Sajian nasional informasi ilmu pengetahuan dan teknologi ,informasi umum, informasi pendidikan dan budaya.
Laman
- REDAKSI
- Berita Hari Ini
- Daftar Propinsi di Indonesia
- Daftar Negara-negara di Dunia
- Sastrawan Indonesia
- Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia
- Kumpulan Syair Lagu Keroncong
- Perguruan Tinggi Islam Negeri di Indonesia
- Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Kementerian
- Daftar Penerima Nobel
- Daftar Gunung di Indonsia
- Daftar Juara All England
- Daftar Juara Thomas Cup
- Daftar Presiden Amerika Serikat
- Daftar Lagu Nasional
- Daftar Sastrawan
- Penyair Tadarus Puisi
Selasa, 28 April 2020
Kamis, 23 April 2020
Ikuti Antologi Bersama Tadarus Puisi IV Lumbung Puisi Sastrawan Indonesi 2020 di Ramadhan 1441 H
Bagaimana menggairahkan sastra Indonesia khusus puisi pada pecintanya tergantung dari kearifan pelaku sastra untuk memelihara gairah sastra masyarakat. sastra Indonesia tidak boleh vacum karena kegelisahan, kesepian, keterasingan, atau keterpinggiran. Ia harus dapat menatap gembira ke depan agar sastra Indonesia dapat mengiringi laju zaman di Tanah Air ini.
Begitu pentinggnya sastra mengawal zaman begitu gairah sastra digelorakan para pelaku sastra di tanah air. Dari sanggar, komunitas hingga lembaga kebudayaan turut serta dalam memelihara sastra itu.
Namun tidaklah asal bunyi atau asal keluar , tetapi sastra harus menunjukan kemampuannya mengawal zaman itu. Artinya sastra dalam perkembangannya harus semakin maju baik keragamannya maupun mutu.
Antologi bersama yang populair di mulai tahun 2000-an ini seiring dengan perkembangan internet, kian menampakan pertumbuhan luar biasa. dimana-mana tumbuh membangkitkan gotong royong membuat buku sastra bersama, antologi bersama sama.
Di belahan sastra di tempat lain aktivitas terus berlanjut. semakin kehari hari ini semakin berlipat pelaku dan peminatnya. Ternyata bangsa Indonesia itu cinta keindahan. Sebab sastra adalah keindahan tutur dan hati. Tutur dan lisan sastra itu merupakan ungkapan hati. Jadi bangsa Indonesia itu mencintai keindahan.
Di belahan sastra di tempat lain, ada manusia pelaku sastra yang melihat perkembangan kegairahan masyarakat bersastra ini sebagai kekhawatiran akan perkembangan dirinya. hatinya diliputi rasa khawatir apa bila ia yg senior dan ternama itu tidak mendapat bagian sanjung dan peran aktivitas itu.
Demikian gerak sastra dan kegiatannya slalu memberi petunjuk baru dan lama, senior dan junior, kawakan dan pemula, pengalaman dan ingusan. Mereka beraktivitas bersama untuk menemukan kepuasan tersendiri. . Siapa disuka dengan siapa ia berhubungan. Mereka bebas memilih mana yang ia sukai.
Bagi orang yg berjiwa merdeka keadaan demikian adalah kegembiraan tak terhingga. Sebab ketika banyak masyarakat mencinta sastra dan banyak pelaku sastra di Tanah air , ini berarti bagian kemajuan bangsa dan kemajuan bahwa kita yang telah mengenal sastra ternyata diikuti oleh orang lain . Sebuah kemajuan positif baik dalam hal kreativitas maupun mental spiritual.
Kenapa demikian, sebab menggiring untuk mencintai membaca saja susahnya bukan main. Oleh karena itu kehadiran mereka dalam kancah sastra dalam hal ini puisi dan pemnyair harus disambut gembira. Dan perlu kita dukung agar sastra semakin memasyarakat .(bersambung)
Begitu pentinggnya sastra mengawal zaman begitu gairah sastra digelorakan para pelaku sastra di tanah air. Dari sanggar, komunitas hingga lembaga kebudayaan turut serta dalam memelihara sastra itu.
Namun tidaklah asal bunyi atau asal keluar , tetapi sastra harus menunjukan kemampuannya mengawal zaman itu. Artinya sastra dalam perkembangannya harus semakin maju baik keragamannya maupun mutu.
Antologi bersama yang populair di mulai tahun 2000-an ini seiring dengan perkembangan internet, kian menampakan pertumbuhan luar biasa. dimana-mana tumbuh membangkitkan gotong royong membuat buku sastra bersama, antologi bersama sama.
Di belahan sastra di tempat lain aktivitas terus berlanjut. semakin kehari hari ini semakin berlipat pelaku dan peminatnya. Ternyata bangsa Indonesia itu cinta keindahan. Sebab sastra adalah keindahan tutur dan hati. Tutur dan lisan sastra itu merupakan ungkapan hati. Jadi bangsa Indonesia itu mencintai keindahan.
Di belahan sastra di tempat lain, ada manusia pelaku sastra yang melihat perkembangan kegairahan masyarakat bersastra ini sebagai kekhawatiran akan perkembangan dirinya. hatinya diliputi rasa khawatir apa bila ia yg senior dan ternama itu tidak mendapat bagian sanjung dan peran aktivitas itu.
Demikian gerak sastra dan kegiatannya slalu memberi petunjuk baru dan lama, senior dan junior, kawakan dan pemula, pengalaman dan ingusan. Mereka beraktivitas bersama untuk menemukan kepuasan tersendiri. . Siapa disuka dengan siapa ia berhubungan. Mereka bebas memilih mana yang ia sukai.
Bagi orang yg berjiwa merdeka keadaan demikian adalah kegembiraan tak terhingga. Sebab ketika banyak masyarakat mencinta sastra dan banyak pelaku sastra di Tanah air , ini berarti bagian kemajuan bangsa dan kemajuan bahwa kita yang telah mengenal sastra ternyata diikuti oleh orang lain . Sebuah kemajuan positif baik dalam hal kreativitas maupun mental spiritual.
Kenapa demikian, sebab menggiring untuk mencintai membaca saja susahnya bukan main. Oleh karena itu kehadiran mereka dalam kancah sastra dalam hal ini puisi dan pemnyair harus disambut gembira. Dan perlu kita dukung agar sastra semakin memasyarakat .(bersambung)
Selasa, 21 April 2020
Tentu masih banyak puisi-puisi indah dalam antologi ini yang mengundang apresiasi dan enak dibaca. Sungguh pun demikian tak elok jika apresiasi berupa ulasan disampaikan dalam buku ini. Penyair-penyair dalam antologi Corona ini ternyata memiliki kekhasannya tersendiri dari masing-masing pemilik jiwa sang penyair. sebagai penutup ulasan buku ini penulis suguhkan mantra puisi karya Wardjito Soeharso. Penyair asal Semarang ini justru membuat jampi-jampi agar pagebluk ini segera berakhir. Dalam bahasa jawa Wardjito mencoba jampi-jampi ini. Sebuah puisi yang membuat pesona luar biasa jika dibaca di panggung terbuka. Berikut puisinya :
Japa Mantra
Bolading!
Klambi abang
Bendho gowang.
Jalitheng!
Jun jilijijethot
Wong Tapang asli
Cempe-cempe!
Undangna barat gede
Tak opahi duduh tape
Weerrr.....weeeerrrr....
Weeeeeerrrrrr....
Setan ora doyan
Penyakit ora ndulit
Wabah ora temah
Amung kersane Gusti Allah
Corona...
Minggaaaaaatttt!
Giyanto Subagio, Virus Corona Realitas 2020
Senada dengan penyair Heru Mugiarso. Penyair Jakarta Giyanto Subagio dengan puisi pendek yang sangat apik ia menatap wajah Ibu Kota Jakarta.
Giyanto Subagio yang dikenal sebagai pembaca puisi ini juga mencatat bahwa situasi ibu kota di masa corona demikian mencekamnya. Mari Kita simak puisi bagus ini :
38.Giyanto Subagio, Jakarta
Virus Corona Realitas 2020
Copid 19 mengetuk pintu rumahmu bagai hantu kelam yang begitu menakutkan.
Di ujung gang tak ada tanda
kabung, kecuali jalan setapak yang sunyi dan mencekam.
Malam bulan kehilangan cahaya kehidupan. Sebab, lampu-lampu kota pucat pasi serupa tarian mayat-mayat.
Sirine ambulance meraung-raung membelah kota Jakarta yang sepi bak kota mati.
Heru Mugiarso, Jantung Jogya
Mari kita simak puisi berjudul Jantung Jogya. Karya Heru Mugiarso. Entah mengapa Heru menyebutkan Jogya bukan Jakarta. Meski demikian puisi ini termasuk unik ketika tema yang disuguhkan ia menatap bagaimana kehidupan di sebuah kota (Jogyakarta) akan dampak corona.
Gaya Heru demikian apiknya sebagai seorang penulis senior, sehingga puisi ini mengundang apresiasi tinggi. Bahkan Heru menulisnya ketika dengng corona mulai dibicarakan. Mari kita simak puisinya :
43.Heru Mugiarso, (Semarang)
Jantung Jogya
Pageblug Covid -19
Apakah Jantung Jogya berhenti berdenyut
Ketika debarnya kaubaca sebagai romansa percintaan
Antara para pelancong, penjaja nasib dan puisi elegi
Yang dinyanyikan para pengamen jalanan?
Senja adalah nostalgi
Tertulis pada ribuan tilas jejak kaki
Tapi tidak pada saat kini
Ketika udara bertuba tibatiba berubah jadi buruk mimpi
Apakah sesuatu yang viral ketika nafas mendadak tersengal?
Dan di jantung Jogya yang sibuk kau cari pada halaman peta itu
Seolah meramal ada yang harus hilang dan terpenggal
2020
.Salimi Ahmad, Pandemi Covid 19
Kawan Lama,
Salimi Ahmad, lahir di Jakarta 22 Mei 1956. Buku puisinya ‘Di Antara Kita’ (2009), dan beberapa puisinya tersebar di beberapa antologi puisi lainnya yang terbit sejak tahun 2010 – 2020.
Dalam antologi corona ini ia menulis bagus puisi yang cukup panjang namun baris dan baitnya tampak bernas. Banyak orang menulis puisi panjang namun bait baitnya kadang sama arti dengan bait sebelumnya sehingga menjenuhkan. Tidak demikian bagi penyair Betawi yang akrab dipanggil "Encang" ini berikut puisinya mari kita simak.
