Minggu, 20 Agustus 2017

Iwan Dartha dalam Kita Dijajah Lagi : Kopi Pahit






KOPI PAHIT

Puisi Iwan Dartha

Lebih besar harapan daripada bukti-bukti
dua teguk pertama cukup sadari rasa kopi
ada bayangan merdeka dalam kepul nyali
Tebarkan gula-gula seusai kau tumbuk palu
rumput hijau kau arit dengan retorika palsu
sampah busuk kau pungut tanpa rasa malu

Kopi pahitku lebih manis daripada gulamu
saat pesta meriah sublimasi ambiguitasmu
Menarik arakan awan kelabu menghangati
setiap rasa merasuki kepercayaan dirimu
Warna tertepis mengabaikan asa sendimu
Kopi pahitku selalu memaniskan sukmaku

Dunia telah mencintai madu seperti aku juga
Tapi secangkir kopi pahitku dibanding madu
lebih manis daripada madu bunga-bunga liar
Engkau tersenyum puas ketika kini menikmati
kopiku pahit kau minum tak sadar rasa pahit
dan sampai kini kau mengingat kopi pahitku

Kuberhenti bertanya sambil hirup kopi pahitku
senyum bukan untuk madu bunga-bunga liar
Tarian kupu-kupu memanjakan kumbang saru
kopi pahitku lebih manis daripada gulamu itu
secangkir kau habiskan tak sadari rasa pahit

Jakarta, 15 Agustus 2017

Sabtu, 19 Agustus 2017

Zaeni Boli , dalam Kita Dijajah Lagi : Aquiarium




 Zaeni Boli
Aquarium

malam itu di sebuah aquarium
bernama comuter line
ikan -ikan tak saling bertegur sapa
mungkin lelah atau sibuk dengan ponselnya
sementara seorang ibu dan sahabatnya seorang bapak
berdiskusi kecil tentangsisa-sisa kerja dan sedikit gosip
di kereta terakhir bangku- bangku begitu dingin begitu pula para penumpangnya
mataku yang lelah masih juga di sesaki oleh iklan-iklan yang menempel di setiap sudutnya
air conditioner dan kipas yang berputar mengantar dingin yang asing ke kulit
dan kata-kata seakan membeku membiru
perasaan begitu asing di negeri sendiri        
2015

Sarwo Darmono dalam Kita Dijajah Lagi : Seni Budaya Mung Kari Tilas



Sarwo Darmono

Seni Budaya Mung Kari Tilas

Kabeh pada nyengkuyung sanajan hamung kentrung
Kabeh pada gemnruduk sanajan hamung ludruk
Kabeh pada guyub sanajan hamung tayub
Kabeh pada sigrak sanajan hamung kethoprak
Kabeh pada jingkrak sanajan hamung jaran kencak
Kabeh pada girang sanajan hamung wayang Lan Glipang
Kabeh seni budaya iki wus pada ilang
Sanajan ana mung kari arang
Kabeh mung kari tilas
Kabeh Mung pada ora nggagas
Jare ngunu kuwi budaya wus lawas
Budaya ora duwe kelas.
Jarene sing duwe kelas budaya manca
Apa-apa kudhu teka budaya manca
Jogete joget manca
Busanane busana cara manca
Srawungge srawung cara manca
Yen teka manca dipuja-puja
Sanajan kurang prayoga
Budaya manca sumebar ing bumi nuswantara
Kabeh pada lena, ora krasa, ora rumangsa yen budaya nusantara katindes budaya manca
Mumpung esih ana mangsa
Ayo pada rekadaya tresna marang budaya bangsa
Nguri nguri lestari budaya negeri
Seni budaya jatidiri Ibu Pertiwi
Lumajang, 5 Agustus 2017
Sarwo Darmono, penyair dan juga

Jumat, 18 Agustus 2017

FE Sutan Kayo, Memaknai Kemerdekaan dalam Secangkir Kopi dalam Kita Dijajah Lagi


Kita Dijajah Lagi
FE Sutan Kayo

Memaknai Kemerdekaan dalam Secangkir Kopi

memaknai kemerdekaan dalam secangkir kopi
yan gbenar-benar belum Merdeka
entah itu arabica
atau pun
robusta
sebab manisnya gula
masih saja dicuri oleh segerombolan semut
yang semakin perkasa membangun dinasti di dalam tempurung ah entahlah
di mana katak bersembunyi
Muara Bungo-Jambi-2017

Selasa, 15 Agustus 2017

Kemendikbud : Lagu Kebangsaan Indonesia Raya resmi dalam 3 Stanza


“INDONESIA RAYA”
(Stanza I)
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku,
Hiduplah negeriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.


