Senin, 18 Mei 2020

41. Ismail Fathar Makka Suasana Dalam Istana


41. Ismail Fathar Makka

Suasana Dalam Istana


Bercengkrama dalam berbagai balutan ras
Saling bergantian dalam memberi tawa
Saling membahu dalam disiplin ilmu
Saling mencubit dikala terlena

Tak ada niat untuk melukai
Saling menghibur kala dihempas duka
Kami tak kenal warna kulitmu putih dan hitam
Kami tak kenal fisikmu gemuk dan kurus
Apa lagi parasmu jelek, ganteng bahkan cantik sekalipun
Kami tak kenal itu
Yang kami tau satu; kita saudara.

Kendari, 28 Oktober 2016















Gubuk '98

Pagi
rasa rindu mendera pada gubuk sembilan delapan di batas kota
Dihiasi pohon-pohon
tempat camar bermesra ria

Sayang, di gubuk '98 aku dilahirkan
ditimang dan dimanja
merangkak hingga berlari

Sayang, di gubuk '98
sesekali dia marah padaku
berpura dan benar-benar marah

Aku pergi dia mencariku
Aku terkadang acuh dia lemparkan senyum
Terus melambai
Aku pun malu dia merangkulku

Sayang, jika aku nakal suara lembut mendayu membisik di telingaku
Tenang dan tetap semangat

Sayang, jika aku sakit berbondong dia menghiburku
Satu persatu dengan cerita dan tingkah konyolnya
untuk melihat senyum di wajahku

Sayang, aku merindu
Aku menulis ini
Entah puisi
Entah sajak
Mungkin pula surat cinta
Entahlah, aku tak tahu
Bacalah, aku rindu

Pagi menarik lenganku mengajak
Ayo kembali ke gubuk '98
Di gubuk '98 ceritamu penuh warna.

Kendari, 06 Juli 2017

40.Ahmad Kohawan Berumah Rintik Hujan

40.Ahmad Kohawan

Berumah Rintik Hujan

rintik hujan
larik luka bersenandung
menyimak sembap
aku di daun jendela yang pernah kau sandar

rintik hujan
lirih duka berpeluh
penuh hasrat
pada renjana namamu terukir indah

dan aku menanti
meski musim berganti.

Bacukiki, 2020

















Ahmad Kohawan
Engkau Rumah

hina betala senandung Majnun
sebab rintih harum rembulan
munajat adalah munajat
engkau rumah tempatku pulang

lelah hari menjelma cakrawala
penaka tatap mata mu sembap

yang tak pernah menuntut
engkau rumah tempatku pulang

duhai angan yang menari lembut
kutitip rindu pada kekasih
ia pemilik dekapan dan mimpi.

Bacukiki, 2020



Ahmad Kohawan, lahir dan tinggal di Parepare. Menulis puisi tanpa kaidah dan ia suka.

39.Hendra Sukmawan TADARUS RAMADHAN

39.Hendra Sukmawan

TADARUS RAMADHAN

Kubaca langit:
bulan dan bintang
menuliskan aksara yang tak terbaca

sepenuhnya

Kuteliti diri:
nafas dan darah
Isyaratkan sampah yang tak tersapu
seluruhnya

Semakin jauh kuberlabuh
kian dalam ku menyelam
di palung terdalam lautan misteri

















SUJUD SELEMBAR DAUN

biar semua menjadi ada ketika menghela sejuta mimpi
biar semua menjadi tiada ketika merajut sejuta makna
biarkan semua mengalir ke muara kehidupan

kita meraba galaksi di batas kesunyian

diam segala isyarat
diam segala tandatanya
fase demi fase
melangkah lelah, lalu tergolek di ranjang sunyi

kita adalah gelagat matahari yang masih membakar meski malam dan siang terus berganti

kita masih merumuskan jawaban
hingga diam
menyapa dengan ramah

Garut, 16 Mei 2020








38.Roro Sundari Rumah Cerita Cinta

38.Roro Sundari
Rumah Cerita Cinta


Hangat merapat di setiap penjuru
Desau bisik angin melewat bilik
Mengalun irama  nadi nan merdu
Mengiring  pelukan kasih sayang terbaik

Sejauh gegas langkah kaki keluar
Untuk menembus dunia hingar bingar
Selalu kembali tegas tak tertukar
Meski daun pintu warnanya memudar
Helainya selalu mampu menampung rindu
Selaksa senyum tergambar
Jelas menghias dinding kalbu

Di bawah teduh atap rumah
Tempat merebah segala resah dan lelah
Melerai gaduh yang erat mengaliri darah
Sejuk, damai merangkai kasih tak usai
Meredam berisik derai ramai tak terberai

Rumah nan indah,rumah cerita
Tentang lukisan jarak dan rindu tak reda
Tentang tenang dan senang  terkenang bahagia
Tentang kisah terindah dari harapan dan doa tercipta
Menyimpan sejarah bermula, muda dan menua.

