Senin, 14 Oktober 2019

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi penulis Muhammad Kanzunnudin

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Penulis : Muhammad Kanzunnudin
Penerbit : yayasan Adhid]gama,
Kota Terbit : Kudus
ISBN : 978-979-97438-48
Cetajan pertama 2010
285 halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Bunda Ram Karya Bunergis Muryono

Aku tidak tahu apakan Bunda Ram yang dimaksud Mas Yono Bunergis Muryono dalam antologi Bunda Ram (Ratu Ardenareswari Masceti) masih hidup atau telah tiada tetapi buku ini merupakan puisi kekaguman penyair akan tokoh seseorang. Namun bukan berarti tidak merupakan biografi, antologi ini menceritakan banyak hal tentang tokoh itu (Bunda Ram)

Puisi kekaguman bahkan banyak puisi hingga menjadi buku antologi seperi Bunda Ram (Ratu Ardenareswari Masceti) karya Mas Yono Buanergis Muryono bukan barang baru di Indonesia, seperti halnya Chairil Anwar menulis tentang Diponegoro. Namun jika puisi itu begitu banyak sehingga menjadi sebuah antologi seperti Bunda Ram karya Mas Yono Buanergis Muryono adalah sesuatu yang baru karena menjadi sebuah buku utuh antologi. Antologi kekaguman biasa merekam jejak sang tokoh (Bunda Ram) tokoh tersebut tak perlu tokoh nasional atau dunia bisa tokoh yang menurut pandangan penyairnya adalah sososk yang harus ditulis, seperti penulis-penulis Jepang membuat Biografi kakek buyutnya. Yang jelas buku Bunda Ram karya Mas Yono Buanergis Muryono patut diperhitungkan di jajaran antologi nasional dewasa ini.

Untuk membuka tabir secara singkat antologi Bunda Ram harus mebaca utuh satu antologi, namun demikian jika penulisnya, Mas Yono Buanergis Muryono hendak menjelaskan siapa Bunda Ram akan lebih bersahabat dengan calon pembaca. Mungkin juga , kadang teka-teki menjadi modal utama untuk ketertarikan baca. Namun yang jelas siapa Bunda Ram , Mas Yono Buanergis Muryono yang harus menjawabnya ! Atau Anda bisa membaca isi dalam tanda kutip, maka Anda akan menemukan siapa Bunda Ram.


Bunda Ram 
Ratu Ardenareswari Masceti
Karya Bunergis Muryono
Penerbit : Litera, Tulang Bawang Lampung
ISBN : 978-602-5961-35-9

Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia

Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia, Bahan Pengayaan untuk sekolah menengah dan Perguruan Tinggi. karya Rg Bagus Warsono// Buku bagusBuku untuk peganganpelajar / mahasiswa atau guru/dosen .memperkaya wawasan dan pemahaman apresiasi sastra Indonesia.
Sebuah buku Pengayaan bagi siswa sekolah menengah dan mahasiswa atau buku pegangan guru sekolah menengah dan dosen sastra Indonesia sebagai acuan yg memperluas pemahaman . Bahwa sastra Indonesia saat ini ternyata tak sekedar diam dan tak sekedar teriak. Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia karya Rg Bagus Warsono. yang mencatat bahwa ada sesuatu karya penyair Indonesia yg perlu diketengahkan karena karya itu memiliki bobotnya tersendiri dalam sastra Indonesia.
Menanggapi kesan "penyairnya lebih dikenal ketimbang puisinya. Atau dalam kata lain Penyairnya 'lebih dahulu berlari ketimbang antologinya, Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia, jawabnya. Memotret puisi indah itu selera pemotret, Tetapi Rg Bagus Warsono berusaha agar potret itu diterima sebagai kenang2an di zaman modern spt sekarang ini. Ternyata banyak penyair bagus dengan karya yg layak di catat sebagai penyair sesungguhnya di zaman modern.