(Stanza II)

Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk selama-lamanya.
Indonesia, tanah pusaka,
Pusaka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.


 (Stanza III)

Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
N’jaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
Indonesia abadi.
S’lamatlah rakyatnya,
S’lamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Neg’rinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.


Reff:

Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg’riku yang kucinta
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.

Selasa, 01 Agustus 2017

Dokumentasi Sastrawan Indonesia oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca. Edisi Spesial HUT RI ke-72

Terus berkarya
Biarkan publik yang menilai
Berikan yang terbaik
Menulis untuk dibaca orang lain.

Dokumentasi Sastrawan Indonesia oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca. Edisi Spesial HUT RI ke-72

Rekrutmen Puisi 01-08-2017 sd. 31-08-2017 kirim satu puisimu yang terbaik dalam tema "Kita Dijajah Lagi" kirim melalui email gus.warsono@gmail.com berikut biodata singkat. (Tidak menerima naskah melalui inbok, karena datanya sering hilang)

Kegiatan ini murni dokumentasi dan publikasi karya sastra serta literasi. Penulis tidak diberi buku atau honorarium, apabila menghendaki bukunya silahkan memesannya sendiri di penerbit SI Buku Media / Penebar Pustaka Media Yogyakarta.
Penulis yang memesan melaluiku berlaku hibah buku dan bea pengiriman buku.

"Kita Dijajah Lagi" sebuah tema yang menggelitik pembaca Tanah Air. Persembahan ulang tahun Indonesia yang semakin tua. Porsi antologi ini diperuntukan bagi pembaca remaja dan dewasa (bukan bacaan anak-anak) karena itu Hibah buku diperuntukan bagi sekolah menengah dan perguruan tinggi,
Naskah yang diterima akan diseleksi oleh sastrawan yang ditunjuk dan yang masuk dalam buku ditampilkan dalam www.ayokesekolah mulai 17 Agustus 2017
Naskah diterbitkan sekitar September 2017 dan diharapkan selesai 28 ktober 2017

Spesial Edisi Lumbung Puisi.
"Kita Dijajah Lagi"
Panitia

Sabtu, 22 Juli 2017

Aku kecil karya Rg Bagus Warsono

Aku Kecil                              Rg Bagus Warsono

Aku kecil
Aku kecil dan ibu
kecil aku berterima kasih
aku kecil ibu

Pak Poniman Guru Berbakti Sepanjang Umur

Pak Poniman Guru Berbakti Sepanjang Umur

Dalam sebuah kunjungan ke SDN Juntinyuat Ii Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, ditemukan seorang guru yang berusia 64 tahun. Keistimewaan guru ini adalah meski sudah memasuki pensiun tetapi oleh masyarakat di desa Juntinyuat masih diharapkan untuk mengajar, juga di SDN Juntinyuan II Pak Poniman ini sangat dibutuhkan tenaganya untuk mengajar kelas VI. Guru yang sudah sepuh ini terkenal cerdas dan pintar sehingga dibutuhkan untuk tetap mengajar. Menurut Kepala sekolahnya, Pak Poniman juga berperan penting dalam sekolah tersebut dan dipasrahi pekerjaan untuk menangani administrasi kesiswaan. Penulis sempat berbincang bincang dengan guru tua ini, katanya ia tidak mengharapkan imbalan apa pun dari sekolah ini, katanya gaji pensiunnya sudah cukup untuk menopang hidupnya bersama keluarga yang hanya tinggal berdua dengan istrinya, yang juga seorang guru, karena kebetulan anak-anaknya suidah bekerja. Pak Poniman adalah sosok pengabdi pendidikan yang tidak mengenal batas pensiun. Baginya kalau masih ada umur dan tenaga ilmu itu harus dimanfaatkan.
(rg bagus, 23-07-17)