Semarang,16 Mei 2020





37,Nani Tandjung, KUSIAPKAN PUISI UNTUKMU

37,Nani Tandjung

MENYINGKIRKAH KAU DAJJAL

Aku dengan yang lain bersama
Meski diumumkan kerja di rumah
Kami yakini semua mengolah jiwa
Di rumah sekecil apapun kami punya

Tahun bersama musim semesta
Bulan bersama muslim di buana
Tetes air mata mengingat kerja aneka
Dari tukang sampah hingga kerja pemerintah

Bahkan balita yang bernyanyi gembira
Hingga mahasiswa hampir sarjana
Semua menerima kembali seperti sedia kala
Schulle seperti kata orang eropah

Schulle adalah mengisi waktu bermain
Ditemani penjaga anak bermain dacin
Baca puisi mengenal alam, manusia dan jin
Belajar sopan berbaris serta terpimpin

Teknik mengatur segalanya dari awal
Tampak bagaimana ibu ayah tidak gagal
Masyarakat bersih teratur hindari yang mokal
Termasuk dimana tempat tinggal para dajjal

Nani Tandjung, rawajati , 16 Mei 2020





KUSIAPKAN PUISI UNTUKMU

Kuceritakan dalam puisiku
Terjadi ditahun dua ribu dua puluh
Kau belum kelihatan di pandanganku
Entah siapa bapakmu atau ibumu

Semoga masih tersambung alir darahku
Kau temukan buku yang menarik qalbumu
Kau tertarik sejarah masa lalu
Jantungmu berdebar ingin tahu

Ya itu aku itu puisiku kutulis ramadhan syahdu
Entah ibu entah bapakmu yang ikut terharu biru
Mereka berdecak mencari tambahan cerita baru
Ingin jelas siapa aku yang terbawa dalam buku

Mereka cari buku lain yang ada korelasinya
Hingga semua isi perpustakaan di baca
Ah ya mereka membawa sekerat darah
Yang masih tersisa terbawa dalam aorta
Di ramadhan yang kami catat kisahnya
Dalam usia tua renta diujung masa

Kau masih jauh
Kusiapkan puisiku
Untukmu dan keturunanmu

Nani Tandjung, Rawajati 16 Mei 2020





36.Raden Rita Maimunah RAMADHAN TAK LAGI SEMARAK

36.Raden Rita Maimunah

RAMADHAN TAK LAGI SEMARAK

Mimpi mimpi yang ada dalam kalbu
Adalah mimpi mimpi tahun kemaren
Saat ramadhan datang kita akan selalu berada di mesjid
Seperti di rumah kita sendiri
Jiwa bergelora mendengar azan dan tadarus
Hasrat menggebu mendengar ceramah
Dari satu mesjid ke mesjid lain jalani tarawih dengan gembira
Tahun ini mesjid mesjid sunyi
Teriakan anak anak menunggu tarawih tak lagi terdengar
Bahkan suara suara sholat tarwihpun tak ada
Sunyi..
Membuat luka luka jiwa terbentuk dari kesedihan
Sampai malam datang menjemput  kelam
Suasana sepi hingga subuh tiba
Ramadhan tahun ini tak lagi pancarkan senyum dan keceriaan
Kita hanya dapat berdoa
Mengatupkan tangan memohon pada yang Kuasa
Agar ramadhan yang kan datang kembali semarak
Padang, 6 mei 2020

Raden Rita Maimunah, dengan no HP: 082172619207, WA 081266135861, Alamat surat menyurat, Komplek Pemda Blok F2, Sungai lareh kelurahan Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah Padang Sumatera Barat . Email maimunahraden@yahoo.co.id, masuk dalam berbagai  antologi Puisi dan antologi cerpen,  menerbitkan 2 buku antalogi Puisi tunggal  dengan nama pena yang juga sering menggunakan  nama  Raden Rita Yusri



35.Sutarno Sk Jam-00,

35.Sutarno Sk
Jam-00,

adalah tanda waktu di leptop
yang setia menemani
setiap malam
menjelang pagi
Terdengar suara nafas
itidur nyenyak
menambah syahdu
bagaikan musik malam
Dia tidur lelap
disamping meja kerja,
kusempatkan melirik wajahnya
seolah tersenyum
iklas tidur selalu sendiri
Terasa mataku lembab
ingin menetes,
segera aku hampiri
mendekap
membasahi wajahnya
dengan air mata haruku
Dia pun halus memeluk
berbisik lirih
menentramkan hati,
jaga jarak jangan lupa
sabuni muka,tangan dan kaki
Aku senyum tipis sendiri
sejenak kuperhatikan
masih terpejam
kemudian kembali ke leptop
yang hanya selalu ditemani
oleh irama merdu dari yutub
dan perkusi lirih
suara tidur nafas istriku selalu.
, Kalibata-mei-2020.
Sutarno Sk II
KORBAN

Boleh tepuk dada
boleh bangga
terbahak-bahak
merasa menang
Meski kami sekarat
kau betot nyawa
nenek kakek - ibu bapak
istri suami - anak saudara,
relawan - kau belum menang
Tak bisa habisi kami
punya senjata sakti
sabun tak kan habis
menjaga jarak diri
cepatlah pergi
belok kanan dan kiri
Meski nama covid 19
jelmaan korona
baliklah kemajikan
pelindung kami yang Esa
pembela kami maha kuasa
pulanglah ke asal
tak mungkin sanggup melawan
Kami sedang ber-ramadhan
berdialog dengan Tuhan
menjalankan perintah puasa
enyahlah kalian
sebelum alam murka membakar
jangan kembali datang
pelindung kami segala Maha
kami umat terkasih
Allah SubhanaWattaallah.
Sutarno Sk.- Kalibata-mei-2020.

