Rabu, 14 Maret 2018

Tajuddin Noor Ganie INDONESIA LUCU KASUS BATUBARA

Tajuddin Noor Ganie

INDONESIA LUCU
KASUS BATUBARA

Di sebuah provinsi di Indonesia
(Namanya sengaja disamarkan)
Tambang Batubara terbentang beratus hektar luasnya
Atas nama batubara, tanah dikeruk sedalam-dalamnya
Setiap hari armada truk gajah membawanya
ke pelabuhan penumpukan
Setiap hari tongkang-tongkang raksasanya
membawanya milir di sungai
Pelan tapi pasti batubara diantarkan
ke alamat konsumen entah di mana
Berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan
tongkang ditarik tugboat
Mula-mula melintasi sungai, dan laut
di wilayah negara sendiri,
Kemudian melintasi wilayah laut negara tetangga,

Namun, lucunya aktifitas itu
Tak bermakna social financial bagi warga provinsi
Buktinya, listrik masih nyala bergilir dari hari ke hari
Padahal provinsi ini adalah lumbung batubara
Bahan bakar pembangkit listrik itu sendiri

Namun, lucunya aktifitas itu
Tak bermakna social financial bagi warga provinsi
Buktinya, fasilitas umum masih begitu minimnya
Tidak ada pelabuhan samudera
Tidak ada jalan raya yang mulus sempurna
Tidak ada bandara yang memadai
Penganguran terdidik masih tinggi angkanya
Pengemis masih berkeliaran di mana-mana

 “Duhai, kemanakah larinya uang hasil penjualan batubara
yang bergunung-gunung banyaknya itu?” tanya banyak orang
Ada yang menjawab sekenanya
“Habis dirampok teroris Abu Sayaf”

(Menurut berita koran, ketika melintas di perairan Filipina
tongkang direbut teroris Abu Sayaf, awaknya disandera
Selanjutnya yang kembali cuma tongkang dan awaknya
Meskipun mereka bebas tanpa tebusan sama sekali
Namun, batubaranya sendiri tetap tinggal di Filipina)

Banjarmasin, 29 Oktober 2017












Tajuddin Noor Ganie (TNG), lahir di Banjarmasin, 1 Juli 1958. Sarjana S.1 PBSID STKIP PGRI Banjarmasin (2002) dan Sarjana S.2 FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (2005). Pensiunan ASN Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Selatan (2016). Dosen PBSID STKIP PGRI Banjarmasin dengan banyak mata kuliah, antara lain Penulisan Kreatif Sastra, dan Penelitian Sastra dan Pengajarannya.
Mulai menulis puisi, cerpen, dan esei sastra sejak tahun 1980. Antologi puisi yang sudah terbit adalah Bulu Tangan (Tuas Media Publisher, Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 2012), dan Perahu Ilalang (FAM Publisihing, Pare, Kediri, 2016). Sering diundang baca puisi dan sebagai pembicara untuk topik-topik menulis karya sastra, kajian sastra, sejarah sastra, sastra Banjar, budaya Banjar, dan folklor Banjar dalam pertemuan ilmiah di kampus-kampus dan di luar kampus di kota Banjarmasin, Surabaya, Solo, dan kota-kota besar lainnya di tanah air. 
Penerima Anugerah Pemuda Pelopor Bidang Sastra dari Menteri Negera Pemuda dan Olahraga (Ir. H. Akbar Tanjung, 1991), Hadiah Seni Bidang Sastra dari Gubernur Kalsel (Ir. H. Gusti Hassan Aman, 1998), Anugerah Astraprana sebagai Sastrawan Banjar dari Kesultanan Banjar (Sultan Haji Khairul Salleh Al Mu’tashim Billah, 2014), Anugerah Budaya dari Gubernur Kalsel (Drs. H. Rudy Ariffin, MM, 2014), Sastrawan Kalsel Berprestasi dari Walikota Banjarbaru (Drs. H. Ruzaidin Noor, 2014), dan Penghargaan Seni Kota Banjarmasin untuk bidang Seni Sastra (H. Muhidin, 2015) .

MUHAMMAD : Topeng

MUHAMMAD

Topeng

Sembunyikan agar tak tahu
Menggunakan wajah wajah palsu
Menari bak angin baru
Terbang tinggi hidupkan lucu
   Indonesiaku........
   Denganmu ku lestarikan
   Tari,lagu,dan keajaiban
Topengmu.....
Mempunyai aneka gaya bahasa
Membuat mereka semua tertawa
Indah budaya indah tiada tara               
Memangku warisan dengan tawa         
    Bangga akan mengawalmu
    Bahagia karena kayamu
Topeng memberi cerita legenda
Dan  memberi warna indonesia


23 Desember 2017

Zam'sta NEGERI MIMPI



Di dalam mimpi

Aku berjalan ke setiap setapak negeri
Memanggul surga
Sepikul wajah purnama
Sekeranjang angan-angan luhur
Sampai tidurku memasuki
riuh angin pasar-pasar