79.Salimi Ahmad, Jakarta
Pandemi Covid 19
otakku ini sepertinya harus dicuci
bukan dengan rinso atau bayclean
yang konon terbukti ampuh
membersihkan kotoran,
menghilangkan noda dan bercak
yang melekat
aku harus mencuci otakku, kukira
dari wabah virus corona ini
yang sedang gencar-gencarnya
memporanporandakan dunia
dunia nyata maupun dunia imajinasi
dari penduduknya yang gelisah
aku harus mencuci otakku, kukira
dari segenap kesalahan yang mungkin saja
telah diperbuatnya
dari penderitaan masyarakat bawah
yang terpangkas rejekinya akibat social distancing
dari kepanikan masyarakat menengah - atas
membayangkan akan kelaparannya
yang bakal membuat hidup kian susah lagi merana
dari pikiran membebaskan 30.000 napi kriminal
di penjara-penjara, hanya untuk maksud
yang sangat mudah dibaca: ketakutan para koruptor
mati terasing di kandang mewahnya - jeruji
yang tak bakal membawa kehormatan dirinya.
aku harus mencuci otakku, kukira
untuk tegar membelah semangat
para pejuang yang menjaga nyawa banyak orang
dan menebar kebangggaan
di tengah peralatan serba kekurangan
dokter, perawat, para relawan medika,
orang-orang yang mengasihi dan
berjuang menjaga hidup kemanusiaan
aku harus mencuci otakku, kukira
menjaga semangat dan bersemangat berjaga
jarak yang tak menimbulkan fitnah yang telah begitu
gencar mengisi banyak informasi, bertebaran,
kalap memahami “makna” wabah
aku harus mencuci otakku, kukira
bukan dengan segala benda-benda itu, bukan
sebagai pengetahuan, perselisihan, perdebatan
yang mengandung pembenaran takliq,
pengutipan doktrin manusia
aku akan bergembira mencuci otakku
bukankah shalat dan cinta, takkan terterima
ketika suci jadi permainan mata.
Jakarta, 8 April 2020
Salimi Ahmad, lahir di Jakarta 22 Mei 1956. Buku puisinya ‘Di Antara Kita’ (2009), dan beberapa puisinya tersebar di beberapa antologi puisi lainnya yang terbit sejak tahun 2010 – 2020.
Dalam antologi corona ini ia menulis bagus puisi yang cukup panjang namun baris dan baitnya tampak bernas. Banyak orang menulis puisi panjang namun bait baitnya kadang sama arti dengan bait sebelumnya sehingga menjenuhkan. Tidak demikian bagi penyair Betawi yang akrab dipanggil "Encang" ini berikut puisinya mari kita simak.
79.Salimi Ahmad, Jakarta
Pandemi Covid 19
otakku ini sepertinya harus dicuci
bukan dengan rinso atau bayclean
yang konon terbukti ampuh
membersihkan kotoran,
menghilangkan noda dan bercak
yang melekat
aku harus mencuci otakku, kukira
dari wabah virus corona ini
yang sedang gencar-gencarnya
memporanporandakan dunia
dunia nyata maupun dunia imajinasi
dari penduduknya yang gelisah
aku harus mencuci otakku, kukira
dari segenap kesalahan yang mungkin saja
telah diperbuatnya
dari penderitaan masyarakat bawah
yang terpangkas rejekinya akibat social distancing
dari kepanikan masyarakat menengah - atas
membayangkan akan kelaparannya
yang bakal membuat hidup kian susah lagi merana
dari pikiran membebaskan 30.000 napi kriminal
di penjara-penjara, hanya untuk maksud
yang sangat mudah dibaca: ketakutan para koruptor
mati terasing di kandang mewahnya - jeruji
yang tak bakal membawa kehormatan dirinya.
aku harus mencuci otakku, kukira
untuk tegar membelah semangat
para pejuang yang menjaga nyawa banyak orang
dan menebar kebangggaan
di tengah peralatan serba kekurangan
dokter, perawat, para relawan medika,
orang-orang yang mengasihi dan
berjuang menjaga hidup kemanusiaan
aku harus mencuci otakku, kukira
menjaga semangat dan bersemangat berjaga
jarak yang tak menimbulkan fitnah yang telah begitu
gencar mengisi banyak informasi, bertebaran,
kalap memahami “makna” wabah
aku harus mencuci otakku, kukira
bukan dengan segala benda-benda itu, bukan
sebagai pengetahuan, perselisihan, perdebatan
yang mengandung pembenaran takliq,
pengutipan doktrin manusia
aku akan bergembira mencuci otakku
bukankah shalat dan cinta, takkan terterima
ketika suci jadi permainan mata.
Jakarta, 8 April 2020
Senin, 13 April 2020
Evita Erasari , Bumiku
Evita Erasari ,
Bumiku
Laut biru
Langit biru
Membelah cakrawala
Senja menjadi jingga
Pagi searoma jiwa
O bumiku
Semua melirikmu
Semua melihatmu
Dari bilik ruang
Dari bilik waktu
Di balik bencana ada rahasia
Di balik kematian ada kehidupan
Corona kau datang
Bumiku bergetar guncang
Semarang , 10 April 2020
Jaga Harap
Malam langit kelam
Aroma gelap menyengat
Tubuh tubuh dalam jiwa terguncang
Di jalanan manusia pulang
Beringsut menutup rumah
Jendela hanya terbuka setengah
Dalam diam semua tercekam
Virus sebesar serpihan debu
Berkeliaran di segala ruangan
Bahkan di tempat paling terungkap
Mata telanjang kita tak tangkap
Mata hati kita bekerja rangkap
Di tiarap kita jaga harap
Di gelagap kita jaga degap
Oh sayap sayap cinta
Berilah kami tempat
Agar bisa menyelesaikan
Apa yang belum sempat
Agar bisa meletakkan
Apa yang belum tepat
Semarang , 4 April 2020
Evita Erasari , Tinggal : di Semarang
Pendidikan : S1 psikologi Unika Soegijapranata Semarang
Buku antologi bersama : Tambak Gugat , Semarang sepanjang jalan kenangan , 13 perempuan menanak Sajak , Progo 6 , antologi Wong Kenthir
Aktif di komunitas teater Aktor Studio Semarang
.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: MEDITASI VIRUS
110.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:
MEDITASI VIRUS
cobalah kau terawang kembali
kesenyapan ini seperti malam bermuara
petaka. kepulan asap merapen meditasiku
terasa berarak ke selatan, seperti menuju
pendulangan tulang-belulang ke poros malam
komat-kamit dalam nyanyian hening ini
adalah prosesi penghantar virus guna-guna
ke lambung hatimu yang telah kesekian dungu
mengenyahkan katrisnanku yang mengerak bumi
hingga kerontang waktu meliang kubur-kubur
"wel gowal gowel...
kuwe kudhu mlebu lan lebur nyawiji
katrisnanku ojo sampek mbok mblenjani
bruussss... bruussss... bruussss...!!!"
(sampit, 120420)
SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS, kelahiran Tuban. Selain dipublikasikan puluhan media cetak pusat dan daerah, juga beberapa kali pernah masuk nominasi LCP se-Indonesia. Karya puisi sebagian terangkum dalam buku seperti, Antologi Puisi Indonesia (API 1997) di antaranya bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Slamet Sukirnanto. Kebangkitan 1995, Getar 1996, Negeri Bekantan 2003, Memo Untuk Presiden 2014, Merangkai Damai 2014, Sang Peneroka 2014, Jaket Kuning Sukirnanto 2014, Abad Burung Gagak Di Tanah Palestina 2015, Kalimantan Rinduku Yang Abadi 2015, Puisi Menolak Korupsi-6 2017, Kutulis Namamu di Batu 2018, A Skyful of Rain 2018, Zamrud Katulistiwa 2019, Mblekethek 2019, Perjalanan Merdeka 2020, Sayur-Mayur 2020 dll. Sempat aktif jadi Penyiar, Wartawan dan Redaktur Media Cetak dan Radio. Pernah menerbitkan Majalah dan Tabloid Berita yang tumbang oleh Tragedi Sampit 2001. Biografinya masuk dalam Leksikon Susastra Indonesia 2000 oleh Korrie Layun Rampa
MEDITASI VIRUS
cobalah kau terawang kembali
kesenyapan ini seperti malam bermuara
petaka. kepulan asap merapen meditasiku
terasa berarak ke selatan, seperti menuju
pendulangan tulang-belulang ke poros malam
komat-kamit dalam nyanyian hening ini
adalah prosesi penghantar virus guna-guna
ke lambung hatimu yang telah kesekian dungu
mengenyahkan katrisnanku yang mengerak bumi
hingga kerontang waktu meliang kubur-kubur
"wel gowal gowel...
kuwe kudhu mlebu lan lebur nyawiji
katrisnanku ojo sampek mbok mblenjani
bruussss... bruussss... bruussss...!!!"
