Rabu, 29 April 2020

Sugeng Joko Utomo PULANG

Sugeng Joko Utomo



PULANG



Sudarmin renta duduk terdiam

Bersandar tangan mata terpejam

Terhanyut angan di lamun kelam

Menembus masa silam

Tentang istri teramat dicinta

Tiga anak buah kasihnya

Sebentar lagi akan bersua

Pada rumah bambu telah tua



Di atas kapal melancar pulang

Rindu menari dicumbu gelombang

Beriring cericit camar-camar terbang

Hari pun menjemput siang



Sepuluh tahun ia terhumbalang

Merantau jauh di negeri seberang

Sebab sepetak kecil sawah ladang

Tak lagi memberi harapan panjang

Panen hanya setahun sekali

Itu juga tiada pasti

Air seperti malu mengaliri

Hijau subur menjauh pergi



Angin bertiup menerpa wajah

Lamunan segera tergugah

Ia bangkit berdiri terperangah

Rupanya sampailah sudah

Segera baris berdesak-desakan

Menjinjing barang bawaan

Di emplasemen dermaga pelabuhan

Gejolak di dada semakin tak tertahan



Sudarmin renta tertegun diam

Tak mampu mengurai gumam

Melihat desa tanah kelahiran

Tenggelam di telan air bendungan



Tasikmalaya, 27 April 2020

Sugeng Joko Utomo







LENTERA BELUM MENYALA



Terbayang pintu bercat hijau pandan

Mulai terbuka perlahan

Sayap-sayap rindu berkepakan

Mengerumuni jasadku dalam diam

Berpuluh ratus bahkan ribuan

Menggugah angan menjemput kenyataaan



Aku menghambur segera

Pada kedua tangan terbuka

Milikmu yang senantiasa

Menanti pulangku dengan setia

Menumpahkan selaksa rasa

Selama ini terpaksa ditunda



Senyum kau suguhkan

Bersama segelas cerita tentang Intan

Putri kita yang bukan lagi anak ingusan

Beranjak menjadi remaja kekinian

Selalu mengharap segunung perhatian

Dariku seorang ayah perantauan



Kunikmati peluk mesra darimu

Kuresapi cium takdim anakku

Kubenamkan jiwa pada lautan syahdu

Yang tetiba ombaknya menggulung haru biru



Kukunyah rindu yang tersaji

Kureguk segelas cinta suci

Terpejam mata menikmati

Getar asmara meresapi sanubari



Namun...

Hari ini kanda belum bisa pulang adinda

Saat ini ayah tak jadi datang ananda

Tak diperkenankan oleh aturan negara

Konon untuk memutus pandemi corona

Jika wabah sudah mereda

Kelak ada sempat untuk bersua

Akan kunyalakan lentera

Terangi segala penjuru rumah kita



Tasikmalaya, 25 April 2020

Sugeng Joko Utomo





BAITUL JANNAH



Wahai isteriku

Puasa baru berjalan seminggu

Tetapi kau telah belanja gula telur dan terigu

Juga beberapa macam rempah bumbu

Sibuk pula membuat kue ini itu



Untuk lebaran nanti

Katamu membela diri

Sambil tetap asyik mengolesi

Alat panggang cetakan roti



Sementara makna dari puasa terlewatkan

Engkau bergunjing sambil mengaduk adonan

Mulut tiada henti mengatakan

Si ini atau si anu telat bayar arisan



Rumah berantakan

Di ember bertumpuk cucian

Di teras sampah berserakan

Pekerjaan lain terabaikan



Istriku tersayang

Puasa dan lebaran itu satu pasang

Saling bertautan berbayang

Melengkapi bak angin dan layang-layang



Rusak puasa rusak pula lebaran

Tak berkumandang lagi kemenangan

Terkoyak oleh mudharat kebiasaan

Digerus nafsu buruk keseharian



Maka berhati-hati saja

Tulus menjaga sikap dan bicara

Tuntas menjalani ibadah mulia

Niat bersihkan jiwa raga dari dosa



Tasikmalaya, 14 April 2020

Sugeng Joko Utomo





YANG ASYIK MUDIK



Di penghujung akhir bulan puasa

Gemanya panggili para pengembara

Untuk pulang ke desa-desa



Segala moda transportasi

Motor bus dan mobil pribadi

Berebut cepat tak pandai mengantri



Cerita tentang kota

Perihal bermacam duka

Dilipat di balik senyum pura-pura



Pura-pura kaya

Pura-pura bahagia

Kompensasi dari hidup menderita



Herman memboyong anak istri

Dengan motor sendiri

Hasil menabung berhari-hari



Simin mengendarai inova

Sepertinya mobil sewa

Mengajak keluarga semua



Prapti naik bus AKAP

Berpengemudi kurang cakap

Di padat kemacetan terperangkap



Adakah yang naik kereta api

Tiket online tak pernah terbeli

Sebab jaringan internet bikin sakit hati



Mereka para pemudik

Berkumpul bercerita asyik

Saling berbagi kisah unik



Aku hanya diam mendengar

Senyum sendiri tanpa sadar

Menyimak perubahan desa jadi hingar-bingar



(Semua ini pasti tak lama

Sepekan lagi mereka balik ke kota

Melanjutkan berburu nasib menderita

Untuk kembali mudik lebaran berikutnya)