Matahari kupetik dari senyum kekasihku
dan kujadikan bantalku
Surgaku menjadi seculun mitos
yang melintasi lorong-lorong negeri dongeng
di atas tanah, hutan-hutan penuh mistis
dan laut yang tergerus

Juga sebuah dusun dikabuti kemarau
dan kecemasan
kasak-kusuk, percekcokan
Mendengung ke udara
Hingga akhirnya aku terbangun
dalam se-tubuh kesangsian

Batuputih, 2017








Zam'sta, adalah nama pena dari Moh Rikzam, lahir di Sumenep 07 April 1989. Bergiat di Masyarakat Bawah Pohon Yogyakarta (2009-2012) Komunitas Pelar Sumenep (2014-2015). Saat ini, bersama teman-temannya mendirikan komunitas 'Pabengkon Sastra' di kampungnya. Puisinya disiarkan di buletin, majalah, program sastra radio dan juga terkumpul dalam antologi bersama; Narasi Tembuni, Gemuruh Ingatan, Rumah Pohon.

Tajuddin Noor Ganie INDONESIA LUCU KASUS KEBUN SAWIT

Tajuddin Noor Ganie

INDONESIA LUCU
KASUS KEBUN SAWIT

Di sebuah kabupaten di Indonesia
(Namanya sengaja disamarkan)
Kebun sawit terbentang
beratus ribu hektar luasnya
Atas nama sawit hutan rawa
dibabat dengan semena,
Pak Bupati pasti mengetahuinya

Tanahnya diolah pengusaha
dengan cara dibakar sesukanya
asap bakaran hutan rawa
membubung naik ke angkasa raya
bergumpal-gumpal jadi satu
membentuk kabut asap yang pekat
dan sangat sengak baunya
berhari-hari, berminggu-minggu
bahkan berbulan-bulan
kampung-kampung tertutup kabut pekat
kota-kota tertutup kabut pekat
jalan-jalan tertutup kabut pekat
bandara tertutup kabut pekat
pelabuhan tertutup kabut pekat
Tiap hari bernafas terasa berat.
Maklumlah yang dihirup adalah
udara bercampur asap pekat

Pak Bupati pasti tahu karena beliau juga
menghirup udara yang sama, udara yang
dihirup oleh segenap rakyatnya, tanpa kecuali
yang bermukim di wilayah pemerintahannya
dari hulu ke hilir


Pak Bupati pasti tahu
karena rumah dinasnya
juga dikurung kabut pekat
Selama berhari-hari,
berminggu-minggu,
bahkan berbulan-bulan

Tiap hari panen sawit
Tiap hari sawit diolah jadi minyak di pabrik
Tapi lucunya tak bermakna apa-apa
Tak membuat rakyat jadi makmur rupanya

Lihatlah, publikasi data Biro Pusat Statistik
yang dibacakan Bapak Presiden tadi pagi
Kabupaten dimaksud termasuk
dalam daftar daerah miskin di Indonesia

Namun, sangatlah mengherankan
(baca sangat lucunya)
Pak Bupati masih tetap “dicintai” rakyatnya
Terbukti beliau terpilih lagi untuk masa jabatan lima tahun kedua

Banjarmasin, 29 Oktober 2017




Khoerun Nisa Cinta zaman New

Khoerun Nisa

Cinta zaman New

Perjalanan masa
Mengikuti perubahan
Berkembangnya cinta
Cinta dalam pegangan layar
Jadikan pendamping hati
Dalam sisi keadaan
Layar yang terfokuskan
Tersenyum geli
Rasa salahmengartikan
Cinta bertemu dalam layar
Pertemuan sebelah bagian
Hanya luar yang terpandang
Dengan rayuan gombal
Dijadikan sebuah percintaan
Cinta dimana-mana
Tinggal sentuh dan kata rayuan
Teknologi jadi perjodohan
Dalam dunia cinta

Panggilan bukan saatnya
Aku mencintaimu
Rayuan menggodaku
Panggilanmu merasuk tubuhku
Ayah bunda itulah yang kau inginkan
Kuberfikir sejenak ....
Kau sangat sayang padaku
Emang siapa dirimu
Kita belum menikah
Udah ayah bunda!

Khoerun Nisa, Tempat, Tanggal lahir   : Tegal, 30 Juli 1999 Alamat                             : Jl.melati 01, No.15, Dukuh jati kidul, Pangkah, Tegal.

