
Menghapus setia yang tulus
Akulah kayu itu
Menjadi abu bukanlah ihwal yang tabuh
Namun, rekahku sampai keujung bibirmu
Menggurat surat darimu
Aku terpelanting jauh
Sampai ke langitlangit sudut kamarmu
(2020)
Syamsul bahri, lahir di Subang 12 Juli 1995. Seorang guru dan penulis puisi di salah satu lembaga Yogyakarta. Telah menempuh studi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Alumni Bengkel Teater Rendra dan sekarang sedang menjadi pegiat Komunitas Seni Budaya (KSB) UNY di Yogyakarta. Sedang menyelesaikan buku pertamanya yang berjudul Siklus Rindu. Surel : syamsulb725@gmail.com. IG: syamsulbahri_1922
Jumat, 03 April 2020
Agus Mursalin Lockdown
66.Agus Mursalin
Lockdown
Tuhan tak ada dalam masjid
Tuhan tak ada di Ka'bah
Pahala bisa dicari tanpa melibatkan Tuhan di tempat suci
Murtirejo 22 Maret 2020
#Agus Mursalin
Lockdown #2
sayang, tidurlah sendiri. Sprei bantal kasur selimut handuk sabun mandi gelas minum mangkuk sayur punyamu pisahkanlah. jangan kau pakai milikku lagi
batal sumpah pernikahan kita untuk sehidup semati
mati bersama itu tragedi, jadi pilihlah aku atau kamu mati lebih dulu
Sisanya lanjutkan menjaga anak cucu dan peradaban bertahan dari semua kemungkinan pemusnahan
atau pilihan kedua
kita lawan memakai kekebalan
bikin sendiri dalam sunyi
Kedungwinangun, 1 April 2020
#Agus Mursalin
Lockdown
Tuhan tak ada dalam masjid
Tuhan tak ada di Ka'bah
Pahala bisa dicari tanpa melibatkan Tuhan di tempat suci
Murtirejo 22 Maret 2020
#Agus Mursalin
Lockdown #2
sayang, tidurlah sendiri. Sprei bantal kasur selimut handuk sabun mandi gelas minum mangkuk sayur punyamu pisahkanlah. jangan kau pakai milikku lagi
batal sumpah pernikahan kita untuk sehidup semati
mati bersama itu tragedi, jadi pilihlah aku atau kamu mati lebih dulu
Sisanya lanjutkan menjaga anak cucu dan peradaban bertahan dari semua kemungkinan pemusnahan
atau pilihan kedua
kita lawan memakai kekebalan
bikin sendiri dalam sunyi
Kedungwinangun, 1 April 2020
#Agus Mursalin
Dyah Setyawati UNTUKMU RINDU
65.Dyah Setyawati
UNTUKMU RINDU
untukmu rindu;kucari sampai sudut ulu
belum juga kutemu
padahal telah lama kuseru
diantara muram langit
tangis tetangga
kehilangan anaknya yang mati tiba tiba
aku mencarimu
didiri,dirumah,dihati
ketika musholla sepi
oooh kekasih
akankah kita gali kubur sendiri
sementara pelayat cuma bisa dihitung jari
masih kugamit cemas dan kulangitkan
doa bertubi
kalaupun ini sebuah peringatan
segeralah usai
ampunkan hambamu
alam telah lelah istirah
pagi yang rona hilang pesona
aku takdimi ranggas siang
murung langit
nyanyian kedasih
kota sunyi
hati tak mati
(Asahmanah 28/03 /2020
KOTA SUNYI
jalanan lengang
langkahku melenggang
mencoba menangkap matahari yang sembunyi
celoteh anak anakpun tak kudengar
ketika semua diliburkan
pasar nyasar entah kemana
penyemprotan virus setan
masker jadi maskot
melangit harga
adakadabra
rakyat jelata sengsara
sementara tempat wisata dahaga pengunjung
alam istirah nikmati rinai hujan yang belum usai
hati serasa membelati
masih menyusuri pagi gelisah
ini kota sunyi
mirip tempat para zombi
sesuap nasi untuk hari ini
setumpuk inspirasi
geliat pagi
mari saling introspeksi
agar semua kembali seksi
jangan biarkan tuhan geleng kepala
saksikan ulah manusia
kesombongan macam apalagi
yang kalian banggakan
selamat pagi kota sunyi...
