Jumat, 20 April 2018

Tri Munawaroh dalam Indonesiaku Lucu



Tri Munawaroh

Indonesiaku Lucu

Indonesia negaraku
Negara yang begitu lucu
Yang membuat ku menggelengkan kepala
Lihat saja...
Mereka yang pandai dan berdasi
Memiliki otak berlian dan emas
Tapi mereka disebut tikus negara
Bagaimana bisa disebut tikus
Atau anjing penjaga harta?
Aku tertawa keras karnanya
Lihat saja...
roda hukum berputar..
berputar kepada mereka yang tak punya sutra
Tangga yang harusnya mengantar mereka
Dalam istilah kemakmuran
Tetapi justru
Menjadi duri yang melekat dikulit
Lihat saja..
Si buruh bisa membagi pupuk untuk semua padinya
Tapi yang berdasi tak tau arti kata membagi
Dan lihatlah..
Anak SD tau Pancasila
Si Dewan tak tau bunyinya
Anak kecil tak terlihat seperti bocah
Mereka yang keriput seperti bocah
Tak berdasi atau bertopi..
Sama saja..
Betapa lucu Indonesiaku

Sokanindya Pratiwi Wening dalam Tiang Listrik




Sokanindya Pratiwi Wening

Tiang Listrik
kekasih,
apa kabarmu hari ini?
kutahu kau pasti bersedih
kekasih,
jangan murung dan termenung ikhlaskanlah karena itu sudah terjadi....
aku tahu,
tiang listrik yang kita jadikan
tonggak cinta
tempat biasa kita janji bertemu
kemarin telah ternoda....
kekasih,
tenangkan hatimu
walau tiang listrik yang biasa kau peluk
saat gigilmu mengamuk -
rindukan aku yang jauh,
kemarin telah terluka....
tiang listrik ditabrak papa
kepala papa benjol tak sebesar jengkol
papa luka parah
berdarah-darah
pingsan, amnesia, entah besok gila
atau sudah?!
kekasih,
bersyukurlah
tiang listrik kita luka tak separah papa
ia ternoda bukan oleh maunya
hanya takdirnya
dicium paksa oleh mobil papa,
papa yang sanggup menistakan dirinya
menghindar dari kejaran kapeka...!
Krueng Geukueh, 17/11/2017

Sabtu, 07 April 2018

Ibu Indonesia

Ibu Indonesia

Karya Rg Bagus Warsono

Ada yang gendut ada yang lencir
ada yang ayu ada yang kemayu
ada yang tregep, gesit, dan ada yang gemulai
ada yang mesem ada yang mrengut
ada yang sehat ada yang ngreges
ada yang jorok ada yang rapih
ada yang agresif sex ada yang malu-malu kucing
ada yang mabur-mabur ada yang di rumah saja
ada yang kaya raya ada yang nestapa
ada yang bahagia ada yang nelangsa
ada yang sombong ada yang sabar
Ibu yang sabar ibu Indonesia

(rg bagus warsono, 6 April 2017)

Sabtu, 31 Maret 2018

Yuri Rakasiwi Keseharian Negriku

Yuri Rakasiwi

Keseharian Negriku
Aneh jika dilihat sekarang
Negriku banyak berubah
Bangunannya, lihatlah
Dulu pondok roboh, sekarang gedung pencakar langit
Langit kok dicakar
Disini sedang perang
Perang sengketa, argumen bahkan moral
Demonstrasi dimana-mana
Bak perang troya
Sedikit-sedikit pukul, sedikit-sedikit hantam
Mungkin nyawanya punya cadangan
Yang ber-uang berkuasa
Yang miskin menghamba, meratap
Tak peduli luka, mengais tak ada
Mereka bisa makan hari ini, besok ?
Mana tahu
Jual diri saja, jangan
Harga diri tetap tak terbayar
Rakyat bersuara, pemerintah lebih
Perutnya buncit-buncit
Duduk-duduk santai, sedang yg di bawah sengsara
Aduhai,
Berdiri berbicara lucu
Pelawak kecewa, kalah popularitas
Ayolah negriku, jangan begitu
Masing-masing punya perut
Yang harus di isi
Negriku Negri Kawakan
Negriku negri kawakan
Bestari, hanya sebatas kata
Hanya sebatas sedu sedan
Aneh
Bocah imut tau cinta-cintaan
Amboi, di khitan saja belum
Wajah polos dibalut seragam merah putih
Dengan santainya cium-ciuman
Dek, sekolah dulu ya ! Kasian orang tua
Kasian si gundu dilupakan
Gara-gara internet meraja lela
Tak peduli usia, tua atau muda
Duduk bersila, menatap maya
Negriku panas
Prostitusi sudah biasa
Obat dijual bebas
Dari narkoba hingga obat kuat
Hah,Laku keras
Negriku modern, katanya
Dulu petak umpet di saung
Sekarang umpet privasi
Sayang ya, keseruan tlah usai
Yang nyata berganti maya