Tasikmalaya, 6 April 2020

Sugeng Joko Utomo

Selasa, 28 April 2020

MUHAMMAD JAYADI RAMADHAN DI TAHUN INI

MUHAMMAD JAYADI



RAMADHAN DI TAHUN INI

Ramadhan datang kembali mengunjungi kita
Masih dengan gema menebar rahmat Allah di segenap penjuru dunia ini
Memanggil setiap orang beriman yang terpatri di dadanya
Walaupun duka masih menyayat hati
Di tengah-tengah wabah yang belum mau pergi

Bagi kami, ramadhan tetaplah cahaya
Menerang keimanan di dada dengan puasa
Hadiah bagi setiap hamba-hamba-Nya
Mengandung nafas keampunan dan realitas keagungan cinta pada-Nya
Menuju puncak takwa

Ramadhan kali ini tetaplah gegap gempita
Meski sederhana secara zahirnya
Namun niat dan tekad tetap menyala
Menghidupkan bulan mulia di antara cobaan yang datang

Kita yakin
Allah punya rahasia di balik segala keadaan yang dijadikan-Nya
Kita jadikan renungan bersama di dalam jiwa.

Balangan 27 April 2020

PUASA TIBA

Pada bulan mulia ini
Kita raih kedalaman batin
Dengan perenungan diri
Menyelami keadaan
Wujud pertautan hamba dengan Tuhan

Sebulan ini kita latih
Memerangi nafsu di jiwa
Meraih muthmainnah
Ketundukan jiwa hakiki
Istiqamah hingga ajal tiba
Semoga.

Balangan 27 April 2020

Muhammad Jayadi lahir pada 19 Juli 1986 di desa Galumbang kec. Juai. Kab. Balangan. Hobi menulis, melukis meski otodidak. Tinggal di Balangan Kalimantan Selatan.

Sutarso PROTES TENTANG SURGA, TEMPAT PALING BINTANG BAGI KELUARGA

Sutarso

PROTES TENTANG SURGA, TEMPAT PALING BINTANG BAGI KELUARGA

"Di kepala:
 Pikiran kotor merajalela
 Terjebak otakatik otak,
 sampai terbelai andai,
 bahwa tanpa pikiran suci
 di kemudian hari
 kita masuk surga?
 Atau, telah kau
 pelajari  Sunah Nabi tapi
 purapura tidak mengerti?
 Di bibir:
 Kata mangkir
 kepada kita mampir
 Terlalu yakin masuk
 surga, bukankah itu
 kesimpulan terburuburu?
 Bukankah seharusnya
 menabung kebaikan
 seribu gunung,
 baru menghitung
 untung
 dari kemungkinan
 lolos seleksi
 setelah Munkar
 setelah Nakir
 jalankan tugas dari_Nya
 Mengenai catatan tentang
 baik buruk perbuatan kita
 dari lahir hingga
 hembuskan napas terakhir,
 ada di Roqib
 ada di Atid
 Di jemari:
 Kekerasan, ringan tangan
 Kau tau, tangan
 untuk memberi
 Mengapa kepada diri 
 sendiri
 mengapa kepada diridiri
 di luar diri sendiri,
 kaumenyakiti?
 Dengan zalim,
 mengapa mengklaim diri
 alim?
 Dengan kejahatan,
 pantaskah kita
 jadi penghuni surga?
 Bukankah masih ada
 waktu?
 Bukankah rumah kita,
 tempat yang tepat
 demi
 kembalikan keaslian diri
 yang terfotokopi
 basabasi
 bikin jalan ke surga
 terportal  bengal
 mengaku diri
 paling handal?
 Bukankah rumah,
 tempat paling indah,
 yang semoga jadi Tempat
 Paling Bintang bagi
 keluarga kita?"

