6.Asep Muhlis :
Dari Corona Atawa Mahkota
Andai suatu saat tak dapat berjabat tangan
ketahuilah, aku telah lebih dulu
menjabat lirikan dan senyummu
Dan kerlingmu menggelayut
kadang berkepak, kadang menukik
berkelindan di dada dan ingatan
aku bertahan dalam kepayahan
yang kusesap tak bersudah
Walau suatu saat tak dapat menggam tanganku
bukankah kita telah saling menggenggam rindu
dengan sangat hati-hati
agar tak retak selamanya
Maafkan aku,
dulu sering tak lekas cuci muka,
setiap usai bertandang ke rumahmu
lantaran takut bayang wajahmu
hanyut oleh air bermuatan nafsu
maka biarlah mengendap
bersama garam susah-payahku
Tak perlu aneh, kini orang-orang
memberi nama badai, jasad renik jahat,
atau penyakit dengan nama yang indah
lebih puitis dari penyair
mungkin karena kini
penyair kurang doyan bahasa bunga
Entahlah, mari kita rajin mencuci tangan
agar tak ada selera untuk mengutip
berkumur untuk tak terpapar kenyinyiran
membasuh muka dari memandang yang tak senonoh
Serupa mahkota bunga yang ditopang kelopak
kau adalah keindahan
dan aku harus sanggup melindungi
Serang, 13 Maret 2020
Ninja Ngantor
Senin dini hari, gigil menyergap
di depan meja penerima tamu, dua orang petugas
menyergap setiap pegawai yang datang
menodongkan alat pengukur suhu tubuh
sinar merah berkedip di jidat.
Beruntung, alat pencatat kehadiran elektronik
dengan mendekatkan retina mata dan wajah,
andai harus menempelkan sidik jari
boleh jadi akan pada menghindar, menjauh,
layaknya bertemu orang berpenyakit kudis
Kesibukan menyergap, semua jadwal berubah
kegiatan baru lebih deras, lebih cepat
dengan resiko sulit diduga
blangko teknik tersaji, masih kosong
kerentanan bagai mengusir gerombolan lebah
ini hari pertama maklumat diberlakukan
kalender saat itu menunjukan 16 Maret 2020.
Entah hari beku, entah hari mendidih, entah hari limbung
pase baru yang belum dialami sebelumnya
Dikeluarkan botol antiseptik
masker diwajah belum dibuka
hidup serupa bajingan
selalu siap senjata dan penutup wajah.
Batuk ditakuti, bersin ditakuti,
tombol lift dicurigai, tarikan pintu dicurigai,
kran air diwaspadai, pipa pegangan di selasar diprasagkai.
Layaknya pasangan yang telah tersakiti
semua prilaku dan bahasa tubuh dicurigai
bahkan semua benda diwaspadai.
hidup yang aneh telah dimulai
menjadi intelejen dadakan, tanpa analisa.
(Oh..bukan, bukan begitu,
kehati-hatian yang ketat memang begitu konsekwensinya)
Pikiran terus berlari, membayangkan keadaan di luar kantor
mungkin bangku taman akan dicurigai,
kursi tunggu diwaspadai,
peralatan makan di restoran ditakuti, kursi bioskop ditakuti
virus corona yang sangat kecil dan tak terlihat
lebih menakutkan dari gendoruwo yg konon raksasa
Kepanikan yang serius
membuat logika tak jalan,
keakraban rontok, keyakinan terlupakan.
Lantas, dilihat lagi botol hand sanitizer
diraba lagi masker di wajah
kalender di atas meja nampak lesu.
(Di sisi lain pikiran menjadi jinak dan lindap ;
"mari kita junjung kehati-hatian,
hanya pengorbanan kecil, berupa menahan diri" )
Sejurus kemudian, ada iri yang mendadak terbit
melihat seseorang sering mendatangi kran air
berwudhu dengan seksama
mampu menyisihkan dua rakaat ke dua rakaat
sebelum kerja, pada jam kerja, bahkan pada hening malam
ia nampak begitu tenang, anteng
melakukan yang disukainya.
Ia selalu menyempurnakan wudhunya
memelihara wudhu dari waktu ke waktu
dari kegiatan ke kegiatan
Ternyata air tidak hanya memadamkan api
tapi mampu memadamkan kobaran gelisah
dan kecemasan
Ialah air ajaib yang diberkati
Serang, 17 Maret 2020
Keterangan ;
anteng=(Bahasa Daerah; Sunda) = tenang, asik
antiseptik=(Inggris ; antiseptic ) ; senyawa kimia yang digunakan untuyk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisma pada jaringan yang hidup, seperti pada kulit, rongga mulut
hand sanitizer =pembersih tangan, cairan atau pasta yang umumnya untuk mengurangi zat/jasad renik penyebab penyakit
Asep Muhlis, lahir di Ciamis- Jawa Barat, 21 Januari 1963
Pernah belajar di IKIP Bandung
Tinggal di Kota Serang – Banten
Puisinya dimuat dalam ;
Antologi puisi bersama MENYERUAK, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama DARI NEGERI BAHARI , penerbit Kosa Kata Kita (KKK), Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama CINTAMU KUJAGA, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama REMAH RINDU, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2019
Kumpulan Pentigraf WANITA GURU BANGSA, penerbit D3M Kail, Jakarta 2019
Antologi puisi bersama KOMANDAN, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2019
Antologi puisi bersama NEGERI PENYAIR, Forum Silaturahmi Penyair Lintas Daerah Nusantara, Jogjakarta, 2019
Antologi Puisi Gila Penyair Indonesia WONG KENTHIR, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Edisi Spesial, penerbit Penebar Media Utama, Yogyakarta, 2020
Dari Corona Atawa Mahkota
Andai suatu saat tak dapat berjabat tangan
ketahuilah, aku telah lebih dulu
menjabat lirikan dan senyummu
Dan kerlingmu menggelayut
kadang berkepak, kadang menukik
berkelindan di dada dan ingatan
aku bertahan dalam kepayahan
yang kusesap tak bersudah
Walau suatu saat tak dapat menggam tanganku
bukankah kita telah saling menggenggam rindu
dengan sangat hati-hati
agar tak retak selamanya
Maafkan aku,
dulu sering tak lekas cuci muka,
setiap usai bertandang ke rumahmu
lantaran takut bayang wajahmu
hanyut oleh air bermuatan nafsu
maka biarlah mengendap
bersama garam susah-payahku
Tak perlu aneh, kini orang-orang
memberi nama badai, jasad renik jahat,
atau penyakit dengan nama yang indah
lebih puitis dari penyair
mungkin karena kini
penyair kurang doyan bahasa bunga
Entahlah, mari kita rajin mencuci tangan
agar tak ada selera untuk mengutip
berkumur untuk tak terpapar kenyinyiran
membasuh muka dari memandang yang tak senonoh
Serupa mahkota bunga yang ditopang kelopak
kau adalah keindahan
dan aku harus sanggup melindungi
Serang, 13 Maret 2020
Ninja Ngantor
Senin dini hari, gigil menyergap
di depan meja penerima tamu, dua orang petugas
menyergap setiap pegawai yang datang
menodongkan alat pengukur suhu tubuh
sinar merah berkedip di jidat.