Yuri Rakasiwi, penyair ini berasal dari Mempawah, Kalimantan Barat


Aneh jika dilihat sekarang
Negriku banyak berubah
Bangunannya, lihatlah
Dulu pondok roboh, sekarang gedung pencakar langit
Langit kok dicakar
Disini sedang perang
Perang sengketa, argumen bahkan moral
Demonstrasi dimana-mana
Bak perang troya
Sedikit-sedikit pukul, sedikit-sedikit hantam
Mungkin nyawanya punya cadangan
Yang ber-uang berkuasa
Yang miskin menghamba, meratap
Tak peduli luka, mengais tak ada
Mereka bisa makan hari ini, besok ?
Mana tahu
Jual diri saja, jangan
Harga diri tetap tak terbayar
Rakyat bersuara, pemerintah lebih
Perutnya buncit-buncit
Duduk-duduk santai, sedang yg di bawah sengsara
Aduhai,
Berdiri berbicara lucu
Pelawak kecewa, kalah popularitas
Ayolah negriku, jangan begitu
Masing-masing punya perut
Yang harus di isi
Negriku Negri Kawakan
Negriku negri kawakan
Bestari, hanya sebatas kata
Hanya sebatas sedu sedan
Aneh
Bocah imut tau cinta-cintaan
Amboi, di khitan saja belum
Wajah polos dibalut seragam merah putih
Dengan santainya cium-ciuman
Dek, sekolah dulu ya ! Kasian orang tua
Kasian si gundu dilupakan
Gara-gara internet meraja lela
Tak peduli usia, tua atau muda
Duduk bersila, menatap maya
Negriku panas
Prostitusi sudah biasa
Obat dijual bebas
Dari narkoba hingga obat kuat
Hah,Laku keras
Negriku modern, katanya
Dulu petak umpet di saung
Sekarang umpet privasi
Sayang ya, keseruan tlah usai
Yang nyata berganti maya


Yuri Rakasiwi, penyair ini berasal dari Mempawah, Kalimantan Barat

Muhlis Hatba Negeri Yang Aneh

Tersiar kabar di sebuah negeri
Katanya, adalah negeri yang subur
Tapi kok, malah banyak penganggur
Tergusur di sawah sendiri
Terbusur di hutan sendiri
Terbujur di laut sendiri
Tersungkur di tambang sendiri
Tergempur di pasar sendiri
Bahkan tersingkir di rumah sendiri
Karena terbuai janji-janji palsu
Yang diobral di panggung politik
Menjadi hipnotis lima tahunan.

Tersiar kabar di sebuah negeri
Banyak orang bejat jadi pejabat
Gemuk dan kenyang makan uang rakyat
Meski masyarakatnya hidup melarat
Bahkan sekarat pun, jarang yang peduli
Tak heran banyak muncul para penjahat
Yang lahir dari kepincangan sosial
Karena terlunta-lunta mengemis pekerjaan
Karena terpontang-panting dimainkan hutang
Karena terhuyung-huyung menahan sakit
Karena terkotak-kotak pragmatis politik
Karena terseok-seok dicerca miskin.

Tersiar kabar di sebuah negeri
Di sana, apa saja bisa dipalsulkan
Ada beras palsu di tanah agraris
Ada daging palsu sambut lebaran
Ada uang palsu jelang pemilu
Ada suara palsu di bilik suara
Ada vonis palsu di balik palu
Ada kader palsu di kancah partai
Ada ijazah palsu di birokrasi
Ada identitas palsu di kartu keluarga
Ada akun palsu penyebar hoax
Bahkan, jenis kelamin palsu pun ada di sana.


Tersiar kabar di sebuah negeri
Hukum ditafsirkan seenak hati
Bikin koruptor makin diktator
Jangan harap ada harakiri di sana
Jika koruptor tertangkap basah
Karena budaya malu barang yang murah
Semurah kotoran di tempat sampah
Jangan harap berlaku potong tangan
Heh, malah dapat potong tahanan
Jangan harap dapat hukuman mati
Malah sibuk dibela sampai mati
Untuk memenangkan kolusi dan koloni.

