Kamis, 09 April 2020

Syahriannur Khaidir Corona atau Coro-Nya


85.Syahriannur Khaidir


Corona atau Coro-Nya

Gelap dalam sedikit bintang di langit
Dia menyapa sunyiku termenung
Lidah Wuhan memanjangkan kabar duka
Menerobos rontok tembok Cina
Berlayar hingga menyusupi Nusantara

Di televisi para praktisi berkomentar seperti ayam aduan
Mungkin Corona
Mungkin coro-Nya
Mereka berargumen asik menggelitik
Sambil meraba-raba menduga-duga
Teori wacana suka-suka
Obat atau tobat
Ciat atau sekarat
Meluluhkan batu hati
Menggetarkan congkak penguasa
Memutar otak piawai para penyambung nyawa
Membuka sipit mata dunia
Centang gentayang Covid-19
Di langit-langit waktu
Di awang-awang kegelisahan
Di ruang-ruang perenungan
Diguman gamang ketakberdayaan

Luka pun mencekik tenggorokan
Nafas pun tersengal-sengal
Curiga pun semakin meninggikan wabah
Mereka tutup hidung kemana-mana
Dalam masker ketakutan
wahing dan batuk dijadikan simbol kutukan
Atas dasar ini itu anu yang tercerai-berai
Menunggu genting jawaban demi jawaban
Kapan Corona
Kapan coro-Nya
Bergulir mengukir jalan akhir

Kini
Aku yang tersudut di pojok-pojok harapan
Sambil mencuci tangan dengan air mata
Sudahi bala ini pintaku menengadah ke langit
Saat gerimis menutup tirai senja

Sampang,  Maret 2020


Giyanto Subagio (Jakarta). Virus Corona Realitas 2020

81.Giyanto Subagio (Jakarta).


Virus Corona Realitas 2020

Copid 19 mengetuk pintu rumahmu bagai hantu kelam yang begitu menakutkan.


Di ujung gang tak ada tanda
 kabung, kecuali jalan setapak yang sunyi dan mencekam.

Malam bulan kehilangan cahaya kehidupan. Sebab, lampu-lampu kota pucat pasi serupa tarian mayat-mayat.

Sirine ambulance meraung-raung membelah kota Jakarta yang sepi bak kota mati.


Indri Yuswandari SIAPA BISA MENERKA

82.Indri Yuswandari


SIAPA BISA MENERKA

Siapa bisa menerka
Kejadian yang akan datang
Langit sejuta misteri
Jawaban takbisa sekedar cari
Arak-arakan angin menyebar virus
Corona! Jangan mendekat!

Sang penjaga masih bertapa
Jurubicaranya belum bersuara
Mungkin sedang menunggu isyarat
Kursi-kursi telanjur dilempar
Wajah-wajahnya mencipta perang
Sewarna bendera berebut stempel

Menyepi di kamarnya yang sepi
Penyair tua menatap cakrawala
Senyumnya getir memilin bibir
Memanggil rindunya yang tawar
Kepada binarmata serupa mawar
Ilham puisi menggigil mimpi

11.02.2020

SILIVESTER KIIK CORONA DAN SEBUAH RITUAL DI PERKAMPUNGAN PARA LELUHUR

83.SILIVESTER KIIK

CORONA DAN SEBUAH RITUAL DI PERKAMPUNGAN PARA LELUHUR

Dari sudut perkampungan para leluhur

Sebuah ritual bermantra doa kepada Sang Pencipta

Melalui tetesan darah ayam merah

Tembok penahan membentang dari pantai ke gunung

Dari lembah-lembah yang menganga

Dan dari tanah ke cakrawala saling menatap

Melenyapkan penderitaan (Corona) di tempat kehidupan ini

Naiklah nakhodamu untuk pulang pada ketiadaan

Sebab kami tak lagi sanggup menatap kehadiranmu

Jangan lingkar persahabatan ini menjadi renggang

Dan jangan merampas hak Tuhan untuk mencabut nyawa kami

Sebab tiada pengampunan bagimu di kerajaanNya

Apa kesalahan dunia ini hingga kau begitu egois?

Membuat semuanya harus berdiam diri

Tanpa genggaman tangan

Dan kami bagai anak yatim piatu yang berdiam diri dalam kesedihan

Lepaskan kami untuk terus bernapas

Biarkan anak-anak kami kembali menatap jejak perjalanannya

Biarkan pergumulan kami di tempat-tempat ibadah terjadi lagi

Sebab kami telah berseru dengan damai

Untukmu pulanglah

Atambua, 07 April 2020







MENGENANG TUHAN DALAM TANGAN CORONA

Tuhan, pada keagunganMu

Lilin-lilin kecil ini tetap bernyala dalam kamar

Untuk mengenangMu dalam sebait doa yang sederhana dan tetesan air mata

Aku berseru padaMu: berilah kekuatan kepada hamba-hambaMu

Untuk selamat dari ancaman Corona ini

Sebab aku tidak paham maksudnya

Dan hanya padaMu aku berharap

Tuhan, ribuan nyawa telah tiada

Apa salah dan dosa mereka?

Sebab aku tidak mampu menjelaskannya padaMu

Bagaimana dengan jiwa mereka?

