Nita Pujiasih
Pendidikan Indonesiaku
Alam berbisik
Mengalunkan melodi
tentang rindu
Rindu akan
sosok-sosok pemerhati ilmu
Rindu akan gairah
semangat pemuda-pemudi
Pejuang sejati
laksana Bacharuddin Jusuf Habibie
Alam pun merayu
Menatap awan yang
berarak menyambut langit biru
Seraya berdoa kepada
Sang Kholik
Wahai Tuhanku
Dengan sifat
pemurahmu
Ciptakanlah Einstein
dalam diri setiap makhluk yang paling mulia di muka bumi ini
Alam pun bergeming
Tanpa melantunkan
gelora semangat
Menyapu pandangan
seluruh angkasa raya
Mengintai dan
meratap
Inikah wajah-wajah
pahlawan ilmu masa depan?
Penyuapan ilmu telah
membuncah di belahan negeri ini
Tidak terjadi hanya
sekali saja
Namun berulang kali
dan tak terhitung
Menyapa kepada
setiap pejabat kaya
Merayu kepada setiap
konglomerat
Menghampiri kepada
setiap mereka yang berlimpah harta
Mendekati mereka
yang mudah tergoyah imannya
Demi menempatkan
anak-anaknya ke sekolah-sekolah ternama
Demi mendapatkan
mawar kebanggaan dalam diri mereka
Lalu bagaimanakah
nasib pemuda-pemudi bangsa yang mumpuni itu?
Mau dibawa kemanakah
sosok cerdas seperti Habibie itu?
Bagaimana dengan
sosok-sosok cemerlang seperti Einstein?
Jika kursi-kursi
telah direbut oleh mereka yang senantiasa bangga dengan penyuapan ilmu
Padahal di negeri
ini banyak kali pemuda-pemudi cerdas, cemerlang, dan juga inovatif
Yang kelak mampu
menjunjung negeri ini dihadapan dunia
Inikah wajah budaya
pendidikan kita?
Asa yang menggebu
dalam diri setiap pemuda-pemudi berprestasi seakan tertutupi oleh debu yang
menempel di ujung pena mereka
Menghapus jejak
mimpi-mimpi mereka
Berserakan tak pasti
dan terombang ambing
Mereka hanya bisa
berbisik
Adakah tempat bagiku
untuk terus melangkah?
Saat ku hanya ingin
melaju melanjutkan semua mimpiku
Meratap dalam
kegelapan
Seorang anak miskin
mengadu diri
Tuhan kemanakah aku
harus melangkah
Bisakah daku
bersaing mendapatkan tiket pendidikan?
Setelah pintu
gerbang seakan tertutup oleh mereka yang tak takut dosa
Tidakkah mereka
memikirkan nasib saudaranya di dunia ini
Tidakkah mereka
memberiku kesempatan untuk terus berkarya dalam setiap mimpiku
Aku pun ingin
berjuang membanggakan negeri ini
Tidakkah mereka
melihat kemampuanku
Tidakkah mereka
memberiku kesempatan untuk terus berjuang
Melanjutkan mimpi
besarku, meraih cita-citaku
Wahai kalian yang
berlimpah harta
Bagaimana aku bisa
turut membanggakan Indonesia
Bila kursi-kursi
sekolah telah engkau beli demi putra-putrimu yang belum bisa mendapatkan
almamater ternama
Bahkan yang pesimis
dengan kemampuannya
Tidak bisakah
anak-anakmu bertindak sportif
Berjuang bersama
meraih kursi impian
Tidakkah kau tahu?
Memetik bintang tak
semudah kita dalam mengedipkan kedua mata
Segala sesuatu juga
membutuhkan perjuangan dan proses
Wahai kalian yang
berlimpah harta
Aku hanya ingin
kalian mendengar bisikan hati kami yang begitu bergelora meraih mimpi
Aku hanya ingin
kalian memandang kemampuan kami
Aku hanya ingin
kalian mengetahui prestasi kami
Bahwa kami pantas
bersanding menuntut ilmu seperti Habibie atau bahkan Insinyur Soekarno
Izinkanlah kami
untuk membangun Indonesia Emas 2045
Wujudkanlah pintaku
ini
Hapuslah penyuapan
ilmu dalam diri kalian demi generasi penerus bangsa ini
Bimbinglah
putra-putimu untuk dapat mengukir prestasi
Agar kelak mampu
bersanding dengan kami
Mewujudkan Indonesia
Emas 2045 Satu Nusa Satu Bangsa
Untuk negeri Garuda
Indonesia
Nita Pujiasih
Siapakah dikau?
Aku bertanya pada dikau
Siapakah dikau?
Gayus Tambunan kah?
Neneng Sri Wahyuni kah?
Atau justru Yahya Fuad?
Siapapun kamu yang jelas kau bukanlah Dilan
Hey dikau
Masih sajakah kau begitu?
Janji-janjimu pada rakyatmu dulu
Hah…itu sudah menjadi janji palsu
Lalu masih sajakah kau mengelak?
Jika iya itu sungguh memalukan
Administrasi negara berantakan
Pembangunan tak terselesaikan
Rakyat kecil terabaikan
Lalu masih sajakah kau mengelak?
Jika iya sungguh itu tidaklah adil
Sadarlah dikau para penggelap uang negara
Akan kau kemanakan para rakyatmu
Mau dibawa kemana kemajuan Indonesiamu
Jangan biarkan bangsa ini mati karakter karenamu
Ingatlah
Bukanlah kita meminta Indonesia untuk bisa memberi kita keuntungan
Namun apa yang bisa kita berikan untuk Indonesiaku
Camkan kata-kata Soekarno itu