Tersiar kabar di sebuah negeri
Syahwat korupsi semakin terkenal
Memakmurkan jiwa-jiwa feodal
Mengusik para pemilik akal binal
Untuk bertahta dengan cara nakal
Serampangan tak takut kriminal
Di negeri seremonial, negerinya abal-abal
Negeri seribu ide gagal para otak dangkal.

Jumat, 30 Maret 2018

Ngiris Pulau Jawa

                                                Rg Bagus Warsono
Ngiris Pulau Jawa

Dan setiap kilometer melewati
aku disapa patok
masih jauhkan kotaku
sudah semakin jauh kota kutinggalkan
sawah menghijau
dan semilir angin lewat
jendela-jendela sepur
Aku benar-benar di Jawa
Dan gunung-gunung berhenti mengeluarkan air, dari mata airmu yang kering
Pohon-pohon jati berubah menjadi puing-puing tiang menyangga layang
daun-daunnya terhampar semen mengering
menjadi batu
dan batu menjadi akik
keras
mengeraskan hatimu
yang membutuhkan air
yang hanya menadahi hujan
setahun sekali
di Jawa,
di tanah yang diiris-iris
Esok tak lihat lagi petani,
Hamparan hanya beton bertulang
Esok tak lihat lagi hijau padi
Hanya burung-burung bermerk Jepang,
Angin tak lagi sepoy, tapi bau petralit terbakar
Sungai hanya mainan
pemborong bermata sipit
Dan danau hanya tipuan pemandangan
Jawa diiris-iris.

Maret 2018

Selasa, 20 Maret 2018

Yanu Faoji Orang-Orang yang Tertawa

Yanu Faoji

Orang-Orang yang Tertawa

Jika tengok kebelakang maka akan kau temukan
Sisa-sisa peluh pada baju dan celana rombengku
Aku yang terlahir dari sepasang pematuh
Yang tulusnya diganti dengan balas tak sewajarnya
Embun yang hampir menyapu bersih seluruh muka ku
Yang membasuh helai-helai ubanku
Dengan tudung yang pengaitnya sengaja
ku kalungkan pada leher dan menggantung dibawah tengkuk
Melumuri kaki dengan lempung-lempung yang aku pijaki
Gubug yang beratap jerami akan melindungi
Tubuhku dari sunyinya gulita beserta dinginnya rintik
Yang mulai liar terbawa derau yang tak beratur
Padahal tujuanku ini hanyalah menghidupimu
Agar kau jadi insan generasi yang berakhlak budi
Malah sawah-sawah yang kutanami padi
Kau ringkus dan diganti pabrik-pabrik
Atau malah kau jual kepada penjajah
Sedangkan kaum –kaum mu kau telantarkan
Bahkan otak-otak kecil suci tak kau kasih ilmu
Dibiarkan dengan liar berkeliaran
Di kolong jembatan, di pinggiran trotoar
Kau sangat lucu…
Membunuh diri dengan cara konyolmu
Kau lebih suka mengisi perutmu
Dengan logam-logam atau besi produksi industri
Kerongkonganmu akan kemarau
Akibat kali-kali tak lagi air yang mengaliri
Melainkan limbah-limbah dan kotoran
Orang-orang yang akan menertawaimu

Jakarta, 13 Maret 2018

Yanu Faoji, lahir di Banyumas pada tanggal 13 januari 1995. Memasuki sekolah dasar  dan Sekolah Menengah Pertama di Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. Kemudian hijrah ke ajibarang untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN Ajibarang dan melanjutkan studi di perguruan tinggi swasta di purwokerto. Sekolah tinggi Teknologi Telematika Telkom. Dan sekarang sedang melanjutkan program studi lanjut perguruan tinggi Teknik Elektro di Universitas Mercubuana Jakarta. Sambil magang di salah satu bank di Jakarta.

Sigar Aji Poerana Di Mana Antremu?

Sigar Aji Poerana
Di Mana Antremu?

Tungkai yang lelah dan mati rasa tak menghalangi
Matinya pendingin ruangan bukan alasan untuk keluar
Hanya aku dan laparku
Dan seorang yang lainnya sudah mengambil gilirannya
Melangkahlah kakiku pada wanita penuh ramah dan tangan terbuka
“Makan disini atau bawa pulang?”
Seraya aku membuka mulut
Belum pula frasa itu terucap
Dan seorang bapak paruh baya mengambil tempatku…
“Maaf ya, De. Saya buru-buru”
Hanya itu
Enam kata yang keluar dari mulutnya
Setelah serasa enam jam aku menunggu…
Tuan, sungguh, aku harap antre matiku pun disela olehmu.