Sorong, 25 April 2020


Bukankah rumah,
adalah surga?
Semoga dari rumah ini,
kita sekeluarga
mencapai surga


Sudarmono SENJA MENUJU KIBLAT MU

Sudarmono

SENJA MENUJU KIBLAT MU

Ya Allah
Malam seribu bulan selalu tiba
Menjemput umatmu
Memburu ridhomu tiap penjuru
Berbesar hati pada niatan
Meskipun dosa selalu ada

Ya Tuhan
Ramadhan yang datang kali ini
Kau coba dengan berbagai ujian
Percakapan mudlorat mubazir
Masih selalu ada di tubuh kita
Sebagai manusia yang tak peduli

Ya Semesta
Ada kerakusan kami tak kuingat
Wabah Virus cenderung bertambah
Membentang dari segala arah
Hanya engkaulah sang pengarah
Senja menuju tetap ke kiblatmu

Tambun Utara, 24 April 2020
Sudarmono

RAMADHAN HADIR DI RUMAH

Roda zaman itu terus berputar
diawali masa silam
kini benar terjadi di musim ini
wabah Virus mendunia
terlukiskan kembali
memporak-porandakan akal budi
niatan mulia juga peradaban

Tetapi ingat jangan bersedih
kembali kita berbakti
kirim doa puja dan puji
Ya Allah di bulan Ramadhan ini
wabah Virus segera musnah pergi
tergenggam kembali di tanganmu
Ya Illahi Rabbi

Tambun Utara 25 April 2020






Zaeni Boli PULANG

Zaeni Boli


PULANG

Kedamaian adalah tempat kembali
saat doa doa terbang ke langit
mengetuk pintuMu
saat sujud mencium bumiMu
aku adalah hambaMu
yang senantiasa mendamba pulang

Zaeni Boli 2020

BAHAGIA

rumput pagi
senyum bahagia
adalah jumpa bulan penuh berkah
seindah malam seribu malam
bintang gemintang
seolah butiran doa para hamba adalah kerinduan
dan Kau tersenyum wahai pemilik segala indah

Zaeni Boli 2020


 Profil singkat

Nama    : Moh Zaini Ratuloli (Zaeni Boli)
Tempat tgl lahir: Flores,29-08-1982
No tlp    081380724588
Pos El :zaeniboli@yahoo.co.id



Pernah tampil di acara Festival Internasional “Asean Literary Festival 2015” ,karya –karya puisinya juga termuat di media cetak maupun antologi bersama diantaranya Negeri Poci ,Puisi Menolak Korupsi dan Lumbung Puisi.Tergabung bersama Sastra Kalimalang sebagai Investaris karya sejak 2013-2017 .
Juga aktif bergiat di literasi bersama Agupena Flores Timur .Sekarang tinggal di Flores Timur  aktif di Nara Teater ,tampil pada Pekan Teater Nasional 2018 di TIM GBB,menjadi ketua TBM Lautan Ilmu dan mengajar di SMK SURA DEWA Flores Timur mendirikan Eskul Teater “Bengkel Seni Milenial”.Aktif menghidupkan kesenian di Kampus IKTL Larantuka.





Andi Jamaluddin, AR. AK. PULANG, YUK … !


Andi Jamaluddin, AR. AK.


PULANG, YUK … !


Pulang, yuk … !

Rinduku semakin membara

ingin pulang, ke kampung

sebelum bulan  simpan purnama



Pulang, yuk …!

Konon gubuk tua di tepi tebing

masih kukuh, berdiri

dengan tiang kayu hutan dan atap ilalang

dari rajut ayat-ayat matahari;

menyinari halaman, sisa waktu langkah


Pulang, yuk …!

Barangkali di kampung

masih ada sepetak ladang dan sawah

untuk kita semaikan biji-bijian

supaya esok tumbuh akar, bunga, dan berbuah

kita tuai kemudian hari,

agar tak kelaparan

1

Pulang, yuk … !

Aku merindukan suara burung-burung,

kecipak air yang mengalir di guntung,

nyanyian jangkrik tengah malam,

kokok ayam menjelang subuh,

lambaian rumpun bambu dan daun nyiur

Betapa kedamaian melekat dalam


//ajarak/23.04.20/23.01/pgt.tanbu//










Andi Jamaluddin, AR. AK.


USAI PULANG SAHUR, KITA PETUALANGI

Siapa kau bangunkan sahur

menjelang subuh pulang

peraduan berkemas. Ada gerimis hujan

sudah menghadang dengan selimut dingin



Bias cahaya pun bergegas,

berkemas di lipatan sunyi

barangkali ada tertinggal sebiji Ajwa,

bakal bekal berbuka

dengan segelas air putih-Nya



Siapa kau bangunkan sahur

sajadah menjadi terbentang, panjang

sejauh laut, dijelajah oleh 33 zikir

hingga ujung kampung halaman

kita petualangi

ingin bertemu, dan bertempat tinggal

di rumah damai

: rumah kita yang indah

//ajarak/24.04.20/23,37/pgt.tanbu//

Andi Jamaluddin, AR. AK. Berkali-kali menjadi pemenang sayembara penulisan naskah buku yang diselenggarakan Pusat Perbukuan Nasional, baik di tingkat provinsi maupun nasional, termasuk juga lomba cipta puisi. Sudah melahirkan sejumlah kumpulan puisi tunggal maupun antologi bersama. Anggota FAM ini mengantongi IDFAM6036U menerima hadiah seni dari Gubernur Kalsel Tahun 2012, Hadiah Seni Astaprana dari Kesultanan Banjar Tahun 2016, dan Anugerah Seni dari Bupati Tanah Bumbu Tahun 2018. Sekarang tinggal di Jalan Karya II RT.03 Desa Batuah Kec. Kusan Hilir, Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalsel. Hp./WA 082253446580. Fc. Jarak Fajar. Email : andijarak_64@yahoo.com