Semoga ada kediaman yang tenang dalam kerajaanMu

Tuhan, Engkau sendiri yang mengetahuinya

Ke dalam tanganMu yang mulia aku serahkan peristiwa yang sedang terjadi ini

Atambua, 07 April 2020

TANGISAN IBU PERTIWI

Ibu pertiwi dalam pangkuan pilu

Menatap ruang-ruang yang kini menjadi hampa

Di isi oleh penderitaan

Air mata

Kelaparan

Dan masih banyak lagi yang mengantri

Wajahmu kini mengerut oleh amarah-amarah duniawi

Atap rumahmu diganti dengan berbagai dosa

Bahkan yang lainnya sedang sibuk menenun ketidakpedulian padamu

Jika peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini adalah teguranmu

Beri kami waktu untuk membenah diri

Sebab air matamu adalah sebuah anugerah terindah

Atambua, 07 April 2020


Silivester Kiik, lahir di sebuah Desa terpencil yang jauh dari pusat hiruk-pikuk suara keramain yakni Bani-Bani (Tunmat) Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka pada tanggal 14 September 1987. Saat ini tinggal di Kota Perbatasan RI-RDTL (Atambua-Belu-NTT). Beberapa buku antologi yang telah hadir di tangan para pembaca yakni: Antologi Puisi: “Sepotong Hati yang Terluka, Tetes Embun Masa Lalu, Seutas Memori dalam Aksara, Warna-Warni Aksara (Jilid II), Laki-Laki Perkasa yang Tak Pernah Menangis, Diam yang Bersuara, Prelude, Romantisme Perahu Kertas, Montase Kenangan, Berapi, Pucuk-Pucuk Harapan, Bercengkerama di Musim Rindu, Topeng Jiwa, Sepasang Tangan yang Terpasung, Sajak-Sajak Penaku dan yang Bersemayam dalam Diri, Segelintir Kesucian, Selamat Datang Mas Nadiem: Gagasan Literasi Maju untuk Menteri Baru), dan Amor”. Karya-karya lain juga hadir melalui media cetak maupun online. Selain itu, penulis bersama teman-teman penggiat Relawan Literasi Belu mendirikan sebuah komunitas yang dinamakan dengan “Komunitas Pensil”. Komunitas ini terbentuk dengan tujuan memberikan nuansa baru dalam menumbuh dan mengembangkan kreativitas dan minat baca anak-anak di wilayah perbatasan Kabupaten Belu-NTT dengan menyediakan bahan-bahan bacaan. Penulis dapat dihubungi melalui via Email: kiiksilivester@gmail.com; Instagram: @silivester_kiik; Facebook: @Silivester Kiik, @Pecinta Sastra dan Budaya Lokal; Twitter: @kiik_silivester; dan Handphone/WA: +6285239940460.

Iie Alie (Yusriani) PANDEMI

84.Iie Alie (Yusriani)


PANDEMI

Aku rindu,
hari dimana kita bebas bicara
Tanpa jarak
Tanpa masker
Dan tanpa rasa curiga



Dini hari pada satu purnama kemaren
Masih terdengar kerontang bunyi gerobak lewat depan beranda
Dan riuh percakapan hingga tauran pun kerap terdengar



Kini,
Hanya sesekali deru kendaraan melintas
Walau sepanjang hari
Tiada yang berniat untuk tinggal di rumah



Gaung himbauan tetap di rumah tak dihiraukan
Spanduk dan selebaran pandemi pun dianggap angin lalu



Lantas,
Kapan kita akan pulih
Dari ketakutan dan kepanikan



Memerangi makhluk tak kasat mata itu bukan hal yang gampang

Menjauhkan diri dari keterpaparan hingga merubah pola hidup bersih sudah kita coba lakukan
Namun, makhluk bernama Corona itu tetap bebas berkeliling dunia



Masihkah perilaku tak perduli akan sesama terus dipegang
Masihkah pola pikir jumawa hingga stigma akan terus berlanjut dipertahankan

Ataukah,
kita sama-sama menjaga kesehatan diri dan keluarga
Hingga makhluk itu lenyap karena tak ada lagi inang untuk tempat dia bertahan



Jogja, 07042020











Please Stay Until All This Clears
(teriring doa untuk Prof terbaikku)



Separuh dunia memeluk sepi dalam keheningan
Separuh lagi seperti tak perduli
Separuh lagi, bukan tak perduli tapi terpaksa



Namun,
Jika tanpa kesadaran kita perlahan akan musnah
Satu demi satu tumbang
Karena makhluk tak kasat mata



Kemudian,
Sebagian akan mulai kalap
Memborong semua peralatan medis
Walau tak paham itu untuk apa dan bagaimana menggunakannya



Selanjutnya, hanya karena segelintir ilmu
Menebarkan berita bahwa antibiotik adalah obat terbaik pembunuh Covid 19
Tahukah kau, antibiotik hanya untuk bakteri
Bukan virus



Lantas,
Apa yang harus kita lakukan?

Jaga dirimu dan keluargamu
Jaga imun tubuhmu
Jaga pola makan mu dan
Jaga kebersihan tanganmu
Tetap tinggallah di rumah
Hanya ini yang bisa kita lakukan saat ini



Harapan terbaik kita
Ramadhan ini kita bisa bersama kembali
Merajut cerita dan tawa
Menatap mentari yang telah bersih dari segala polusi



Jogja, 07042020



Biodata

Iie Alie adalah nama pena dari Yusrianti, kelahiran Bengkulu. Mulai mengenal

dunia puisi sejak tahun 2016. Karya-karyanya bertebaran di facebook. Saat ini menetap di Karawang (Jawa Barat).