Mudahnya Cari Makan dan Jabatan

Kau mau yang cepat?
Ada

Kau mau yang mudah?
Tentu ada!

Di negeri ini banyak yang instan
Dari mulai panganmu sehari-hari
Sampai pejabat di Senayan kini


Sigar Aji Poerana,lahir di Bandung, 30 Januari 1996. Tengah menempuh pendidikan strata satu di Fakultas Hukum di Universitas Padjadjaran dan tinggal di Bandung.

Rizky Saputra Negriku Amat Lucu

Rizky Saputra

Negriku Amat Lucu

Mendengar namanya, tak hanya sekedar rasa bangga
Menyerukan negeriku, bukan cukup pada keelokannya
Negriku amat lucu,
Kata orang, tongkat kayu pun menjadi tanaman
Batu yang ku tanam, mampu menghijaukan alam
Tiap kumerasa lelah, ku dapat menyelam dalam kolam susu
Negeriku, dimana lautnya lebih luas dari daratan
Bangsaku bukan hanya dikenal karena kebersatuannya
Melainkan perbedaan dan ragamnya, yang tak biasa orang dapat menyatukan
Negeriku amat lucu,
Dihuni orang orang hebat, lebih hebat dari pahlawan dalam buku cerita
Peluru membelokkan diri, ketika berhadap dengan bangsaku
Senjata berlaras samudera pun, dengan sendirinya menyerpihkan diri
Bangsaku lucu,
Tak berbekal senjata emaspun kami dapat berdiri,
Meski berpeluru biji delima pun, kami tetap maju
Bangsaku memang tanah para pendekar ...
Negeriku amat lucu,
Berjuta rakyatnya, beribu pulaunya, tak terhitung lagi perbedaannya
Kami tersenyum karena kami terus bekerja
Kami tertawa, namun kami berani untuk INDONESIA


Rizky Saputra, Ia merupakan seorang pelajar di SMA Negeri 1 Ponggok Kabupaten Blitar


NURHOLIS Pusingan Secangkir Kopi

NURHOLIS
Pusingan Secangkir Kopi
Kopi panas adalah hak hidung
Aromanya mengepul menjadi aroma terapi
Biar dada tak lagi sesak
Menghirup udara yang mungkin tak lama lagi berbayar

Kopi dingin adalah hak mulut
Yang sewaktu-waktu akan disiramkan pada mulut yang panas
Sedari lama menahan umpatan ala kebun binatang
Yang jika keluar, maka keluarnya menuju hotel prodeo

Ampas kopi adalah hak wajah
Dibalurkan sebagai cat wajah ala tentara
Bukan untuk gerilya
Tapi sembunyi dari kejaran tikus-tikus penguasa

Cangkir kosong adalah hak sunyi
Kasihan! Kursi goyang mengayun tubuhnya sendiri
Sudah lama sekali mulut-mulut dibungkam rapat
Maka biar cangkir dibanting saja, biar ramai

Kutai Barat, 18 Maret 2018







Nurholis,Lahir tahun 1990 di Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Seorang buruh tambang yang cinta puisi. Karyanya tergabung dalam antologi bersama: Mengunyah Geram, 100 Puisi Melawan Korupsi (2017), The First Drop Of Rain, Banjarbaru Festival (2017) dan Dharma Asmaraloka (2018).

Sigar Aji Poerana Di Mana Antremu?

Sigar Aji Poerana
Di Mana Antremu?

Tungkai yang lelah dan mati rasa tak menghalangi
Matinya pendingin ruangan bukan alasan untuk keluar
Hanya aku dan laparku
Dan seorang yang lainnya sudah mengambil gilirannya
Melangkahlah kakiku pada wanita penuh ramah dan tangan terbuka
“Makan disini atau bawa pulang?”
Seraya aku membuka mulut
Belum pula frasa itu terucap
Dan seorang bapak paruh baya mengambil tempatku…
“Maaf ya, De. Saya buru-buru”
Hanya itu
Enam kata yang keluar dari mulutnya
Setelah serasa enam jam aku menunggu…
Tuan, sungguh, aku harap antre matiku pun disela olehmu.

Mudahnya Cari Makan dan Jabatan

Kau mau yang cepat?
Ada

Kau mau yang mudah?
Tentu ada!