Roymon Lemosol Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun

Roymon Lemosol

Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun



di kesunyian pagi
aku mendengar anak-anak merafal doa
berzikir di rumah kehidupan
kata-kata mengalir bersama air
bersama angin jadi tembang surga

aku melihat mereka merentngkan tangan
memberiku secangkir teh hangat dari petikan embun

pagi yang indah saudaraku, ujar mereka
dadaku mengalirkan sungai air mata
menemukan rindu yang panjang
tepat di pertengahan desember

sebab langit kita Satu
dan kita sama-sama menulis waktu

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020











Roymon Lemosol

Setelah Subuh Kedua

Allahu Akbar
gema suara itu mengalun syahdu
tanah bergetar dijanjikan surga dari atap langit
angin berhembus
alam menunduk

bersajaklah mereka dengan tasbih
kebesaran Tuhan

di batas subuh kedua kulihat cahaya
di antara sujud-sujud
kedamaian

keikhlasan
senyuman hangat
jadi taman-taman bunga

setelah subuh kedua itu
mereka memelukku erat

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020

Roymon Lemosol, kelahiran Lumoli, Seram Bagian Barat 24 Agustus 1971. Karya-karyanya pernah menghiasi halaman sejumlah media lokal maupun nasional. Sebagian lagi terhimpun dalam 45 buku antologi bersama. Buku kumpulan puisi tunggalnya, Sebilah Luka Dari Negeri Malam (Akar Hujan, 2015). Jejak Cinta Di Negeri Raja-raja (Teras Budaya, 2019). Roymon dapat dihubungi melalui WA: 085243130770, email : pazaluei@yahoo.co.id