Selasa, 07 April 2020

Antologi Bersama oleh RgBagus Warsono

Antologi Bersama

oleh RgBagus Warsono

Antologi Bersama dapat menjadi sebuah dokumen sastra yang bersifat nasional dan memenuhi banyak pembaca serta menjadi bahan rujukan. Sebagai contoh Antologi puisi yang ditulis oleh banyak penyair dari berbagai penjuru Tanah Air akan mampu menembus pembaca hingga jutaan manusia. Buku terkini Antologi puisi Menolak Korupsi 2013 kurang lebih ditulis oleh 260 penyair Indonesia dan Buku Tifa Penyair Nusantara 2013 ditulis oleh 116 penyair Indonesia ditaksir telah menembus angka 500.000 pembaca. Jika setiap penyair memiliki keluarga, teman, fans, dan anak asuh sastra di sanggar saja maka setiap penyair mambawa 200 pembaca buku tersebut. Maka buku antologi-bersama akan menembus puluhan ribu pembaca.
Sengaja penulis tidak menghitung buku yang dicetak. Menghitung pembaca dari buku yang dicetak akan sulit ditaksir. Kecuali buku tersebut telah terjual dan menjadi best seller. Ini juga dengan menggunakan prinsip buku yang terjual pasti dibaca pembelinya meskipun tidak semua pembeli buku membaca buku yang dibelinya sampai tamat.
Keunggulan buku antologi-bersama secara geografis terkadang memenuhi keterwakilan publik di suatu daerah. Hal demikian dikarenakan sastrawan biasanya merupakan tokoh masyarakat di daerahnya. Semakin banyak keterwakilan sastrawan dari berbagai daerah , bahkan daerah terpencil maka semakin banyak jumlah pembacanya.
Antologi bersama sangat menguntungkan nama penyairnya dikarenakan melalui buku itu masing-masing dikenalkan kepada penyair lainnya dalam buku itu. Yang sudah populair akan semakin dikenal masyarakat dan yang baru meniti tangga mulai dikenalkan lewat karya dalam buku itu.
Antologi yang demikian menjadi Antologi puisi yang berstandar nasional pada ukuran pembaca. Demikian karena ukuran kelayakan sebuah buku adalah layak dibaca dan pernah dibaca. Contoh saja misalnya dalam lomba perpustakaan, ukuran keberhasilan adalah pembaca. Terbiasa sekali juri lomba perpustakaan mengukur jumlah pengunjung sebagai faktor utama, bukan gedung dan bukan bukunya yang tebal-tebal dan mahal.
Antologi bersama memerlukan standar isi agar bermutu. Karenanya perlu menampilkan team penyeleksi puisi peserta antologi. Bukan peserta antologi tetapi karya peserta itu. Jadi dua hal penting antologi bersama yakni pembaca dan puisi peserta antologi.
Hal pembaca sastra Indonesia kebanyakan didominasi pelajar dan mahasiswa pada status sosial lain masih demikain rendah. Menempati uriutan kedua adalah pendidik. Pembaca sastra Indonesia banyak dimotori/digelorakan oleh para pendidik itu kepada siswa dan mahasiswanya. Andai saja mereka turut membatu karya sastrawan, maka pembaca sastra Indonesia akan meningkat, sebab sepertiga jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak dan remaja!
rgbaguswarsono, 5-1-14

Soei Rusli PEMUTUS TAKDIR

Soei Rusli


PEMUTUS TAKDIR


Tuhan mereka mati bergelimpangan jalan
Hambamu
Ciptaanmu
Kami bertasbih
Bermohan hampu
Sujud
Dan berdoa

Mereka telah merusak bumimu
Jangan dosanya limpahkan
Jangan kutukkan berikan
kepada kami
Hambamu
Rapuh tak berdaya

#tarianjiwa 2020

Wanto Tirta LAUTAN WAS-WAS

Wanto Tirta

LAUTAN WAS-WAS



Lautan was-was bergelombang meneror warga

Lantara siaran Bupati menyebutkan

Satu warga desa positif korona

Rasa gundah melanda

Dari lorong-lorong desa



Kaget



Menjelma ketakutan massal

Lautan was-was ada di mana-mana

Desaku tercinta gelisah

Orang-orang saling curiga

Membenci dan mengutuk

Kita kehilangan keseimbangan

Kekhasan warga desa gotong royong dan ramah

Adab bertetangga saling membantu menguatkan

Seperti hilang begitu saja

Cinta tercerai-berai



Lautan was-was menyesaki jiwa

Menghantui rumah-rumah warga

Lampu terang seperti buram bahkan gelap

Siang benderang bagai sunyi padang alang

Kerisik angin duka menggoyang sendi-sendi kesetiakawanan



Sedulur ini pageblug

ati-ati lan waspada

Bukan wabah biasa

Harus dihadapi dengan cara luarbiasa

Tidak sekedar waspada dan usaha

Kekuatan dzikir dan doa bagian dari pasrah

Kepada Tuhan pencipta wabah



Lautan was-was jangan dibiarkan merajalela

Perangi dengan iman taqwa

Kedepankan optimis menangkis pedih

Kembalikan cinta pada sesama

Dengan diam di rumah saja

Beri spirit untuk terinfeksi

Mohon doa illahi

Korona minggat warga sehat wal afiat



24032020

sedulur = saudara

pageblug = sakit menular

ati-ati lan waspadha = hati-hati dan waspada







Wanto Tirta

BELAJAR DIAM DI RUMAH



Belajar diam diri di rumah

Menikmati rumah kenangan orang tua

Riuh korona tetap tenang

Bersama istri dan lima anak

Empat di rumah

Satu kuliah di kota



Belajar diam diri di rumah

Semangat ibadah dzikir dan doa

Nikmati waktu sukur alhamdulillah

Mengharap berkah dari segala tingkah

Rejeki datang dari segala arah

Tetap ada tak bakal tertukar



Rasa sepi tentu ada

Tak membuat aku lari

Tetap kuhadapi tak kenal letih



Sekian hari berdiam diri

Memupuk cinta bertubi-tubi

Merenda asa setinggi langit

Meretas rindu cinta sejati



Korona bikin ulah

Korona bikin resah



Belajar diam diri di rumah

Dengan bijak ambil hikmah

Bila Tuhan kehendak

Kun faya kun



29032020





Wanto Tirta

JALAN SUNYI



jalan sunyi

kutemukan rindu di seberang

mudik tak bisa

makan sekedar bertahan

apa hendak mau bilang



jalan sunyi

kutemukan hantu tiap waktu

ketuk hati nasib tak tentu

langit biru menahan rindu

hari-hari terbelenggu



jalan sunyi

tangis keluarga di desa

lantaran hati terbagi dua

ayah merantau di kota

anak istri di desa



jalan sunyi

menanti kabar waktu berakhir

menuai masa biasa lagi

memburu rejeki

demi periuk nasi isi



jalan sunyi

tertuju arah bersaksi

illahi maha segala sunyi

tempat kembali temui



jalan sunyi

mengantar dzikir

ikhtiar hati sisihkan covid19 pergi



04042020






Wanto Tirta

Lahir dan besar di Desa Kracak Kecamatan ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.