Di negeri ini banyak yang instan
Dari mulai panganmu sehari-hari
Sampai pejabat di Senayan kini


Sigar Aji Poerana,lahir di Bandung, 30 Januari 1996. Tengah menempuh pendidikan strata satu di Fakultas Hukum di Universitas Padjadjaran dan tinggal di Bandung.

Rabu, 14 Maret 2018

Orang-Orang yang Tertawa

Orang-Orang yang Tertawa

Jika tengok kebelakang maka akan kau temukan
Sisa-sisa peluh pada baju dan celana rombengku
Aku yang terlahir dari sepasang pematuh
Yang tulusnya diganti dengan balas tak sewajarnya
Embun yang hampir menyapu bersih seluruh muka ku
Yang membasuh helai-helai ubanku
Dengan tudung yang pengaitnya sengaja
ku kalungkan pada leher dan menggantung dibawah tengkuk
Melumuri kaki dengan lempung-lempung yang aku pijaki
Gubug yang beratap jerami akan melindungi
Tubuhku dari sunyinya gulita beserta dinginnya rintik
Yang mulai liar terbawa derau yang tak beratur
Padahal tujuanku ini hanyalah menghidupimu
Agar kau jadi insan generasi yang berakhlak budi
Malah sawah-sawah yang kutanami padi
Kau ringkus dan diganti pabrik-pabrik
Atau malah kau jual kepada penjajah
Sedangkan kaum –kaum mu kau telantarkan
Bahkan otak-otak kecil suci tak kau kasih ilmu
Dibiarkan dengan liar berkeliaran
Di kolong jembatan, di pinggiran trotoar
Kau sangat lucu…
Membunuh diri dengan cara konyolmu
Kau lebih suka mengisi perutmu
Dengan logam-logam atau besi produksi industri
Kerongkonganmu akan kemarau
Akibat kali-kali tak lagi air yang mengaliri
Melainkan limbah-limbah dan kotoran
Orang-orang yang akan menertawaimu

Jakarta, 13 Maret 2018












Yanu Faoji, lahir di Banyumas pada tanggal 13 januari 1995. Dia adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya seorang perempuan bernama Fika Riyatun. Ibunya berprofesi sebagai pedagang sembako sejak mereka masih balita.
Semasa kecil dia hanya hidup bersama seorang ibu, setiap hari Yanu selalu membantu belanja kebutuhan dapur dan juga menjajakan dagangan ibunya.itu dilakukan hampir setelah pulang dari kewajiban belajarnya disekolah. Walau hidup hanya dengan seorang ibu, semangatnya tak akan pernah turun. Justru dengan itu Yanu semakin giat untuk belajar hal baru agar terwujud segala keinginannya. Terutama membuat ibunya tersenyum adalah prioritasnya.
Dia sekolah dasar  dan Sekolah Menengah Pertama di Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. Kemudian hijrah ke ajibarang untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN Ajibarang dan melanjutkan studi di perguruan tinggi swasta di purwokerto. Sekolah tinggi Teknologi Telematika Telkom yang sekarang sudah berubah menjadi IT Tellkom. Dan sekarang sedang melanjutkan program studi lanjut perguruan tinggi Teknik Elektro di Universitas Mercubuana Jakarta.
Sekarang ia bekerja disalah satu bank milik Negara yaitu bank BRI sebagai  tenaga  honorer administrasi dan front liner.
Alamat identitas penulis di Desa Samudra RT 01/RW 06, Kec. Gumelar, Kab. Banyumas, Jawa Tengah.


Tajuddin Noor Ganie INDONESIA LUCU KASUS BATUBARA

Tajuddin Noor Ganie

INDONESIA LUCU
KASUS BATUBARA

Di sebuah provinsi di Indonesia
(Namanya sengaja disamarkan)
Tambang Batubara terbentang beratus hektar luasnya
Atas nama batubara, tanah dikeruk sedalam-dalamnya
Setiap hari armada truk gajah membawanya
ke pelabuhan penumpukan
Setiap hari tongkang-tongkang raksasanya
membawanya milir di sungai
Pelan tapi pasti batubara diantarkan
ke alamat konsumen entah di mana
Berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan
tongkang ditarik tugboat
Mula-mula melintasi sungai, dan laut
di wilayah negara sendiri,
Kemudian melintasi wilayah laut negara tetangga,