M. Johansyah – Tanah Bumbu

M. Johansyah – Tanah Bumbu



Puasa Adalah Rumah Indah Di Syurga

Arus godaan mulai merambah

semakin kuat mendesak-desak

keseluruh tubuh, ruang gerak

dihari pertama puasa ramadan

takpeduli sedang berjuang

menahan lapar haus dan dahaga

Haus, menggamit mulut dan lidah

pada sebotol sirup manis rasa melon

dicampur coklat lezat

berkawan es serut kelapa muda

beraroma citrus menggugah selera

bagaimana rasa itu takmenggoda

oh, ya Tuhan ~ hamba sedang puasa

mengumpulkan satu demi satu

bilah hitungan hari dengan jeriji jemari

beri hamba kekuatan menahan haus

hingga ke petang

menjadikan puasa hamba yang terbaik, tahun ini

sebab telah Kau cukupkan hamba dengan saur

lapar haus dan dahaga hanya sementara

sedangkan pundi-pundi akhirat abadi

Begitu pun lapar, terus menjalari tubuh

dengan bisiknya

serupa rayu wanita jalang tanpa busana

mengelus-elus dinding  perutku

lalu berkata lembut

seperti tetesan keringat sehabis birahi

disekanya berkali-kali, basah kering angin

mengembun, meluapkan sungai ke pembuluh selera

lapar ini menjadikan hari-hari penuh ikhtiar

menggarap sehampar lahan amal dunia

sebagai tanah tandus yang harus ditanami iman

ditanami segala tumbuhan mengandung energi

untuk menggerakkan segenap pikir

agar tiada yang percuma

saat panen tiba, didapatkan semua bahagia



Gerbang keampunan bagi jiwa-jiwa yang mendamba

dibasuh air sejuk ramadan, berkali-kali, berhari-hari

sajadah wangi

menuju ke rangkulan Illahi rabbi

kemarilah, sambutNya. Kerinduan berbalas kasih sayang

reguk nikmat yang dijanjikan, hari itu, berkekalan suka cita

puaskan segala inginmu

Batulicin, 24/04/2020#22.09












M. Johansyah – Tanah Bumbu

Rumah Ramadan Penebus Segala Dosa

Matahari telah menyimpan selembar catatan haus dan lapar

diserahkannya pada Tuhan, sebab puasa seorang hamba

adalah urusan Tuhan pada hambanya

tidak akan sia-sia, bahkan seberapa ikhlas pun berpuasa

juga bagi yang masih setengah hati

akan mendapat markah

ponten dari kerja manusia, Tuhan akan memonten semua

tidak tercecer sedikit juapun satu amalan

sengaja matahari dibuatNya cerah menyengat

lalu agak petang dibuatNya meredup mendung

ini skenario, ini setting sebuah panggung besar

untuk sebuah pertunjukan maha super kolosal

yakni Ramadan Mubarak, ya, Bulan Suci,

ya, bulan yang lebih baik dari seribu bulan

datang sekali dalam setahun, tamu agung lagi mulia

bagi sekalian hamba-hamba yang beriman

menguji taqwa, menguji cinta

haus dan lapar sebagai lembar uji

dijawab dengan sabar, ikhlas dan kebesaran jiwa

tidak menjadi halangan

diseparuh jalan sudah mengeluh

lalu berkata, aku takkuat

puasa membuatku sakit, puasa menyiksa diri

Tuhan Maha Tahu, apa yang engkau keluhkan

mengapa takkuat, membuat sakit, menyiksa diri

kelak hamba akan tahu jawabnya

jika tahu akan segala rahasia puasa sesungguhnya

semua hamba akan merasa rugi seumur hidupnya

karena tak berpuasa, sebab akan dibaliknya semua masa lalu

dibuatnya puasa sepanjang tahun

tetapi Tuhan takkan mau menerima

puasa bukan sebab terpaksa

puasa bukan sebab ingin mendapat pujian

sesungguhnya puasa adalah rahasia

antara Tuhan dan hambanya

sebiji kurma, bermakna

seteguk air, bermakna

cuaca yang meliputi sehari puasa, bermakna

silaturrahmi dalam puasa, bermakna

menjaga seluruh anggota tubuh, bermakna

hanya Tuhan tempat segala makna diurai penuh nikmat

dihamparkanNya pada suatu ketika, pada hamba

dinampaknya pada kita sekalian hambaNya

kenikmatan syurga yang tiada tara

entah, apalagi yang akan didapatkan

sebagai ganjaran bagi yang berpuasa

sebagai itibar, jangan butakan mata

sebab puasa, tambahan dari semua amalan manusia

untuk meraih kesucian diri

penebus atas segala dosa dan kesalahan

Batulicin, 24/04/2020#20.55

M. Johansyah, penulis yang mukim di Batulicin, Tanah Bumbu. Telah membuahkan banyak karya tulis, berupa puisi, cerpen dan esai. Tulisannya dibukukan dalam antologi bersama, diterbitkan di Kalimantan Selatan hingga mencapai ke luar daerah. Diantaranya : Hutan Hujan Tropis, When The Days Were Raining, A Skyful Of Rain, Membumikan Langit, Semerbak Hutan Seharum Ombak dan banyak lagi. Salam sastra.

Junaidi , Ramadan

Junaidi

Ramadan


Ramadan kali ini melankolis

Ada banyak lalu lalang ngeri

Seperti berita-berita saban hari

Memperbaharui jumlah-jumlah

Mengabarkan pengurangan-pengurangan

Mengabarkan nanar banyak mata

Pulang kampung atau mudik

Kabur atau menyembunyikan rindu

Kepada halaman rumah

Pada riuhnya kemenangan

Serta jabat tangan kehangatan...



Ramadan kali ini saksi ampunan

Kepada sesiapa yang perlu

Atau bertambah acuh

Semacam kunang-kunang

Yang jauh lalu indah

Ia mulai jarang kita tahu.

Barangkali kunang pun enggan

Kita pun enggan lagi berbincang

Dosa-dosa sendiri...

Pati, 25 April 2020


Junaidi lahir di Pati pada 25 tahun yang lalu, ikut tertaut mencintai sastra meskipun belum banyak bukti cintanya. Bisa ditemukan di bumi bagian Asia tenggara, Jawa Tengah, Indonesia. Atau mudah saja dengan nama FB Juna Sa





Ramadhan di Rumah Saja, Heru Mugiarso

HERU MUGIARSO



RAMADAN DI RUMAH SAJA



Ramadan tahun  ini di rumah saja

Sembari  menyusun impianimpian lebaran dengan bersahaja

Menjalani hari demi hari berpuasa  apa adanya

Nyaris sebulan penuh  tak ada lagi yang tersisa



Kita pandang meja makan menu berbuka sederhana

Mencerna kebahagiaan hadir semenjana

Begitulah tahun tahun kita yang akrab dengan musibah bencana

Menyelesaikan satu demi satu tugasnya



Ramadan tahun ini di rumah saja

Berbuka, tarawih dan tadarus  serta itikaf di  sana

Kerna yakin Allah Ta’ala  hadir bersama kita

Mengajari bagaimana menyikapi sebuah petaka.



2020.