Penyair dan Pembaca Puisi

Kita mulai dng mengasah kecerdasan. Di Lumbung Puisi Anda harus cerdas agar menjd kuat. Kecerdasan itu didapat dari membaca, pengalaman, dan logika berfikir yang juga dari membaca dan pengalaman.
Unt menjd penyair, yg pertama hiraukan dahulu masalah baca puisi, sbb pembaca puisi dan penyair memiliki perbedaan yg sangat jauh.
Ada penyair baca puisi, ada pembaca puisi membaca puisi, dan ada diluar yd disebutkan itu jg membaca puisi.
Jika memang 3 golongan pembaca puisi (pembaca puisi membaca puisi, penyair  membaca puisi, dan yg diluar yang disebutkan  membaca puisi) dalam event pertemuan sastrawan maka Anda harus paham dalam perumpamaan lain  bahwa " tidak semua juri lomba baca puisi itu pandai membaca puisi."
Jika seseorang piawai mencipta syair puisi dan sekaligus piawai membaca puisi maka ia memiliki multi talenta.
Unt membuktikan seseorang memiliki multi talenta maka kedua produk dr predikat dr subjek ke2nya diuji oleh dua ahli bidang masing2.
Sedangkan Untuk menguji sendiri sejauhmana baca puisi Anda bernas atau tdk, rekam tanpa gambar dan apresiasikan pd orang lain.
Kesimpulannya penyair tak harus piawai membaca puisi dan sebaliknya pembaca puisi tak harus seorang penyair.

Rabu, 18 September 2019

Visi Misi Lumbung Puisi

Lumbung Puisi


Visi :Terwujudnya Sastra Indonesia yang terpelihara
Misi :
1.Mengangkat mereka yg berkarya universal.
2.Mengupayakan sastrawan dng karya bermutu tinggi kesulitan mempopulairkan diri.
3. Membantu menerbitkan antologi tunggal bermutu tinggi unt penyair yg kesulitan biaya penerbitan.
4. Menerbitkan antologi bwrsama
5. Menemutunjukan karya membumi dan mempopulairkannya.
6.Meluncurkan buku sastra
7.Menyelenggarakan Kegiatan Literasi
8.Mendokumentasi karya sastra modern.
9.Mengelola Perpustakaan sastra modern.
10. Menggalakan minat baca.
11.Mengundang dan memberi penghargaan kepada mereka sastrawan atas karya mereka pada masyarakat.

Visi dan Misi Lumbung Puisi

Lumbung Puisi
Visi :Terwujudnya Sastra Indonesia yang terpelihara
Misi :
1.Mengangkat mereka yg berkarya universal.
2.Mengupayakan sastrawan dng karya bermutu tinggi kesulitan mempopulairkan diri.
3. Membantu menerbitkan antologi tunggal bermutu tinggi unt penyair yg kesulitan biaya penerbitan.
4. Menerbitkan antologi bwrsama
5. Menemutunjukan karya membumi dan mempopulairkannya.
6.Meluncurkan buku sastra
7.Menyelenggarakan Kegiatan Literasi
8.Mendokumentasi karya sastra modern.
9.Mengelola Perpustakaan sastra modern.
10. Menggalakan minat baca.
11.Mengundang dan memberi penghargaan kepada mereka sastrawan atas karya mereka pada masyarakat.

Perempuan Penyair Indonesia Hilda Winar Jiarahi sahabatnya Utuy Tatang Sontani di Moskow

Pada agustus 2019 Perempuan Penyair Indonesia Hilda Winar berkesempatan mendapat undangan di Rusia, Kesempatan ini ia gunakan untuk berjiarah sahabatnya penyair Indonesia Utuy Tatang Sontani di Moskow, berikut ceritanya.

Mitino

Ini pemakaman tak ada bandingannya di tanah air. Kalau kita tanya orang kampung berapa luasnya pasti dijawab segede alaihim!
Iya juga sih, dengkul saya rasa hampir copot berjalan sampai ke ujung jalan. Jauuuuuuh... mentok baru belok kanan menuju blok muslim.

A1 tempat dia berbaring, Utuy Tatang Sontani, seorang sastrawan eksil.
Utuy, karena perubahan iklim politik terpaksa jadi eksil dan terdampar di moskow.
Utuy kelahiran cianjur, seorang sastrawan ternama di masanya. Saya, yang orang minang tapi lama di bandung lalu merasa jadi orang sunda merasa punya hubungan khusus dengan Utuy maka berusaha menziarahinya. Kami sama sama orang Sunda.