(sampit, 120420)
SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS, kelahiran Tuban. Selain dipublikasikan puluhan media cetak pusat dan daerah, juga beberapa kali pernah masuk nominasi LCP se-Indonesia. Karya puisi sebagian terangkum dalam buku seperti, Antologi Puisi Indonesia (API 1997) di antaranya bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Slamet Sukirnanto. Kebangkitan 1995, Getar 1996, Negeri Bekantan 2003, Memo Untuk Presiden 2014, Merangkai Damai 2014, Sang Peneroka 2014, Jaket Kuning Sukirnanto 2014, Abad Burung Gagak Di Tanah Palestina 2015, Kalimantan Rinduku Yang Abadi 2015, Puisi Menolak Korupsi-6 2017, Kutulis Namamu di Batu 2018, A Skyful of Rain 2018, Zamrud Katulistiwa 2019, Mblekethek 2019, Perjalanan Merdeka 2020, Sayur-Mayur 2020 dll. Sempat aktif jadi Penyiar, Wartawan dan Redaktur Media Cetak dan Radio. Pernah menerbitkan Majalah dan Tabloid Berita yang tumbang oleh Tragedi Sampit 2001. Biografinya masuk dalam Leksikon Susastra Indonesia 2000 oleh Korrie Layun Rampa
.BUANA KS CORONA
109.BUANA KS
CORONA
Tentang risau yang begergemuruh
Angin berkabar tentang maut bergentayangan
Menyisir jengkal demi jengkal persembunyianmu
Corona engkau kah balatentara maut
Mengusir orangorang di mall-mall
Menghalau ibuibu di pasar tradisionanl
Mengunci pagarpagar sekolah, kantorkantor mengurangi
Jam kerja, para pekerja kekurangan gaji
Buruh kehilangan ladang penghasilan
Corona senyap hadirmu menyergap keangkuhan manusia
Kotakota mati seperti tak berpenghuni
Corona kau ciptakan sebuah jarak di antara setiap gerak manusia
Hai hai, corona siapakah engkau sebenarnya
Kekuatanmu mampu memblokade negara, sampai kampung terkecil sekalipun
Gemetar mendengar namamu
Corona pergilah, pergi tinggalkan tanah kami
Bocahbocah menangis siangmalam, merindukan suasana dulu
Dimana gelak tawa jam belajar, menggerakgerakkan kumis tuan guru
Dimana para marketing dan colector bank menghedor pintu para nasabah bandel
Dimana ibuibu lincah berpose manis di tamantaman bunga
Corona pergilah,, karena meraka sudah sadar baramgkali
Tentang malaikat maut, malaikat rezeki
Dan tentang keberadaan Tuhan
Pergilah,, berapa nyawa lagi akan kau curi
Sungguh kotakota benarbenar hampir binasa
Hanya karena ulahmu yang tak pernah diduga
Malam kini sunyi
Para pejalan malam sudah bosan bersembunyi
Kedai kopi dan kedai kedai lainya rindu pada
Gelak tawa pelanggan yang menghabiskan kopi berjam jam
Pergilah, kembali ke duniamu sendiri
Muarabungo, 10 April 2020
BUANA K.S Air Kelinsar kabupaten Lahat Sumatera selatan pada 17 Agustus 1985, dengan nama Lahir Bambang Hirawan. Pada tanggal 16-18 Maret 2012 menjadi peserta TemuSastrawan Nusantara Melayu Raya I di Sumatera Barat. Pada akhir tahun 2015 Buana KS mencoba menulis biografi singkat Alm Zubir Mukti salah satu tokoh sastra Kabupaten Bungo yang namanya hampir tidak dikenali di kalangan masyarakat Jambi dengan nara sumber adik dan Anak Alm Zubir Mukti. Puisi Buana KS pernah ikut dalam pameran Foto dan Puisi yang digawangi Sakti Alam Watir. Puisinya juga pernah dimuat surat kabar lokal seperti Jambi Independent, Pos Metro Jambi, Bungo Pos, Merangin Ekspres, Jambi One dll. Beberapa Karya puisi Buana KS terangkum dalam antologi puisiPenyair Indonesia dan mancanegara, seperti : Antologi 25 Penyair Muda Nusantara “ Traktat Cintadan Dosa Dalam Dendam” (Pena Ananda, Juli 2011), Antologi Sehimpun Puisi Generasi Kini “ JejakSajak” (BPSM 2012), Menguak Senyap (Rios Multicipt, Padang, 2012), Senandung Alam (LeutikaPrio, 2012), Carta Farfalla (Tuas Media, 2012), Talenta Para Pengukir Tinta Emas (AwangAwang Publishing, 2012), Antologi Puisi IGAU DANAU (SanggarImaji, 2012), Bilingual Poetry Anthology SPRING FIESTA “Pesta Musim Semi” (Araska Publisher, 2013), Antologi Puisi Kota Jam Gadang “Bukittinggi Ambo Di Siko (Fam Publishing, 2013), Kumpulan Puisi Penyair Indonesia MEMO UNTUK PRESIDEN (Forum Sastra Surakarta, 2014), Antologi Puisi Penyair duakota “LACAK KENDURI” (Imaji, 2014), Antologi Puisi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibuku media, 2015), Antologi Penyair Menolak Korupsi IV “Ensiklopegila Koruptor” (Forum Sastra Surakarta, 2015), Antologi Puisi Dari NegeriPoci VI “Negeri Laut”(KKK, 2015), Antologi Sekumpulan Puisi Sakkarepmu Penyair Mbeling Indonesia (Sibuku media, 2015), Antologi 13 Penyair Jambi “PENDARAS RISAU” (Rukam&Imaji, 2015) Antologi PuisiPenyair Jambi “Rumah Cinta” (Balai Bahasa Provinsi Jambi, 2015), Antologi Ketupek Bengkulu (Oksana, 2016), Antologi Penyair Jambi '' Siginjai Kata-Kata (RUKAM, IMAJI, 2016). Saat ini Buana KS menetap di MuaraBungo, Jambi.Alamat :Bambang Hirawan, JL. Lebai Hasan RT 12 RW 04, Kelurahan Batang Bungo, Kecamatan Pasar Muara Bungo, Bungo – Jambi 37213, Hp. 085273586055
CORONA
Tentang risau yang begergemuruh
Angin berkabar tentang maut bergentayangan
Menyisir jengkal demi jengkal persembunyianmu
Corona engkau kah balatentara maut
Mengusir orangorang di mall-mall
Menghalau ibuibu di pasar tradisionanl
Mengunci pagarpagar sekolah, kantorkantor mengurangi
Jam kerja, para pekerja kekurangan gaji
Buruh kehilangan ladang penghasilan
Corona senyap hadirmu menyergap keangkuhan manusia
Kotakota mati seperti tak berpenghuni
Corona kau ciptakan sebuah jarak di antara setiap gerak manusia
Hai hai, corona siapakah engkau sebenarnya
Kekuatanmu mampu memblokade negara, sampai kampung terkecil sekalipun
Gemetar mendengar namamu
Corona pergilah, pergi tinggalkan tanah kami
Bocahbocah menangis siangmalam, merindukan suasana dulu
Dimana gelak tawa jam belajar, menggerakgerakkan kumis tuan guru
Dimana para marketing dan colector bank menghedor pintu para nasabah bandel
Dimana ibuibu lincah berpose manis di tamantaman bunga
Corona pergilah,, karena meraka sudah sadar baramgkali
Tentang malaikat maut, malaikat rezeki
Dan tentang keberadaan Tuhan
Pergilah,, berapa nyawa lagi akan kau curi
Sungguh kotakota benarbenar hampir binasa
Hanya karena ulahmu yang tak pernah diduga
Malam kini sunyi
Para pejalan malam sudah bosan bersembunyi
Kedai kopi dan kedai kedai lainya rindu pada
Gelak tawa pelanggan yang menghabiskan kopi berjam jam
Pergilah, kembali ke duniamu sendiri
Muarabungo, 10 April 2020
BUANA K.S Air Kelinsar kabupaten Lahat Sumatera selatan pada 17 Agustus 1985, dengan nama Lahir Bambang Hirawan. Pada tanggal 16-18 Maret 2012 menjadi peserta TemuSastrawan Nusantara Melayu Raya I di Sumatera Barat. Pada akhir tahun 2015 Buana KS mencoba menulis biografi singkat Alm Zubir Mukti salah satu tokoh sastra Kabupaten Bungo yang namanya hampir tidak dikenali di kalangan masyarakat Jambi dengan nara sumber adik dan Anak Alm Zubir Mukti. Puisi Buana KS pernah ikut dalam pameran Foto dan Puisi yang digawangi Sakti Alam Watir. Puisinya juga pernah dimuat surat kabar lokal seperti Jambi Independent, Pos Metro Jambi, Bungo Pos, Merangin Ekspres, Jambi One dll. Beberapa Karya puisi Buana KS terangkum dalam antologi puisiPenyair Indonesia dan mancanegara, seperti : Antologi 25 Penyair Muda Nusantara “ Traktat Cintadan Dosa Dalam Dendam” (Pena Ananda, Juli 2011), Antologi Sehimpun Puisi Generasi Kini “ JejakSajak” (BPSM 2012), Menguak Senyap (Rios Multicipt, Padang, 2012), Senandung Alam (LeutikaPrio, 2012), Carta Farfalla (Tuas Media, 2012), Talenta Para Pengukir Tinta Emas (AwangAwang Publishing, 2012), Antologi Puisi IGAU DANAU (SanggarImaji, 2012), Bilingual Poetry Anthology SPRING FIESTA “Pesta Musim Semi” (Araska Publisher, 2013), Antologi Puisi Kota Jam Gadang “Bukittinggi Ambo Di Siko (Fam Publishing, 2013), Kumpulan Puisi Penyair Indonesia MEMO UNTUK PRESIDEN (Forum Sastra Surakarta, 2014), Antologi Puisi Penyair duakota “LACAK KENDURI” (Imaji, 2014), Antologi Puisi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibuku media, 2015), Antologi Penyair Menolak Korupsi IV “Ensiklopegila Koruptor” (Forum Sastra Surakarta, 2015), Antologi Puisi Dari NegeriPoci VI “Negeri Laut”(KKK, 2015), Antologi Sekumpulan Puisi Sakkarepmu Penyair Mbeling Indonesia (Sibuku media, 2015), Antologi 13 Penyair Jambi “PENDARAS RISAU” (Rukam&Imaji, 2015) Antologi PuisiPenyair Jambi “Rumah Cinta” (Balai Bahasa Provinsi Jambi, 2015), Antologi Ketupek Bengkulu (Oksana, 2016), Antologi Penyair Jambi '' Siginjai Kata-Kata (RUKAM, IMAJI, 2016). Saat ini Buana KS menetap di MuaraBungo, Jambi.Alamat :Bambang Hirawan, JL. Lebai Hasan RT 12 RW 04, Kelurahan Batang Bungo, Kecamatan Pasar Muara Bungo, Bungo – Jambi 37213, Hp. 085273586055
Salman Yoga S Corona Kota, Kopi Kampung
108. Salman Yoga S
Corona Kota, Kopi Kampung
Berdiam di pekebunan tidak sepi dari mikroorganisme
Menyuburkan tanah menghijaukan dedaunan
Bakteri-bakteri bermutualisme dengan tetumbuhan dan manusia
Damai bersama alam dan segala makhluk
Kopi kampung mengakrapkan segala musim
Berdiam di kota riuh dengan corona
Wabah virus yang takuti semua negara
Pagi siang senja hingga malam penuh waspada
Bahkan yang bertutup mulutpun curiga
Karena ia bisa berpindah dengan segala benda
Bersimbiosis parasitisme di dalam raga
Kupilih bermaustin di Vilar Wih Ilang
Perkebunan kopi yang selalu setia menerima dan memberi
Melafal gelisah menyaksikan matahari timbul dan tenggelam
Mengakrapi setiap perdu-perdu dengan nafas kehidupan
Bersimbiosis netralisme di bawah langit berpayung awan
Vilar Wih Ilang, Gayo – Aceh Tengah 2020
Salman Yoga S. Lahir di dataran tinggi Gayo Aceh Tengah. Aktif disejumlah organisasi sosial, profesi, seni dan gerakan kebudayaan. Sebahagian karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Rusia, Arab, Jerman, Spanyol serta sejumlah bahasa nusantara. Kesehariannya mengajar dibeberapa perguruan tinggi dan sebagai petani kopi. Tinggal di Kampung Asir-Asir Atas. Jln. Gerunte No. 70 Takengon (24513), WA: 081362726789.