Orang biasa saja dari keluarga petani. Ingin mengalir sampai jauh. Dengan menulis, usia tak pernah habis.

Bergiat di Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI), teater Gethek, Paguyuban Kethoprak Kusuma Laras dan pernah main wayang orang. Menulis puisi, guritan, parikan maupun cerpen/cerkak.  (sejenis puisi dalam bahasa Jawa). Pernah menulis naskah drama.

Sebagai penggiat literasi selalu menebarkan semangat menulis pun membaca keepada siapa saja.

Aktif membaca puisi dan guritan di forum apa saja, baik resmi maupun tidak. Aktifitas memopulerkan guritan penginyongan lantas mendapat penghargaan bidang sastra Gatra Budaya dari Pemkab Banyumas (2015) dan menjadi nominator Penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa tengah sebagai tokoh Penggiat Sastra dan Bahasa Daerah (2017). Pernah dinobatkan sebagai Penyiar Favorit di Radio Swasta Ajibarang (1997). Mendapat julukan Presiden Guritan Banyumas.

Puisi-puisinya termaktub di beberapa antologi puisi nasional maupun Asean.

Beberapa guritannya masuk di beberapa antologi guritan bersama. Satu guritan judul Nonton Ronggeng menjadi guritan terbaik lomba nulis guritan HUT PGRI Kab. Banyumas (2004)

Sekarang mukim di Desa Kracak RT 3 RW I Gang Tirta No. 024 Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah 53163 dapat di kontak lewat : Email : wantotirta@gmail.com Telf. 085291826565



Minggu, 05 April 2020

.Firman Wally SEMENJAK KORONA MEWABAH

78.Firman Wally

SEMENJAK KORONA MEWABAH


Semenjak korona mewabah
ke seluruh penjuru dunia
tangisan menggema di mana-mana
Balita sampai yang manula
turut merasakan pahitnya air mata

Dari Cina sampai dengan negara kita Indonesia
yang dulu meriah
kini tlah menjadi mati sunyi senyap di mata dunia

Di mana bahagia yang dulu ada
di mana senyuman yang dulu bergelora
Semenjak korona memeluk raga
Serasa bernyawa, namun tak berdaya
Ambon, 05 April 2020

Firman Wally, pria kelahiran Tahoku 03 April 1995, lulusan UNPATTI  jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia. Ia merupakan alumni SD INPRES HILA, SMP N 1 LEIHITU dan SMA N 1 LEIHITU.  Puisi-puisinya sudah termuat di berbagai antologi  bersama,  seperti "Kitulis Namamu di Batu, Puisi Negeri Sawit, Gus Punk, Sajak-Sajak Pahlawan, Bulan-Bulan Dalam Sajak, Kita Adalah Indonesia Seri 2, Dongeng Nusantara Dalam Puisi, Menenun Rinai Hujan Bersama Eyang Sapardi, Tanah Bari, Pasaman, dll". Sekarang aktifitasnya Berkuliah sembari menulis.

RYAN ARIA ARIZONA PESAN TERSEMBUNYI DI BALIK COVID - 19

77.RYAN  ARIA  ARIZONA 

PESAN TERSEMBUNYI DI BALIK COVID - 19

 Udara di bumi memang sudah tercemar
Bukan wuhan penyebabnya namun manusia serakah
Penghuni bumi itu sendiri
Corona!covid-19 itu Cuma sebagai media peringatan
Kau lihat ikan – ikan di sungai tak bisa bernafas
Gara – gara habitatnya kau racun dengan limbah – limbah industri
Dan cairan kimia obat batik
Kau lihat mereka mati makan sampah plastik yang kau buang
Seenak udelmu
Kau lihat kau biarkan kucing – kucing jalanan kelaparan kemudian
Mati kau hinakan di jalan
Mana sosialmu sebagai penjaga alam!
Kau malah perusak alam
Apa kau dengar burung – burung kesakitan mati kau tembaki
Dengan senapan sambil tertawa pamer di facebook
Kau ini manusia atau keturunan dajjal
Kau biarkan keturunanmu bermain dengan itik – itik ayam
Yang kau warnai kemudian sayapnya di patahkan oleh keturunanmu
Dan kau Cuma diam
Sungguh bajingan
Kau lihat tikus – tikus mati dalam kesakitan kau pasang perangkap penjepit
Coba bayangkan kau yang di posisi mereka
Kini CORONA datang kalian memborong masker,hand sanitiezer,alkohol dan
Semua bahan pelindung sampai para dokter dan perawat menangis tak dapat bagian
Dokter,perawat mereka berjuang antara hidup dan mati
Mendatangi virus untuk melenyapkannya
Kalian menjauh namun kufur,serakah,ingin selamat sendiri
Dokter TIRTA berjuang sekuat tenaga menangani virus corona
Dia bangun rumah sakit bareng dompet dhuafa
Anne Avantie Produksi APD untuk Tenaga Medis Lawan Corona
Yang dia berikan secara Cuma – Cuma
Dokter – dokter,perawat yang berjuang menangani virus corona
Sampai tidur Cuma 3 jam
Banyak diantara mereka yang mati karena terpapar corona
Karena kelelahan, Tapi mati mereka syahid
Coba lihat apa yang kita berikan atau sumbangkan dalam
Keadaan segenting ini!
Malah teriak – teriak minta gaji,gara – gara lock down
Ayolah berpikir,jangan berdiam diri,lawan corona
Dengan saling berbagi kebaikan kepada sesama
Kepada mahluk – mahluk ciptaan ALLAH swt
Ambilah hikmah dari semua ini
Agar kita cinta kebersihan,agar kita peduli
Bukan menyelamatkan diri sendiri saja
Ada yang mati di kampungmu malah kalian
Halang – halangi untuk dimakamkan karena pengidap corona
Coba mikir,kalau itu nasib kalian!
Berpikir rasional,bahwa kita sebagai mahluk sosial
Bahwa kita sebagai mahluk ciptaan ALLAH swt
Semoga corona cepat berlalu
SOMBRERONET , 5 APRIL 2020