Saya pergi ke Rusia di awal agustus, saat luka luka usai pilpres belum kering, hoax bertebar disana sini yang bisa saja menjadi abses dan pecah berdarah darah. Tentu ada rasa takut untuk pergi, takut tak bisa kembali.

Rg Bagus Warsono menyaksikan :

Nun jauh di sana Utuy Tatang Sontani berbaring. Tak ada satu sahabat apalagi rakyat Indonesia menjiarahinya. Jauh jarak jauh kemungkinan. Siapa peduli. Namun Allah Maha Bijaksana , batu nisan itu yg biasa dihinggapi serangga atas kemurahannya mengantarkan sahabatnya unt datang mengunjunginya. Aku lihat Kang Utuy Tatang Sontani tersenyum. Telah kedatangan orang tua Nyai sahabatnya, Hilda Winar, tertatih tatih menemukannya diantara ribuan yg berbaring. (rg bagus warsono)
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Sabtu, 14 September 2019

Boli Kubaca Kau ada naluri pendidik




Zaeni Boli adalah penyair Indonesia, pergaulannya yang baik membawanya ia sebagai 'keluarga Anne Matahari, tokoh penyair dan seniman musik Bekasi, Boli kecil hidup dengan kerendahan hati sehingga banyak orang suka padanya. Perantauannya di Jakarta tak membuatnya merubah nasib bahkan hidup dengan keprihatinan. Boli ditempa dengan pengalaman-pengalaman kerasnya jakarta, sehingga membuat ia kuat menghadapi keadaan apa saja yang menimpa dirinya. Penyair dengan modal seperti ini membuat ia kaya dengan pengalaman, aku menemukannya di Puisi Menolak Korupsi. Ia juga disayang oleh Sosiawan Leak , tokoh penyair modern Indonesia asal Solo yang terkenal dengan gayanya membacakan puisi. Dari Sosiawan Leak itu Boli semakin kuat dalam membaca puisi. Namun aku melihatnya Boli juga bertipe pendidik. Menjelang 2016 Boli terpanggil untuk membangun daerahnya di Flores Nusa Tenggara Timur, sebuah kota kecil. Emas tetap emas begitu filosofinya , ternyata ia tetap bersinar meski nunjauh di sana. Hampir setiap saat ia mengabari kegiatannya baik di tempat kerjanya yang baru sebagai guru, juga di lingkungan daerahnya. Lambat laun semakin luas dikenal di Flores dan kiprahnya kemudian diakui seluruh seniman di sana. Boli yang ramah dan slalu rendah hati itu menjadi buah bibir masyarakat akan kiprahnya dalam berkesenian khusus bidang sastra. Talentanya dalam berakting memadukan kepenyairannya. Semoga hidupmu berbahagia dan sukses slalu. Tak ada jarak bagi pecinta persahabatan.

Rabu, 11 September 2019

Mengenal Puisi-puisi Internasional : Candi Michelle

4.

Candi (AS)

Oke, ini salah satu favorit saya :!
*Perubahan* ..

Ketuk Cinta
Pulsa energi
Peningkatan DNA
Setiap sel
Emulses
Meniru jus sukacita
Mukjizat berlimpah

Menerima
Kalibrasi
GETARAN seperti itu
Untuk suara
Menghitung ulang
Untuk Surga
Frekuensi Alam
Penyembuhan

Terima kasih
Memancarkan
Pembebasan
Setelah itu
Kepadamu
Saya Berlutut

Terima kasih
Selalu
Untuk ini
Sangat halus
Mengungkap


Mengenal Puisi-puisi Internasional : Indri Yuswandari

39.