Corona Kota, Kopi Kampung
Berdiam di pekebunan tidak sepi dari mikroorganisme
Menyuburkan tanah menghijaukan dedaunan
Bakteri-bakteri bermutualisme dengan tetumbuhan dan manusia
Damai bersama alam dan segala makhluk
Kopi kampung mengakrapkan segala musim
Berdiam di kota riuh dengan corona
Wabah virus yang takuti semua negara
Pagi siang senja hingga malam penuh waspada
Bahkan yang bertutup mulutpun curiga
Karena ia bisa berpindah dengan segala benda
Bersimbiosis parasitisme di dalam raga
Kupilih bermaustin di Vilar Wih Ilang
Perkebunan kopi yang selalu setia menerima dan memberi
Melafal gelisah menyaksikan matahari timbul dan tenggelam
Mengakrapi setiap perdu-perdu dengan nafas kehidupan
Bersimbiosis netralisme di bawah langit berpayung awan
Vilar Wih Ilang, Gayo – Aceh Tengah 2020
Salman Yoga S. Lahir di dataran tinggi Gayo Aceh Tengah. Aktif disejumlah organisasi sosial, profesi, seni dan gerakan kebudayaan. Sebahagian karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Rusia, Arab, Jerman, Spanyol serta sejumlah bahasa nusantara. Kesehariannya mengajar dibeberapa perguruan tinggi dan sebagai petani kopi. Tinggal di Kampung Asir-Asir Atas. Jln. Gerunte No. 70 Takengon (24513), WA: 081362726789.
ERI SYOFRATMIN COVID 19
107.ERI SYOFRATMIN
COVID 19
: Memorial wabah corona.
Sepertinya,
: Kurva-kurva kematian,
Kian memuncak di negeriku.
Orang-orang,
: Menutup telinga,
Pekakkan mata bathinnya,
Seolah-olah wabah ini,
Hanya iklan dan slogan saja.
Orang-orang,
: Tak hiraukan,
Himbauan ntuk dirinya,
Masih saja wara-wiri
Meng-anak-pinakan corona.
OH.....
Sepertinya,
: Kurva-kurva kematian,
Kian meningkat tak terbendungkan.
Rumah sakit penuh pasien corona
Ruang-ruang ICU tlah melimpah ruah
Kamar-kamar penuh sesak tak terelak
Hingga ke gang-gang kamar
Sementara para Dokter
Satu persatu di kerumunni wabah Covid
Hingga koit....Dan, Wabah virus Corona
Makin merajalela.
Inilah,
: Yang kita takutkan,
Sangat mengerikan.
Tak terbayangkan,
: Satu persatu nyawa manusia,
Hilang di renggut kematian,
Tak ada lagi tata cara penguburan,
Sanak famili, Orang tua dan temanpun,
Tak dapat menjenguk tubuh kakumu.
Subhanallah...
Subhanallah...
Subhanallah...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar..
Lindungi Negaraku,
Dari wabah yang menakutkan,
Dan mematikan ini Ya Robbi...
Muarabungo, 22 Maret 2020.
ERI SYOFRATMIN lahir di Muara Bungo 07 September 1970. Mulai bergiat di dunia seni dan sastra ketika menempuh pendidikan di ASKI Padangpanjang pada tahun 1989 sampai tahun 1994 dan melanjutkan studi S1 di IKIP Padang jurusan Sendratasik selesai pada tahun 1998. Puisi puisinya banyak dimuat diterbitan Ganto, Harian Singgalang dll. Semasa kuliah banyak berkecimpung di Taman Budaya Padang bersama penyair-penyair dan seniman sumatera barat. Pendiri Forum Komunikasi dan Kreasi Pemuda di Kabupaten Bungo. Pernah aktif di Sanggar Pemda Kabupaten Bungo yang bergerak dibidang seni tari dan musik tradisi. Puisi-puisinya juga tergabung dalam antologi bersama seperti PRASASTI (1999) dan LACAK KENDURI (Dewan Kesenian Merangin, 2015) KITAB KARMINA INDONESIA (KKK, 2015). Aktif berkegiatan seni di Komunitas Seniman Bungo dan Sanggar Pisang Kayak. Saat ini menjadi tenaga pengajar Seni Budaya di SMPN 1 Muko Muko Bathin VII dan SMPN 1 Muara Bungo.
Alamat : RM. SATE KAMBING LERI ASKA
JL. SUDIRMAN KM. O ( Depan Hotel Pelangi)
Kelurahan Pasir Putih
Kecamatan Rimbo Tengah
Kabupaten Bungo-Jambi
COVID 19
: Memorial wabah corona.
Sepertinya,
: Kurva-kurva kematian,
Kian memuncak di negeriku.
Orang-orang,
: Menutup telinga,
Pekakkan mata bathinnya,
Seolah-olah wabah ini,
Hanya iklan dan slogan saja.
Orang-orang,
: Tak hiraukan,
Himbauan ntuk dirinya,
Masih saja wara-wiri
Meng-anak-pinakan corona.
OH.....
Sepertinya,
: Kurva-kurva kematian,
Kian meningkat tak terbendungkan.
Rumah sakit penuh pasien corona
Ruang-ruang ICU tlah melimpah ruah
Kamar-kamar penuh sesak tak terelak
Hingga ke gang-gang kamar
Sementara para Dokter
Satu persatu di kerumunni wabah Covid
Hingga koit....Dan, Wabah virus Corona
Makin merajalela.
Inilah,
: Yang kita takutkan,
Sangat mengerikan.
Tak terbayangkan,
: Satu persatu nyawa manusia,
Hilang di renggut kematian,
Tak ada lagi tata cara penguburan,
Sanak famili, Orang tua dan temanpun,
Tak dapat menjenguk tubuh kakumu.
Subhanallah...
Subhanallah...
Subhanallah...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar..
Lindungi Negaraku,
Dari wabah yang menakutkan,
Dan mematikan ini Ya Robbi...
Muarabungo, 22 Maret 2020.
ERI SYOFRATMIN lahir di Muara Bungo 07 September 1970. Mulai bergiat di dunia seni dan sastra ketika menempuh pendidikan di ASKI Padangpanjang pada tahun 1989 sampai tahun 1994 dan melanjutkan studi S1 di IKIP Padang jurusan Sendratasik selesai pada tahun 1998. Puisi puisinya banyak dimuat diterbitan Ganto, Harian Singgalang dll. Semasa kuliah banyak berkecimpung di Taman Budaya Padang bersama penyair-penyair dan seniman sumatera barat. Pendiri Forum Komunikasi dan Kreasi Pemuda di Kabupaten Bungo. Pernah aktif di Sanggar Pemda Kabupaten Bungo yang bergerak dibidang seni tari dan musik tradisi. Puisi-puisinya juga tergabung dalam antologi bersama seperti PRASASTI (1999) dan LACAK KENDURI (Dewan Kesenian Merangin, 2015) KITAB KARMINA INDONESIA (KKK, 2015). Aktif berkegiatan seni di Komunitas Seniman Bungo dan Sanggar Pisang Kayak. Saat ini menjadi tenaga pengajar Seni Budaya di SMPN 1 Muko Muko Bathin VII dan SMPN 1 Muara Bungo.
Alamat : RM. SATE KAMBING LERI ASKA
JL. SUDIRMAN KM. O ( Depan Hotel Pelangi)
Kelurahan Pasir Putih
Kecamatan Rimbo Tengah
Kabupaten Bungo-Jambi
Meinar Safari Yani GURU SEMESTA
106.Meinar Safari Yani
GURU SEMESTA
Gerbang sekolah tertutup
Ruang guru sunyi mengatup
Pintu-pintu klas terkunci
Debupun membuai bangku kursi
Papan tulis terdiam dan buram
tanpa angka,tanpa aksara
Tanpa rumus atas goresan spidol Bapak Ibu Guru
Halaman sekolah lengang
Tiada upacara bendera ,tiada senam pagi
Tiada latihan Pramuka atau ekstrakurikuler lainnya
Saat ini ......
Seragam anak sekolah terlipat rapi di lemari
Anak-anak negeri batal ujian ,sementara yang lainnya belajar di rumah
Ikuti himbauan Mas Menteri untuk libur sampai nanti
Aah CORONA ,tiada mampu kami mengelak atas hadirmu
Kau guru kasat mata di kehidupan semesta
Mengajarkan hidup bersih dan kembali pada ajaranNYA
DOA DAN ASA
Tuhan ...
Kali ini hamba lebih berlama-lama dalam doa
Kali ini hamba berulang kali menyebut asmaMU
Kumengais cinta ,mengemis kasih sembari mengusap air mata
Sesak menyeruak di dalam dada
Hamba rasakan takut berlebih ,juga panik yang membuih
Pudar senyum hilang tawa
Kering bibir jiwa terbata
Telinga dan mata di jejali berita tentang wabah corona
Dari segala belahan dunia dan merenggut ribuan jiwa
Tuhan .....
Di atas sajadah kusam
Tanganku tengadah merangkai pinta demi pinta
Menautkan asa dan doa
Mohon usaikan wabah corona ini tanpa sisa
Dan izinkan kami melangkah di jalan lurusmu
Songsong Ramadhan penuh cita dan cinta
ASA DI DERAI HUJAN
Hujan deras
laksana air memberontak dari langit
Bumi pasrah,tanah basah
Sesekali guntur bertasbih
Lewat gelegarnya yang susul menyusul
Subhanallah
Alhamdulillah
Allahuakbar
Bibir bergetar
Melafadzkan keMaha SucianMU
Ke Maha BesaranMU
Sembari berharap
Hujan adalah rahmad
Bagi segenap penduduk bumi
Membawa pergi dan lari virus Covid -19
Meinar Safari Yani, Lahir di Klaten,31 Mei 1967 ,guru di SMA Kartika di Balikpapan sejak tahun 1998 .menulis puisi sejak SMP dan dimuat di majalah MOP Jawa Tengah . menulis puisi di koran Manuntung ( sekarang Kaltim Pos ) , guru pendamping lomba cipta dan baca puisi antar SD Kartika tingkat nasional di Mabes Cilangkap 2006,pendamping lomba cipta puisi FLS2N SMA tgk kota dan propinsi 2019 , beberapa kali mengikuti antologi puisi dan sering mendapat tugas untuk membuat puisi untuk acara di lingkungan Yayasan Kartika Jaya
GURU SEMESTA
Gerbang sekolah tertutup
Ruang guru sunyi mengatup
Pintu-pintu klas terkunci
Debupun membuai bangku kursi
Papan tulis terdiam dan buram
tanpa angka,tanpa aksara
Tanpa rumus atas goresan spidol Bapak Ibu Guru
Halaman sekolah lengang
Tiada upacara bendera ,tiada senam pagi
Tiada latihan Pramuka atau ekstrakurikuler lainnya
Saat ini ......
Seragam anak sekolah terlipat rapi di lemari
Anak-anak negeri batal ujian ,sementara yang lainnya belajar di rumah
Ikuti himbauan Mas Menteri untuk libur sampai nanti
Aah CORONA ,tiada mampu kami mengelak atas hadirmu
Kau guru kasat mata di kehidupan semesta
Mengajarkan hidup bersih dan kembali pada ajaranNYA
DOA DAN ASA
Tuhan ...