IBADAH SUNYI



Ibadahku ibadah sunyi

Ibadah dari hati paling hakiki

Jauh dari riuh dan riya

Karena ibadahku hanya padaNya

Sang Maha Sunyi



Ibadahku ibadah sepi

ibadah dari puncak kemanusiaan dalam diri

Karena hanya Tuhan Maha Sepi yang paling mengerti

Setiap gelagat niat dan iman tersembunyi



Ibadahku ibadah yang tak perlu diketahui

Ibadah ikhlas berbalut syar'i

Biarlah ujian bersabar kali ini

Menjadi inti dari persembahan yang sejati.

2020

Puasa Pertama, Anisah

Anisah

Puasa Pertama



Suasana social distancing sangat terasa di Musholla Istiqomah Dusun Jrakah

Tak ada lagi sesame jamaah bersalam-salaman seperti tahun lalu

Penataan shof tak lagi rapat tetapi berjarak. Tak ada karpet digelar, semua membawa sajadah sendiri

Walau begitu, musholla penuh dengan jamaah, tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan

Semua cerah ceria memasuki malam pertama Ramadhan

Setelah selesai sholat taraweh, jamaah pulang, sesuai anjuran pemerintah

 untuk mengurangi kegiatan berkerumun agar terjaga dari virus corona

Masyarakat dengan ikhlas pulang ke rumah masing-masing

Pukul tiga dinihari

Suara panggilan dari masjid untuk bangun persiapan makan sahur

Diiingi suara gemericik air hujan yang membuat syahdu suasana lereng Merapi

Indahnya suasana malam pertama makan sahur

Drngan lauk pepes ikan nila yang lezat

Semua anggota keluarga  riang gembira menikmatinya

Bersyukur telah diberi rizki kesehatan

dalam suasana lockdown dan PSBB



Magelang, April 2020
















Biografi Pengarang:

Anisah, penulis laporan dan berita pada Majalah Rindang, Semarang{2010},

Penulis artikel pada Surat Kabar Jawa Pos Radar Semarang {2019},

Penulis artikel pada Majalah Sejahtera Semarang {2020}

Penulis Antologi Puisi Tari Soreng {2019}

Penulis 5 buku antologi puisi bersama {2017.2018.2019,2020}

Alamat: Jrakah, Kaliurang, Srumbung, Magelang

HP.008774208223

Selembar Sajadah Hamparan Rumput Masjid Islamic Centre, Rg Bagus Warsono

Selembar Sajadah Hamparan Rumput Masjid Islamic Centre



Bus tahu waktu

Sopir kini mengerti hati penumpang

Ac siang tak tersa dingin

oleh suhu berdesakan

dalam perjalanan pulang

dan pergi ke tujuan

lalu badan besar panjang itu masuk pelataran

Masjid megah bersejadah hijau

hamparan umat

yang setia datang

atas kehendakNya

Rumah kita yang indah.

Lalu kita mencuci waktu

Betapa sehari seminggu sebulab dab setahun begitu cepat

ampuni jiwa kami kotor

malu aku berada di lelataranMu

aku ingin bersih

jiwa ini

malu aku berada

Di rumah kita yang indah.

(rg bagus warsini 27 April 2020)

Tiga Padasan, Rg Bagus Warsono

Tiga Padasan



Dengan air tadi siang

Dan bekas sandal jepit menyumpel mulutnya yang kecil

agar cukup

membasahi jamaah surau

gemericik riang air membasuh muka

dari orang orang laut

berbau ikan dan asin

menjadi bersinar

Tiga padasan gemericik hingga subuh tiba

airpun menyapa dingin

sepercik sepercik mulut padasan semakin kecil

seperti tetesan gerimis

lalu habis disinari matahari pagi

Tiga padasan kembali mencari air

yang dibawa ibu pemilik surau

(rg bagus warsono Ramadhan 1441 H)

Kita Semakin Berhimpit, Rg Bagus Warsono

Kita Semakin Berhimpit


Bersandar Dinding Jendela At Taqwa Bagda asyar menanti

lelaki tua lusuh dengan tas

Tembokku tembokmu juga

At Taqwa yang kita miliki kini megah berlantai dua

Menikmati kantuk sejuknya angin

di serambi itu

At Taqwa milikmu

Seperti yang sudah sudah lelaki betsandar bertambah tambah

semakin ramai semakin padat

At Taqwa milik semua

lelaki tua lusuh itu tak terlihat

dan saling tak melihat

At Taqwa tak mempedulikan

duduk atau selonjor

sebagai tamu rumah kita yang indah

Ketika beberapa saat menjelang magrib

semakin berhimpit

kendaraan dan gerobak dagang

ingin bersandar

di dinding jendela At atTaqwa.