(Asahmanah aprl2020)
Heru Patria Corona
64.Heru Patria
Corona
diksi kehidupan bungkam
baitnya diberangus kecemasan
sajak hindari kerumunan
puisi jadikan pembelajaran
ingin syair napas terus berlanjut
hiduplah secara patut
hindari berjabatan
selalu cuci tangan
jauhi keramaian
menjaga jarak
kenakan masker layak
tinggal di rumah saja
agar penyebaran corona
terhenti segera
Blitar, 31 Maret 2020
CORONA ADALAH TAMPARAN TUHAN
Oleh : Heru Patria
Corona yang menjalar liar
Kepanjangan tangan Tuhan tuk menampar
Pada kita yang sering berbuat ingkar
Bertindak di jalan tak benar
Corona yang telah mewabah
Bisa jadi merupakan teguran Allah
Untuk kita yang bangga berlaku pongah
Tak peduli saudara susah
Corona yang telah menjangkit
Mewakili jemari Tuhan untuk mencubit
Sebab kita sering berbuat pelit
Saat saudara sedang sakit
Corona membatasi silaturahmi
Agar kita lekas berkaca diri
Atas pergaulan bebas yang disanjungi
Tuhan kirim peringatan lewat virus ini
Dalam cengkeraman pandemic
Meri kita berbenah diri
Sadari tamparan Illahi
Blitar, 1 April 2020
ATAS DASAR APA?
64.Heru Patria
Atas dasar apa
Tuan anjurkan kami di rumah saja
Sedang kami hanyalah penjual tenaga
Jika tak keluar dapur tak menyala
Untuk apa Tuan bebaskan bea listrik
Bagi daerah zona merah nan pelik
Yang kami butuhkan hanyalah bahan pangan
Selama kami dilarang bepergian
Buat apa Tuan tangguhkan cicilan kendaraan
Sedang mengkredit saja kami tak punya kesempatan
Upah kami hanya cukup untuk tambal kebutuhan
Atas dasar apa kebijakan itu Tuan keluarkan
Tidakkah Tuan sadari realita
Perjuangan hidup kami lebih ganas dari Corona
Maka jika kami harus tinggal di rumah saja
Siapa sudi memberi jatah makan keluarga
Kami tak pernah berpelancong ke luar negeri
Seperti yang Tuan lakukan selama ini
Waktu kami habis untuk kejar kebutuhan
Saat Tuan sibuk berbagi kekuasaan
Atas dasar apa Corona menjamah kami
Silaturahmi kami terbatas persoalan ekonomi
Sering cuci tangan hanyalah falsafah
Agar Tuan tak cuci tangan dari masalah
Blitar, 2 April 2020
PAGEBLUG
Oleh : Heru Patria
Jika kita mau jujur pada diri sendiri
Tentang hokum sebab akibat di muka bumi
Virus Covid 19 tidak akan pernah bereaksi
Bila manusia tak semaunya pamer aksi
Kini bumi berselimut duka
Terkungkung pandemi korbankan banyak nyawa
Ekonomi lumpuh silaturahmi dari jarak jauh
Berdiam diri dalam rumah tentu akan jenuh
Jika saja kita bisa bersikap mawas
Tak akan ada ancaman dari virus ganas
Tapi karena keserakahan kita tak terbatas
Kini harus dibayar mahal dengan was-was
Andai saja kita bisa bersikap dewasa
Bisa menjaga jarak untuk sementara
Tapi dengan alasan harus tetap kerja
Kalian korbankan keselamatan keluarga
Bila kita bisa telaah kitab suci
Tauhan sudah tulis peringatan sejak dini
Bahwa Tuhan akan turunkan cobaan
Berupa sakit dan rasa ketakutan
Berserah dirilah pada pangkuan Illahi
Agar pageblug cepat diakhiri
Sirna dari bumi Pertiwi
Amin amin amin
Ya robbal alamin.