Selasa, 20 Juni 2017

Mudik Sebisa-bisa , puisi Rg Bagus Warsono

Mudik

Seperti tahun-tahun sebelumnya dan tahun ini
kami harus pulang di rumah kampung tempat orang tua dan mertua
berada diantara sanak
bertemu selamat bercerita hidup
bahwa sehat dan sakit
hidup dan mati
sedih dan bahagia
melarat dan kaya raya
kumpul keluarga besar
Mudik ke Jawa bukan dekat atau jauh
hanya karena tebal dan tipis dompet
Jakarta hanya pengharapan
di rumah menanti keselamatan
Seperti tahun-tahun sebelumnya dan tahun ini
mudik keluarga
sebisa-bisa. (rg bagus warsono, 19-06-17)

Sabtu, 17 Juni 2017

53. Charmad: Tarawih di Tepi Jalan

53. Charmad

Tarawih di Tepi Jalan

Semburat jingga di ujung puasa
Menyapanya di depan masjid
Tekun menanti bintang menari
Mendendangkan bait-bait tarawih
Namun, ia tak beranjak
Hanya menanti di tepi jalan
Sembari menyalami tangan-tangan rizki
Menempa rupiah di laci
Gema keagungan menyapa
Ia tetap di tepi jalan
Masih tetap bersalaman
Sembari berdendang lantunkan pujian
Tarawihpun meneriakkan syairnya
Ia tarawih, dengan tatapannya
Bersama laci, bersama tetes minyak
Ya, masih di tepi jalan
Desir dadannya berbisik
Bermunajat pada sang Khaliq
Mohon ampunan, mohonkan jalan
Kelak tarawihnya di Masjidil Haram
Mas
 Hebatnya di antologi Tadarus Puisi Ramadhan ini ada karya dari seorang penjual Batagor bernama Carmad. Ternyata Kang Carmad bukan sembarang pedagang gerobak dorong tetapi dia bisa bersyair berpuisi, mari kita simak puisinya , sangat bagus !
RgBagus Warsono Sisi Ramadhan dalam kaca mata seorang pedagang yang juga muslim berada diantara dua kewajiban yakni kewajiban sebagai umat muslim dan kewajiban yang juga tak dapat ditinggalkan sebagai kepala keluarga yang harus mencari nafkah. Hanya Allah yang mengetahui hambanya. Pada bait terakhir ia memasrahkan diri pada Yang Maha Kuasa dan terbesit keinginan yang juga doa. Semoga terkabul.

Sokanindya Pratiwi Wening : Ramadhan Kali Ini

~ ramadhan kali ini ~

nak, ramadan kita seperti pelangi
rupa-rupa warnanya
rupa-rupa rasanya
selalu aku tersenyum
di tengah derai hujan di mata
Tuhan demikian mencinta
selalu diajak-Nya aku bercanda
sedang mripat kalian
selalu bening menatapku
entah iba ikut merasa
ibu kalian yang tak mau
merasa tak berdaya....
nak, seperti biasa
ramadan kita yang penuh warna
akan terasa indah....
percaya padaku!
aku pasti akan selalu mampu!
Krueng Geukueh, 2/06/2017

Rg Bagus Warsono :  Sebaliknya Sokanindya Pratiwi Wening berusaha menghibur diri. Ah itu apresiasiku yang diliputi perasaan saja. Kau memang Ibu yang istimewa ! Bait-baitnya memberi kesan diri penyairnya.

Sutan Iwan Soekri Munaf: Ramadhan Bertanya


1.Sutan Iwan Soekri Munaf

Ramadhan Bertanya

Ramadhan bertanya ke setiap kalbu, apakah ritual berlapar untuk dahaga nafsu atau kembali mendekatiMu?
Ramadhan bertanya ke setiap jejak, sejauh manakah langkah bergerak untuk membunuh nafsu atau menikmati kesejukanMu?
Ramadhan bertanya ke setiap pikir, bagaimanakah merenangi siang dan menyelami malam hanya untuk merasakan fakir atau merasakan renyahnya dzikir menyebut namaMu?
Ramadhan bertanya ke setiap hari, sampai kapankah bermanja dengan bulan atau bercinta hanya denganMu?
31 Mei 2017


RgBagus Warsono Gaya Sutan Iwan Soekri membalik, bukan kita yang bagaimana menghadapi dan melaksanakan Ramadhan, tetapi Ramadhan seolah-olah bertanya pada diri kita. gaya puisi yang sangat menarik. Di masalah lain, misalnya 'pernikahan , bukan pengantennya yang bertanya untuk apa menikah , tetapi pernikahan yang bertanya. Gaya ini sungguh sangat menarik terutama memberi pesan dengan cara yang halus namun menyentuh . Sutan Iwan Soekri memang jempolan