(rg bagus warsono, ramadhan 1441 H)

Tadarus Puisi IV Ramadhan 1441 H Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia



Kamis, 23 April 2020

Ikuti Antologi Bersama Tadarus Puisi IV Lumbung Puisi Sastrawan Indonesi 2020 di Ramadhan 1441 H

Bagaimana menggairahkan sastra Indonesia khusus puisi pada pecintanya tergantung dari kearifan pelaku sastra untuk memelihara gairah sastra masyarakat. sastra Indonesia tidak boleh vacum karena kegelisahan, kesepian, keterasingan, atau keterpinggiran. Ia harus dapat menatap gembira ke depan agar sastra Indonesia dapat mengiringi laju zaman di Tanah Air ini.

Begitu pentinggnya sastra mengawal zaman begitu gairah sastra digelorakan para pelaku sastra di tanah air. Dari sanggar, komunitas hingga lembaga kebudayaan turut serta dalam memelihara sastra itu.

Namun tidaklah asal bunyi atau asal keluar , tetapi sastra harus menunjukan kemampuannya mengawal zaman itu. Artinya sastra dalam perkembangannya harus semakin maju baik keragamannya maupun mutu.

Antologi bersama yang populair di mulai tahun 2000-an ini seiring dengan perkembangan internet, kian menampakan pertumbuhan luar biasa. dimana-mana tumbuh membangkitkan gotong royong membuat buku sastra bersama, antologi bersama sama.

Di belahan sastra di tempat lain aktivitas terus berlanjut. semakin kehari hari ini semakin berlipat pelaku dan peminatnya. Ternyata bangsa Indonesia itu cinta keindahan. Sebab sastra adalah keindahan tutur dan hati. Tutur dan lisan sastra itu merupakan ungkapan hati. Jadi bangsa Indonesia itu mencintai keindahan.

Di belahan sastra di tempat lain, ada manusia pelaku sastra yang melihat perkembangan kegairahan masyarakat bersastra ini sebagai kekhawatiran akan perkembangan dirinya. hatinya diliputi rasa khawatir apa bila ia yg senior dan ternama itu tidak mendapat bagian sanjung dan peran aktivitas itu.

Demikian gerak sastra dan kegiatannya slalu memberi petunjuk baru dan lama, senior dan junior, kawakan dan pemula, pengalaman dan ingusan. Mereka beraktivitas bersama untuk menemukan kepuasan tersendiri. . Siapa disuka dengan siapa ia berhubungan. Mereka bebas memilih mana yang ia sukai.

Bagi orang yg berjiwa merdeka keadaan demikian adalah kegembiraan tak terhingga. Sebab ketika banyak masyarakat mencinta sastra dan banyak pelaku sastra di Tanah air , ini berarti bagian kemajuan bangsa dan kemajuan bahwa kita yang telah mengenal sastra ternyata diikuti oleh orang lain . Sebuah kemajuan positif baik dalam hal kreativitas maupun mental spiritual.

Kenapa demikian, sebab menggiring untuk mencintai membaca saja susahnya bukan main. Oleh karena itu kehadiran mereka dalam kancah sastra dalam hal ini puisi dan pemnyair harus disambut gembira. Dan perlu kita dukung agar sastra semakin memasyarakat .(bersambung)

Selasa, 21 April 2020




Tentu masih banyak puisi-puisi indah dalam antologi ini yang mengundang apresiasi dan enak dibaca. Sungguh pun demikian tak elok jika apresiasi berupa ulasan disampaikan dalam buku ini. Penyair-penyair dalam antologi Corona ini ternyata memiliki kekhasannya tersendiri dari masing-masing pemilik jiwa sang penyair. sebagai penutup ulasan buku ini penulis suguhkan mantra puisi karya Wardjito Soeharso. Penyair asal Semarang ini justru membuat jampi-jampi agar pagebluk ini segera berakhir. Dalam bahasa jawa Wardjito mencoba jampi-jampi ini. Sebuah puisi yang membuat pesona luar biasa jika dibaca di panggung terbuka. Berikut puisinya :





Japa Mantra



Bolading!

Klambi abang

Bendho gowang.

Jalitheng!

Jun jilijijethot

Wong Tapang asli

Cempe-cempe!

Undangna barat gede

Tak opahi duduh tape

Weerrr.....weeeerrrr....

Weeeeeerrrrrr....

Setan ora doyan

Penyakit ora ndulit

Wabah ora temah

Amung kersane Gusti Allah

Corona...

Minggaaaaaatttt!

Giyanto Subagio, Virus Corona Realitas 2020


Senada dengan penyair Heru Mugiarso. Penyair Jakarta Giyanto Subagio dengan puisi pendek yang sangat apik ia menatap wajah Ibu Kota Jakarta.