Beruntung, alat pencatat kehadiran elektronik
dengan mendekatkan retina mata dan wajah,
andai harus menempelkan sidik jari
boleh jadi akan pada menghindar, menjauh,
layaknya bertemu orang berpenyakit kudis
Kesibukan menyergap, semua jadwal berubah
kegiatan baru lebih deras, lebih cepat
dengan resiko sulit diduga
blangko teknik tersaji, masih kosong
kerentanan bagai mengusir gerombolan lebah
ini hari pertama maklumat diberlakukan
kalender saat itu menunjukan 16 Maret 2020.
Entah hari beku, entah hari mendidih, entah hari limbung
pase baru yang belum dialami sebelumnya
Dikeluarkan botol antiseptik
masker diwajah belum dibuka
hidup serupa bajingan
selalu siap senjata dan penutup wajah.
Batuk ditakuti, bersin ditakuti,
tombol lift dicurigai, tarikan pintu dicurigai,
kran air diwaspadai, pipa pegangan di selasar diprasagkai.
Layaknya pasangan yang telah tersakiti
semua prilaku dan bahasa tubuh dicurigai
bahkan semua benda diwaspadai.
hidup yang aneh telah dimulai
menjadi intelejen dadakan, tanpa analisa.
(Oh..bukan, bukan begitu,
kehati-hatian yang ketat memang begitu konsekwensinya)
Pikiran terus berlari, membayangkan keadaan di luar kantor
mungkin bangku taman akan dicurigai,
kursi tunggu diwaspadai,
peralatan makan di restoran ditakuti, kursi bioskop ditakuti
virus corona yang sangat kecil dan tak terlihat
lebih menakutkan dari gendoruwo yg konon raksasa
Kepanikan yang serius
membuat logika tak jalan,
keakraban rontok, keyakinan terlupakan.
Lantas, dilihat lagi botol hand sanitizer
diraba lagi masker di wajah
kalender di atas meja nampak lesu.
(Di sisi lain pikiran menjadi jinak dan lindap ;
"mari kita junjung kehati-hatian,
hanya pengorbanan kecil, berupa menahan diri" )
Sejurus kemudian, ada iri yang mendadak terbit
melihat seseorang sering mendatangi kran air
berwudhu dengan seksama
mampu menyisihkan dua rakaat ke dua rakaat
sebelum kerja, pada jam kerja, bahkan pada hening malam
ia nampak begitu tenang, anteng
melakukan yang disukainya.
Ia selalu menyempurnakan wudhunya
memelihara wudhu dari waktu ke waktu
dari kegiatan ke kegiatan
Ternyata air tidak hanya memadamkan api
tapi mampu memadamkan kobaran gelisah
dan kecemasan
Ialah air ajaib yang diberkati
Serang, 17 Maret 2020
Keterangan ;
anteng=(Bahasa Daerah; Sunda) = tenang, asik
antiseptik=(Inggris ; antiseptic ) ; senyawa kimia yang digunakan untuyk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisma pada jaringan yang hidup, seperti pada kulit, rongga mulut
hand sanitizer =pembersih tangan, cairan atau pasta yang umumnya untuk mengurangi zat/jasad renik penyebab penyakit
Asep Muhlis, lahir di Ciamis- Jawa Barat, 21 Januari 1963
Pernah belajar di IKIP Bandung
Tinggal di Kota Serang – Banten
Puisinya dimuat dalam ;
Antologi puisi bersama MENYERUAK, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama DARI NEGERI BAHARI , penerbit Kosa Kata Kita (KKK), Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama CINTAMU KUJAGA, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama REMAH RINDU, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2019
Kumpulan Pentigraf WANITA GURU BANGSA, penerbit D3M Kail, Jakarta 2019
Antologi puisi bersama KOMANDAN, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2019
Antologi puisi bersama NEGERI PENYAIR, Forum Silaturahmi Penyair Lintas Daerah Nusantara, Jogjakarta, 2019
Antologi Puisi Gila Penyair Indonesia WONG KENTHIR, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Edisi Spesial, penerbit Penebar Media Utama, Yogyakarta, 2020