Selasa, 28 Juni 2011

KEBIJAKAN BBM NAIK: YANG MISKIN TETAP MISKIN

NEGARA APA INI? ORANG MISKIN GA BOLEH BERUBAH MEMPERBAIKI NASIBNYA?

1.
Demikian komentar seorang pedagang keliling yang tiap hari berkeliling menawarkan tempe produksi tradisionalnya. Bermula atas keinginan cita-citanya untuk merubah nasibnya agar rambahan jangkauan pemasaran lebih luas sampai ke luar kecamatan. Tak mungkin harus mengayuh sepeda. Karena itu ia mengumpulkan uang sehari sepuluh ribu rupiah dari hasil penjualan tempe setiap harinya. Ia pun tak juluk-muluk untuk membeli chas sepeda motor baru tetapi yang ia beli seken yang 50%. Namun belum lagi dagangan berkembang, harga BBM naik mencekik perut penjual tempe keliling itu. Katanya, Apakah kita tak boleh berubah? harus tetap miskin?

2.
Suatu hari seorang buruh nelayan ingin merubah nasib karena tuntutan keluarga. Ia ingin punya perahu untuk menangkap ikan di tepian laut. Ia membeli perahu kecil dari hasil menjaul tanah perarangan rumah. Agar ia tak lagi sebagai buruh nelayan yang diatur oleh majikan.Meski kecil tapi perahu sendiri katanya. Ikan yang didapat pun sebatas ikan kecil dan penghasilanpun kecil. Namun setelah BBM naik ia bingung. Perahu kecilnya tak lagi melaut, karena hasil ikannya tak cukup beli solar. Katanya benar kata majikannya, Orang miskin tetap miskin!

3.
Seorang tukang tambal ban mengeluh, penghasilannya yang pas-pasan harus dikurangi oleh harga BBM naik.Jadilah tambal bannya tutup. Pasalnya mesin disel untuk penyimpan tabung angin tak lagi bisa hidup karena mahalnya bensin. Kalau pake pompa tangan banyak konsumen yang enggan datang ke tempatnya karena kurang cepat pelayanan. Masa aku harus jadi gelandangan katanya, sambil memegang pompa tangan . Ia pun hanya menerima seribu rupiah untuk isi angin ban sepeda motor.

Sekelumit contoh diatas, tak usah di hiraukan oleh para pengambil kebijakan naiknya BBM yang tamak. Bukankah tak ada orang disebut kaya kalau tak ada porang miskin, jadi biarlah mereka miskin terus katanya...