34.Tri Astoto Kodarie: MENYAKSIKAN SUNYI JIWA

34.Tri Astoto Kodarie:


MENYAKSIKAN SUNYI JIWA

Berguru pada tangan yang mengetuk malam menyalami sunyi rumah
menyaksikan kerinduan yang menghilir ke dalam ingatan
debar dari bisik jarum jam menghunjam tubuh
mencari kenangan di ujung sunyi yang menua
merapuh dijahit waktu

Terasa ada yang samar di sudut-sudut ruang
kusam daun-daun jendela serupa cermin mengabur
menyentuh kursi-kursi tanpa sandaran

Lama menunggu di temaram kerinduan
seperti penanggalan tak berjejak
kadang ada tanya: di mana persis menuju jalan pulang
hanya kidung membeku tanpa kata-kata
sebab telah lama rindu tak tumbuh di dada

Marilah sebentar menepi di ujung sunyi, karena yang ada kini
hanya tanda-tanda memaknai usia dengan temaram cahaya
bayang-bayang telah lama rebah di ujung malam
sunyi tak lagi mau mengantarkan menuju istirah
seperti ingatan rumah di bentangan sajadah.
Parepare, 2020







Tri Astoto Kodarie

MENUJU NUN

Berulangkali jiwa tertegun
terasa tak pernah sampai pada nun

Tubuh terbalut usia
menggaris merah di cakrawala

Kenapa renta selalu disebut
sementara mata mulai mengabut

Juga dulu selalu merindukan rumah
sambil membaca sunyi di ujung lelah

Seperti kisah kedatangan subuh
di atas sprei kusut penuh peluh

Bukan tak ingin sampai nun
sebab sunyi tak pernah menuntun

Semacam kehati-hatian yang setia
mengeja antara ada dan tiada.
Parepare, 2020

Tri Astoto Kodarie lahir di Jakarta, 29 Maret 1961. Buku puisi dan esainya yang sudah terbit, yaitu: Nyanyian Ibunda, Sukma Yang Berlayar, Hujan Meminang Badai, Merajut Waktu Menuai Harapan, Sekumpulan Pantun,: Aku, Kau dan Rembulan, Merangkai Kata Menjadi Api, Kitab Laut. Puisi-puisinya dimuat di beberapa media, berbagai antologi dan diundang di berbagai kegiatan sastra.
Alamat: Jl. Atletik No. 22 PAREPARE  91111, Sul Sel
HP. 08124240423  E-mail : astotosaja@yahoo.co.id

33.Muhammad Rizky Ad'ha, Sebuah Elegi

33.Muhammad Rizky Ad'ha,

Sebuah Elegi

Baru saja aku terbangun dari perantauan mimpi.
Tak kutemukan yang menyejukkan relung hati
Sekarang aku menghardik diri, berteriak sampai puas di padang nestapa
Tak sampai disitu, kenangan lama terukir lagi
Mencabik lembah yang kudaki dengan kesucian
Begitu mudahnya hamparan jiwa tersapu oleh kemunafikan
Untuk sekedar menyelami kesenangan semu belaka

Aku bingung, mengapa untaian kata berubah haluan
Seorang laki-laki bimbang dipergumulan ombak
Terhempas dari teguhnya dinding hati
Meratapi setiap langkah kakinya yang sesat
Lalu ia ingin kembali untuk pergi ke masa lampau
Menjemput mimpi-mimpi kecilnya yang tertinggal
Kemudian ia berkata , aku ingin kembali ke masa itu,
dan selalu dalam lindungan Cahaya-Mu














Sandaran(ku)

Dalam kesendirian senja aku teringat Dia
Meluapkan kegelisahan hati bersama-Nya
Berkeluh kesah akan hari dulu, kini, dan esok
Selalu berada di tempat-Nya, bukan dengan yang lain
Di temani hamparan sajadah, aku merangkai kata untuk-Nya
Hingga raga ini kembali jatuh tersungkur di hadapan-Nya

Kegelisahanku peralahan mulai turun
Setiap kali aku bertemu dengan-Nya
Penawar batin yang terluka,
Pengusir sepi di kala hati sedang rapuh,
Dan mengisi ruang kosong ini
Dengan berjuta makna pencarian
Itulah Dia... Sang Raja Manusia…

Muhammad Rizky Ad'ha, Alamat : Jl. H.M. Amin Desa Mudalang RT. 03 Kec. Hilir, Kab. Tanah Bumbu.

Muhammad Rizky Ad'ha, lahir di Banjarmasin, sekarang menetap di Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu. Berprofesi sebagai guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Kusan Hilir. Semenjak mahasiswa aktif menulis di berbagai media massa di Kalimantan Selatan. Sebagai penikmat sastra beberapa puisinya pernah terpilih dalam antologi puisi.