Sutan Iwan Soekri Munaf, lahir di Medan, 4 Desember 1957.
Senang menulis sajak, cerpen, novel dan esei.
Kini tinggal di Kota Bekasi

Wans Sabang - Rindu Alif Ba Ta –

5. Wans Sabang

- Rindu Alif Ba Ta –

masihkah ada riuh anak-anak ke mushola
berkopiah sambil mengepit juzama
kini aku rindu alif ba ta
walau dulu mengejanya terbata
Bogor, Mei 2017



Wadie Maharief Sekarang banyak Taman Pendidikan Alquran (TPA) di mana-mana dan anak-anak tak lagi membawa juz ama (bukan juzama), tapi membawa buku iqra suatu metode belajar membaca Alquran yang lebih praktis. Puisi singkat ini cukup mampu menampilkan kenangan masa lalu, meski sekilas.

Salman Yoga S : Khusus yang Riuh

68. Salman Yoga S

Khusus yang Riuh

Tumakninah nafas dan nafsu
Dari tahun-tahun yang mendengus menggersangkan
Ramadhanku hadir memberi sela
Untuk beriktikaf dalam kekhusu’an yang riuh
Seperti sajian khusus dalam perjalanan yang kelabu
Di bulan khusus yang meneduhkan
Saat-saat khusus pada kesempatan istimewa
Kesyahduan pada kehidupan khusus
Untuk khusuk memindai alfa pada bulan-bulan sebelumnya

Takengon, 2017


RgBagus Warsono Ide mengetengahkan pesan memang sendiri-sendiri. Slalu berbeda dengan yang lain agar menjadi perhatian. Penyair memang pandai menandai peristiwa dari sudut pandang masing-masing. Seperti halnya Mas Salman Yoga S memberi 'garis bawah tetang Ramadhan. Ternyata Ramadhan mampu memberi kesejukan situasi panas, kedamaian ditengah perang, dan keteduhan dikala panas menyengat . Sedikit tanda tetapi mengena.


Salman Yoga S. Lahir dan besar di dataran tinggi Gayo Aceh Tengah. Menulis semua jenis karya sastra dan jurnal, aktif di beberapa organisasi sosial, profesi, seni dan gerakan kebudayaan. Mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh dan di beberapa perguruan tinggi lainnya. Pimpinan lembaga The Gayo Institute (TGI), Komunitas Teater Reje Linge (KomitreL) dan Komunitas Sastra Bukit Barisan Takengon. Tinggal dan menetap di Kampung Asir-Asir Atas No. 70 Takengon - Aceh Tengah sebagai petani kopi.

Ahmad Setyo Bae: Tadarus pagi

69. Ahmad Setyo Bae

Tadarus pagi

pagi diantara deru jalan dan lolong sepi
tak tampak mimpiku tentang Cintamu padaku
hingga sebagian daun yang jatuh semalam enggan pergi

pagi diantara pilar dinding sebuah masjid
meski ku sandarkan luka laraku
tak kujumpai suara suara tinggi di telaga hati
diantara kursi kursi diam tak beraturan, meja meja beriak bekas pesta semalam
pun tak kutemui tangis dan erangan anak anak perawan
pagi dikedalaman mimbar ramadhan
buih nama nama silih berganti timbul tenggelam menghanyutkan sisa makanan dan kotoran
sepi tak bisa dibawa sunyi ke dasar sunyi
Kau yang sembunyi dibalik lengang jalan, di balik batu diam, di ulu pilar masjid, dibawah sajadah sholatku
ada Kau ada Kau ada Kau
sehingga aku leluasa bertanya tanpa orkestra layunya matahari.
Jakarta, 2/6/2017. By Ahmad Setyo

RgBagus Warsono Terjemahan sebuah puisi tergantung apresiasi. Penyairnyalah yang mengetahui maksud pesan pada puisi yang diciptanya. Jika di amati maka puisi ini memberi gambaran tentang Yang Maha Kuasa dari hambanya. Perenungan kadang hanyut dalam kesendirian dan kesendirian membuatnya sepi. Mas Ahmad Setyo Bae 'memasrahkan kepada Allah selalu ada dimana-mana.