Indri Yuswandari

Kemana Angin

Pada tanah merah dan airmata yang tumpah
kita bertatap memantulkan wajah
seperti bintang dan merjan bertebaran
seperti ayunan pendulum bingkai waktu masa lalu

Entah di hulu sebelah mana kita berada
aroma air laut sangat kental membius ribuan kunang kunang kehilangan cahaya
angin mengendus helaian anak anak rambut berkilau

Entah kemana angin menemu bayangmu
sore kemarau yang membawaku ke pantaimu
kadang nakal memainkan ujung gaun menampakkan noktah kaki perjalanan antar pulau

Kebesaranmu luput dari nama jalan
Kejayaanmu tak tercatat lembar daun lontar
Langit menyaksikan nyala dupa pada doa
Bumi menyimpan persembahan cinta pada mega


Kendal, 01.08.2019


Indri Yuswandari adalah penyair Indonesia asal Kendal Jawa Tengah. 

Mengenal Puisi-puisi Internasional : Sanur Keziandari

55.

Sanur Keziandari

Hidangan Pembebasan

Terkadang, ingin kuhirup angin
Di sepanjang malam pesisiran
Sambil kunikmati hangat hidangan

Tiap warung lezat inilah kehidupan
Lontong Cap Go Meh kenyal lezat
Penanda kerja mesti ulet dan kuat
Es Lontrong minuman legendaris
Segarkan kebersamaan yang manis
Rujak Teplak dengan sambal khasnya
Meriahkan rumah dengan sederhana
Semua itu variasi, indah seperti visi
Terlebih bila pelan-pelan kucicipi
Gurih nasi Ponggol atau nasi Langgi

Tetapi dengan harum teh ginastel kopi
Hidupku lengkap selahap menyantap
Firman dahsyat, pengubah negeri hebat
Bandung, Juli 2019












Sanur Keziandari , lahir di Bandung, pada tanggal 27 Maret. Aktif menulis puisi, cerpen, novel dan skenario sejak remaja dan saat aktif di Sanggar Sastra Teater Holistik. Karyanya diterbitkan dalam antologi : Biola Cafe Istana. Sanur pernah Juara Cipta Monolog dalam FL2SN; Pemenang Cipta Cerpen dari LKBN Kompaxindo. Pemenang dalam festival film pendek : Dedaun (2015), Tiang (2016), Hidangan (2016), Juara nasional Cipta Skenario dari APWIA.  Karya puisi antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018). Sanur pernah aktif di Saka Dirgantara. Kini Sanur aktif di BJC Ministry, Ada Citra/ Anak Muda Cinta Sastra, Pamisa/ Patria Milenia Sahabat, Sasasi/ Sanggar Sastra Literasi Indonesia.**(SK)**


Mengenal Puisi-puisi Internasional : Anisah

Anisah

Kemerdekaan

Sang pujangga menapak berat
Tertatih, terseok-seok
Tak kenal lelah
Tak mengenyam kegagalan
Tak menuai keributan

Siap melenggang
Menari-nari di istana kedamaian
Bergoyang di bumi persilatan

Berbondong-bondong mereka memberondong
Menggonggong dengan sejuta nada
Menggantung di titian harapan
Terjerembab dalam lumpur impian

Tak ada yang peduli
Walau kau lapar
Tak ada yang beri kau
Meski hanya kue lumpur

Tetap meratap
Dalam dekapan tangan tersayat
Tak sadar lalu bergetar
Seluruh tubuh berpeluh

Merengkuh buluh-buluh
Senjata yang menggelora di dada mereka
Magelang, Agustus 2019


Anisah, pengajar di madrasah tsanawiyah, menulis laporan dan berita di majalah tahun 2010 sampai 2012. Penyunting buku antologi sastra siswa madrasah tahun 2010 sampai 2014. Menulis puisi di antologi puisi tahun 2017, 2018, 2019.


Mengenal Puisi-puisi Internasional : Dyah Setyawati

54.

Dyah Setyawati

Indonesia , Kusebut Namamu Tanpa Ragu

lantang kusebut namamu tanpa ragu
semenjak mengenal air susu ibu
hingga fasih mengeja dan melafalkannya
sebagai tanah airku
bersama langit biru
laut rindu
rimba waktu
nyaman dalam dekapmu

Indonesia,kusebut namamu tanpa ragu
meski kuyu wajahmu
mencerminkan letih onani anak negri
tentang korupsi
hukum yang diplesetkan
menjadi tontonan abad ini
lalu lugas lidahku menyeru
sebelum kelu
sikaaaaaat
jangan kau loyo
lantaran ulah sontoloyo
tetap perkasa menjadi Indonesiaku
tanah air,zamrud khatulistiwa
penuh cinta aku memikirmu
bagaimana cara mendendangkannya
pada anak cucu
agar mereka lebih baik dari moyangnya
menjaga citra bangsa serta mengharuskannya

Indonesia
dalam sunyi sujudku
kubidikkan panah pinta
pada yang maha luput dari gilasan masa
akan ketentraman bangsa
cinta dan banggaku padamu
Indonesia

1Agust 2019

Mengenal Puisi-puisi Internasional : Ira Suyitno

44.