32.Aditya Majong TERJEBAK DIRUMAH SAJA

32.Aditya Majong

TERJEBAK DIRUMAH SAJA

Dirumah saja

Raga terjebak dalam realita
Jiwa terjebak dalam cerita derita
Nyawa terjebak didalam raga
Ruhaniah terjebak di alam sana

Dirumah saja

Bait kedua aku ingin bercerita
Pandemi bukanlah penghalang keberkahan-Nya
Masih diberi kesempatan untuk berpuasa
Masih diberi kesempatan untuk menghadap yang maha kuasa

Dirumah saja

Bait ketiga tak lagi sama
Kali ini ku punya versi berbeda
Sudah berapa kali iblis mencoba merayu
Namun imanku takkan pernah layu

Dirumah saja walau tersesat

Sudah masuk bait ke empat
Mari kita berdoa jika kita sempat
Semoga bencana ini segera diangkat
Dan kita semua dipertemukan di waktu yang tepat




31.NOK IR DI RUMAH BERTANDAN-TANDANG BERKAH RAMADAN SALING BERGULIRAN

31.NOK IR

DI RUMAH BERTANDAN-TANDANG BERKAH RAMADAN SALING BERGULIRAN


Di rumah bertandan-tandan berkah Ramadan saling berguliran
Datang semenjak sebelum sepertiga malam
Kucurkan embun nan penuh syukur

Di tiap-tiap bilik harap asa mengusik
Lantunan zikir basahi kedua bibir
Siap ditanak bersama buliran bijak

Tangan-tangan terangkat tengadah
Dada nir jumawa menggenggam bongkah pasrah
Hunjukkan doa dengan kata pinta terindah

Bapak menjalin hamparan tikar
Sajadah usang terbentang tak terbatas
Bagi kami sujudkan keterpurukan

Emak lincah merebus dompet yang tergerus
Tembikar-tembikar riuh berjejalan
Lentera bermata cerlang penunjuk saat melanglang

Anak pinak ramai menggali gulali
Melukis kolam taman di garis telapak tangan
Langit-langit rumah penuh bubungan remah

Menjelang Ramadan pulang
Kami menjadi peraung ulung bertangisan
Bila lagi bisa berjumpa lagi

Fajar awal syawal
Seisi dada hanya berupa jelaga
Yang musti terbasuh sepanjang Ramadan berikutnya
Sumenep, 10 Mei 2020
NOK IR

FAJAR KETIGA DI PANDEMI SUNYI

Syahru Ramadan
Ini masaih berupa fajar yang serupa
Dengan denyar yang tiap masa tak berbeda
Rindu penuhi semburat pipi

Gelora wabah tlah berhasil memisah
Aroma shaum yang kerap mengusik banyak kaum
Angin enggan bereratjabatan
Langit sungsang berwajah ketakutan
Rimba-rimba membelukarkan nestapa

Jiwa dengan jiwa saling curiga
Tiap dada dipenuhi luka nganga
Telinga dipenuhi asap sengsara
Mata gerimis lagukan ode ritmis

Azan berkumandang di kejauhan
Lamin kafan tlah lama disiapkan
Tuhan serasa jauh dari rengkuh
Padahal tlah kudirikan rumah-Nya di sini
Sumenep, 26 April 2020
NOK IR, menulis puisi dan cerita sejak usia remaja. Lahir di Demak, 28 Januari, kini tinggal di Sumenep Madura. Puisi dan cerpennya telah terhimpun dalan puluhan antologi bersama kawan penyair maupun penulis di dalam dan luar daerah. Di antaranya adalah 1000 Guru Menulis Puisi, di mana puisinya termasuk dalam nominasai puisi pilihan, Banjarbaru’s Rainy Day Festival’s, Kitab Pentigaraf, Berbisik Pada Dunia, Mata Air Hujan di Bulan Purnama dan lainnya.



30. Muhammad Levand

Saat-saat Berbuka

Hantaman wabah virus korona
Tak mengurangi hikmat puasa
Bersama istri hanya berdua saja
Menjalankan puasa di rumah saja
Saat-saat menjelang berbuka
Rindu kepada ibu meng-adzan
Terbayang dapur dan menu buka
Karena tak bisa mudik lebaran

Saat-saat berbuka bersama istri
Menu buka melukis senyum ibu
Ibu di Madura yang tinggal sendiri
Ibu di Ponorogo yang selalu rindu
Di setiap menu masakan istri
Aromanya seperti dapur mertua
Jarak menjauh karena korona
Tak mengurangi rindu berseri

Korona tak menghapus rasa cinta
Meski tubuh terasa dipenjara sepi
Madura-Ponorogo menjelma mata
Orang-orang tercinta tetap di hati

Saat-saat berbuka kukata ke istri
Kita nikmati makanan yang enak
Bayangkan orangtua kita sendiri
Apa yang sedang mereka tanak?

Ramadhan menjelma rasa cinta
Korona merasa sangat sengsara
Melihat orang-orang yang berbuka
Tak ada rasa takut pada dirinya
Jember, 28 April 2020

29. Kotagu Hayatudin Aku mencintaimu, ketika;

29. Kotagu Hayatudin

Aku mencintaimu, ketika;

Lumbung-lumbung padi
dipenuhi bangkai tikus,
Ketika ladang dan pematang
gelanggang banting-tulang hilang,
menjadi sengketa dalih renovasi.
Ketika sekepal nasi kehilangan karbohidrat,
Bening mata air diselami potas.

Aku mencintaimu, ketika;
Ribuan Ibu rela ditinggal anak merantau jauh
ke jantung kota demi sekepal upah,
Ketika gelar dan ijazah menjadi
bungkus gorengan
jajanan tepi jalan,
Ketika tukang becak kehilangan sewa,
terungku dipenuhi para mangsa terka dan kira.