Ahmad Setyo lahir dan besar di kota kecil Slawi - Tegal. Namun lebih dari 30 tahun ia hidup dsn tinggal di Jakarta. Komunitas seni Bulungan pernah dirambahnya dengan bergabung di Teater Aquila Jakarta tahun 1987 hingga 1993. Kesukaannya menulis selain dulu sebagai Wartawan, bapak dari 4 orang anak ini , bersama Rd Nanoe Anka seorang dedengkot seniman Bulungan, mendirikan kelompok Alinea Baru Jakarta. sebuah wadah kreatifitas bersastra. 3 buku antologi telah dihasilkan kelompok ini yakni Ketika Daun Jatuh, Daun Bersayap Awan dan Tanah Air Daun. Kini Ahmad Setyo selain berkesenian, menulis beberapa Cerpen dan rencana menerbitkan sketsa sketsa Kisah Cinta"Cinta Suci Sang Gayatri" yang kerangka ceritanya kerap muncul di akun FB nya Ahmad Setyo Bae.

Soei Rusli : Tuhan Dengarkanlah Dzikirku

3.Soei Rusli

Tuhan Dengarkanlah Dzikirku

Rabba ya rabba
Demi hidupku di dunia fana
Berikan fitrah
Bulan ramadhanini
Engkau bertahta di arasy
Tak pernah lupa
Aku sampaikan dzikir langit tinggi
Untuk jalan ke surga
Gurun 2017

RgBagus Warsono Tampak tegas puisi Soei Rusli ini. Ketegasan yang menunjukan kesungguhan. Mula pertama hanya doa pengharapan, tetapi ia menyadari bahwa siapa pun berbuat kebaikan Allah Maha Mengetahui, Jika menyadari Allah Maha Mengetahui tak perlu Allah ditegur agar mendengar. Namun demikian puisi ini padat isi dan enak dibaca serta membangun apresiasi semua kalangan.


Soei Rusli Di lahirkan di padang 20121964 SDN 39 Padang SMPN 9 Padang SMA PGRI 3 Padang 6 orang bersaudara. Aku Ingin tulisanku sebagai wadah amalku untuk sastra nusantara awal tahun 1980 Soei Rusli menguna nama Atang Sonny Harja juga salah seorang anggota HPCP (Himpunan Pecinta Cerpen & Puisi), bersama Pria Takari Utama, Kurnia Effendi, Gus tf Sakai, Aant S Kawisar, Indrawati Basuki. Ary Nurdiana dan banyak lagi. Pendiri Adek Alwi dan Kawan kawan tergabung Himpunan Pecinta Cerpen & Puisi

Alhendra Dy : Mencari Butir Tasbih

6. Alhendra Dy

Mencari Butir Tasbih

Tak rampung aku kumpulkan biji tasbih
yang putus berserak
pada musim shaum ramadhan lalu,
Berulang aku menghitungnya
jumlah tak juga hendak cukup sembilan puluh sembilan
sedang bulir keseratus
mengiba
menatapku,
lalu membisikan kalimah :
" salmamun koulammirrobirrohiim "
( dari tangan kotor dan kurus
aku tutupi wajah kelam )
manalah pantas aku !
dalam geram
aku pukuli wajah batin,
agar bangun
dan bersegera tinggalkan mimpi,
mimpi pasi mimpi kusam.
Dan,
Ramadhan ini
aku masih saja merambah belukar, semak kepicikan
yang mulai meninggi,
Mengaburkan jalan illah
Menutup penjuru arah
Jalan pulang.
Ramadhan kedua 2017








RgBagus Warsono: Jati diri penyair kadang tampak dalam karyanya, Alhendra Dy dalam puisinya bercerita menempatkan sebagai hamba yang serba kekurangan bagaimana sikap hamba terhadap Penciptanya. Ramadhan pun berulang berjumpa, meski menhyambut kedatangan Ramadhan tetapi dalam puisi itu tetap merendah diri, sebab semuanya Yang Diatas yang serba mengetahui. Sebuah keistimewaan untuk direnungkan bahwa diterimanya ibadah kita , kita pasrahkan saja kepadaNya dengan ikhlas.