Ira  Suyitno

Perjalanan Seorang Perempuan

Seorang perempuan berjalan menyusuri lorong waktu
Pagi hingga malam datang menjelang
Langkahnya menyerupai kuda lari
Sebab semangat yang terus membara
Seperti bara api dalam tungku sebuah barak pengungsian

Seorang perempuan berjuang meraih kemerdekaan
Menentramkan jiwanya
Melapangkan hatinya
Hingga tetes-tetes embun dalam tubuhnya
Menjelma kristal dalam bibir gua yang menganga

Seorang perempuan terus berjalan meraih impian
Entah sampai kapan denyut nadi kan berhenti

Mojokerto, 31072019 


Ira Suyitno , terlahir di Pacitan, 14 Desember dengan nama asli Bonirah. Belajar menulis puisi secara autodidak. Puisi dan gurit dimuat antara lain di Karya Darma, Surabaya Post, Bende, Radar, terangkum juga dalam antologi bersama Batu Beramal, Himpunan Pengarang dan Penyair Nusantara, Antologi  Gurit Pasewakan, antologi puisi RRI Surabaya,  Antologi Puisi Festifal Bulan Purnama Majapahit, serta Antologi Puisi Menolak Korupsi 5.
Selain sebagai ibu dari Fajar Laksana 22 tahun dan RoroPrima Jullintang 12 tahun, istri Suyitno ini berprofesi sebagai seorang pendidik di SDN Modopuro 2, Mojosari Mojokerto.

Mengenal Puisi-puisi Internasional : Barokah Nawawi

37.

Barokah Nawawi

Merdeka Kebablasan

Nenek bilang aku sungguh bahagia
Dilahirkan di zaman yang merdeka
Zaman di mana tak ada rintangan bagi siapa saja
Untuk menggapai apa yang menjadi cita-citanya.

Nenek bilang zaman ini sungguh menyenangkan
Kemajuan teknologi membuatnya tak lagi kecapaian
Hingga bisa menyisakan waktu untuk mengaji dan ibadah.

Nenek bilang nasib kakekku dulu kurang beruntung
Meskipun cerdas hanya bisa tamat Sekolah Rendah
Lantaran kakek buyutku hanya petani biasa saja
Bukan pejabat pamong praja atau bangsawan yang konon katanya berdarah biru.

Namun aku bangga dengan mereka
Pekerja keras yang gigih, jujur dan religius
Yang mampu mendidik ayahku hingga jadi sarjana
Dan guru teladan yang menjadi panutan para muridnya.

Ayah adalah segalanya bagiku
Kukagumi sosoknya yang gagah berwibawa namun hatinya sangat lembut dan penuh cinta
Peduli pada keluarga, masyarakat dan lingkungan
Tanpa membedakan status dan kekayaan.

Yang membuatku malu malah sahabatku sendiri
Generasi sekarang yang menjadi tumpuan bangsa
Kukira pejabat bersih ternyata banyak korupsi
Namun istrinya malah menepuk dada dan berteriak lantang :
“ Itu hanya fitnah ! “

Zaman sekarang memang sulit dimengerti
Seperti sahabatku yang kini menjadi aneh
Selepas dari penjara malah latah ikut menjadi caleg
Dan kini berhasil duduk di kursi empuk sebagai anggota Dewan yang terhormat.