Aku mencintaimu, ketika;
Kopi, teh, dan arak setara dalam keramaian
Ketika berpeluk moksa di muka raya
tanpa peduli sekitar menjadi aib yang wajar
Ketika mengobrol dengan pelacur
dianggap lacur
Sedang kumpul kerbau telah masyhur

Aku mencintaimu, ketika;
Gugu dan tiru mulai jatuh
Ketika bocah Smp belajar meremas payudara
Ketika murid berani aniaya gurunya
Ketika sekolah menjadi gelanggang adu harta
adu rupa, dan adu kuasa.

Aku mencintaimu, ketika;
Berbicara tak lagi saling tatap muka
Ketika bayi-bayi kehilangan ASI
dari payudaya ibunya,
Ketika bayi-bayi menetek pada sapi
Ketika payudara ibu tak bisa dibagi-bagi
Ketika berak dan kencing
setara harga sarapan pagi.

Aku mencintaimu dengan tragedi;
Ketika ratusan bocah berkemah
hanyut di sungai
Ketika alat negara ditembak saat berwudhu
Ketika pelacur dijebak anggota DPR
"dipake dulu, baru dilaporkan".
Ketika ikan-ikan di Natuna
dalam kokangan senjata.

Aku mencintaimu, ketika;
Cermin belajar berbohong
Ketika metafora dijadikan kadar
sebuah hasta karya
Ketika pemabuk peri kencing di celana
Ketika paruh baya diarak, diseret, dimasukan truk-berdesakan, dibariskan di lapangan, dan dipaksa teriak, SATU ATAU DUA tanpa mengerti untuk apa.

Aku mencintaimu, ketika;
Embun jatuh bersama subuh,
Ketika takbir, ketika rukuk, ketika sujud,
Ketika Senin, Ketika Selasa, ketika Rabu,
ketika Kamis, ketika Jumat, di Selandia Baru puluhan mualim berkalang tanah
ditembaki saat beribadah
Ketika Sabtu, ketika Minggu,
ketika saling lempar batu.

Aku mencintaimu, ketika;
Mendung, ketika panas, ketika kemarau
Ketika hutan-hutan terbakar
puluhan ribu orang disekap asap
Ketika separuh Indonesia kehilangan embun
kehilangan oksigen, kehilangan pekerjaan.
Ketika rampang akan rancang undang-undang.

Aku mencintaimu, ketika;
Gerimis, ketika hujan
Ketika banjir hanyutkan ribuan puisi
ke balai kota
Ketika phiton tidur seranjang
dengan warga,
Ketika melati, ketika mawar, anggrek dan matamorry saling silang; hias Balai kota.

Aku mencintaimu hari ini;
Ketika Amerika, Cina, Iran, ketika Indonesia
Ketika 72 negara dijamu pandemi
Ketika dunia dihebohkan
dengan wabah Corona,
Ketika Cina diserang jutaan belalang,
Ketika makkah dan madinah sunyi atas ibadah
Ketika ibadah umroh ditahan sementara,
guna mencegah penularan.
"sekali dalam sejarah!"
Aku mencintaimu,
ketika salam dengan mencium tangan tidak dibolehkan, guna mencegah penularan.

Aku mencintaimu ketika;
Kawanan seumur jagung retakan rembulan,
patahkan gemintang, memarkan senja, bakar pagi demi kado kekasih hati.
Ketika tak sependapat dicap tiri
Ketika berani melawan takkan punya kawan.

Aku mencintaimu, malam ini
Ketika senang, ketika sedih, duka dan lara
Ketika waras, ketika sinting
Ketika gelas kaca, botol martel, ketika beling
ketika bibir, ketika gincu, ketika aku dibilang Tuan para ratu anarki, ketika segala hal rancu
antarkan menuju pelukmu.

Aku mencintaimu, ketika;
Perak tubuhmu dipenuhi rajah ragam metonimia
Ketika repetisi berulang riwayatkan rendahnya makrifat literasi
Ketika kau dijadikan dedahan guna sampai puncak keduniaan.
Ketika tanda tanya hanya retorika dalam penegasan, tanpa jawaban.
Ketika desakan bawah
hanya jadi pentas najis
dengan gong-gong
dari anjung seekor anjing.

Wahai, Puisi.
Aku mencintaimu, ketika aku tahu
cinta tak dimiliki tiap nadi lagi,
Ketika cinta tak singgah di tiap nyawa.
Aku mencintaimu, wahai, Puisi!.