  Alhendra Dy, Lahir di Jambi 47 tahun silam. Menulis dan melukis di tekuninya sejak tahun 80-an hingga sekarang. Turut mendirikan teater Bohemian ’89 ( warisan Acep Syahril dan Iif Renta Kersa ) di bawah pimpinan Ari Setya Ardi (Alm), selain sebagai jurnalis di media mainstream dan digital juga membangun sekaligus pemimpin disebuah sanggar seni Rumah Kreativ Merangin (RKM). Karya-karyanya puisinya tersebar di berbagai media cetak seperti Merangin Ekspres, Pos Metro, Radar Sarko, Tribun Jambi dan Jambi One, sedang di media online apa pada jambistyle, jambi satu, jejak jambi dan tribun online. Sejumlah antologi puisi bersamanya ada di Pendaras Risau 13 Penyair Jambi Tahun 2015, Senandung Alam Tahun 2012, Lacak Kenduri Tahun 2015, Arus Puisi Sungai Tahun 2016, Memo Anti Teroris Tahun 2016, Aku dan Tulisanku Tahun 2016, Siginjai Kata-Kata Tahun 2016 (43 Penyair Jambi), Pasie Karam (Temu Penyair Nusantara) Tahun 2016, Ije Jela (Tifa Nusantara) Tahun 2016, Antoligi Puisi Penyair Nusantara Aceh 6,4 SR Tahun 2017, sedang antologi tunggalnya "Kesaksian Bukit Keramat" Tahun 2016 . Tinggal di Merangin - Provinsi Jambi.

Sarwo Darmono Pasa .......Ngeposna Rasa

73. Sarwo Darmono

Pasa .......Ngeposna Rasa

Sak iki sasi pasa
Sasi kang kebak Nugroha
Kabeh Pada jaluk ngapura
Kabeh pada Nindakna Pasa
Pasa ora mung ninggalna Upa lan Toya
Pasa kudune isa ngeposna Rasa
Rasa ing Panca Driya
Pasa Ngleremna Hawa Angkara
Angkara ing Jiwa Raga
Pasa manunggaling Rasa, Jiwa lan raga
Maneges marang kang Kawasa
Rasa Rumangsa manungsa kang kebak dosa
Duh.... Gusti kawula yuwun Ngapura
Sedaya Salah lali lan dosa
Kawula nyuwun Sehat Jiwa raga
Kawula nyuwun Yuswa Dhawa
Kangge Manembah Mring Padhuka
Saha gesang Miguna ,
Tumprap Sedaya Titah Alam donya
Pasa tansah tumindak Prayoga
Pasa tansah laku Utama
Laku Utama Kang Nyata
Kanthi Lila Legawa Jruning Wardaya
Gusti Kang Kawasa Paring Nugroha
1 Juni 2017

Sarwo Darmono, penyair tinggal di MagDarmono, penyair tinggal di Magetan, Mas Sarwo Darmono.


RgBagus WarsonoPerhatikan geguritan karya Mas Sarwo Darmono, seperti juga karya Mas Riswo Mulyadi dalam Tadarus Ramadhan ini kedua penyair mengirimkan geguritan dengan bahasa daerahnya. Sarwo Darmono menampilkan geguritannya dengan bahasa Magetan campur dengan diksi kawi yang merupakan pilihan yang mampu mengajak pembacanya untuk lebih memahami puasa di bulan Ramadhan ini. Ramadhan dalam geguritan ini oleh Sarwo Darmono dijadikan sebuah kesempatan yang paling berharga untuk memohon ampunan kepada Allah, memohon doa, dan sekaligus berserah diri. Bahasnya yang luhur membuat geguritan ini sangat berbobot dan merupakan syair Jawi yang dapat didokumentasikan untuk sekarang dan generasi selanjutnya.

Sabtu, 10 Juni 2017

Lawan Terus

Saudaraku para penyair teruslah berkarya, Jangan takut karena kultus individu tokoh sastra, Jangan takut tidak ada pengakuan karena kelompok dan golongan tokoh sastra tertentu, Anda bisa menjadi besar ! bahkan lebih hebat dari tokoh sastra sebelumnya yang tenar karena karbitan. Banyak tokoh pengamat yang tetap independen menilai karya sastra. Publik pembaca-lah yang akan mengadili semuanya. Publik akan tetap menghargai karya Anda yang menarik dibaca. Jangan takut karena monopoli penerbitan, monopoli penayangan/penampilan media. Jangan silau karena nama. Ini negara dengan 250 juta jiwa. Sastrawan daerah perlu diakses kehadirannya. Lawan terus kebijakan pencetakan buku sastra untuk sekolah di pusat oleh kemendikbud dan segera berikan porsinya penerbitan buku-buku sastra pada pemerintah daerah yang ditulis oleh sastrawan setempat!