Blitar, 3 April 2020
PROFIL PENULIS
HERU PATRIA. Adalah seorang guru Sekolah Dasar di Kecamatan Wlingi yang telah menerbitkan 21 novel, 15 kumpulan cerpen, 1 kumpulan puisi. Novel terbarunya berjudul Jangan Mimpi Jadi Jokowi. Penulis yang beralamat di Bogangin RT.01 RW,06 Kel. Bajang Kec. Talun ini juga sebagai editor di IA Publisher. Untuk komunikasi silakan kontak di nomor 0857 8414 5106
Corona
diksi kehidupan bungkam
baitnya diberangus kecemasan
sajak hindari kerumunan
puisi jadikan pembelajaran
ingin syair napas terus berlanjut
hiduplah secara patut
hindari berjabatan
selalu cuci tangan
jauhi keramaian
menjaga jarak
kenakan masker layak
tinggal di rumah saja
agar penyebaran corona
terhenti segera
Blitar, 31 Maret 2020
CORONA ADALAH TAMPARAN TUHAN
Oleh : Heru Patria
Corona yang menjalar liar
Kepanjangan tangan Tuhan tuk menampar
Pada kita yang sering berbuat ingkar
Bertindak di jalan tak benar
Corona yang telah mewabah
Bisa jadi merupakan teguran Allah
Untuk kita yang bangga berlaku pongah
Tak peduli saudara susah
Corona yang telah menjangkit
Mewakili jemari Tuhan untuk mencubit
Sebab kita sering berbuat pelit
Saat saudara sedang sakit
Corona membatasi silaturahmi
Agar kita lekas berkaca diri
Atas pergaulan bebas yang disanjungi
Tuhan kirim peringatan lewat virus ini
Dalam cengkeraman pandemic
Meri kita berbenah diri
Sadari tamparan Illahi
Blitar, 1 April 2020
ATAS DASAR APA?
64.Heru Patria
Atas dasar apa
Tuan anjurkan kami di rumah saja
Sedang kami hanyalah penjual tenaga
Jika tak keluar dapur tak menyala
Untuk apa Tuan bebaskan bea listrik
Bagi daerah zona merah nan pelik
Yang kami butuhkan hanyalah bahan pangan
Selama kami dilarang bepergian
Buat apa Tuan tangguhkan cicilan kendaraan
Sedang mengkredit saja kami tak punya kesempatan
Upah kami hanya cukup untuk tambal kebutuhan
Atas dasar apa kebijakan itu Tuan keluarkan
Tidakkah Tuan sadari realita
Perjuangan hidup kami lebih ganas dari Corona
Maka jika kami harus tinggal di rumah saja
Siapa sudi memberi jatah makan keluarga
Kami tak pernah berpelancong ke luar negeri
Seperti yang Tuan lakukan selama ini
Waktu kami habis untuk kejar kebutuhan
Saat Tuan sibuk berbagi kekuasaan
Atas dasar apa Corona menjamah kami
Silaturahmi kami terbatas persoalan ekonomi
Sering cuci tangan hanyalah falsafah
Agar Tuan tak cuci tangan dari masalah
Blitar, 2 April 2020
PAGEBLUG
Oleh : Heru Patria
Jika kita mau jujur pada diri sendiri
Tentang hokum sebab akibat di muka bumi
Virus Covid 19 tidak akan pernah bereaksi
Bila manusia tak semaunya pamer aksi
Kini bumi berselimut duka
Terkungkung pandemi korbankan banyak nyawa
Ekonomi lumpuh silaturahmi dari jarak jauh
Berdiam diri dalam rumah tentu akan jenuh
Jika saja kita bisa bersikap mawas
Tak akan ada ancaman dari virus ganas
Tapi karena keserakahan kita tak terbatas
Kini harus dibayar mahal dengan was-was
Andai saja kita bisa bersikap dewasa
Bisa menjaga jarak untuk sementara
Tapi dengan alasan harus tetap kerja
Kalian korbankan keselamatan keluarga
Bila kita bisa telaah kitab suci
Tauhan sudah tulis peringatan sejak dini
Bahwa Tuhan akan turunkan cobaan
Berupa sakit dan rasa ketakutan
Berserah dirilah pada pangkuan Illahi
Agar pageblug cepat diakhiri
Sirna dari bumi Pertiwi
Amin amin amin
Ya robbal alamin.