Merdeka sekarang adalah merdeka yang kebablasan
Banyak wakil rakyat yang justru mengkhianati rakyat
Banyak penegak keadilan yang tidak tegak alias miring
Banyak hakim yang justru main mata dengan maling
Dan banyak lagi yang lain yang membuat kepala pusing tujuh keliling
Dan Ibu Pertiwi menangis sedih tanpa henti.
Semarang, Agustus 2019



Barokah lahir, di Tremas Pacitan, 18 Agustus 1954.
Bekerja di PT Telkom sejak tahun 1974 dan pensiun dini tahun 2002.
Antologi puisi tunggalnya Bunga bunga Semak, diterbitkan Pustaka Haikuku th 2017.
Antologi haiku bersama : Hati Rembulan – Pustaka Haikuku 2018. Antologi puisi bersama a.l : Mblekethek, Anak Cucu Pujangga – Lumbung Puisi 2019. Negeri Rindukan Damai, Dunia tanpa koma – Sastra kidung semilir 2019 , Negeri di atas awan – Rosebook 2018.




Mengenal Puisi-puisi Internasional : Rut Retno Astuti

57.

Rut Retno Astuti

Stetoskop Kebebasan


Dalam perjalanan pantai biru
Kuinginkan tiap detik hadirmu 
Berdetak seperti jantung hidup
Berdenyut pasti tak pernah redup

Kuingin kau menjelma lima warna
Melingkup seperti pelangi nuansa
Seindah senja di pesisir Nusantara

Kuhasratkan hangat apimu selalu
Mendekapku di tepi lautan menderu 
Di mana lenguh angin bersahutan
Merdu dalam harmoni riak ketukan

Kumaui hati kita bagai air dan lautan
Terdeteksi stetoskop dalam kesatuan
Kata, nada dan irama di lautan cinta
Sumedang, Juli 2019










Rut Retno Astuti, lahir di Kota Tegal, tanggal 22 Pebruari. Dokter lulusan FK UNDIP Semarang ini, menulis beberapa genre sastra, antara lain : Dawai Jantung Hati (2014); Ritme Wanita Kita (2015) ; Tapak Ibu Pemberdaya (2016). Tergabung pula dalam AWWA (Asean Women Writers Association) dan karyanya termuat dalam Selendang Mayang (2017) Sketsa Wajah Ibu (2017); Antologi bersama lainya : PMK - 6 / Puisi Menolak Korupsi (2017) - Indonesia Masih Ada Matahari (2017).- Antologi Pentigraf & Putiba “Semangkuk Sup di Malam Kudus” (2017) ; Haiku Melawan Korupsi & Pameran Haiga HAKI (2017); Antalogi Puisi Wartawan Indonesia “Pesona Ranah Bundo” - HPN (2018). KDNP Negeri Bahari (2018); Haiku : Hati Rembulan (2018), dan masih banyak karya lainnya. (RRA) ***



Mengenal Puisi-puisi Internasional : Azti Kinyamani

59.

Azni Kintamani

Etalase Pemerdeka


Angin kangen membawaku kemari
Ke etalase kekayaan negeri bahari
Perahu lugu, kano dan kapal kawal
Berjajar mengantar bangsa bersinar

Di sini, ratusan tarian topeng berkreasi
Tapi tak ada muka-muka bertopeng besi
Tak ada kepalsuan dan membohongi

Berfalsafah “Tatag Teteg Galang Benar”
Kita pancangkan label di etalase besar

Ayo kita menangis, ratap dan kembali
Pada kebaya, sanggul, rona berseri
Pada jas berikat kepala wulung sakti
Biar bangsa ini makin tegap menatap
Sekuat jutaan kano menyeruak dunia
Membawa kita jadi bangsa berwibawa
Bandung, Juli 2019










Azti Kintamani , lahir di Sumedang, pada tanggal 19 Mei. Aktif menulis puisi, cerpen, novel dan skenario sejak remaja dan saat aktif di Sanggar Sastra Teater Holistik. Karyanya diterbitkan dalam antologi : Simponi Butik Paradewi. Kinta pernah Juara Cipta Puisi dalam FL2SN; Pemenang Cipta Puisi Disparbud Kota Bandung sewaktu SMA dulu. Pemenang dalam festival film pendek : Tunas (2015), Tiang (2016), The Bottle (2016), Juara nasional Cipta dan Baca Puisi dari APWIA.  Karya puisi antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018). Kinta pernah aktif di Saka Dirgantara. Kini Kinta aktif di BJC Ministry, Sasasi/ Sanggar Sastra Literasi Indonesia, Pamisa/ Patria Milenia Sahabat, Ada Citra/ Anak Muda Cinta Sastra.**(AKK) **


Mengenal Puisi-puisi Internasional : Naning Scheid

5.