Giyanto Subagio yang dikenal sebagai pembaca puisi ini juga mencatat bahwa situasi ibu kota di masa corona demikian mencekamnya. Mari Kita simak puisi bagus ini :




38.Giyanto Subagio, Jakarta

Virus Corona Realitas 2020

Copid 19 mengetuk pintu rumahmu bagai hantu kelam yang begitu menakutkan.

Di ujung gang tak ada tanda

kabung, kecuali jalan setapak yang sunyi dan mencekam.

Malam bulan kehilangan cahaya kehidupan. Sebab, lampu-lampu kota pucat pasi serupa tarian mayat-mayat.

Sirine ambulance meraung-raung membelah kota Jakarta yang sepi bak kota mati.

Heru Mugiarso, Jantung Jogya


Mari kita simak puisi berjudul Jantung Jogya. Karya Heru Mugiarso. Entah mengapa Heru menyebutkan Jogya bukan Jakarta. Meski demikian puisi ini termasuk unik ketika tema yang disuguhkan ia menatap bagaimana kehidupan di sebuah kota (Jogyakarta) akan dampak corona.

Gaya Heru demikian apiknya sebagai seorang penulis senior, sehingga puisi ini mengundang apresiasi tinggi. Bahkan Heru menulisnya ketika dengng corona mulai dibicarakan. Mari kita simak puisinya :






43.Heru Mugiarso, (Semarang)

Jantung Jogya

Pageblug Covid -19

Apakah Jantung Jogya berhenti berdenyut

Ketika debarnya kaubaca sebagai romansa percintaan

Antara para pelancong, penjaja nasib dan puisi elegi

Yang dinyanyikan para pengamen jalanan?

Senja adalah nostalgi

Tertulis pada ribuan tilas jejak kaki

Tapi tidak pada saat kini

Ketika udara bertuba tibatiba berubah jadi buruk mimpi

Apakah sesuatu yang viral ketika nafas mendadak tersengal?

Dan di jantung Jogya yang sibuk kau cari pada halaman peta itu

Seolah meramal ada yang harus hilang dan terpenggal

2020

.Salimi Ahmad, Pandemi Covid 19

Kawan Lama,

Salimi Ahmad, lahir di Jakarta 22 Mei 1956. Buku puisinya ‘Di Antara Kita’ (2009), dan beberapa puisinya tersebar di beberapa antologi puisi lainnya yang terbit sejak tahun 2010 – 2020.

Dalam antologi corona ini ia menulis bagus puisi yang cukup panjang namun baris dan baitnya tampak bernas. Banyak orang menulis puisi panjang namun bait baitnya kadang sama arti dengan bait sebelumnya sehingga menjenuhkan. Tidak demikian bagi penyair Betawi yang akrab dipanggil "Encang" ini berikut puisinya mari kita simak.




79.Salimi Ahmad, Jakarta

Pandemi Covid 19

otakku ini sepertinya harus dicuci

bukan dengan rinso atau bayclean

yang konon terbukti ampuh

membersihkan kotoran,

menghilangkan noda dan bercak

yang melekat

aku harus mencuci otakku, kukira

dari wabah virus corona ini

yang sedang gencar-gencarnya

memporanporandakan dunia

dunia nyata maupun dunia imajinasi

dari penduduknya yang gelisah

aku harus mencuci otakku, kukira

dari segenap kesalahan yang mungkin saja

telah diperbuatnya

dari penderitaan masyarakat bawah

yang terpangkas rejekinya akibat social distancing

dari kepanikan masyarakat menengah - atas

membayangkan akan kelaparannya

yang bakal membuat hidup kian susah lagi merana

dari pikiran membebaskan 30.000 napi kriminal

di penjara-penjara, hanya untuk maksud

yang sangat mudah dibaca: ketakutan para koruptor

mati terasing di kandang mewahnya - jeruji

yang tak bakal membawa kehormatan dirinya.

aku harus mencuci otakku, kukira

untuk tegar membelah semangat

para pejuang yang menjaga nyawa banyak orang

dan menebar kebangggaan

di tengah peralatan serba kekurangan

dokter, perawat, para relawan medika,

orang-orang yang mengasihi dan

berjuang menjaga hidup kemanusiaan

aku harus mencuci otakku, kukira

menjaga semangat dan bersemangat berjaga

jarak yang tak menimbulkan fitnah yang telah begitu

gencar mengisi banyak informasi, bertebaran,

kalap memahami “makna” wabah

aku harus mencuci otakku, kukira

bukan dengan segala benda-benda itu, bukan

sebagai pengetahuan, perselisihan, perdebatan

yang mengandung pembenaran takliq,

pengutipan doktrin manusia

aku akan bergembira mencuci otakku

bukankah shalat dan cinta, takkan terterima

ketika suci jadi permainan mata.

Jakarta, 8 April 2020