Namun, lucunya aktifitas itu
Tak bermakna social financial bagi warga provinsi
Buktinya, listrik masih nyala bergilir dari hari ke hari
Padahal provinsi ini adalah lumbung batubara
Bahan bakar pembangkit listrik itu sendiri

Namun, lucunya aktifitas itu
Tak bermakna social financial bagi warga provinsi
Buktinya, fasilitas umum masih begitu minimnya
Tidak ada pelabuhan samudera
Tidak ada jalan raya yang mulus sempurna
Tidak ada bandara yang memadai
Penganguran terdidik masih tinggi angkanya
Pengemis masih berkeliaran di mana-mana

 “Duhai, kemanakah larinya uang hasil penjualan batubara
yang bergunung-gunung banyaknya itu?” tanya banyak orang
Ada yang menjawab sekenanya
“Habis dirampok teroris Abu Sayaf”

(Menurut berita koran, ketika melintas di perairan Filipina
tongkang direbut teroris Abu Sayaf, awaknya disandera
Selanjutnya yang kembali cuma tongkang dan awaknya
Meskipun mereka bebas tanpa tebusan sama sekali
Namun, batubaranya sendiri tetap tinggal di Filipina)

Banjarmasin, 29 Oktober 2017












Tajuddin Noor Ganie (TNG), lahir di Banjarmasin, 1 Juli 1958. Sarjana S.1 PBSID STKIP PGRI Banjarmasin (2002) dan Sarjana S.2 FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (2005). Pensiunan ASN Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Selatan (2016). Dosen PBSID STKIP PGRI Banjarmasin dengan banyak mata kuliah, antara lain Penulisan Kreatif Sastra, dan Penelitian Sastra dan Pengajarannya.
Mulai menulis puisi, cerpen, dan esei sastra sejak tahun 1980. Antologi puisi yang sudah terbit adalah Bulu Tangan (Tuas Media Publisher, Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 2012), dan Perahu Ilalang (FAM Publisihing, Pare, Kediri, 2016). Sering diundang baca puisi dan sebagai pembicara untuk topik-topik menulis karya sastra, kajian sastra, sejarah sastra, sastra Banjar, budaya Banjar, dan folklor Banjar dalam pertemuan ilmiah di kampus-kampus dan di luar kampus di kota Banjarmasin, Surabaya, Solo, dan kota-kota besar lainnya di tanah air. 
Penerima Anugerah Pemuda Pelopor Bidang Sastra dari Menteri Negera Pemuda dan Olahraga (Ir. H. Akbar Tanjung, 1991), Hadiah Seni Bidang Sastra dari Gubernur Kalsel (Ir. H. Gusti Hassan Aman, 1998), Anugerah Astraprana sebagai Sastrawan Banjar dari Kesultanan Banjar (Sultan Haji Khairul Salleh Al Mu’tashim Billah, 2014), Anugerah Budaya dari Gubernur Kalsel (Drs. H. Rudy Ariffin, MM, 2014), Sastrawan Kalsel Berprestasi dari Walikota Banjarbaru (Drs. H. Ruzaidin Noor, 2014), dan Penghargaan Seni Kota Banjarmasin untuk bidang Seni Sastra (H. Muhidin, 2015) .

MUHAMMAD : Topeng

MUHAMMAD

Topeng

Sembunyikan agar tak tahu
Menggunakan wajah wajah palsu
Menari bak angin baru
Terbang tinggi hidupkan lucu
   Indonesiaku........
   Denganmu ku lestarikan
   Tari,lagu,dan keajaiban
Topengmu.....
Mempunyai aneka gaya bahasa
Membuat mereka semua tertawa
Indah budaya indah tiada tara               
Memangku warisan dengan tawa         
    Bangga akan mengawalmu
    Bahagia karena kayamu
Topeng memberi cerita legenda
Dan  memberi warna indonesia


23 Desember 2017

Zam'sta NEGERI MIMPI



Di dalam mimpi

Aku berjalan ke setiap setapak negeri
Memanggul surga
Sepikul wajah purnama
Sekeranjang angan-angan luhur
Sampai tidurku memasuki
riuh angin pasar-pasar

Matahari kupetik dari senyum kekasihku
dan kujadikan bantalku
Surgaku menjadi seculun mitos
yang melintasi lorong-lorong negeri dongeng
di atas tanah, hutan-hutan penuh mistis
dan laut yang tergerus

Juga sebuah dusun dikabuti kemarau
dan kecemasan
kasak-kusuk, percekcokan
Mendengung ke udara
Hingga akhirnya aku terbangun
dalam se-tubuh kesangsian

Batuputih, 2017








Zam'sta, adalah nama pena dari Moh Rikzam, lahir di Sumenep 07 April 1989. Bergiat di Masyarakat Bawah Pohon Yogyakarta (2009-2012) Komunitas Pelar Sumenep (2014-2015). Saat ini, bersama teman-temannya mendirikan komunitas 'Pabengkon Sastra' di kampungnya. Puisinya disiarkan di buletin, majalah, program sastra radio dan juga terkumpul dalam antologi bersama; Narasi Tembuni, Gemuruh Ingatan, Rumah Pohon.