Kali ini hamba lebih berlama-lama dalam doa
Kali ini hamba berulang kali menyebut asmaMU
Kumengais cinta ,mengemis kasih sembari mengusap air mata
Sesak menyeruak di dalam dada
Hamba rasakan takut berlebih ,juga panik yang membuih
Pudar senyum hilang tawa
Kering bibir jiwa terbata
Telinga dan mata di jejali berita tentang wabah corona
Dari segala belahan dunia dan merenggut ribuan jiwa
Tuhan .....
Di atas sajadah kusam
Tanganku tengadah merangkai pinta demi pinta
Menautkan asa dan doa
Mohon usaikan wabah corona ini tanpa sisa
Dan izinkan kami melangkah di jalan lurusmu
Songsong Ramadhan penuh cita dan cinta
ASA DI DERAI HUJAN
Hujan deras
laksana air memberontak dari langit
Bumi pasrah,tanah basah
Sesekali guntur bertasbih
Lewat gelegarnya yang susul menyusul
Subhanallah
Alhamdulillah
Allahuakbar
Bibir bergetar
Melafadzkan keMaha SucianMU
Ke Maha BesaranMU
Sembari berharap
Hujan adalah rahmad
Bagi segenap penduduk bumi
Membawa pergi dan lari virus Covid -19
Meinar Safari Yani, Lahir di Klaten,31 Mei 1967 ,guru di SMA Kartika di Balikpapan sejak tahun 1998 .menulis puisi sejak SMP dan dimuat di majalah MOP Jawa Tengah . menulis puisi di koran Manuntung ( sekarang Kaltim Pos ) , guru pendamping lomba cipta dan baca puisi antar SD Kartika tingkat nasional di Mabes Cilangkap 2006,pendamping lomba cipta puisi FLS2N SMA tgk kota dan propinsi 2019 , beberapa kali mengikuti antologi puisi dan sering mendapat tugas untuk membuat puisi untuk acara di lingkungan Yayasan Kartika Jaya
Hermawan Bencana Wabah
105. Hermawan
Bencana Wabah
Azabkah dari fitnah dan hina menghina
Saat wabah itu datang dari utara
Semua merasakan sakit, prihatin, dan pilu serta
Melihat dan membaca berita bersileweran dari media
Hanya saha dan doa membuat sempurna
Seorang anak kecil yang berharap akan rezeki
Menunggu kedatangan para pemberi
Semua jadi sepi dan mimpi
Hanya awan-awan putih di langit biru yang tak bertepi
Saksi dan perwujudan keberadaan Ilahi
Seorang ibu mengajak anak itu pulang
Entah kemana menelusuri jalanan lengang
Berjalan ke luar masuk dari gang ke gang
Dari rumah orang-orang melihat tercegang
Ibu dan anak berjalan pulang
Sampai di kampung ibu dan anak merasa lega
Kehidupan berjalan seperti biasa
Tak sepi seperti di kota
Oh corona
Datang dan pergi tak ada berita
Semua aktivitas terpenjara
“Ibu, semoga orang-orang itu tak berdosa menghadap Yangkuasa”
Pelajaran alam untuk hidup sederhana
Alam ini terjaga bersama
Rahasia alam adalah obat dari semua wabah yang bahaya
Batangkabuang, Maret 2020
Dunia fana yang hina menghina ini
Wabah merajalela bagai menghirup udara
Sadar tak sadar kita menghirupnya
Bersama kita nestapa apa adanya
Wabah datang begitu saja
Kita semua baru tersentak dan lupa
Lupa akan segala
Hidup sendiri
Bagai tak tahu diri
dalam kamar yang sepi
satu-satu kita ditinggal dan tertinggal
menangis dalam sepi
diantar oleh petugas sendiri
tak ada arti
bila tak ada arti
kenapa harus disesali
menghadap ilahi
hanya sekali
berhentilah wahai semua
jika pedoman ilahi
tanda arti diri
menhadapNya
Padang, 1042020
Tahu Diri
Ramadhan penahan diri
Corona pengikat diri
Di mana diri
Yang selama ini
Hanya mengebiri
Tak tahu diri
Resah gelisah dan iri
Di hari ini
Merasa tak ada lagi
Dalam kamar sendiri
Di luar sepi sekali
Diperintah supaya patuhi
Kabar kabarilewat jari
Setelah bersih diri
Kita buang segala iri
Saling menyadari
Untuk hidup lebih berarti
Padang, 4 42020
Hermawan, akrab dipanggil An, lahir di Jakarta 14 Desember Alamat Jl. Bakti ABRI No36 RT 01 RW 1 Kelurahan Batangkabung-Ganting Kecamatan Kototangah, Padang, 25172, telepon 081363260719, WA 081261177458 email: hermawan.caniago@gmail.com.
Staf pengajar STKIP Rokania ini aktif menyajikan makalah tentang sastra dan pendidikan diberbagai pertemuan ilmiah. Puisi-puisi yang terbit dalam Gaga antoloi puisi mahasiswa sastra Universitas Bung Hatta tahun 1986, Bung antologi puisi dosen Universits Bung Hatta, Ragam Puisi Kolaborasi Cinta Anak Negerimu, Patah Tumbuh Hilang Berganti (2015) blencong, Menyemai Ingat Menuai Hormat, Matahari Cinta Samudera Kata, Nyanyian dari Hutan, Pantai, dan Taman Kota (terbitan HISKI), (2016) Aceh 5:03 6,4 SR, 6,5 SR Luka Pidie Jaya, Nyanyian Puisi untuk Ane Matahari, Menderas Sampai Siak, Mufakat Air, Nyanyian Gerimis (2017), Sendja Djiwa Pak Budi dan Epitaf Kota Hujan serta Anggraini, Tugu dan Rindu kumpulan puisi Pematangsiantar Penyair Nusantara, Do’a Seribu Bulan antologi puisi ASEAN, Wangian Kembang antologi puisi ASEAN dan India, 999 Sehimpun Puisi Penyair Riau HPI 2018 Riau, antologi puisi Guru Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu gerakan seribu guru ASEAN menuls puisi (2018), Kitab Puisi Indonesia 1001 Cinta, 1001 Rindu (terbitan HISKI & anam pustaka www.AMBAU.ID 2019). Jazirah 2 Segara Sakti Rantau Bertuah, Lelaki Yang Mendaki Langit Pasaman Rebah ke Pangkal Pasaman dalam Puisi Penyair Nusantara (2019), Tegal Mas Island Poetry International Festival dalam antologi (2020). Dari Kemilau Masa Lampau Antologi Esai dan Kritik, Sepenggal Rindu Dibatasi Waktu antologi cerpen (2015). Masuk dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia Yayasan Hari Puisi (2017). Editor dan prolog antologi puisi Perempuan Bajak Laut karya Rahmanidar (2018), dan prolog Menghilir Sungai Tak Berkuala Himpunan Sajak Cinta Rakyat karya Yassinsalleh terbitan Pena Padu Malaysia prolog kumpulan puisi Air Mata Laut dan Zikir Hati karya Laksamana Selat Lalang (2019).
Bencana Wabah
Azabkah dari fitnah dan hina menghina
Saat wabah itu datang dari utara
Semua merasakan sakit, prihatin, dan pilu serta
Melihat dan membaca berita bersileweran dari media
Hanya saha dan doa membuat sempurna
Seorang anak kecil yang berharap akan rezeki
Menunggu kedatangan para pemberi
Semua jadi sepi dan mimpi
Hanya awan-awan putih di langit biru yang tak bertepi
Saksi dan perwujudan keberadaan Ilahi
Seorang ibu mengajak anak itu pulang
Entah kemana menelusuri jalanan lengang
Berjalan ke luar masuk dari gang ke gang
Dari rumah orang-orang melihat tercegang
Ibu dan anak berjalan pulang
Sampai di kampung ibu dan anak merasa lega
Kehidupan berjalan seperti biasa
Tak sepi seperti di kota
Oh corona
Datang dan pergi tak ada berita
Semua aktivitas terpenjara
“Ibu, semoga orang-orang itu tak berdosa menghadap Yangkuasa”
Pelajaran alam untuk hidup sederhana
Alam ini terjaga bersama
Rahasia alam adalah obat dari semua wabah yang bahaya
Batangkabuang, Maret 2020
Dunia fana yang hina menghina ini
Wabah merajalela bagai menghirup udara
Sadar tak sadar kita menghirupnya
Bersama kita nestapa apa adanya
Wabah datang begitu saja
Kita semua baru tersentak dan lupa
Lupa akan segala
Hidup sendiri
Bagai tak tahu diri
dalam kamar yang sepi
satu-satu kita ditinggal dan tertinggal
menangis dalam sepi
diantar oleh petugas sendiri
tak ada arti
bila tak ada arti
kenapa harus disesali
menghadap ilahi
hanya sekali
berhentilah wahai semua
jika pedoman ilahi
tanda arti diri
menhadapNya
Padang, 1042020
Tahu Diri
Ramadhan penahan diri
Corona pengikat diri
Di mana diri
Yang selama ini
Hanya mengebiri
Tak tahu diri
Resah gelisah dan iri
Di hari ini
Merasa tak ada lagi
Dalam kamar sendiri
Di luar sepi sekali
Diperintah supaya patuhi
Kabar kabarilewat jari
Setelah bersih diri
Kita buang segala iri
Saling menyadari
Untuk hidup lebih berarti
Padang, 4 42020
Hermawan, akrab dipanggil An, lahir di Jakarta 14 Desember Alamat Jl. Bakti ABRI No36 RT 01 RW 1 Kelurahan Batangkabung-Ganting Kecamatan Kototangah, Padang, 25172, telepon 081363260719, WA 081261177458 email: hermawan.caniago@gmail.com.