Majalengka, Jawa Barat, 2020



28.Sudarmono SENJA MENUJU KIBLAT MU

28.Sudarmono

SENJA MENUJU KIBLAT MU

Ya Allah
Malam seribu bulan selalu tiba
Menjemput umatmu
Memburu ridhomu tiap penjuru
Berbesar hati pada niatan
Meskipun dosa selalu ada

Ya Tuhan
Ramadhan yang datang kali ini
Kau coba dengan berbagai ujian
Percakapan mudlorat mubazir
Masih selalu ada di tubuh kita
Sebagai manusia yang tak peduli

Ya Semesta
Ada kerakusan kami tak kuingat
Wabah Virus cenderung bertambah
Membentang dari segala arah
Hanya engkaulah sang pengarah
Senja menuju tetap ke kiblatmu
Tambun Utara, 24 April 2020










Sudarmono

RAMADHAN HADIR DI RUMAH

Roda zaman itu terus berputar
diawali masa silam
kini benar terjadi di musim ini
wabah Virus mendunia
terlukiskan kembali
memporak-porandakan akal budi
niatan mulia juga peradaban

Tetapi ingat jangan bersedih
kembali kita berbakti
kirim doa puja dan puji
Ya Allah di bulan Ramadhan ini
wabah Virus segera musnah pergi
tergenggam kembali di tanganmu
Ya Illahi Rabbi
Tambun Utara 25 April 2020





27.Zaeni Boli, BAHAGIA

27.Zaeni Boli



PULANG

Kedamaian adalah tempat kembali
saat doa doa terbang ke langit
mengetuk pintuMu
saat sujud mencium bumiMu
aku adalah hambaMu
yang senantiasa mendamba pulang
2020

BAHAGIA

rumput pagi
senyum bahagia
adalah jumpa bulan penuh berkah
seindah malam seribu malam
bintang gemintang
seolah butiran doa para hamba adalah kerinduan
dan Kau tersenyum wahai pemilik segala indah
2020













Moh Zaini Ratuloli (Zaeni Boli)
Tempat tgl lahir: Flores,29-08-1982
No tlp    081380724588
Pos El :zaeniboli@yahoo.co.id
Pernah tampil di acara Festival Internasional “Asean Literary Festival 2015” ,karya –karya puisinya juga termuat di media cetak maupun antologi bersama diantaranya Negeri Poci ,Puisi Menolak Korupsi dan Lumbung Puisi.Tergabung bersama Sastra Kalimalang sebagai Investaris karya sejak 2013-2017 .
Juga aktif bergiat di literasi bersama Agupena Flores Timur .Sekarang tinggal di Flores Timur  aktif di Nara Teater ,tampil pada Pekan Teater Nasional 2018 di TIM GBB,menjadi ketua TBM Lautan Ilmu dan mengajar di SMK SURA DEWA Flores Timur mendirikan Eskul Teater “Bengkel Seni Milenial”.Aktif menghidupkan kesenian di Kampus IKTL Larantuka.




26.Andi Jamaluddin, AR. AK. USAI PULANG SAHUR, KITA PETUALANGI

26.Andi Jamaluddin, AR. AK.

PULANG, YUK … !

Pulang, yuk … !
Rinduku semakin membara
ingin pulang, ke kampung
sebelum bulan  simpan purnama

Pulang, yuk …!
Konon gubuk tua di tepi tebing
masih kukuh, berdiri
dengan tiang kayu hutan dan atap ilalang
dari rajut ayat-ayat matahari;
menyinari halaman, sisa waktu langkah

Pulang, yuk …!
Barangkali di kampung
masih ada sepetak ladang dan sawah
untuk kita semaikan biji-bijian
supaya esok tumbuh akar, bunga, dan berbuah
kita tuai kemudian hari,
agar tak kelaparan

Pulang, yuk … !
Aku merindukan suara burung-burung,
kecipak air yang mengalir di guntung,
nyanyian jangkrik tengah malam,
kokok ayam menjelang subuh,
lambaian rumpun bambu dan daun nyiur
Betapa kedamaian melekat dalam
//ajarak/23.04.20/23.01/pgt.tanbu//



Andi Jamaluddin, AR. AK.
USAI PULANG SAHUR, KITA PETUALANGI

Siapa kau bangunkan sahur
menjelang subuh pulang
peraduan berkemas. Ada gerimis hujan
sudah menghadang dengan selimut dingin

Bias cahaya pun bergegas,
berkemas di lipatan sunyi
barangkali ada tertinggal sebiji Ajwa,
bakal bekal berbuka
dengan segelas air putih-Nya

Siapa kau bangunkan sahur
sajadah menjadi terbentang, panjang
sejauh laut, dijelajah oleh 33 zikir
hingga ujung kampung halaman
kita petualangi
ingin bertemu, dan bertempat tinggal
di rumah damai
: rumah kita yang indah
ajarak/24.04.20/23,37/pgt.tanbu

Andi Jamaluddin, AR. AK. Berkali-kali menjadi pemenang sayembara penulisan naskah buku yang diselenggarakan Pusat Perbukuan Nasional, baik di tingkat provinsi maupun nasional, termasuk juga lomba cipta puisi. Sudah melahirkan sejumlah kumpulan puisi tunggal maupun antologi bersama. Anggota FAM ini mengantongi IDFAM6036U menerima hadiah seni dari Gubernur Kalsel Tahun 2012, Hadiah Seni Astaprana dari Kesultanan Banjar Tahun 2016, dan Anugerah Seni dari Bupati Tanah Bumbu Tahun 2018. Sekarang tinggal di Jalan Karya II RT.03 Desa Batuah Kec. Kusan Hilir, Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalsel. Hp./WA 082253446580. Fc. Jarak Fajar. Email : andijarak_64@yahoo.com

25.Fahmi Wahid NYANYIAN AIR MATA

25.Fahmi Wahid

NYANYIAN AIR MATA

Kubisikkan gelisahku ke telinga malam
sebuah kerusuhan penjuru alam
yang sekarat di tiap jengkal tanah
namun hanya belaian angin menjawab
ketika semua jiwa manusia senasib
saling menguatkan hati bersama

