Rabu, 13 Maret 2013

WONG TEGAL NGOPENI MANGAN RAKYAT KECIL NUSANTARA AWIT MBIYEN


WONG TEGAL NGOPENI RAKYAT KECIL NUSANTARA AWIT MBIYEN

WONG TEGAL NGOPENI RAKYAT KECIL NUSANTARA AWIT MBIYEN, memang benar gelombang "merantau" besar-besaran itu  sejak mulai Orde Baru. Ini dimulai ketika kala itu di daerah tegal terjadi krisis ekonomi terutama masa transisi dari masa pemerintahan Orde Lama ke Pemerintahan Orde Baru. Kala itu kehidupan di dearah Jawa Tengah terasa sekali menyusahkan rakyat, dimana politik mempengaruhi ekonomi. Termasuk daerah kabupaten tegal dan sekitarnya.
    Kala itu perekonomian jatuh dibanding masa- awal kemerdekaan. Pemerintah tahun 1965-1971-an tak lagi sempat memikirkan kemajuan pertanian , yang kelihatan menonjol justru masalah-masalah politik saja.
Pabrik -pabrik gula, rokok, teh, dan penggilingan beras banyak yang tak aktif dan ditinggalkan pemiliknya yang kebanyakan orang Cina. Mereka lebih memilih menyelamatkan diri ketimbang terbawa arus dan hiruk pikuk politik kala itu.
    Hal diatas sebetulnya adalah ketidak terimaan rakyat atas rasa perjuangan mereka sejak sebelum kemerdekaan dengan dampak dari perubahan  yang dialaminya dimasa transisi itu. Di Jawa Tengah bukan saja rakyat berjuang melawan penjajah tetapi juga banyak pendududk berjuang membela tentara Republik Indonesia baik memberi perlindungan dan juga mencukupi kebutuhan makannya. Namun di tahun-tahun peralihan itu yang didapat hanya tidakan kesewenangan oleh tentara yang justru pada zaman perang kemerdekaan banyak dibantunya. Dengan dalih penumpasan terhadap siapa yang terlibat partai terlarang.
    Dalam sebuah syair lagu keroncong ciptaan Gesang, "Dongengan" terdapat syair sebagai berikut :
"Sinten sing purun kulo dongengi, dongenge sedulur dheso, sugih sawah lan sugih pari, ....
  si kakang lan mbakyu sing nampi ...........suka lan relo .....
  mbesuk yen aman walesmu opo..."
Mereka memberi makan minum dan sebagainya ketika agresi militer II 1949 dengan suka rela tetapi hanya dibalas kekerasan dan penindasan semena-mena.
      Begitu juga di daerah kabupaten/kota Tegal tak jauh beda keadaan dengan di Jawa Tengah pada umumnya. Bagi orang yang berada kala itu mungkin masih bisa bertahan dan tetap berada di desa , namun bagi masyarakat miskin ini menjadi kesusahan yang berdampak pada sanak keluarga. Dengan bekal keberanian dan tekad yang luar biasa mereka mencari penghidupan di daerah lain. Mula mereka mengunjungi sanak keluarga yang terdapat di daerah lain untuk mendapatkan pekerjaan apa saja atau merantau ke kota-kota besar untuk menjadi kuli atau buruh apa saja.
   Disinilah kepiawaian wong tegal, mereka yang memebawa anak istri disamping bekerja apa saja mereka berusaha agar modal yang dibawanya itu dapat bertahan di daerah lain meski harus bisa makan tiap hari. Warisan nenek moyangnya sebagai "juru masak" karena memang orang tegal kebanyakan pandai memasak dipraktekannya dalam masa itu dengan banyak menjual nasi yang kemudian terkenal dengan sebutan "warung tegal" ini karena penjualnya kebanyakan orang tegal.
   Demikian menu makanan di warung tegal demikian sederhananya seperi memberi makan keluarganya sendiri. Sampai kini sayur lodeh, tempa dan tahu akrab di warung tegal sejak doeloe.
   Yang menjadi luar biasa lagi adalah keberanian merantau ke kota-kota lain di seluruh nusantara itu. Mungkin ini dikarenakan rasa solidaritas atar sesama orang tegal, jika di sebuah kota banyak warung tegal maka apabila membuka warung lagi bergeser di kota lain yang berdekatan dengan warung tegal yang sudah berdiri.
    Warung tegal yang mulai berdiri dan tumbuh di setiap kota-kota di nusantara itu mendapat sambutan luar biasa dari warga daerah itu. Nasi warteg menjadi tempat sasaran pekerja-pekerja pembangunan diawal pembangunan orde baru dimulai di kota. Pendek kata setiap ada proyek pembangunan maka pedagang warung tegal mengikutinya. Samapai-sampai mereka mengundang saudara-saudaranya yang di daerah untuk ikut berdagang warung tegal.
    Bukan di Jawa saja mereka bisnis makanan ini, tetapi juga sampai luar jawa se nusantara. Para pekerja pembangunan merasa tak enak jika proyek itu tidak diiringi oleh tukang masaknya dari tegal. Mereka merasa  makan di warung tegal murah harganya sehingga ada lebih upah buruh untuk ditabung/dibawa pulang setelah dipotong makan di tem[pat kerja. Warung tegal ngopeni rakyat kecil nusantara swit mbiyen. *** (masagus, 13 Maret 2013)