Staf pengajar STKIP Rokania ini aktif menyajikan makalah tentang sastra dan pendidikan diberbagai pertemuan ilmiah. Puisi-puisi yang terbit dalam Gaga antoloi puisi mahasiswa sastra Universitas Bung Hatta tahun 1986, Bung antologi puisi dosen Universits Bung Hatta, Ragam Puisi Kolaborasi Cinta Anak Negerimu, Patah Tumbuh Hilang Berganti (2015) blencong, Menyemai Ingat Menuai Hormat, Matahari Cinta Samudera Kata, Nyanyian dari Hutan, Pantai, dan Taman Kota (terbitan HISKI), (2016) Aceh 5:03 6,4 SR, 6,5 SR Luka Pidie Jaya, Nyanyian Puisi untuk Ane Matahari, Menderas Sampai Siak, Mufakat Air, Nyanyian Gerimis (2017), Sendja Djiwa Pak Budi dan Epitaf Kota Hujan serta Anggraini, Tugu dan Rindu kumpulan puisi Pematangsiantar Penyair Nusantara, Do’a Seribu Bulan antologi puisi ASEAN, Wangian Kembang antologi puisi ASEAN dan India, 999 Sehimpun Puisi Penyair Riau HPI 2018 Riau, antologi puisi Guru Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu gerakan seribu guru ASEAN menuls puisi (2018), Kitab Puisi Indonesia 1001 Cinta, 1001 Rindu (terbitan HISKI & anam pustaka www.AMBAU.ID 2019). Jazirah 2 Segara Sakti Rantau Bertuah, Lelaki Yang Mendaki Langit Pasaman Rebah ke Pangkal Pasaman dalam Puisi Penyair Nusantara (2019), Tegal Mas Island Poetry International Festival dalam antologi (2020). Dari Kemilau Masa Lampau Antologi Esai dan Kritik, Sepenggal Rindu Dibatasi Waktu antologi cerpen (2015). Masuk dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia Yayasan Hari Puisi (2017). Editor dan prolog antologi puisi Perempuan Bajak Laut karya Rahmanidar (2018), dan prolog Menghilir Sungai Tak Berkuala Himpunan Sajak Cinta Rakyat karya Yassinsalleh terbitan Pena Padu Malaysia prolog kumpulan puisi Air Mata Laut dan Zikir Hati karya Laksamana Selat Lalang (2019).
.Muhammad Tauhed Supratman KORONA DAN ORANG MISKIN
103.Muhammad Tauhed Supratman
KORONA DAN ORANG MISKIN
telah kujelajah penjuru mata angin, kekasihku
tak kutemukan korona di rumah bambu
padahal kau di tv, koran dan media sosial
menganjurkan orang miskin negeri ini
di rumah saja
saling menjaga tak tularkan korona
korona itu tak dipahami, kekasihku
orang-orang miskin di negeri ini
diam di rumah saja
orang-orang miskin hanya meratap
tangisnya tak lagi airmata. ia darah
mata tuanya menyimpan api. nyala tapi tak pernah
membakar siapa-siapa, kekasihku
orang-orang miskin di penjuru mata angin
diamnya tak simpan senyummu
hingga kutulis sajak
ini bukan surga, saudaraku
Pamekasan, 2 April 2020
DONGENG KORONA
inilah sejarah kemanusiaan paling unik
di kolong jagat
ketika pandemi korona
menghiasi punggung zaman
inilah sejarah kemanusiaan paling unik
di kolong jagat
resah, gelisah, cemas, dan ketakutan
di dramtisir penyebar hoax
inilah sejarah kemanusiaan paling unik
di kolong jagat
mitos lebih dikedepankan
dari akal sehat
Pamekasan, 5 April 2020
DROPLET
pada droplet yang meneteskan resah
telah tergores pesan korona
segumpal awan melintas
di ujung impianku yang kian piatu
di gemericik hand sanitizer
sesakkan kalbu
sajak di droplet itu
berdongeng tentang isolasi mandiri
yang menggiring physical distancing
dengan masker yang tak jua usai
mengasah asaku bertasbih
adukan duka pada seberkas
cahaya bintang di ranting ragu
Pamekasan, 11 April 2020
Muhammad Tauhed Supratman, lahir di Pamekasan, 27 Nopember l970. Alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Univesitas Madura, Pamekasan (2001) ini menulis puisi, menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Madura. Karya-karyanya berupa sajak, cerpen, dan esai sastra dipublikasikan di: Jawa Pos, Karya Darma, Mimbar Pembangunan Agama, Mingguan Guru, Aula, Radar Madura, Surya, Surabaya Post, Kidung, Bende (Surabaya), Simponi, Inti Jaya, Kompas (Jakarta), Suara Muhammadiyah (Yogjakarta), Sahabat Pena (Bandung), dan sebagainya. Sajaknya “Nyanyian dari Kampus” terpilih dan dibacakan di Radio Nederland, di Helvirsum, Belanda dalam rangka HUT ke-53 Republik Indonesia. Antologi sajak tunggal: “RAPSODI MAWAR DAN GERIMIS” (Ganding Pustaka, Yogyakarta, 2015) “BERNYANYI DALAM BISU”, (Penerbit Kekata Group, Solo, Maret 2020). Tahun 2019 menerima Penghargaan Sastra dari Gubernur Jawa Timur. Kini tinggal di Jl. Jembatan Serang 3, Tanjung, Pademawu, Pamekasan, Madura, 69381. e-mail: tauhed@unira.ac.id HP. 081 230 335522
KORONA DAN ORANG MISKIN
telah kujelajah penjuru mata angin, kekasihku
tak kutemukan korona di rumah bambu
padahal kau di tv, koran dan media sosial
menganjurkan orang miskin negeri ini
di rumah saja
saling menjaga tak tularkan korona
korona itu tak dipahami, kekasihku
orang-orang miskin di negeri ini
diam di rumah saja
orang-orang miskin hanya meratap
tangisnya tak lagi airmata. ia darah
mata tuanya menyimpan api. nyala tapi tak pernah
membakar siapa-siapa, kekasihku
orang-orang miskin di penjuru mata angin
diamnya tak simpan senyummu
hingga kutulis sajak
ini bukan surga, saudaraku
Pamekasan, 2 April 2020
DONGENG KORONA
inilah sejarah kemanusiaan paling unik
di kolong jagat
ketika pandemi korona
menghiasi punggung zaman
inilah sejarah kemanusiaan paling unik
di kolong jagat
resah, gelisah, cemas, dan ketakutan
di dramtisir penyebar hoax
inilah sejarah kemanusiaan paling unik
di kolong jagat
mitos lebih dikedepankan
dari akal sehat
Pamekasan, 5 April 2020
DROPLET
pada droplet yang meneteskan resah
telah tergores pesan korona
segumpal awan melintas
di ujung impianku yang kian piatu
di gemericik hand sanitizer
sesakkan kalbu
sajak di droplet itu
berdongeng tentang isolasi mandiri
yang menggiring physical distancing
dengan masker yang tak jua usai
mengasah asaku bertasbih
adukan duka pada seberkas
cahaya bintang di ranting ragu
Pamekasan, 11 April 2020
Muhammad Tauhed Supratman, lahir di Pamekasan, 27 Nopember l970. Alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Univesitas Madura, Pamekasan (2001) ini menulis puisi, menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Madura. Karya-karyanya berupa sajak, cerpen, dan esai sastra dipublikasikan di: Jawa Pos, Karya Darma, Mimbar Pembangunan Agama, Mingguan Guru, Aula, Radar Madura, Surya, Surabaya Post, Kidung, Bende (Surabaya), Simponi, Inti Jaya, Kompas (Jakarta), Suara Muhammadiyah (Yogjakarta), Sahabat Pena (Bandung), dan sebagainya. Sajaknya “Nyanyian dari Kampus” terpilih dan dibacakan di Radio Nederland, di Helvirsum, Belanda dalam rangka HUT ke-53 Republik Indonesia. Antologi sajak tunggal: “RAPSODI MAWAR DAN GERIMIS” (Ganding Pustaka, Yogyakarta, 2015) “BERNYANYI DALAM BISU”, (Penerbit Kekata Group, Solo, Maret 2020). Tahun 2019 menerima Penghargaan Sastra dari Gubernur Jawa Timur. Kini tinggal di Jl. Jembatan Serang 3, Tanjung, Pademawu, Pamekasan, Madura, 69381. e-mail: tauhed@unira.ac.id HP. 081 230 335522
SYAFARUDDIN MARPAUNG SEJAGAT SEDANG PILU
104.SYAFARUDDIN MARPAUNG
SEJAGAT SEDANG PILU
Dunia berguncang
Wuhan berpunca
Pandemi menyebar
Menginfeksi jutaan
Mayat berjatuhan
Tangis ketakutan
Misterius mencekam
Hipotesis perdebatan
Kelelawar jadi inang
rekayasa konspirasi
Saling tuding perang tanpa senjata
Masyarakat panik negarawan menyabung mandat
Obat misterius tak ditemukan
Vaksin dalam pengkajian
Pejabat dan sipil terpapar sekarat
ODP berkeliaran PDP tak terterawasi
APD langka masker bersembunyi dibalik tangan nakal
Lockdown diperdebatkan social distance jadi tawaran
Meredam penyebaran jarak menabiri
Rumah berserah Ilahi
Ketauhidan dituntut keimanan diuji
Saling menguatkan
Syafaruddin Marpaung lahir di kota Tanjungbalai 09 Januari 1977. Lulusan S2 ilmu Linguistik Universitas Negeri Medan ini, kini bertugas sebagai guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Kota Tanjungbalai. Sebagai seorang pendidik ia menuangkan ide dan pemikirannya dalam bentuk artikel, jurnal, makalah, puisi. Kritik essainya dimuat dalam Antologi bersama “Menggiring Mimpi (2019). Beberapa puisinya dapat dibaca dalam Antologi bersama “Lolongan Lolong Negeri” (2019), “Sejarah Lahirmu” (2019), “Jazirah II/III” (2019), 1000 Tahun Mengenang Situs Kota Cina (2019), Antologi Puisi Pasaman (2019), Antologi Puisi Pringsewu (2020), Antologi Puisi Semarang (2020). Antologi Mengenang Damiri Mahmud (2020). Jejak dan kicauannya terselip di akun facebook Syafaruddin Marpaung dan IG Syafar_Marpaung. Jika pembaca ingin berkomunikasi lebih lanjut dapat menghubungi pos elektronik syafarudinmrp@yahoo.co.id atau di nomor telepon dan WA : 081361549346.
SEJAGAT SEDANG PILU
Dunia berguncang
Wuhan berpunca
Pandemi menyebar
Menginfeksi jutaan
Mayat berjatuhan
Tangis ketakutan
Misterius mencekam
Hipotesis perdebatan
Kelelawar jadi inang
rekayasa konspirasi
Saling tuding perang tanpa senjata
Masyarakat panik negarawan menyabung mandat
Obat misterius tak ditemukan
Vaksin dalam pengkajian
Pejabat dan sipil terpapar sekarat
ODP berkeliaran PDP tak terterawasi
APD langka masker bersembunyi dibalik tangan nakal
Lockdown diperdebatkan social distance jadi tawaran
Meredam penyebaran jarak menabiri
Rumah berserah Ilahi
Ketauhidan dituntut keimanan diuji
Saling menguatkan
Syafaruddin Marpaung lahir di kota Tanjungbalai 09 Januari 1977. Lulusan S2 ilmu Linguistik Universitas Negeri Medan ini, kini bertugas sebagai guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Kota Tanjungbalai. Sebagai seorang pendidik ia menuangkan ide dan pemikirannya dalam bentuk artikel, jurnal, makalah, puisi. Kritik essainya dimuat dalam Antologi bersama “Menggiring Mimpi (2019). Beberapa puisinya dapat dibaca dalam Antologi bersama “Lolongan Lolong Negeri” (2019), “Sejarah Lahirmu” (2019), “Jazirah II/III” (2019), 1000 Tahun Mengenang Situs Kota Cina (2019), Antologi Puisi Pasaman (2019), Antologi Puisi Pringsewu (2020), Antologi Puisi Semarang (2020). Antologi Mengenang Damiri Mahmud (2020). Jejak dan kicauannya terselip di akun facebook Syafaruddin Marpaung dan IG Syafar_Marpaung. Jika pembaca ingin berkomunikasi lebih lanjut dapat menghubungi pos elektronik syafarudinmrp@yahoo.co.id atau di nomor telepon dan WA : 081361549346.