Kubisikkan kecemasanku pada wajah cakrawala
hanya disahut oleh hujan air matanya
yang kian memperkeruh duka semesta
dengan sekian tingkah polah hambanya
bagai berhala-berhala yang melanda dunia

Tapi ketika kubisikkan harapan pada-Mu
di atas sehelai sajadah di mihrab sepertiga-Mu
atas segala kesabaran umat dalam reruntuhan cobaan-Mu
kerahasiaan-Mu tersingkap dengan segala hikmah
dan keluasan lautan kesabaran-Mu terhampar
untuk kami semua larut dalam nyanyian air mata

Balangan-2020










Fahmi Wahid

HAKIKAT SENJA

Kutegakkan kembali tiang-tiang syukur
dalam setiap jejak perjalanan debuku
ketika senja kembali jatuh di mataku
menyusup ke dalam usia yang larut
bagai sebatang jukung di sungai
mengalir tanpa sarat beban
dan penuh muatan amanah

Hakikat senja laksana sebatang diri
mentafakuri ujung langkah sendiri
mengarus dengan segala rintang
dan aral yang menghadang
namun senja selalu setia
tiba di penghujung hari-hari larut
sebelum menutup jendela malam
yang pada akhirnya kita terlelap
memeluk mimpi masing-masing
Balangan-2020












FAHMI WAHID, lahir di Barabai pada 03 Agustus 1964. Antologi Puisi Tunggalnya: Suara Orang Pedalaman (2016) dan Perjalanan Debu (2018), Tandik Meratus (2019) Karyanya terangkum dalam antologi bersama: Risalah Api (2019), Mengenang Dam dalam Diam (2019), Swara Masnuna (2019), Selasa di Pekuburan Ma’la (2019), Dundang Parisj Van Borneo (2020), dll. Biodatanya tergabung dalam Apa dan Siapa Penyair Indonesia (ASPI 2017). Sering Menghadiri event Sastra di berbagai daerah dan luar negeri. Mendapat Anugerah Seni Bidang Sastra dari Gubernur Kalimantan Selatan (2011). Alamat: Perumahan Batu Piring Permai, Gang Tinjau. Rt. 14, No. 15. Paringin Selatan-kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Indonesia. fahmiwahid82@yahoo.com. Ko




24.Roymon Lemosol Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun

24.Roymon Lemosol
Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun

di kesunyian pagi
aku mendengar anak-anak merafal doa
berzikir di rumah kehidupan
kata-kata mengalir bersama air
bersama angin jadi tembang surga

aku melihat mereka merentngkan tangan
memberiku secangkir teh hangat dari petikan embun

pagi yang indah saudaraku, ujar mereka
dadaku mengalirkan sungai air mata
menemukan rindu yang panjang
tepat di pertengahan desember

sebab langit kita Satu
dan kita sama-sama menulis waktu

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020













Roymon Lemosol

Setelah Subuh Kedua

Allahu Akbar
gema suara itu mengalun syahdu
tanah bergetar dijanjikan surga dari atap langit
angin berhembus
alam menunduk

bersajaklah mereka dengan tasbih
kebesaran Tuhan

di batas subuh kedua kulihat cahaya
di antara sujud-sujud
kedamaian

keikhlasan
senyuman hangat
jadi taman-taman bunga

setelah subuh kedua itu
mereka memelukku erat

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020

Roymon Lemosol, kelahiran Lumoli, Seram Bagian Barat 24 Agustus 1971. Karya-karyanya pernah menghiasi halaman sejumlah media lokal maupun nasional. Sebagian lagi terhimpun dalam 45 buku antologi bersama. Buku kumpulan puisi tunggalnya, Sebilah Luka Dari Negeri Malam (Akar Hujan, 2015). Jejak Cinta Di Negeri Raja-raja (Teras Budaya, 2019). Roymon dapat dihubungi melalui WA: 085243130770, email : pazaluei@yahoo.co.id

23.M. Johansyah – Tanah Bumbu Puasa Adalah Rumah Indah Di Syurga

23.M. Johansyah – Tanah Bumbu

Puasa Adalah Rumah Indah Di Syurga

Arus godaan mulai merambah
semakin kuat mendesak-desak
keseluruh tubuh, ruang gerak
dihari pertama puasa ramadan
takpeduli sedang berjuang
menahan lapar haus dan dahaga
Haus, menggamit mulut dan lidah
pada sebotol sirup manis rasa melon
dicampur coklat lezat
berkawan es serut kelapa muda
beraroma citrus menggugah selera
bagaimana rasa itu takmenggoda
oh, ya Tuhan ~ hamba sedang puasa
mengumpulkan satu demi satu
bilah hitungan hari dengan jeriji jemari
beri hamba kekuatan menahan haus
hingga ke petang
menjadikan puasa hamba yang terbaik, tahun ini
sebab telah Kau cukupkan hamba dengan saur
lapar haus dan dahaga hanya sementara
sedangkan pundi-pundi akhirat abadi
Begitu pun lapar, terus menjalari tubuh
dengan bisiknya
serupa rayu wanita jalang tanpa busana
mengelus-elus dinding  perutku
lalu berkata lembut
seperti tetesan keringat sehabis birahi
disekanya berkali-kali, basah kering angin
mengembun, meluapkan sungai ke pembuluh selera
lapar ini menjadikan hari-hari penuh ikhtiar
menggarap sehampar lahan amal dunia
sebagai tanah tandus yang harus ditanami iman