RYAN  ARIA  ARIZONA  atau yang kerap dipanggil ARYA.merupakan lulusan  KPC PKBM BENDAN JAYA PEKALONGAN tahun 2008,saat ini sedang melanjutkan study di IndonesiaX dalam jurusan PENGANTAR PENYIARAN UNTUK PERTELEVISIAN
Selain suka menulis,dia juga seorang pencipta lagu dan gitaris dari grup band WILHELMINA.
Bersama WILHELMINA Pernah mengeluarkan album di tahun 2013 yang bertajuk MENERUSKAN PERJALANAN dengan single andalan yang berjudul MENGHARAPKANMU,bisa juga dilihat di youtube







Gampang Prawoto RUANG RINDU

76.Gampang Prawoto

RUANG RINDU

ruh
tak kasat
ruh tak berjasad
dulu bernana dhemit gendruwo wewe  banaspati kemamang jrangkong thethekan engklekengklek, lalu berasmak iblis jin setan, dan kemarin menjadi kuman juga virus
ruh
ruh tersesat
dari keji bengis biadab perbuatanmu
kini menjelma hantuhantu gentayangan mengejar detak langkah langkahmu seperti pagi memburu malam menghisap gelap
"urip ning mati, mati ning urip"
ruh
tak kasat
ruh tersesat
ruh tak berjasad
memburu
"hidup tak berkehidupan", "kehidupan tanpa kehidupan".
sesungguhnya hidup ruang rindu kehidupan.

Sastrowidjojo,20032020









PIKUN

detik
detik mengalir darah
memerah wajah penghuni bumi
menghargai dan menghormati
seolah saling membenci
tegur sapa saling menanti
cadar memberangus senyum
teguk tegukan tawarkan haus
udara asing dari hiruk hirup pikuk
raba rasa terlahir pikun
tanpa nadi nadi kehidupan.

detik
detik memenjarakan berahi
jalan pertokoan perkantoran tanpa penghuni
langgar tiada a,i,u, sekoalah tiada itu, dan ini
kampus oh yes oh no sepi
virus mengancammu mati
hati hati membunuh hati.

Sastrowidjojo,24032020













TITIK NOL PERADABAN BARU


rajut benang sesobek kain
membungkam hidung dan mulut
pengap udara sesesak kata memjahit kalimat
musim menanam curiga
riuh angin melempar gemuruh petaka
lembut jemari tanpa saling tegur sapa
ribu misteri berjuta makna
langkah langkah tertatih lumpuh
serupa perang tanpa memilih hidup atau mati 
mana kawan dan mana lawan
serapah kisah kasih cinta rama dan sinta
namun rahwana tetap mengulun memakannya 
lubang lubang terkatup menahan hawa
menunggu hingga hujan reda
kelamin kelamin terkebiri
sisa sisa nyali
mati suri
kembali
semua umur seluruh nyawa pertaruhan
menuju
titik nol
detik dimulai
gerimis merintik membasah bumi
semai sisa masa lalu
benih peradaban baru.

Sastrowidjojo,28032020






VIBRASI HATI
masih
mampukah jazad membedakan
riuh lantunan angin dan suara napas
napas napasmu dengan napsu napsumu
suara
daun luruh terus berbisik
lirih desah luka membalut duka
desir angin mewujud bayang bayang
seperti tutur leluhur ruh jahat memedi menghantui
fisik alam masih pada daya persinggungan frekwensi
dunia medis berkutat firus kuman dan bakteri
jagad samadi energi negatif labuh ruang media ekspresi
Vibrasi rasa kata petualang
dalam pengembaraannya masih mencari virus cinta
yang menyelinap bersemayam di hati.
Sastrowidjojo,16032020
Gampang PrawotoMenulis dalam bahasa Jawa dan Indonesia dan sering menggunakan nama samaran Sastrowidjojo. Pria kelahiran 23 Oktober 1971 di Bojonegoro ini pernah kuliah jurusan Bahasa dan Sastra Universitas Adi Buana Surabaya dan  UMM Universitas Muhammadiyah Malang. Sehari-hari aktif mengajar di SDN Pejambon Sumberrejo Bojonegoro. Carik di Sanggar Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB), anggota Kostela Lamongan, Among di “Sanggar  Sastrowidjojo" dan ketua LKD “Lembaga Kebudayaan Desa Pejambon”. Antologi tunggalnya mendapat penghargaan Balai Bahasa Jawa Timur 2014 selain Puser Bumi (2013) yang pernah terbit adalah Babat Windu (1997) dan Suluk Berahi (2017).Puisi dan geguritannya terbit di sejumlah media, seperti Majalah Sastra Indhupati, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Damar Jati, Pujangga Anom, Radar Bojonegoro, Jurnal Tempe Bosok Solo, Tabloit Serapo, Majalah Panji, dan media cetak  lainya.

PENYAIR INDONESIA MENCACAT PERISTIWA NEGERI


Sabtu, 04 April 2020

Diantara Penyair penyair Corona





Gilang Teguh Pambudi. STAY AT HOME

Gilang Teguh Pambudi.