Tajuddin Noor Ganie INDONESIA LUCU KASUS KEBUN SAWIT

Tajuddin Noor Ganie

INDONESIA LUCU
KASUS KEBUN SAWIT

Di sebuah kabupaten di Indonesia
(Namanya sengaja disamarkan)
Kebun sawit terbentang
beratus ribu hektar luasnya
Atas nama sawit hutan rawa
dibabat dengan semena,
Pak Bupati pasti mengetahuinya

Tanahnya diolah pengusaha
dengan cara dibakar sesukanya
asap bakaran hutan rawa
membubung naik ke angkasa raya
bergumpal-gumpal jadi satu
membentuk kabut asap yang pekat
dan sangat sengak baunya
berhari-hari, berminggu-minggu
bahkan berbulan-bulan
kampung-kampung tertutup kabut pekat
kota-kota tertutup kabut pekat
jalan-jalan tertutup kabut pekat
bandara tertutup kabut pekat
pelabuhan tertutup kabut pekat
Tiap hari bernafas terasa berat.
Maklumlah yang dihirup adalah
udara bercampur asap pekat

Pak Bupati pasti tahu karena beliau juga
menghirup udara yang sama, udara yang
dihirup oleh segenap rakyatnya, tanpa kecuali
yang bermukim di wilayah pemerintahannya
dari hulu ke hilir


Pak Bupati pasti tahu
karena rumah dinasnya
juga dikurung kabut pekat
Selama berhari-hari,
berminggu-minggu,
bahkan berbulan-bulan

Tiap hari panen sawit
Tiap hari sawit diolah jadi minyak di pabrik
Tapi lucunya tak bermakna apa-apa
Tak membuat rakyat jadi makmur rupanya

Lihatlah, publikasi data Biro Pusat Statistik
yang dibacakan Bapak Presiden tadi pagi
Kabupaten dimaksud termasuk
dalam daftar daerah miskin di Indonesia

Namun, sangatlah mengherankan
(baca sangat lucunya)
Pak Bupati masih tetap “dicintai” rakyatnya
Terbukti beliau terpilih lagi untuk masa jabatan lima tahun kedua

Banjarmasin, 29 Oktober 2017




Khoerun Nisa Cinta zaman New

Khoerun Nisa

Cinta zaman New

Perjalanan masa
Mengikuti perubahan
Berkembangnya cinta
Cinta dalam pegangan layar
Jadikan pendamping hati
Dalam sisi keadaan
Layar yang terfokuskan
Tersenyum geli
Rasa salahmengartikan
Cinta bertemu dalam layar
Pertemuan sebelah bagian
Hanya luar yang terpandang
Dengan rayuan gombal
Dijadikan sebuah percintaan
Cinta dimana-mana
Tinggal sentuh dan kata rayuan
Teknologi jadi perjodohan
Dalam dunia cinta

Panggilan bukan saatnya
Aku mencintaimu
Rayuan menggodaku
Panggilanmu merasuk tubuhku
Ayah bunda itulah yang kau inginkan
Kuberfikir sejenak ....
Kau sangat sayang padaku
Emang siapa dirimu
Kita belum menikah
Udah ayah bunda!

Khoerun Nisa, Tempat, Tanggal lahir   : Tegal, 30 Juli 1999 Alamat                             : Jl.melati 01, No.15, Dukuh jati kidul, Pangkah, Tegal.