Naning Scheid

Memento

Senja ini, kusandar damai di bidang dadamu
Mencuri dengar denyut bersahut
di antara gundukan rindu
Tubuh cemas, damai dalam rengkuh
Nafas kita teratur, menanggal riuh

Lolong malam kian tegas
Degup jantung makin beringas
Menjelajah perjalanan merdeka
Menjulang hasrat serigala

Keringat menanda peluh
Cintaku padamu tetap teguh

Kasih, cinta ada di sepanjang musim
Risaukan jangan, hatiku telah kau gengam

Brussel, 2019.



 Naning Scheid, bernama asli Sri Nurnaningrum. Lahir di Semarang, 5 Juni 1980. Penulis puisi, cerita fiksi dan non-fiksi, blogger, dan pemain teater. Sarjana FPBS UPGRIS sekaligus Sarjana SDM CEFORA Belgia. Pengajar di Fakultas Bahasa Inggris UPGRIS sebelum meninggalkan Indonesia tahun 2006. Aktif di beberapa organisasi sosial kemanusiaan di Belgia. Tinggal di Brussel, dan berkebangsaan Indonesia.
Perjalanan Kepenulisan:
1993-1995  Beberapa puisi memenangkan lomba antar kelas maupun antar sekolah.
1997  Menulis naskah drama “Jack Tarub”, dan dipentaskan oleh Teater Sukma Semarang.
2017  “Paris, antara Mitos dan Realita” serta delapan artikel lain di Kliksolo.com
2018  “Mengenal dan Memahami Gen Z”, “Solidarisme Perempuan di Era Disrupsi dan Kelahiran Feminisme Gelombang Keempat” di Buletin PKPPA - LPPM UPGRI Semarang.
Antologi puisi: “Mimpi yang Berduri” serta empat puisi lain di antologi Persaudaraan Wanita Dunia (2018-D3M Kail), “Sabtu Siang di Simpang Lima Semarang” serta tiga puisi lain di antologi Indonesia Tanah Airku (2018–I.Dharta), “Sang Musafir” di The Talking Canting – Puisi Cinta Negeri (2018–KDS), “Eden, Melankolia” di Banjarbaru’s Rainy Day Festival 2019.
Cerpen: “Manusia Sempurna”, “Ranting-ranting Patah”, “Ne Le Dit à Personne”, “Denok Kenang”, dan beberapa fiksi mini di Facebook dan Wattpad. Novel: “Miss Gawky” (2019). 2018 - ... Menulis blog Madame Gokil di scheid.be. Berisi rubrik: (1) Pengetahuan Umum dan Opini, (2) Sastra Pop: Prosa, Puisi, Resensi (3) Wisata Eropa & Review, dan (4) Tips-tips Gokil.
Website: scheid.be 


Mengenal Puisi-puisi Internasional ; Seruni Unie

40.

Seruni Unie,

Namaku Pitaloka
kepada : Tuan Patih Gajah Mada

Pun aku bertakluk padamu, tuan
Atas sejarah yang kau tulis di tubuh ini
Begitu agung
Hingga seluruh negeri
Tak berkesudah menyanjung

Tapi cukup sesaat
Selebihnya aku ingin memaki
Kelicikan  masa lalu, di mana harga perempuan kau rendahkan
Hanya semata  ambisi
                                      Dengar, tuan. Aku Pitaloka abad ini
Sampai kapanpun, perempuan akan memilih belapati, Demi menjaga kehormatan diri
Maka tak perlu adigang adigung
Di bumi Pasundan, namamu tak  pernah  mengalun
         Solo, 2018/2019
       




Seruni Unie, penikmat puisi asal Solo. Sejumlah tulisannya sempat terbit di media dan sejumlah antologi bersama. Bergiat di sastra pawon. Dan terpilih 15 penulis emerging UWRF 2017.