STAY AT HOME

aku naiki piring
dengan sendok dan garpu
mendayung laju
pulau beribu
mengarungi lautan berita
"Hati-hati virus corona!"

setelah minum vitamin harian
sembunyi dalam masker
yang membekap lagu-lagu

maaf, dalam wangi sabun tangan
aku juga jaga jarak
seperti pada kesepakatan
yang sudah diumumkan negara

di dalam piring aku terombang-ambing
mengikuti liukan kain bendera
juga saat hujan badai 
sendirian, juga tanpa kekasih
memetik sebanyak mungkin buah zikir
memahami lagi prinsip orang baik
selamat lahirbatin dimulai dari diri sendiri

Kemayoran, 29032020
------

CORONA DAN ALKOHOL

menggigit dingin begini
hangat tubuh flu dan kuyub
seperti sisa daya tahan
yang terlempar dari taksi ke dalam hujan

tetap memakai masker
yang harganya merambat menaiki deras

memasuki gedung dan kerumunan
tanganku basah
oleh antiseptik dengan aroma alkohol
yang merebak dunia
bunga tujuh rupa 
tidak sekadar upacara terkenang korban corona
sebab memang kita mau menang
sehat segala suasana

amin

Kemayoran, 11032020
-----

JAKARTA MASKER

tidak cuma karena Jakarta
ini info ibu kota
Jakarta Masker, populernya
dari Jakarta ke seluruh peta Indonesia
sebab negara sedang kerja
anti corona

lalu kita mengingat tiga masker Jakarta
pertama, masker kemarau karena takut debu
sebagai pesan moral
agar hidup selalu selamat dari parahnya kemarau

kedua masker hujan
agar tubuh yang tenggelam dalam jas hujan
bahkan bajir
masih bisa menemui sisa hangatnya
semacam sentrum anti sesatnya
mengamini nasihat langit untuk waspada
pada sengitnya bumi yang dingin,
basah dan berpenyakit

ketiga masker corona sebagai ancaman suatu ketika
agar hidup terbebas dari amarah yang serba tiba-tiba
menyerang dan menyergap
dalam pengap

Kemayoran, 19032020
------

TENTANG PENULIS
STAY AT HOME
aku naiki piring
dengan sendok dan garpu
mendayung laju
pulau beribu
mengarungi lautan berita
"Hati-hati virus corona!"
setelah minum vitamin harian
sembunyi dalam masker
yang membekap lagu-lagu
maaf, dalam wangi sabun tangan
aku juga jaga jarak
seperti pada kesepakatan
yang sudah diumumkan negara
di dalam piring aku terombang-ambing
mengikuti liukan kain bendera
juga saat hujan badai 
sendirian, juga tanpa kekasih
memetik sebanyak mungkin buah zikir
memahami lagi prinsip orang baik
selamat lahirbatin dimulai dari diri sendiri
Kemayoran, 29032020
------
CORONA DAN ALKOHOL
menggigit dingin begini
hangat tubuh flu dan kuyub
seperti sisa daya tahan
yang terlempar dari taksi ke dalam hujan
tetap memakai masker
yang harganya merambat menaiki deras
memasuki gedung dan kerumunan
tanganku basah
oleh antiseptik dengan aroma alkohol
yang merebak dunia
bunga tujuh rupa 
tidak sekadar upacara terkenang korban corona
sebab memang kita mau menang
sehat segala suasana
amin
Kemayoran, 11032020
-----
JAKARTA MASKER
tidak cuma karena Jakarta
ini info ibu kota
Jakarta Masker, populernya
dari Jakarta ke seluruh peta Indonesia
sebab negara sedang kerja
anti corona
lalu kita mengingat tiga masker Jakarta
pertama, masker kemarau karena takut debu
sebagai pesan moral
agar hidup selalu selamat dari parahnya kemarau
kedua masker hujan
agar tubuh yang tenggelam dalam jas hujan
bahkan bajir
masih bisa menemui sisa hangatnya
semacam sentrum anti sesatnya
mengamini nasihat langit untuk waspada
pada sengitnya bumi yang dingin,
basah dan berpenyakit
ketiga masker corona sebagai ancaman suatu ketika
agar hidup terbebas dari amarah yang serba tiba-tiba
menyerang dan menyergap
dalam pengap
Kemayoran, 19032020
------
TENTANG PENULIS
Gilang Teguh Pambudi. Dikenal sebagai Seniman Radio, penyair, dan Pembina Komunitas Seni. Setelah meninggalkan bangku mengajar, berbekal bakat seni dan sertifikat peserta terbaik nasional pendidikan jurnalistik FP2M Jakarta (1991), memilih fokus aktif di radio sebagai jurnalis, penyiar, Programmer dan Kepala Studio. Penyair yang pernah aktif sebagai jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini, juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio, terutama karena aktivitasnya sebagai ketua yayasan seni Cannadrama. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPGN. Puisi-puisinya telah terbit dalam berbagai buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Data diri kepenyairannya bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia. Empat buku antologi puisi terbarunya yang telah diterbitkan oleh penerbit J-Maaestro adalah JALAK (Jakarta Dalam Karung),TAGAR (Tarian Gapura), Mendaki Langit, 100 Aksi Puisi Pramuka, dan ZIRA (Planetarium Cinta). Satu buku serba-serbi dunia puisi yang telah terbit, Dinding Puisi Indonesia.
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com . Dikenal sebagai Seniman Radio, penyair, dan Pembina Komunitas Seni. Setelah meninggalkan bangku mengajar, berbekal bakat seni dan sertifikat peserta terbaik nasional pendidikan jurnalistik FP2M Jakarta (1991), memilih fokus aktif di radio sebagai jurnalis, penyiar, Programmer dan Kepala Studio. Penyair yang pernah aktif sebagai jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini, juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio, terutama karena aktivitasnya sebagai ketua yayasan seni Cannadrama. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPGN. Puisi-puisinya telah terbit dalam berbagai buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Data diri kepenyairannya bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia. Empat buku antologi puisi terbarunya yang telah diterbitkan oleh penerbit J-Maaestro adalah JALAK (Jakarta Dalam Karung),TAGAR (Tarian Gapura), Mendaki Langit, 100 Aksi Puisi Pramuka, dan ZIRA (Planetarium Cinta). Satu buku serba-serbi dunia puisi yang telah terbit, Dinding Puisi Indonesia.
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com 

AZTI KINTAMANI K. SIMPONI PELINDUNG DIRI

 AZTI KINTAMANI K.