Blitar, 3 April 2020
PROFIL PENULIS
HERU PATRIA. Adalah seorang guru Sekolah Dasar di Kecamatan Wlingi yang telah menerbitkan 21 novel, 15 kumpulan cerpen, 1 kumpulan puisi. Novel terbarunya berjudul Jangan Mimpi Jadi Jokowi. Penulis yang beralamat di Bogangin RT.01 RW,06 Kel. Bajang Kec. Talun ini juga sebagai editor di IA Publisher. Untuk komunikasi silakan kontak di nomor 0857 8414 5106
Rut Retno Astuty DOA KAMI DARI KLINIK INI
Rut Retno Astuty
DOA KAMI DARI KLINIK INI
Ya Tuhan, dari ruang periksa, kami berdoa
Jauhkan kiranya kami dari keganasan Corona
Dari sergap maut dan ketiadaan tersia-sia
Agar banyak orang yang tertolong kesehatannya
Meski telah banyak tokoh baik, menjadi korbannya
Kondisi klinik dan pasien panik, merubah suasana
Alat pelindung diri dan pencegahan, apa adanya
Kami tetap melayani dalam doa sepenuh jiwa
Anugerahi kami keberanian dan iklas tak terbatas
Agar kami tangguh dan bungkam nyinyir tak jelas
Kami amini, badai ini cepat berlalu, tak berbias
Agar kami pulih, hidup tulus tanpa luka berbekas
*)Sanggar Griya Prima, Sumedang, 30 Maret 2020
CORONA
RUT RETNO ASTUTI, lahir di Kota Tegal, tanggal 22 Pebruari. Dokter lulusan FK UNDIP Semarang ini, menulis dengan konsep Puisi Terapistiknya yang terangkum dalam antologi,antara lain : Dawai Jantung Hati, Ritme Wanita Kita, Tapak Ibu Pemberdaya. Pegiat literasi yang tergabung dalam AWWA (Asean Women Writers Association) ini karyanya termuat dalam Selendang Mayang (2017) Sketsa Wajah Ibu (2017). Antologi bersama lainya : PMK - 6 / Puisi Menolak Korupsi (2017), Indonesia Masih Ada Matahari (2017). Antologi “Semangkuk Sup di Malam Kudus” (2017), Haiku Melawan Korupsi & Pameran Haiga HAKI (2017), “Pesona Ranah Bundo” - HPN (2018), KDNP Negeri Bahari (2018), Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019), RHERAJIN (2019). Selain sebagai redaktur kesehatan dan budaya, GBJC Ministry, juga aktif membina Kastaf THB Sanggar Griya prima & Studio Alam Asri Sumedang. (RRA) ***
DOA KAMI DARI KLINIK INI
Ya Tuhan, dari ruang periksa, kami berdoa
Jauhkan kiranya kami dari keganasan Corona
Dari sergap maut dan ketiadaan tersia-sia
Agar banyak orang yang tertolong kesehatannya
Meski telah banyak tokoh baik, menjadi korbannya
Kondisi klinik dan pasien panik, merubah suasana
Alat pelindung diri dan pencegahan, apa adanya
Kami tetap melayani dalam doa sepenuh jiwa
Anugerahi kami keberanian dan iklas tak terbatas
Agar kami tangguh dan bungkam nyinyir tak jelas
Kami amini, badai ini cepat berlalu, tak berbias
Agar kami pulih, hidup tulus tanpa luka berbekas
*)Sanggar Griya Prima, Sumedang, 30 Maret 2020
CORONA
RUT RETNO ASTUTI, lahir di Kota Tegal, tanggal 22 Pebruari. Dokter lulusan FK UNDIP Semarang ini, menulis dengan konsep Puisi Terapistiknya yang terangkum dalam antologi,antara lain : Dawai Jantung Hati, Ritme Wanita Kita, Tapak Ibu Pemberdaya. Pegiat literasi yang tergabung dalam AWWA (Asean Women Writers Association) ini karyanya termuat dalam Selendang Mayang (2017) Sketsa Wajah Ibu (2017). Antologi bersama lainya : PMK - 6 / Puisi Menolak Korupsi (2017), Indonesia Masih Ada Matahari (2017). Antologi “Semangkuk Sup di Malam Kudus” (2017), Haiku Melawan Korupsi & Pameran Haiga HAKI (2017), “Pesona Ranah Bundo” - HPN (2018), KDNP Negeri Bahari (2018), Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019), RHERAJIN (2019). Selain sebagai redaktur kesehatan dan budaya, GBJC Ministry, juga aktif membina Kastaf THB Sanggar Griya prima & Studio Alam Asri Sumedang. (RRA) ***
HERISANTO BOAZ LUSASTRA MELAWAN CORONA
62.HERISANTO BOAZ
LUSASTRA MELAWAN CORONA
peperangan ini telah dibentangkan
tanpa senjata, tanpa musuh kelihatan
tapi mencekam, para korban bergelimpangan
