Sabtu, 17 Juni 2017

Ahmad Setyo Bae: Tadarus pagi

69. Ahmad Setyo Bae

Tadarus pagi

pagi diantara deru jalan dan lolong sepi
tak tampak mimpiku tentang Cintamu padaku
hingga sebagian daun yang jatuh semalam enggan pergi

pagi diantara pilar dinding sebuah masjid
meski ku sandarkan luka laraku
tak kujumpai suara suara tinggi di telaga hati
diantara kursi kursi diam tak beraturan, meja meja beriak bekas pesta semalam
pun tak kutemui tangis dan erangan anak anak perawan
pagi dikedalaman mimbar ramadhan
buih nama nama silih berganti timbul tenggelam menghanyutkan sisa makanan dan kotoran
sepi tak bisa dibawa sunyi ke dasar sunyi
Kau yang sembunyi dibalik lengang jalan, di balik batu diam, di ulu pilar masjid, dibawah sajadah sholatku
ada Kau ada Kau ada Kau
sehingga aku leluasa bertanya tanpa orkestra layunya matahari.
Jakarta, 2/6/2017. By Ahmad Setyo

RgBagus Warsono Terjemahan sebuah puisi tergantung apresiasi. Penyairnyalah yang mengetahui maksud pesan pada puisi yang diciptanya. Jika di amati maka puisi ini memberi gambaran tentang Yang Maha Kuasa dari hambanya. Perenungan kadang hanyut dalam kesendirian dan kesendirian membuatnya sepi. Mas Ahmad Setyo Bae 'memasrahkan kepada Allah selalu ada dimana-mana.


Ahmad Setyo lahir dan besar di kota kecil Slawi - Tegal. Namun lebih dari 30 tahun ia hidup dsn tinggal di Jakarta. Komunitas seni Bulungan pernah dirambahnya dengan bergabung di Teater Aquila Jakarta tahun 1987 hingga 1993. Kesukaannya menulis selain dulu sebagai Wartawan, bapak dari 4 orang anak ini , bersama Rd Nanoe Anka seorang dedengkot seniman Bulungan, mendirikan kelompok Alinea Baru Jakarta. sebuah wadah kreatifitas bersastra. 3 buku antologi telah dihasilkan kelompok ini yakni Ketika Daun Jatuh, Daun Bersayap Awan dan Tanah Air Daun. Kini Ahmad Setyo selain berkesenian, menulis beberapa Cerpen dan rencana menerbitkan sketsa sketsa Kisah Cinta"Cinta Suci Sang Gayatri" yang kerangka ceritanya kerap muncul di akun FB nya Ahmad Setyo Bae.