37.
Kaliktus Ure Maran
Kamu dan Bundaku
Aku menemukannya
Aku bangga pada-Mu Ibu
ketika kawanku
si dia berjilbab merah
seingatku lima menit yang lalu
mereka tak ragu
bersila dan mengabadikan, cantiknya
sejenak ku tercengang, namun itu nyata adanya
“ohh.. mungkin?”
ku menyebutnya
“berbuka dipelukan Bundaku”
Tiba-tiba mereka diusik
oleh botol plastik milik Bapak
dia diusir
aku marah
namun, kupikir
jangan rumitkan pandanganmu
ku tepuk bahunya
“haii.. kawan”
jangan resah
mungkin dia sedang mabuk
ku tau senyum itu kembali
sambil ku buka pintu pagar
“silahkan..”
“masuklah dalam hati kita”
Ibuku menunggu sapamu kawan
Larantuka, 2019
Kaliktus Ure Maran
Enam jam dibawa lentera
Bagaimana ku menyatukan hati kita?
Aku takut kita saling cemburu selepas maghrib
padahal jari kita sama saat menunduk
memintah cinta di bawa lentera
yang terangnya seperti bulan
hingga terangnya pun aku tahu
engkau ada disisiku, sayang
kita saling menghitung
detak perut ketika lapar
dan harum menggoda warung depan jalan
jangan padamkan lentera
ketika sore belum tiba
Larantuka, 2019
38.
Sami’an Adib
Menyelami Rahasia Puasa
di antara fajar dan ambang maghrib
ada kejujuran yang tak pernah raib
setiap diri sabar memelihara diri
agar terhindar dari iri dan dengki
kelak berharap meraih kemenangan
menjadi satu dari sekian insan pilihan
di antara lapar dan dahaga
konon ada semerbak aroma ias
setiap orang tiada henti mencari
gerangan di mana bidadari sembunyi
belum seorang pun yang menemukan
meski denyut kerinduan tak tertahankan
di antara letih dan tabah
konon ada sebongkah berkah
banyak orang yang masih tekun berburu
meski jalan yang ditempuh penuh liku
entah sesiapa berhasil merengkuhnya
hingga kini abadi sebagai rahasia
di antara bening embun dan hening
ada ketulusan dari jiwa-jiwa yang tenang
mereka tidak mengharap kenikmatan semata
juga tidak takut terperangkap dalam kubang derita
hanya ridho ilahi yang mereka dambakan
hiasan terindah saat menebar senyum kegembiraan
Jember, Juni 2019
Sami’an Adib
Kidung Kerinduan
: ayah
Telah kami tenun serat-serat kasih
menjadi helai-helai kerinduan, Ayah
ijinkan kami membawanya sebagai oleh-oleh
untuk kita gelar sebagai panggung melantunkan madah
:kidung kagum pada Sang Khaliq Yang Mahaindah
Ayah, jarak yang merentangkan dua Ramadhan
telah menorehkan rangkaian kronika keharuan dan keriangan
sesekali kukabarkan celoteh cucu-cucumu penuh keceriaan
meski kami sadar rindumu tak mungkin tertunaikan
tapi, setidaknya ungkapan kasih tetap terjalin
Ramadhan kali ini kami akan pulang, Ayah
biarkan kami (aku, menantumu, dan cucu-cucumu) bersimpuh
pada kedua kakimu yang kian hari kian merapuh
kami pendam cita agar seluruh ridhomu luruh
sebagai bekal terbaik untuk terus melangkah
Ayah, maafkan bila celoteh cucu-cucumu menimbulkan keriuhan
sejatinya mereka hanya menumpahkan segala keriangan
setelah menemukan suasana baru yang penuh keakraban
seakan terbebas dari jebakan mesin mainan
yang nyaris menjauhkan mereka dari jalan Tuhan
Bukan takjil kelapa muda yang kami rindukan, Ayah
tapi lembut belaian tanganmu yang penuh kasih
juga doa-doa tulus dalam setangkup tanganmu yang tengadah
demi hidup kami berlimpah berkah
terbebas dari jerat melankolia keluh kesah
Jember, Juni 2019
39.
Arya Setra
Malam Penghujung Ramadhan
Gemuruh takbir dari tiap sudut
MengagungkanMU menyayat kalbu.
Gemeretak beduk bertalu membuat hati pilu,
Pilu karena rasa rindu akan diri MU setelah satu bulan berperang melawan nafsu..
Wahai kekasihku akankah aku meraih kemenangan
Atas RidhoMU..?
Akankah aku mendapat tempat bersama orang2 yg KAU rahmati dan KAU cintai ??