tanpa pandang muka, semua bisa diserang
dikepung kematian, keyakinan dipertaruhkan
ini bukan perang antar negara di bumi
juga bukan serangan planet antar galaksi
ini ciptaan terhebat lawan yang nano mini
tapi bisa menyusup, dan tak mudah diketahui
menyergap nafas, dan paru-paru pun terinfeksi
ini perang senyap, tapi bisa terekam dalam puisi
markas perang ini di rumah sakit bertanda siaga
hidup dan maut berkecamuk, dalam takut fana
semua wajib taat dan patuh pada protokol negara
anggaran besar digelontorkan, tangani bencana
di sudut rumahnya, Lusastra doa melawan Corona
@Teater Holistik, Bandung, 27 Maret 2020
ELEGI MEMBACA PANDEMIK
dengan huruf kecil melambangkan nurani
kutulis kembali, elegiku membaca pandemik
catatan tragedi banyak bangsa di muka bumi
di Wuhan, China, wabah itu berasal, kota dikunci
meski tak religi, rakyatnya tertib mengatur diri
pemulihan dan kesembuhan masal cepat terjadi
di Iran, Inggris, India, Belanda, USA, Arab dan Itali
dan banyak negara lainnya, korban tiada henti
meski katanya religi atau modern dan teruji
di Indonesia, religi berwarna, komen merajalela
mulai si mulut zonk, yang banci dungu jika bicara
hingga stasiun tv serak, debat berak sok kuasa
semuanya dan pengikutnya, hanya nyinyir berbusa
mereka akan ditagih nyawa oleh korban kelak di sana
di bait seni ini, di sudut kota tak punya tradisi puisi ini
sajakku mencatat, rakyat banyak, dan pemimpin, sehati
menghadang pandemik, dengan kerja, doa, dan nurani
@Bait Seni Hereditas, Bandung, 28 Maret 2020
LUSASTRA MELAWAN CORONA
peperangan ini telah dibentangkan
tanpa senjata, tanpa musuh kelihatan
tapi mencekam, para korban bergelimpangan
tanpa pandang muka, semua bisa diserang
dikepung kematian, keyakinan dipertaruhkan
ini bukan perang antar negara di bumi
juga bukan serangan planet antar galaksi
ini ciptaan terhebat lawan yang nano mini
tapi bisa menyusup, dan tak mudah diketahui
menyergap nafas, dan paru-paru pun terinfeksi
ini perang senyap, tapi bisa terekam dalam puisi
markas perang ini di rumah sakit bertanda siaga
hidup dan maut berkecamuk, dalam takut fana
semua wajib taat dan patuh pada protokol negara
anggaran besar digelontorkan, tangani bencana
di sudut rumahnya, Lusastra doa melawan Corona
@Teater Holistik, Bandung, 27 Maret 2020
ELEGI MEMBACA PANDEMIK
dengan huruf kecil melambangkan nurani
kutulis kembali, elegiku membaca pandemik
catatan tragedi banyak bangsa di muka bumi
di Wuhan, China, wabah itu berasal, kota dikunci
meski tak religi, rakyatnya tertib mengatur diri
pemulihan dan kesembuhan masal cepat terjadi
di Iran, Inggris, India, Belanda, USA, Arab dan Itali
dan banyak negara lainnya, korban tiada henti
meski katanya religi atau modern dan teruji
di Indonesia, religi berwarna, komen merajalela
mulai si mulut zonk, yang banci dungu jika bicara
hingga stasiun tv serak, debat berak sok kuasa
semuanya dan pengikutnya, hanya nyinyir berbusa
mereka akan ditagih nyawa oleh korban kelak di sana
di bait seni ini, di sudut kota tak punya tradisi puisi ini
sajakku mencatat, rakyat banyak, dan pemimpin, sehati
menghadang pandemik, dengan kerja, doa, dan nurani
@Bait Seni Hereditas, Bandung, 28 Maret 2020
ditya Majong Rindu Dendam Dikala Pandemi
61.Aditya Majong
Rindu Dendam Dikala Pandemi
Rindu ini sudah seperti dendam
Menghujam
Pilu, Termakan realita yang kejam
Dan lebih gelap dari langit malam
Menumpuk, bagai bibit
Menusuk, bagai arit
Memburuk, bagai parasit
Terpuruk, terkutuk bagai dedemit
Kita merasakan rasa yang sama
Kau menahan rasa jauh disana
Aku menahan rindu
Tentang segala sesuatu tentang-mu
Sayang, segera setelah pandemi ini berakhir kita pasti meluapkan rasa
Yang telah kita tumpuk sedari awal hingga akhir.