SIMPONI PELINDUNG DIRI



Dengan pakaian rapat, orang-orang meyakini

hidupnya sehat, taat dan bertiketkan surgawi

Nyatanya para korban ditembus mati pandemi

tanpa ibadah dan tatap famili, pergi kekal sendiri

Pakaian, kekayaan tak kan menjamin hidup abadi



Udara memanas, keringat kerja mengucur deras

Covid-19 mati melemas, tenaga medis terbebas

tapi di muka ada tanda berbekas, hatipun cemas

Semuanya ini peringatan dini, agar orang kembali

pada kesadaran, kesehatan itu hidup berharmoni



Tapi bagaimana itu terjadi, bila saling mendominasi

Tidak seperti apresiasi di studio alam yang jujur ini

walau ada perbedaan tapi kuat dalam kebersamaan

Bukankah itu hakekatnya pakaian saat kedaruratan

menjadi simponi yang melindungi dan menghibur diri



*) Studio Alam Asri, Sumedang,  2 April 2020

 AZTI KINTAMANI KERENHAPUKH, lahir di Sumedang, pada tanggal 19 Mei. Aktif menulis sejak aktif di Kastaf Teater Holistik Bandung. Karya antologi Puisi Fasionastiknya : Simponi Butik Paradewi, Negeri Hilang Puteri, dan Rherajin. Kinta yang pernah Juara Cipta Puisi-FL2SN; Cipta Sastra Disbudpar ini, juga menulis antologi cerpen dan novel : Panpan Langlang Sungai Han, dan Kindasa. Pemenang dalam festival film pendek : Tunas, Tiang, The Bottle, dan Cipta-Baca Puisi APWIA ini, pernah aktif di Saka Dirgantara, Sasasi-Sanggar Sastra Literasi Indonesia, dan GBJC Ministry. Karya antologi bersamanya : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019). Selain sebagai jurnalis dan redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Adonaisa, Bintang Pro-Post, Kinta juga aktif melatih di Sanggar Griya Prima, Studio Alam Asri, Rumah Hati Literasi Sumedang. **(AKK) ***














SANUR KEZIANDARI RESEP SAJAK DI RUMAH SAJA

 SANUR KEZIANDARI



RESEP SAJAK DI RUMAH SAJA



Bila kita kini mesti taat mengisolasi diri

bekerja, belajar, ibadah di rumahnya sendiri

Bukankah itu saat indah pemulihan famili

dengan banyak waktu, dan perjumpaan hati

Seperti kami di sini, berliterasi dan berpuisi



Untuk apa wabah dinyinyir dan diperdebatkan

bila tak ada aksi kebaikan dan pertolongan

itu hanya jadi virus baru bagi dungunya pikiran

Sebaiknya kita buat resep di rumah senang

kiat riang agar Corona kecewa pergi menghilang



Tragedi ini dapat membuat kita bijak belajar

menata hidup dalam harmoni dan bekal kekal

Sehingga tak gampang dibodohi dan terpapar

Sehingga kita paham tentang nilai yang besar

rumah dengan puisi, itu resep indah dan benar



*)Studio Wonderfull, Bandung, 29 Maret 2020


SANUR KEZIANDARI, lahir di Bandung, pada tanggal 27 Maret. Aktif menulis sejak aktif di Sanggar KASTAF Teater Holistik Bandung. Karya Antologi Puisi Restorastiknya : Eksodus Milenial, Cermin Ion Enterpraise, Biola Kafe Istana, dan Rherajin. Sanur yang pernah Juara Cipta Monolog, Cipta Cerpen LKBN Kompaxindo, pemenang festival film pendek : Dedaun, Tiang, Hidangan, dan Cipta Skenario-APWIA ini, karya puisinya diterbitkan dalam antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018), Wanita Guru Bangsa (2019). Sanur yang pernah giat di Saka Dirgantara, GBJC Ministry, Sanggar Sasana (Sastra & Literasi Nasional), ini juga menulis antologi cerpen dan novel : Restonarasika, dan Sankona. Selain aktif sebagai redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Fokus-Transukses, Adonaisa, Sanur juga aktif melatih di Sanggar Hereditas, Studio Wonderfull dan Slisaf Teater Prosesi. **(SK) ***







PROFIJESARINO UBUD DH. LAYAR MERETAS COVID-19


PROFIJESARINO UBUD DH.