Aku hanya ias sujud dan tunduk padaMU.
Aku tidak berani berharap akan SorgaMU
Dan aku tIdak akan pernah takut atas nerakaMU
Asal aku berada dalam Ridho dan Rahmat MU….
Ya Rabb ku maafkan atas ocehan sang pungguk yang sedang merindukan indahnya rembulan …
4 Juni 2019
40.
Mim A. Mursyid
Resonasi
Barangkali
Nikmat paling surga
Adalah menjadi
Delapan tangga nada;
Kubawa engkau
Ke puncak pejam paling tajam
Semesta bunyi gemuruh dalam ruh
Kita pun manunggal sebagai rindu.
Madura, 2019
41.
Supianoor
Aku dan Sang Yatim Piatu
Hanya beberapa lembar rupiah lusuh
yang dapat kuulurkaan padamu sang yatim piatu
yang malang
Denan tangan gemetar dan mata berbibar
kau sambut dengan pandangan tajam raut genbira
kau raih tanganku
kau cium seperti kau sedaang berhalusinasi
itu adalah tangan orang tuamu
yang sudah puluhan tahun tak kau dapatkan
kau tersenyum dengan mata sendu tanpa irama
seperti senyum untuk orang tuamu
yang telah berlalu puluhan tahun yang lalu
Hanya usapan lembut di ubun-ubunmu
menyertai renyuhan hatiku untukmu
semoga ini dapat membangkitkan ingaatanmu
akaan usapaan orang tuamu sepuluh tahun yang lalu
semoga usapan lembut ini
mampu pula mengikis sedikit kesedihanmu
daalam menjalani kehidupanmu
untuk menyongsong masa depan yang lebih baik
Tanah bumbu 2019
Supianoor
Takbirmu di Hari Lebaran
Ketika lebaran tiba
Dengan penuh semangat
Kau berperanserta kumandangkan takbir dan tahmit
Dengan khusu dan kadang tersenyum semringah
Kau mampu melebur dan berbaur dalam alam gembira
Tak tampak kau memikul beban hidup
Walaupun hidup dalam naungan asrama yatim piatu
Makan bukan masakan ibumu
Minum bukan air rebusan orang tuamu
Namun senyum itu masih bisa kau lakukan
Di tengah-tengah rasa rindu akan kehangatan masa lalu
2019
Kaliktus Ure Maran
Kamu dan Bundaku
Aku menemukannya
Aku bangga pada-Mu Ibu
ketika kawanku
si dia berjilbab merah
seingatku lima menit yang lalu
mereka tak ragu
bersila dan mengabadikan, cantiknya
sejenak ku tercengang, namun itu nyata adanya
“ohh.. mungkin?”
ku menyebutnya
“berbuka dipelukan Bundaku”
Tiba-tiba mereka diusik
oleh botol plastik milik Bapak
dia diusir
aku marah
namun, kupikir
jangan rumitkan pandanganmu
ku tepuk bahunya
“haii.. kawan”
jangan resah
mungkin dia sedang mabuk
ku tau senyum itu kembali
sambil ku buka pintu pagar
“silahkan..”
“masuklah dalam hati kita”
Ibuku menunggu sapamu kawan
Larantuka, 2019
Kaliktus Ure Maran
Enam jam dibawa lentera
Bagaimana ku menyatukan hati kita?
Aku takut kita saling cemburu selepas maghrib
padahal jari kita sama saat menunduk
memintah cinta di bawa lentera
yang terangnya seperti bulan
hingga terangnya pun aku tahu
engkau ada disisiku, sayang
kita saling menghitung
detak perut ketika lapar
dan harum menggoda warung depan jalan
jangan padamkan lentera
ketika sore belum tiba
Larantuka, 2019
38.