Ketika status merah dicabut, aku berjanji akan memelukmu erat.
Akan kuceritakan segala baik buruk hal yang aku lewati dalam waktu dekat.
Tentu setelah aku melepas rindu denganmu tepat pada pukul empat.
Sampai saat itu tiba, mari kita sama-sama sabar untuk sesaat.
Depok, 1 April 2020.
Rindu Dendam Dikala Pandemi
Rindu ini sudah seperti dendam
Menghujam
Pilu, Termakan realita yang kejam
Dan lebih gelap dari langit malam
Menumpuk, bagai bibit
Menusuk, bagai arit
Memburuk, bagai parasit
Terpuruk, terkutuk bagai dedemit
Kita merasakan rasa yang sama
Kau menahan rasa jauh disana
Aku menahan rindu
Tentang segala sesuatu tentang-mu
Sayang, segera setelah pandemi ini berakhir kita pasti meluapkan rasa
Yang telah kita tumpuk sedari awal hingga akhir.
Ketika status merah dicabut, aku berjanji akan memelukmu erat.
Akan kuceritakan segala baik buruk hal yang aku lewati dalam waktu dekat.
Tentu setelah aku melepas rindu denganmu tepat pada pukul empat.
Sampai saat itu tiba, mari kita sama-sama sabar untuk sesaat.
Depok, 1 April 2020.
Sami’an Adib, Narasi Kebahagiaan
60.Sami’an Adib,
Narasi Kebahagiaan
Bayangan hari kiamat serasa telah tiba
lenyap segala hiruk-pikuk kesibukan kota
sementara di desa-desa kepanikan melanda
jalan-jalan sepi tanpa lalu-lalang pengembara
bahkan jejak-jejak para tetua nyaris tak terbaca
tinggal senandung duka
tembang paling nestapa
berirama derai air mata:
balada orang-orang terluka
bayangan hari kiamat terasa demikian nyata
kecanggihan rekayasa manusia seakan sia-sia
terjebak dalam rantai siklus wabah yang mendunia
masing-masing para jenius menawarkan formula:
rahasia agar terbebas dari belenggu malapetaka
kembali ke keagungan cita
berlomba menelurkan karya
demi hidup lebih bermakna
bekal meraih piala bahagia
di bawah bayang-bayang kehancuran semesta
tersebab amukan makhluk kecil virus korona
orang-orang kehilangan pesona rasa dan peka
sendiri terkurung di balik tembok-tembok hampa
tanpa kawan yang biasanya kerap bertegur sapa
tapi gairah mesti terpelihara
menyiangi gulma prasangka
agar subur benih-benih bahagia
dalam rinai doa dan limburan kasih-Nya
Jember, 2020
Karena Korona Karina Terkarantina
ia perempuan tangguh
energik, tak kenal lelah
stamina selalu terjaga
peduli pada sesama
entah apa sebab
tiba-tiba matanya sembab
membaca hasil laboratorium
di ruang pavilium rumah sakit umum
vonis dokter harus ia terima
masuk ruang spesial: karantina
sebab virus telah menjarah tubuhnya
: korona, selebritas yang mengguncang dunia
tetapi ia tetap perempuan tangguh
karena ia selalu berpegang teguh
bahwa hidup adalah fana
sebatas ujung kelana
ketika belum ada obat mujarab
ia peram tabah dan harap
di balik sekulum senyum
dari bibirnya yang ranum
seakan tak ada derita di raut wajahnya
walau sepi dan kesendirian mendera
dalam karantina tanpa sanak tetangga
ia lantang menolak seruan putus asa
ia kemas semua cemas yang menyesaki dadanya
menggantinya dengan sebuncah harapan dan doa
demi bisa kembali berbagi bahagia pada sesama
mengarungi samudera keanggunan Yang Kuasa
Jember, 2020
Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Lulus Strata I pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember (Unej). Puisi-puisinya terpublikasikan di beberapa media cetak dan on line. Antologi puisi bersama antara lain: Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015), Lumbung Puisi V: Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Negeri Bahari (DNP 8, 2018), Gus Punk (Pelataran Sastra Kaliwungu, 2019), Negeri Pesisiran (DNP 8, 2019), Risalah Api (Ziarah Kesenian, Jakarta, 2019), When The Days Were Raining (Tahura Media, Banjarmasin, 2019), Risalah Tubuh di Ladang Kemarau (Forum Sastra Timur Jawa, Jember, 2019), Perjalanan Merdeka (Penebar Media Pustaka, 2020), Setangkai Bunga Padi (FAM Bublishing , 2020), Wong Kenthir (Penebar Media Pustaka, 2020), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember, bergiat juga di Forum Sastra Pendalungan.