Agus Pramono TATANAN BARU
101.Agus Pramono
TATANAN BARU
gagalnya insting manangkap isyarat
ombak mengguncang lebih liar
angin berembus tak terduga
beberapa gunung menggetarkan jarum skala
kicau burung liar sisakan pertanyaan
gonggong anjing risau yang tak biasa
kucing merengek dengan mengeong manja
tapi semua tak mampu
diterjemahkan sebagai petunjuk
hingga menyeruak sosok tak kasat tiba-tiba
langsung menusuk ulu, sendi, saraf dan simpul kehidupan
porak porandakan tatanan
semua terdampak
dan korban berjatuhan
yang tak sengaja atau harus dikorbankan
tatanan siklus harus diulang tata
laksana belajar berhitung kembali
dan seperti keping pasangan
semua pasti mengandung hikmah
dan pelajaran bagi
yang mau berpikir sebagai manusia
Mojokerto, Maret 2020
BUKAN DAVID VERSUS GOLIATH
memang hal kecil itu
nyaris tak terlihat
justru sering membuat
kesulitan
telusup itu barang sangat kecil
tapi bisa membuat kesakitan tak terkira
selilit itu barang kecil
tapi bisa menjengkelkan dan memalukan
kelilip itu barang renik
tapi mampu membuat gelagapan
kerikil tak sebesar umumnya batu
justru bisa membuat terpeleset, jatuh tersungkur
corona itu hadir dengan mode halimun
kasat tak tersensor mata
dahsyat akibat yang ditimbulkan
tatanan global dijungkir balikkan
memasuki relung batas negeri-negeri
tanpa paspor tanpa permisi
malah meminta korban tak terduga
semua bagai dipaksa mengulang
kembali belajar menjadi manusia
dan menyadarkan betapa tak berdayanya
sang penghuni bumi
bernama manusia
Mojokerto, April 2020
RONAMU MEMANG MENGGEMASKAN, CORONA
wasiat lawas para pujangga bijak
dirunut dan ditelisik kembali
karena karya kuno yang mengandung ramalan
terhubung dengan kejadian terkini
terawang para cenayang diurai
praduga para paranormal diudar
terkaan para peramal diutarakan
intuisi para indigo dijabarkan
yang justru tumbuh berkembang
alih-alih saling bantu gotong royong
oknum dengan bersenjatakan media sosial
ahli ibadah gadungan dadakan bermunculan
ahli kesehatan abal-abal bertebaran
politisi oposan memanfaatkan untuk cari panggung
buzzer menggoreng berita dengan bumbu hoaks
ulah mereka mungkin bertujuan meresahkan
betapa semua jadi menyebalkan
hanya cari sensasi
dan cari selamat sendiri
gambaran nyata
homo homini lupus
awam namun bijaksana
mestinya bisa memilih memilah
semua akan berlalu indah
sementara biarkan dahulu
bumi membersihkan diri
dengan caranya sendiri
dan siluman itu memberi hikmah
secara menggemaskan
buat yang waras
buat yang waras
Mojokerto, Maret 2020
TATANAN BARU
gagalnya insting manangkap isyarat
ombak mengguncang lebih liar
angin berembus tak terduga
beberapa gunung menggetarkan jarum skala
kicau burung liar sisakan pertanyaan
gonggong anjing risau yang tak biasa
kucing merengek dengan mengeong manja
tapi semua tak mampu
diterjemahkan sebagai petunjuk
hingga menyeruak sosok tak kasat tiba-tiba
langsung menusuk ulu, sendi, saraf dan simpul kehidupan
porak porandakan tatanan
semua terdampak
dan korban berjatuhan
yang tak sengaja atau harus dikorbankan
tatanan siklus harus diulang tata
laksana belajar berhitung kembali
dan seperti keping pasangan
semua pasti mengandung hikmah
dan pelajaran bagi
yang mau berpikir sebagai manusia
Mojokerto, Maret 2020
BUKAN DAVID VERSUS GOLIATH
memang hal kecil itu
nyaris tak terlihat
justru sering membuat
kesulitan
telusup itu barang sangat kecil
tapi bisa membuat kesakitan tak terkira
selilit itu barang kecil
tapi bisa menjengkelkan dan memalukan
kelilip itu barang renik
tapi mampu membuat gelagapan
kerikil tak sebesar umumnya batu
justru bisa membuat terpeleset, jatuh tersungkur
corona itu hadir dengan mode halimun
kasat tak tersensor mata
dahsyat akibat yang ditimbulkan
tatanan global dijungkir balikkan
memasuki relung batas negeri-negeri
tanpa paspor tanpa permisi
malah meminta korban tak terduga
semua bagai dipaksa mengulang
kembali belajar menjadi manusia
dan menyadarkan betapa tak berdayanya
sang penghuni bumi
bernama manusia
Mojokerto, April 2020
RONAMU MEMANG MENGGEMASKAN, CORONA
wasiat lawas para pujangga bijak
dirunut dan ditelisik kembali
karena karya kuno yang mengandung ramalan
terhubung dengan kejadian terkini
terawang para cenayang diurai
praduga para paranormal diudar
terkaan para peramal diutarakan
intuisi para indigo dijabarkan
yang justru tumbuh berkembang
alih-alih saling bantu gotong royong
oknum dengan bersenjatakan media sosial
ahli ibadah gadungan dadakan bermunculan
ahli kesehatan abal-abal bertebaran
politisi oposan memanfaatkan untuk cari panggung
buzzer menggoreng berita dengan bumbu hoaks
ulah mereka mungkin bertujuan meresahkan
betapa semua jadi menyebalkan
hanya cari sensasi
dan cari selamat sendiri
gambaran nyata
homo homini lupus
awam namun bijaksana
mestinya bisa memilih memilah
semua akan berlalu indah
sementara biarkan dahulu
bumi membersihkan diri
dengan caranya sendiri
dan siluman itu memberi hikmah
secara menggemaskan
buat yang waras
buat yang waras
Mojokerto, Maret 2020
Is Mugiyarti PENSIL
102.Is Mugiyarti
PENSIL
pensil terserut
dipilin-pilin
cemas tergigit
menggelinding di bawah meja
anak itu ...
sang murid
coba mengambil
tangan munggil
gigit jari
SAPU!
pekiknya riang
ditolaknya terlalu kencang
ke bawah sepatu bapaknya
patah jadi dua
ditimangnya
pensil tak bisa diraut
sedang buku-buku
diam masam
pun bapaknya datang
dua pensil disorongkan
pensil terserut
dipilin-pilin
cemas tergigit
dan suatu malam
anak itu
demam terbatuk covid
Sragen, 6 April 2020
PENSIL
pensil terserut
dipilin-pilin
cemas tergigit
menggelinding di bawah meja
anak itu ...
sang murid
coba mengambil
tangan munggil
gigit jari
SAPU!
pekiknya riang
ditolaknya terlalu kencang
ke bawah sepatu bapaknya
patah jadi dua
ditimangnya
pensil tak bisa diraut
sedang buku-buku
diam masam
pun bapaknya datang
dua pensil disorongkan
pensil terserut
dipilin-pilin
cemas tergigit
dan suatu malam
anak itu
demam terbatuk covid
Sragen, 6 April 2020
Andi Jamaluddin, AR. AK. DI TAHAJJUD
100.Andi Jamaluddin, AR. AK.
DI TAHAJJUD
Lewat angin, kukirimkan :
tahajjud. Suara kubelah tipis
jauhkan covid-19
ke tidur pulas. Selamanya
Kuingin berteduh
di pembaringan damai
mendengar lantunan takbir :
ke antero jagat
Rindu hati membara
menyatukan jiwa. Keresahan
simpang siur, dari nyata
//ajarak/11.04.20/02.02/pgt.tanbu//
MASKER ITU BERLAPIS CINTA
bertebar Covid-19
di semua ruang. Mengintip
Kasat; tak berwajah
lebih dari debu
pelan menyusup
masker kian merindu
tipis, berlapiskan cinta
mengapa galai
mengasah pedang, tebasi diri
mengkarantina bara ambisi
;hanya berjeda. Perangi ego
//ajarak/12.04.20/06.17/pgt.tanbu//
DI TAHAJJUD
Lewat angin, kukirimkan :
tahajjud. Suara kubelah tipis
jauhkan covid-19
ke tidur pulas. Selamanya
Kuingin berteduh
di pembaringan damai
mendengar lantunan takbir :
ke antero jagat
Rindu hati membara
menyatukan jiwa. Keresahan
simpang siur, dari nyata
//ajarak/11.04.20/02.02/pgt.tanbu//
MASKER ITU BERLAPIS CINTA
bertebar Covid-19
di semua ruang. Mengintip
Kasat; tak berwajah
lebih dari debu
pelan menyusup
masker kian merindu
tipis, berlapiskan cinta
mengapa galai
mengasah pedang, tebasi diri
mengkarantina bara ambisi
;hanya berjeda. Perangi ego
//ajarak/12.04.20/06.17/pgt.tanbu//
YOE IRAWAN CORONA
99.YOE IRAWAN
CORONA
Kubaca pandemi
Wuhan yang asing tiba-tiba telah berdiri di samping
Kegaduhan pasarnya serasa di kelokan jalan depan gerbang
Membawa corona sampai tak berjarak. Tak bisa ditolak
Sampai kota demi kota dibuatnya bertumbangan
Ya. Jauh-jauh hari corona sampai di sini
Tetapi kedatangannya telah ditutupi aksi politik
Padahal seluruh kota tengah menggelepar. Satu demi satu terpapar.
Satu demi satu terkapar
Haruskah politik selalu dibuat begitu pelik?