ditanami segala tumbuhan mengandung energi
untuk menggerakkan segenap pikir
agar tiada yang percuma
saat panen tiba, didapatkan semua bahagia
Gerbang keampunan bagi jiwa-jiwa yang mendamba
dibasuh air sejuk ramadan, berkali-kali, berhari-hari
sajadah wangi
menuju ke rangkulan Illahi rabbi
kemarilah, sambutNya. Kerinduan berbalas kasih sayang
reguk nikmat yang dijanjikan, hari itu, berkekalan suka cita
puaskan segala inginmu
Batulicin, 24/04/2020#22.09





















M. Johansyah – Tanah Bumbu

Rumah Ramadan Penebus Segala Dosa

Matahari telah menyimpan selembar catatan haus dan lapar
diserahkannya pada Tuhan, sebab puasa seorang hamba
adalah urusan Tuhan pada hambanya
tidak akan sia-sia, bahkan seberapa ikhlas pun berpuasa
juga bagi yang masih setengah hati
akan mendapat markah
ponten dari kerja manusia, Tuhan akan memonten semua
tidak tercecer sedikit juapun satu amalan
sengaja matahari dibuatNya cerah menyengat
lalu agak petang dibuatNya meredup mendung
ini skenario, ini setting sebuah panggung besar
untuk sebuah pertunjukan maha super kolosal
yakni Ramadan Mubarak, ya, Bulan Suci,
ya, bulan yang lebih baik dari seribu bulan
datang sekali dalam setahun, tamu agung lagi mulia
bagi sekalian hamba-hamba yang beriman
menguji taqwa, menguji cinta
haus dan lapar sebagai lembar uji
dijawab dengan sabar, ikhlas dan kebesaran jiwa
tidak menjadi halangan
diseparuh jalan sudah mengeluh
lalu berkata, aku takkuat
puasa membuatku sakit, puasa menyiksa diri
Tuhan Maha Tahu, apa yang engkau keluhkan
mengapa takkuat, membuat sakit, menyiksa diri
kelak hamba akan tahu jawabnya
jika tahu akan segala rahasia puasa sesungguhnya
semua hamba akan merasa rugi seumur hidupnya
karena tak berpuasa, sebab akan dibaliknya semua masa lalu
dibuatnya puasa sepanjang tahun

tetapi Tuhan takkan mau menerima
puasa bukan sebab terpaksa
puasa bukan sebab ingin mendapat pujian
sesungguhnya puasa adalah rahasia
antara Tuhan dan hambanya
sebiji kurma, bermakna
seteguk air, bermakna
cuaca yang meliputi sehari puasa, bermakna
silaturrahmi dalam puasa, bermakna
menjaga seluruh anggota tubuh, bermakna
hanya Tuhan tempat segala makna diurai penuh nikmat
dihamparkanNya pada suatu ketika, pada hamba
dinampaknya pada kita sekalian hambaNya
kenikmatan syurga yang tiada tara
entah, apalagi yang akan didapatkan
sebagai ganjaran bagi yang berpuasa
sebagai itibar, jangan butakan mata
sebab puasa, tambahan dari semua amalan manusia
untuk meraih kesucian diri
penebus atas segala dosa dan kesalahan
Batulicin, 24/04/2020#20.55

M. Johansyah, penulis yang mukim di Batulicin, Tanah Bumbu. Telah membuahkan banyak karya tulis, berupa puisi, cerpen dan esai. Tulisannya dibukukan dalam antologi bersama, diterbitkan di Kalimantan Selatan hingga mencapai ke luar daerah. Diantaranya : Hutan Hujan Tropis, When The Days Were Raining, A Skyful Of Rain, Membumikan Langit, Semerbak Hutan Seharum Ombak dan banyak lagi. Salam sastra.



22.Erna Kasale RAMADHAN BERKISAH

22.Erna Kasale

RAMADHAN BERKISAH

Dimanakah suara toleng-toleng
disaat melewati lorong
suara rebada telah pupus
dimakan kisah

2020…
Kau membawah semua kesunyian
hingga mematikan                       ketukan toleng-toleng
kini sirna

Tidak ada lagi kehangatan
seakan hidup di hutan belantara
manahan dinginnya udara

Merasa di asinkan di bumiku sendiri
bulan yang dulu bercahaya
kini redup
ditelan langit gelap

Walakone, 25 April 2020












Erna Kasale

RUANG KOSONG

Terlihat ramai disudut ruangan
suara bahagia terdengar dimana-mana
rumah penuh warna

Seakan tak ada lagi air mata dan luka
semua yang ku cintai dan ku sayangi
ada disini

Kini entah kemana
ku cari hembusan itu

Ruang kosong membuat kaku langkahku
terasa sayap-sayapku
telah patah

Ramadhan…
dimanakah dirimu
aku ingin keceriaan itu
sampai kapan kau bersembunyi

Hingga waktu kembali
menemukanmu dalam cahaya
bulan suci
ramadhan

Walakone, 25 April 2020