HERU MUGIARSO IRONI DALAM AMPLOP RISWAH

HERU MUGIARSO

IRONI DALAM AMPLOP RISWAH

Ia mengemasi sujud dan doanya untuk Tuhan
ia menadahkan tangannya bagi lidah dan perutnya 
beberapa lembar uang bergambar dunia
terselip di kocek
lalai ayat-ayat kitab suci yang dihafal 
dan digumamkannya

Ia bersumpah demi nama Khaliknya 
dengan paras datar 
mengenakan topeng dusta 
yang telah lama dibelinya
ia lupa bekas hitam di keningnya
ia lalai mencukur jenggotnya
pada saat dicokok
dan dipermalukan 
di depan layar kaca

Jangan terima amplop riswah kecuali isinya, kata mereka

Dan pedang di tangan kanan dewi keadilan
siap menghunjam
entah dalam kelucuan atau sebaliknya dalam ironi
yang getir?
2017




HERU MUGIARSO, lahir di Purwodadi Grobogan lima puluh enam tahun yang lalu. Berkiprah di dunia penulisan sastra sejak masih remaja sekitar tahun 1975. Tulisannya berupa puisi, esai, kritik dan cerita pendek pernah  di muat di berbagai majalah dan surat kabar nasional dan daerah antara lain Horison, Republika, Media Indonesia, Jawa Pos , Suara Merdeka, Solo Pos, Littera, Hysteria, Radar Banjarmasin dan sebagainya . Prestasi yang pernah diraih adalah penghargaan Komunitas Sastra Indonesia Award 2003 dari yayasan Komunitas Sastra Indonesia sebagai penyair terbaik.Salah satu puisinya masuk dalam 100 Puisi Indonesia Terbaik dan masuk dalam nominasi penerima anugerah sastra Pena Kencana tahun 2008.Buku antologi puisi tunggalnya TILAS WAKTU (2011) yang diluncurkan pada temu sastra internasional  NUMERA ( Padang, 2012) masuk dalam katalog perpustakaan YaleUniversity ,Cornell University serta University of Washington Amerika Serikat. Antologi  bersama esai dan puisinya menjadi koleksi  Universitas Hamburg Jerman. Namanya  masuk dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi , 2017). Antologi puisi tunggal keduanya telah terbit dengan judul LELAKI PEMANGGUL PUISI (2017). Di luar itu, ia adalah inisiator gerakan Puisi Menolak Korupsi yang didukung oleh ratusan penyair Indonesia. Sekarang aktif mengelola jurnal sastra dan budaya nasional KANAL yang diterbitkan oleh komunitas sastra Simpang 5 Semarang. Sehari hari bekerja sebagai pengajar pada Universitas Negeri Semarang.

Gilang Teguh Pambudi TERNYATA KITA BUTUH

Gilang Teguh Pambudi

TERNYATA KITA BUTUH

ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan sosial
kata tikus yang mencuri kelapa
dan ular yang meninggalkan bisa pada korbannya

ternyata kita  butuh kecerdasan
dan kedewasaan ekonomi
kata beruang yang bertapa
depan perapian sampai mati kelaparan
kata harimau yang menghabiskan
sisa makan siangnya
di tengah kerabatnya
yang juga mati kelaparan
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan beragama
kata kadal gurun
yang memahami suhu panas
tetapi lupa pemangsa dan janji Tuhannya
kata srigala malam 
yang melupakan kasih sayang bulan
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan berpendidikan
kata induk elang
yang menipu anak itik
sebelum memangsanya
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan bernegara dan berbangsa
kata sekelompok burung jalak
dalam suatu perjalanan cinta
yang melupakan nasib kelompok
dan nasib setiap perut anggotanya
sementara paruhnya bernyanyi-nyanyi saja
tentang keadilan hukum dalam berbangsa
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan hidup bersama alam
kata anjing lewat
yang mengencingi tembok-trmbok
menimbulkan bau tak sedap
kata seekor macan 
yang merusak sarang pipit
dengan ujung cakarnya
kata sekawanan gajah
yang menginjak-injak kebun sayuran
kata gergaji besi
yang menumbangkan pohon-pohon
ternyata kita butuh kecerdasan dan kedewasan berbahasa
kata seekor kelinci yang sangat lucu
yang tidak mau mengerti
maksud setiap kalimat
dalam kitab suci
kata seekor ayam
yang bulunya dipakai
mencoret-coret sajak
kata kuntilanak
yang diatas pohon
entah menyanyi,
menangis atau menghina
Kemayoran, 07112017




Gilang Teguh Pambudi lahir di Curug Sewu Kendal, Jawa Tengah. Tetapi menghabiskan masa remajanya di Sukabumi, Jawa Barat. Lalu setelah bekerja dan berkeluarga di Bandung sempat berdomisili di Bandung, Purwakarta, dan Jakarta. Terutama karena tugas sebagai penyiar dan manajer Radio. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA. Puisinya terkumpul dalam beberapa buku antologi bersama, selain antologi sendiri.