Narasi Kebahagiaan
Bayangan hari kiamat serasa telah tiba
lenyap segala hiruk-pikuk kesibukan kota
sementara di desa-desa kepanikan melanda
jalan-jalan sepi tanpa lalu-lalang pengembara
bahkan jejak-jejak para tetua nyaris tak terbaca
tinggal senandung duka
tembang paling nestapa
berirama derai air mata:
balada orang-orang terluka
bayangan hari kiamat terasa demikian nyata
kecanggihan rekayasa manusia seakan sia-sia
terjebak dalam rantai siklus wabah yang mendunia
masing-masing para jenius menawarkan formula:
rahasia agar terbebas dari belenggu malapetaka
kembali ke keagungan cita
berlomba menelurkan karya
demi hidup lebih bermakna
bekal meraih piala bahagia
di bawah bayang-bayang kehancuran semesta
tersebab amukan makhluk kecil virus korona
orang-orang kehilangan pesona rasa dan peka
sendiri terkurung di balik tembok-tembok hampa
tanpa kawan yang biasanya kerap bertegur sapa
tapi gairah mesti terpelihara
menyiangi gulma prasangka
agar subur benih-benih bahagia
dalam rinai doa dan limburan kasih-Nya
Jember, 2020
Karena Korona Karina Terkarantina
ia perempuan tangguh
energik, tak kenal lelah
stamina selalu terjaga
peduli pada sesama
entah apa sebab
tiba-tiba matanya sembab
membaca hasil laboratorium
di ruang pavilium rumah sakit umum
vonis dokter harus ia terima
masuk ruang spesial: karantina
sebab virus telah menjarah tubuhnya
: korona, selebritas yang mengguncang dunia
tetapi ia tetap perempuan tangguh
karena ia selalu berpegang teguh
bahwa hidup adalah fana
sebatas ujung kelana
ketika belum ada obat mujarab
ia peram tabah dan harap
di balik sekulum senyum
dari bibirnya yang ranum
seakan tak ada derita di raut wajahnya
walau sepi dan kesendirian mendera
dalam karantina tanpa sanak tetangga
ia lantang menolak seruan putus asa
ia kemas semua cemas yang menyesaki dadanya
menggantinya dengan sebuncah harapan dan doa
demi bisa kembali berbagi bahagia pada sesama
mengarungi samudera keanggunan Yang Kuasa
Jember, 2020
Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Lulus Strata I pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember (Unej). Puisi-puisinya terpublikasikan di beberapa media cetak dan on line. Antologi puisi bersama antara lain: Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015), Lumbung Puisi V: Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Negeri Bahari (DNP 8, 2018), Gus Punk (Pelataran Sastra Kaliwungu, 2019), Negeri Pesisiran (DNP 8, 2019), Risalah Api (Ziarah Kesenian, Jakarta, 2019), When The Days Were Raining (Tahura Media, Banjarmasin, 2019), Risalah Tubuh di Ladang Kemarau (Forum Sastra Timur Jawa, Jember, 2019), Perjalanan Merdeka (Penebar Media Pustaka, 2020), Setangkai Bunga Padi (FAM Bublishing , 2020), Wong Kenthir (Penebar Media Pustaka, 2020), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember, bergiat juga di Forum Sastra Pendalungan.
