Winar Ramelan
RAMADHAN YANG HENING
Seperti daun daun yang jatuh dari pohon
Mereka mendapati takdirnya tanpa suara
Ketika angin menabuhnya
Lalu tanggal dari pohon naungnya
Untuk luruh pada bentang pertiwi
Begitupun hari ini
Dalam ramadhan yang hening
Karena tak ada seremonial buka bersama
Atau tarawih dalam luasnya masjid
Tak ada bedug yang bertalu talu
Juga tadarus dengan pengeras suara
Di dalam rumah, ayat suci didaraskan
Doa doa dilantunkan sederas hujan
Kasih pun berpaut dengan erat
Seerat benang dalam tenunan
Hari hari berlalu begitu saja
Seperti daun yang gugur tanpa suara
Tetapi pagi menjadi hari baru
Laksana tunas daun lalu tumbuh bunga
Begitu pun ramadhan ini
Datang dan pergi menuju kuncup bunga yang wangi
Dan mekar tepat di hari Idhul Fitri nanti
DIRI DAN DIA
Mari kita dirikan tempat suci di dalam rumah
Menatahkan Dia bukan pada megahnya bangunan
Namun pada kelapangan dan kesucian niat dalam diri
Jangan lusuhkan jiwa untuk terlihat megah
Ketika menghadapNya, dengan tatapan tatapan serupa
Tatapan manusia yang ingin dilihat
Rundukkan diri atas keberadaanNya
Meski tak terlihat, Dia ada di dalam diri kita
Yang tak ingin ditinggikan
Karena sudah maha tinggi
Namun seringkali diri merasa sangat tinggi
Melebihi kepala sendiri
Biodata
Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar.
Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki.
Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit, Saron, A Skyful of Rainy Day, Sebutir Garam Di Secangkir Air, Berbagi Kebahagiaan Dalam Tadarus Puisi, Perempuan Bahari
RAMADHAN YANG HENING
Seperti daun daun yang jatuh dari pohon
Mereka mendapati takdirnya tanpa suara
Ketika angin menabuhnya
Lalu tanggal dari pohon naungnya
Untuk luruh pada bentang pertiwi
Begitupun hari ini
Dalam ramadhan yang hening
Karena tak ada seremonial buka bersama
Atau tarawih dalam luasnya masjid
Tak ada bedug yang bertalu talu
Juga tadarus dengan pengeras suara
Di dalam rumah, ayat suci didaraskan
Doa doa dilantunkan sederas hujan
Kasih pun berpaut dengan erat
Seerat benang dalam tenunan
Hari hari berlalu begitu saja
Seperti daun yang gugur tanpa suara
Tetapi pagi menjadi hari baru
Laksana tunas daun lalu tumbuh bunga
Begitu pun ramadhan ini
Datang dan pergi menuju kuncup bunga yang wangi
Dan mekar tepat di hari Idhul Fitri nanti
DIRI DAN DIA
Mari kita dirikan tempat suci di dalam rumah
Menatahkan Dia bukan pada megahnya bangunan
Namun pada kelapangan dan kesucian niat dalam diri
Jangan lusuhkan jiwa untuk terlihat megah
Ketika menghadapNya, dengan tatapan tatapan serupa
Tatapan manusia yang ingin dilihat
Rundukkan diri atas keberadaanNya
Meski tak terlihat, Dia ada di dalam diri kita
Yang tak ingin ditinggikan
Karena sudah maha tinggi
Namun seringkali diri merasa sangat tinggi
Melebihi kepala sendiri
Biodata
Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar.
Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki.
Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit, Saron, A Skyful of Rainy Day, Sebutir Garam Di Secangkir Air, Berbagi Kebahagiaan Dalam Tadarus Puisi, Perempuan Bahari