Sami’an Adib
Menyelami Rahasia Puasa
di antara fajar dan ambang maghrib
ada kejujuran yang tak pernah raib
setiap diri sabar memelihara diri
agar terhindar dari iri dan dengki
kelak berharap meraih kemenangan
menjadi satu dari sekian insan pilihan
di antara lapar dan dahaga
konon ada semerbak aroma ias
setiap orang tiada henti mencari
gerangan di mana bidadari sembunyi
belum seorang pun yang menemukan
meski denyut kerinduan tak tertahankan
di antara letih dan tabah
konon ada sebongkah berkah
banyak orang yang masih tekun berburu
meski jalan yang ditempuh penuh liku
entah sesiapa berhasil merengkuhnya
hingga kini abadi sebagai rahasia
di antara bening embun dan hening
ada ketulusan dari jiwa-jiwa yang tenang
mereka tidak mengharap kenikmatan semata
juga tidak takut terperangkap dalam kubang derita
hanya ridho ilahi yang mereka dambakan
hiasan terindah saat menebar senyum kegembiraan
Jember, Juni 2019
Sami’an Adib
Kidung Kerinduan
: ayah
Telah kami tenun serat-serat kasih
menjadi helai-helai kerinduan, Ayah
ijinkan kami membawanya sebagai oleh-oleh
untuk kita gelar sebagai panggung melantunkan madah
:kidung kagum pada Sang Khaliq Yang Mahaindah
Ayah, jarak yang merentangkan dua Ramadhan
telah menorehkan rangkaian kronika keharuan dan keriangan
sesekali kukabarkan celoteh cucu-cucumu penuh keceriaan
meski kami sadar rindumu tak mungkin tertunaikan
tapi, setidaknya ungkapan kasih tetap terjalin
Ramadhan kali ini kami akan pulang, Ayah
biarkan kami (aku, menantumu, dan cucu-cucumu) bersimpuh
pada kedua kakimu yang kian hari kian merapuh
kami pendam cita agar seluruh ridhomu luruh
sebagai bekal terbaik untuk terus melangkah
Ayah, maafkan bila celoteh cucu-cucumu menimbulkan keriuhan
sejatinya mereka hanya menumpahkan segala keriangan
setelah menemukan suasana baru yang penuh keakraban
seakan terbebas dari jebakan mesin mainan
yang nyaris menjauhkan mereka dari jalan Tuhan
Bukan takjil kelapa muda yang kami rindukan, Ayah
tapi lembut belaian tanganmu yang penuh kasih
juga doa-doa tulus dalam setangkup tanganmu yang tengadah
demi hidup kami berlimpah berkah
terbebas dari jerat melankolia keluh kesah
Jember, Juni 2019
39.
Arya Setra
Malam Penghujung Ramadhan
Gemuruh takbir dari tiap sudut
MengagungkanMU menyayat kalbu.
Gemeretak beduk bertalu membuat hati pilu,
Pilu karena rasa rindu akan diri MU setelah satu bulan berperang melawan nafsu..
Wahai kekasihku akankah aku meraih kemenangan
Atas RidhoMU..?
Akankah aku mendapat tempat bersama orang2 yg KAU rahmati dan KAU cintai ??
Aku hanya ias sujud dan tunduk padaMU.
Aku tidak berani berharap akan SorgaMU
Dan aku tIdak akan pernah takut atas nerakaMU
Asal aku berada dalam Ridho dan Rahmat MU….
Ya Rabb ku maafkan atas ocehan sang pungguk yang sedang merindukan indahnya rembulan …
4 Juni 2019
40.
Mim A. Mursyid
Resonasi
Barangkali
Nikmat paling surga
Adalah menjadi
Delapan tangga nada;
Kubawa engkau
Ke puncak pejam paling tajam
Semesta bunyi gemuruh dalam ruh
Kita pun manunggal sebagai rindu.
Madura, 2019
41.
Supianoor
Aku dan Sang Yatim Piatu
Hanya beberapa lembar rupiah lusuh
yang dapat kuulurkaan padamu sang yatim piatu
yang malang
Denan tangan gemetar dan mata berbibar
kau sambut dengan pandangan tajam raut genbira
kau raih tanganku
kau cium seperti kau sedaang berhalusinasi
itu adalah tangan orang tuamu
yang sudah puluhan tahun tak kau dapatkan
kau tersenyum dengan mata sendu tanpa irama
seperti senyum untuk orang tuamu
yang telah berlalu puluhan tahun yang lalu
Hanya usapan lembut di ubun-ubunmu
menyertai renyuhan hatiku untukmu
semoga ini dapat membangkitkan ingaatanmu
akaan usapaan orang tuamu sepuluh tahun yang lalu
semoga usapan lembut ini
mampu pula mengikis sedikit kesedihanmu
daalam menjalani kehidupanmu
untuk menyongsong masa depan yang lebih baik
Tanah bumbu 2019
Supianoor
Takbirmu di Hari Lebaran
Ketika lebaran tiba
Dengan penuh semangat
Kau berperanserta kumandangkan takbir dan tahmit
Dengan khusu dan kadang tersenyum semringah
Kau mampu melebur dan berbaur dalam alam gembira
Tak tampak kau memikul beban hidup
Walaupun hidup dalam naungan asrama yatim piatu
Makan bukan masakan ibumu
Minum bukan air rebusan orang tuamu
Namun senyum itu masih bisa kau lakukan
Di tengah-tengah rasa rindu akan kehangatan masa lalu
2019