LAYAR MERETAS COVID-19



Saat bumi diseliputi wabah Corona

para malaikat menontonnya di angkasa

di layar kisah dunia di bioskop semesta

Mereka tertegun dengan tingkah manusia

masih tak pandai memaknai alur cerita



Padahal skenarionya telah masif dan pasti

Sehebat apapun protagonis bila terinfeksi

perjuangannya berat antara hidup dan mati

Dalam episode ini, antagonis begitu ngeri

mereka seolah terdeteksi tapi tetap misteri



Diiiring hujan Aprll yang tak lazim berjatuhan

Para korban corona telah jatuh dikebumikan

dalam takut dan tanpa ritual akhir penghormatan

Layar meretas Covid-19 semestinya menginsafkan

betapa penyakit dan maut, itu tragedi kemanusiaan

bisa diakhiri dan tak terulang, dengan pertobatan



@Studio Seni Baris Baros, Cimahi,  29 Maret 2020

PROFIJESARINO UBUD Dh., lahir di Kota Bandung, tanggal 7 April. Aktif menulis sejak aktif di Kastaf Teater Holistik Bandung. Karya Antologi Puisi Sinemaslawistik-nya seperti: Genesis Metropolisa, Ekspedisi NugNeg & Pakde Sastra, dan Siluet Layar Emas, dan Rherajin. Ubud yang kini sebagai youth leader redaktur eksekutif di grup media Patrolindo-Asia, Adonaisa, Mika-Magistra, Fokus-Transukses ini, karya literasinya diterbitkan dalam Antologi Bersama : “Semangkuk Sup di Malam Kudus”, Haiku Melawan Korupsi – HAKI, Negeri Bahari, Haiku : Pohon Rasa, Wanita Guru Bangsa, dan RHERAJIN, Selain studi S-1 dan S-2 secara Triple Degree, kini Ubud juga aktif di Studio Teater, Film dan Sastra:  Baris Baros Cimahi, Wakil Sekjen HIPWI, DPP APWIA, serta Director di PH Master Vision 45, Slisaf Teater Prosesi. Pegiat literasi ini karyanya juga sering menjuarai festival film pendek, sastra dan fotografi. (PUD) ***

Azizah Rifada Muhallima Saat ini

71.Azizah Rifada Muhallima


Saat ini

Aku yang seperti napi di negriku sendiri
Aku yang seperti orang asing di negriku sediri
Aku yang seperti terjajah di negriku sendiri
Kedatangan sesuatu asing membuatku terisolasi
Pondok ramaiku berubah sunyi
Sekolah tempatku ngangsu kaweruh berubah sepi
Pasar tempat ramaipun berubah sepi tanpa interaksi
Masjid melompong tertinggal pergi
Gereja gereja hening
Kuil kuil tampak ngeri
Saat ini
Aku asing di negriku sendiri



nama : azizah rifada muhallima



Nama :azizah rifada muhallima , alamat : cendana dawe kudus


Uswatun Khasanah CEPAT PERGI!

67.Uswatun Khasanah

CEPAT PERGI!

Duka terjadi di bumi pertiwi
matahari enggan bersinar lagi
redup sedih meratapi
keluh takut penduduk bumi.

Corona menghampiri, merambat
Menyebar begitu cepat
masyarakat panik sekarat
Seakan bumi digoncang kiamat

Kini;
tidak asing lagi bagi telinga
mendengar tangisan duka saudara,
tidak asing lagi bagi mata
saksikan keranda berjalan tanpa roda,
tidak asing lagi bagi mulut
berbicara maut gampang saja.

Masa ini, terjadi isolasi
aku bak terpenjara di dalam jeruji
perut keroncongan, siapa peduli?
Ekonomi membusuk, hutang melambung tinggi.

Semua orang menggigil
termasuk diriku ini
entah, kedinginan atau kelaparan.

Isolasi diri
sepi rumah Tuhan
apalagi;
pasar-pasar dan sekolahan.



Wahai corona!
Tidakkah puas kau lihat
Tangisan penduduk bumi
melerek air mata tanpa henti
pilu, perih, merintih.

Wahai corona!
Mau berapa nyawa lagi
bukankah sudah banyak kau telan nyawa
sebagian insan di dunia?

Lalu;
mau apa lagi, siapa lagi?
cepat pergi!
tugasmu selesai,
cepat pergilah dari sini.

Gresik, 28 Maret 2020

Uswatun Khasanah. Lahir di Gresik pada 04 Desember 2000. Terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Budaya dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain sebagai mahasiswi juga bergiat aktif di Teater DII di fakultasnya dan beberapa komunitas sastra di luar kampus. Menulis puisi, cerpen, novel, dan kata-kata bijak. Puisinya terangkum dalam berbagai antalogi bersama dan termuat di beberapa media massa, salah satunya puisi berjudul Teriakkan Anak Negeri ada dalam antalogi Puisi Menolak Korupsi 7 – Negeri Tanpa Korupsi (Buana Grafika, Nopember 2018). Memiliki hobby membaca puisi dan menulis. Beralamat di Jl. Pelita III Randuboto RT 1 RW 1 Kec. Sidayu Kab. Gresik, 61153. Email :uus.sholihah123@gmail.com

Dwi Wahyu Candra Dewi LANTUNAN DOA PENYEKA AIR MATA

68. Dwi Wahyu Candra Dewi
LANTUNAN DOA PENYEKA AIR MATA


Saat mereka terpapar, kita sempat tertawa
Saat mereka terkapar, kita serasa lega
Apa yang terjadi pada hati dan pikiran kita?
Apa karena beda bangsa, beda negara, hingga kita mati rasa?

Paparan itu kian dekat dengan kita
Mata kita mendadak rabun akan zat-Nya
Hati kita mendadak bergejolak hingga memudarkan percaya pada-Nya
Bahkan tak pelak, saling tuding mencari pembenar hingga lupa siapa kita.

Di sudut lain benar-benar telah mati suatu hati
Tatkala meraup untung dengan harga tinggi pada sebuah alat pelindung diri.
Entah, hilang terkikis rasa manusiawi insan di bumi
Hingga tak terima jasad tuk di kebumi korban pandemi

Sebagian dari kita hilang peduli tanpa takut lara mendera
Mereka tak tahu, bukan ketakutan semata adanya
Kita ini ingin lebih banyak waktu untuk bersyukur.
Mensyukuri dalam ikhtiar dan tawakal di jalan-Nya.

Usia tiada yang tahu selain Maha Penentu
Ketetapan menjadi mutlak bagi Maha Kehendak
Banyak belajar pun renungan dalam setiap gerak
Dalam lantunan doa tuk penyeka air mata
Blora, 3 April 2020