Ayolah, ini tentang nyawa kemanusiaan
Lihatlah para tenaga medis telah berdiri di garis terdepan
berjibaku tanpa pencitraan. Gigih melawan
Demi tubuh yang lain tubuh sendiri jadi taruhan
Kau baca pandemi. Jagalah negeri
Menolaklah untuk kehilangan
Rasa seiring seperjalanan
Sukabumi, 11 April 2020
KEPALA TEROMPET CORONA
Membayangkan kepala terompetmu, Corona
Berpuluh-puluh kepala terompet dalam tubuhmu yang tambun
Aku teringat penyedot debu yang kejam
Sepertinya kamu tak punya hati selain kepala terompetmu
Menyedot sel, menguasai udara di dalam paru-paru atau apalah tanpa ampun
Jika satu terlepas maka kepala terompetmu yang lain
Akan menghisap dengan buas. Lusinan kepala terompetmu
Beramai-ramai menghisap kematian tiada terkira
Kamu terlalu tega, Corona
Kota demi kota banjir bandang duka lara
Kepala terompetmu terus merajalela
Merubah tatanan sosial dan sendi-sendi kehidupan
Kamu bolak-balikkan segala yang sudah mapan
Kamu lengkingkan kesenyapan tak bertepian
Kini di balik pintu
Aku hanya bisa mengutukimu
: pulanglah ke haribaan Tuhan!
Sukabumi, 11 April 2020
Yoe Irawan lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 26 Juni. Menetap di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Karya cerpen dan puisinya tergabung dalam banyak antologi, di antaranya: Antologi Puisi Indonesia 1997 (Komunitas Sastra Indonesia & Penerbit Angkasa, Bandung, 1997), Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta dan Masyarakat Sastra Jakarta, 2000), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru & Kalalatu Press, Kalimantan Selatan, 2006), Negeri Pesisiran, Dari Negeri Poci 9 (kumpulan puisi, Komunitas Radja Ketjil 2019), When The Days Were Raining (kumpulan puisi, Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Perjalanan Merdeka – Independent Journey (Antologi Puisi Internasional Dua Bahasa, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, 2020), dan lain-lain. Sedang karya cerpennya termuat dalam majalah Ummi dan Annida, juga dimuat dalam antologi cerpen Anak Mimpi (Kumpulan Cerpen Anak, Fam Publishing, 2015). Pernah memenangi lomba menulis cerita pendek islami LMCPI I UMMI tahun 2000 dengan judul Urip Pergi Lagi, Cerpen Guru Untuk Ra menjadi cerpen terpilih dalam lomba cerpen Kagama Virtual 2 tahun 2017, serta Cerpen Sepotong Sayap Di Bulan Mei menjadi cerpen terbaik dalam Lomba Cerpen yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Yayasan Hari Puisi tahun 2019 (Kota Kata Kita, Disparbud DKI dan YHP 2019).
CORONA
Kubaca pandemi
Wuhan yang asing tiba-tiba telah berdiri di samping
Kegaduhan pasarnya serasa di kelokan jalan depan gerbang
Membawa corona sampai tak berjarak. Tak bisa ditolak
Sampai kota demi kota dibuatnya bertumbangan
Ya. Jauh-jauh hari corona sampai di sini
Tetapi kedatangannya telah ditutupi aksi politik
Padahal seluruh kota tengah menggelepar. Satu demi satu terpapar.
Satu demi satu terkapar
Haruskah politik selalu dibuat begitu pelik?
Ayolah, ini tentang nyawa kemanusiaan
Lihatlah para tenaga medis telah berdiri di garis terdepan
berjibaku tanpa pencitraan. Gigih melawan
Demi tubuh yang lain tubuh sendiri jadi taruhan
Kau baca pandemi. Jagalah negeri
Menolaklah untuk kehilangan
Rasa seiring seperjalanan
Sukabumi, 11 April 2020
KEPALA TEROMPET CORONA
Membayangkan kepala terompetmu, Corona
Berpuluh-puluh kepala terompet dalam tubuhmu yang tambun
Aku teringat penyedot debu yang kejam
Sepertinya kamu tak punya hati selain kepala terompetmu
Menyedot sel, menguasai udara di dalam paru-paru atau apalah tanpa ampun
Jika satu terlepas maka kepala terompetmu yang lain
Akan menghisap dengan buas. Lusinan kepala terompetmu
Beramai-ramai menghisap kematian tiada terkira
Kamu terlalu tega, Corona
Kota demi kota banjir bandang duka lara
Kepala terompetmu terus merajalela
Merubah tatanan sosial dan sendi-sendi kehidupan
Kamu bolak-balikkan segala yang sudah mapan
Kamu lengkingkan kesenyapan tak bertepian
Kini di balik pintu
Aku hanya bisa mengutukimu
: pulanglah ke haribaan Tuhan!
Sukabumi, 11 April 2020
Yoe Irawan lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 26 Juni. Menetap di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Karya cerpen dan puisinya tergabung dalam banyak antologi, di antaranya: Antologi Puisi Indonesia 1997 (Komunitas Sastra Indonesia & Penerbit Angkasa, Bandung, 1997), Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta dan Masyarakat Sastra Jakarta, 2000), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru & Kalalatu Press, Kalimantan Selatan, 2006), Negeri Pesisiran, Dari Negeri Poci 9 (kumpulan puisi, Komunitas Radja Ketjil 2019), When The Days Were Raining (kumpulan puisi, Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Perjalanan Merdeka – Independent Journey (Antologi Puisi Internasional Dua Bahasa, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, 2020), dan lain-lain. Sedang karya cerpennya termuat dalam majalah Ummi dan Annida, juga dimuat dalam antologi cerpen Anak Mimpi (Kumpulan Cerpen Anak, Fam Publishing, 2015). Pernah memenangi lomba menulis cerita pendek islami LMCPI I UMMI tahun 2000 dengan judul Urip Pergi Lagi, Cerpen Guru Untuk Ra menjadi cerpen terpilih dalam lomba cerpen Kagama Virtual 2 tahun 2017, serta Cerpen Sepotong Sayap Di Bulan Mei menjadi cerpen terbaik dalam Lomba Cerpen yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Yayasan Hari Puisi tahun 2019 (Kota Kata Kita, Disparbud DKI dan YHP 2019).
Nok Ir PANDEMI JERI
98.Nok Ir
PANDEMI JERI
/ 1 / Desah Wabah
Hujan sepagi ini mengabarkan duka dunia
Menjarum tajam tajam di berbagai belahan
Merinai kelam lumat rupa alam
Kelabui semburat negeri hingga tak elok lagi
Kataku, keegoisan manusialah yang mengedepan
Menyalak riang di antero bumi
Mentertawai harmoni alam yang terabai berkepanjangan
Jiwa digdaya menjelma nelangsa
/ 2 / Emak Bapak Bersitatap
Bahkan, dalam bertinggal diri di kediaman
Ku mengharuskan lewat paham
Ku kail berdarah darah pengetahuan
Hingga menderaikan cucur jeri ngeri
Luapkan peluh penat setiap saat
Hanya untuk sekedar mengerti
Dengan bekal seberapa untuk anak pinak
Mengasupi perut, membeli petutup mulut,
menyedia sabun basuh kalut
Kemana harus meratap harap, pintu pengail
rejeki tlah tertutup rapi
Tinggal sunyi mendera pedih perut perih
/ 3 / Murid Menjerit
Pergantian hari tanpa seri
Tanpa rehat di kantin ataupun senam pagi
Jungkat jungkit menjerit sakit
Tak ada tandangan gelak tawa
Belajar di daring tanpa bel berdering
Tugas saling bergegas haruslah lekas
Tak berdiskusi tak berembug lagi
Pekik mereka : aku rindu guru, walau dengan gerutu
/ 4 / Guru Mengulum Kelu
Bunyi telpon sering berdering
Grup grup riuh meletup-letup
Murid menjerit kebingungan
Kapan sekolah kembali terolah
Orangtua meronta penuh tanya
Tak sanggup mendampingi lebih berperi
Belum lagi pekik dapur minta terus mengepul
/ 5 / Tanah Meratap Lemah
Retak yang lama bergemeretak
Alir nadi di bawahnya tlah lantak
Akar-akar menjelma cengkeram cakar
Matahari kini menjadi nyawa diri
Erupsi gencar di sana sini
Jumawa tetap digadang bangga
Bilakah paham untuk tundukkan badan
Sumenep, 11 April 2020
Nok Ir, lahir di Demak, 28 Januarai. Telah menulis puisi dan cerpen sejak remaja. Karya-karyanya telah terhimpun dalam puluhan antologi puisi bersama kawan penyair di dalam dan luar negeri, diantaranya 1000 Guru Menulis Puisi yang memecahkan rekor MURI sebagai antologi dengan penulis terbanyak, Kitab Pentigraf 2, 3, dan 4, Independence Journey, Berbisik pada Dunia serta yang lainnya.
PANDEMI JERI
/ 1 / Desah Wabah
Hujan sepagi ini mengabarkan duka dunia
Menjarum tajam tajam di berbagai belahan
Merinai kelam lumat rupa alam
Kelabui semburat negeri hingga tak elok lagi
Kataku, keegoisan manusialah yang mengedepan
Menyalak riang di antero bumi
Mentertawai harmoni alam yang terabai berkepanjangan
Jiwa digdaya menjelma nelangsa
/ 2 / Emak Bapak Bersitatap
Bahkan, dalam bertinggal diri di kediaman
Ku mengharuskan lewat paham
Ku kail berdarah darah pengetahuan
Hingga menderaikan cucur jeri ngeri
Luapkan peluh penat setiap saat
Hanya untuk sekedar mengerti
Dengan bekal seberapa untuk anak pinak
Mengasupi perut, membeli petutup mulut,
menyedia sabun basuh kalut
Kemana harus meratap harap, pintu pengail
rejeki tlah tertutup rapi
Tinggal sunyi mendera pedih perut perih
/ 3 / Murid Menjerit
Pergantian hari tanpa seri
Tanpa rehat di kantin ataupun senam pagi
Jungkat jungkit menjerit sakit
Tak ada tandangan gelak tawa
Belajar di daring tanpa bel berdering
Tugas saling bergegas haruslah lekas
Tak berdiskusi tak berembug lagi
Pekik mereka : aku rindu guru, walau dengan gerutu
/ 4 / Guru Mengulum Kelu
Bunyi telpon sering berdering
Grup grup riuh meletup-letup
Murid menjerit kebingungan
Kapan sekolah kembali terolah
Orangtua meronta penuh tanya
Tak sanggup mendampingi lebih berperi
Belum lagi pekik dapur minta terus mengepul
/ 5 / Tanah Meratap Lemah
Retak yang lama bergemeretak
Alir nadi di bawahnya tlah lantak
Akar-akar menjelma cengkeram cakar
Matahari kini menjadi nyawa diri
Erupsi gencar di sana sini
Jumawa tetap digadang bangga
Bilakah paham untuk tundukkan badan
Sumenep, 11 April 2020
Nok Ir, lahir di Demak, 28 Januarai. Telah menulis puisi dan cerpen sejak remaja. Karya-karyanya telah terhimpun dalam puluhan antologi puisi bersama kawan penyair di dalam dan luar negeri, diantaranya 1000 Guru Menulis Puisi yang memecahkan rekor MURI sebagai antologi dengan penulis terbanyak, Kitab Pentigraf 2, 3, dan 4, Independence Journey, Berbisik pada Dunia serta yang lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)