Sarwo Darmono GAWE MIRIS MANUNGSA ( Puisi Bahasa Jawa )
59.Sarwo Darmono
GAWE MIRIS MANUNGSA
( Puisi Bahasa Jawa )
Wujudmu cilik
Ora katon nyata
Ora bisa di delok netra blaka
Mlakumu ginawa tirta
Tirta kang metu saka grana
Metumu wujud mala
Mala tumpraping manungsa
Mala kang nggegirisi wong sak Bawana
Sapa kena bisa seda
Sak wetara manungsa pada endha
Sumingkir saja kempaling para kanca
Meneng jroning wisma
Murih ora kena mala
Tan kendat tansah dedonga
Nyuwun marang Kang Maha Kawasa
Duh.. Gusti kang murbeng jagat
Sedaya kang gumelar ing Jagat punika
Sampun dados kodratipun Panjenengan
Kados dene sumebaring Mala Corona
Ingkang ndadosaken Miris para Manungsa
Pramila punika kawula tansah hanyenyuwun
Dateng ngarsa Paduka
Mala Corona enggal Panjenengan Jabel sakit Jagat padang punika
Mliginipun ing Bumi Nuswantara
Mala Corona ilang musna tanpa tilas
Saking kersaning Gusti Kang Maha Kuwasa.
Amin
Lumajang , Sabtu Pon 28 Maret 2020
GAWE MIRIS MANUNGSA
( Puisi Bahasa Jawa )
Wujudmu cilik
Ora katon nyata
Ora bisa di delok netra blaka
Mlakumu ginawa tirta
Tirta kang metu saka grana
Metumu wujud mala
Mala tumpraping manungsa
Mala kang nggegirisi wong sak Bawana
Sapa kena bisa seda
Sak wetara manungsa pada endha
Sumingkir saja kempaling para kanca
Meneng jroning wisma
Murih ora kena mala
Tan kendat tansah dedonga
Nyuwun marang Kang Maha Kawasa
Duh.. Gusti kang murbeng jagat
Sedaya kang gumelar ing Jagat punika
Sampun dados kodratipun Panjenengan
Kados dene sumebaring Mala Corona
Ingkang ndadosaken Miris para Manungsa
Pramila punika kawula tansah hanyenyuwun
Dateng ngarsa Paduka
Mala Corona enggal Panjenengan Jabel sakit Jagat padang punika
Mliginipun ing Bumi Nuswantara
Mala Corona ilang musna tanpa tilas
Saking kersaning Gusti Kang Maha Kuwasa.
Amin
Lumajang , Sabtu Pon 28 Maret 2020
Brigita Neny Anggraeni CORONA
58.Brigita Neny Anggraeni
CORONA
Ujian hidup dari corona
panik,menggila
tak berdaya,
meski takdir telah ditulisNya
sisanya kita merubah
Saat masker menghilang
antiseptik pun jarang
susul sembako yang berkurang
setan pedangang mengambil untung
di pusaran panik tak terbendung
berita hoax ikut nimbung
Oh manusia dengar pesan semesta
nasehat elemen udara
yang dibawa corona
Penyelamatan diri sendiri
menumpuk kebutuhan diri
lupa sekitar juga mencari
menekan yang tak berdaya ,tak berarti
sungguh tinggi ego diri!!
Mari intropeksi diri
dari ketakutan diri sendiri
akhlakmu dipertanyakan
keimananmu dipertaruhkan
masihkah peduli yang membutuhkan
Dunia sedang membersihkan
dari jiwa-jiwa kerakusan
ketamakan
berani katakan kebenaran
lepaskan kebimbangan, keresahan
bukan cari pembenaran
Brigita Neny Anggraeni, Tgl lahir: Semarang, 02 Februari 1979, Pendidikan terakhir: S1 Psikologi, Universitas Diponegoro Semarang
CORONA
Ujian hidup dari corona
panik,menggila
tak berdaya,
meski takdir telah ditulisNya
sisanya kita merubah
Saat masker menghilang
antiseptik pun jarang
susul sembako yang berkurang
setan pedangang mengambil untung
di pusaran panik tak terbendung
berita hoax ikut nimbung
Oh manusia dengar pesan semesta
nasehat elemen udara
yang dibawa corona
Penyelamatan diri sendiri
menumpuk kebutuhan diri
lupa sekitar juga mencari
menekan yang tak berdaya ,tak berarti
sungguh tinggi ego diri!!
Mari intropeksi diri
dari ketakutan diri sendiri
akhlakmu dipertanyakan
keimananmu dipertaruhkan
masihkah peduli yang membutuhkan
Dunia sedang membersihkan
dari jiwa-jiwa kerakusan
ketamakan
berani katakan kebenaran
lepaskan kebimbangan, keresahan
bukan cari pembenaran
Brigita Neny Anggraeni, Tgl lahir: Semarang, 02 Februari 1979, Pendidikan terakhir: S1 Psikologi, Universitas Diponegoro Semarang
Langganan:
Postingan (Atom)