HERU MUGIARSO IRONI DALAM AMPLOP RISWAH

HERU MUGIARSO

IRONI DALAM AMPLOP RISWAH

Ia mengemasi sujud dan doanya untuk Tuhan
ia menadahkan tangannya bagi lidah dan perutnya 
beberapa lembar uang bergambar dunia
terselip di kocek
lalai ayat-ayat kitab suci yang dihafal 
dan digumamkannya

Ia bersumpah demi nama Khaliknya 
dengan paras datar 
mengenakan topeng dusta 
yang telah lama dibelinya
ia lupa bekas hitam di keningnya
ia lalai mencukur jenggotnya
pada saat dicokok
dan dipermalukan 
di depan layar kaca

Jangan terima amplop riswah kecuali isinya, kata mereka

Dan pedang di tangan kanan dewi keadilan
siap menghunjam
entah dalam kelucuan atau sebaliknya dalam ironi
yang getir?
2017




HERU MUGIARSO, lahir di Purwodadi Grobogan lima puluh enam tahun yang lalu. Berkiprah di dunia penulisan sastra sejak masih remaja sekitar tahun 1975. Tulisannya berupa puisi, esai, kritik dan cerita pendek pernah  di muat di berbagai majalah dan surat kabar nasional dan daerah antara lain Horison, Republika, Media Indonesia, Jawa Pos , Suara Merdeka, Solo Pos, Littera, Hysteria, Radar Banjarmasin dan sebagainya . Prestasi yang pernah diraih adalah penghargaan Komunitas Sastra Indonesia Award 2003 dari yayasan Komunitas Sastra Indonesia sebagai penyair terbaik.Salah satu puisinya masuk dalam 100 Puisi Indonesia Terbaik dan masuk dalam nominasi penerima anugerah sastra Pena Kencana tahun 2008.Buku antologi puisi tunggalnya TILAS WAKTU (2011) yang diluncurkan pada temu sastra internasional  NUMERA ( Padang, 2012) masuk dalam katalog perpustakaan YaleUniversity ,Cornell University serta University of Washington Amerika Serikat. Antologi  bersama esai dan puisinya menjadi koleksi  Universitas Hamburg Jerman. Namanya  masuk dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi , 2017). Antologi puisi tunggal keduanya telah terbit dengan judul LELAKI PEMANGGUL PUISI (2017). Di luar itu, ia adalah inisiator gerakan Puisi Menolak Korupsi yang didukung oleh ratusan penyair Indonesia. Sekarang aktif mengelola jurnal sastra dan budaya nasional KANAL yang diterbitkan oleh komunitas sastra Simpang 5 Semarang. Sehari hari bekerja sebagai pengajar pada Universitas Negeri Semarang.

Gilang Teguh Pambudi TERNYATA KITA BUTUH

Gilang Teguh Pambudi

TERNYATA KITA BUTUH

ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan sosial
kata tikus yang mencuri kelapa
dan ular yang meninggalkan bisa pada korbannya

ternyata kita  butuh kecerdasan
dan kedewasaan ekonomi
kata beruang yang bertapa
depan perapian sampai mati kelaparan
kata harimau yang menghabiskan
sisa makan siangnya
di tengah kerabatnya
yang juga mati kelaparan
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan beragama
kata kadal gurun
yang memahami suhu panas
tetapi lupa pemangsa dan janji Tuhannya
kata srigala malam 
yang melupakan kasih sayang bulan
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan berpendidikan
kata induk elang
yang menipu anak itik
sebelum memangsanya
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan bernegara dan berbangsa
kata sekelompok burung jalak
dalam suatu perjalanan cinta
yang melupakan nasib kelompok
dan nasib setiap perut anggotanya
sementara paruhnya bernyanyi-nyanyi saja
tentang keadilan hukum dalam berbangsa
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan hidup bersama alam
kata anjing lewat
yang mengencingi tembok-trmbok
menimbulkan bau tak sedap
kata seekor macan 
yang merusak sarang pipit
dengan ujung cakarnya
kata sekawanan gajah
yang menginjak-injak kebun sayuran
kata gergaji besi
yang menumbangkan pohon-pohon
ternyata kita butuh kecerdasan dan kedewasan berbahasa
kata seekor kelinci yang sangat lucu
yang tidak mau mengerti
maksud setiap kalimat
dalam kitab suci
kata seekor ayam
yang bulunya dipakai
mencoret-coret sajak
kata kuntilanak
yang diatas pohon
entah menyanyi,
menangis atau menghina
Kemayoran, 07112017




Gilang Teguh Pambudi lahir di Curug Sewu Kendal, Jawa Tengah. Tetapi menghabiskan masa remajanya di Sukabumi, Jawa Barat. Lalu setelah bekerja dan berkeluarga di Bandung sempat berdomisili di Bandung, Purwakarta, dan Jakarta. Terutama karena tugas sebagai penyiar dan manajer Radio. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA. Puisinya terkumpul dalam beberapa buku antologi bersama, selain antologi sendiri.

Fian N Negeri Kita Loecoe

Fian N

Negeri Kita Loecoe

dan, kau pun mati dihimpit telapak
tanganku
masuk saku baju hilang di saku celana
muncul angka siapa sangka
menunggu yang lain
segera datang
penuh tanda tanya
mau dibawah ke mana (?)
jangan banyak kau tanya
mari kita sama-sama
berebut angka
berebut segala
kita jarah
dapat jatah
soal hukum jangan tanya
bisa dibeli apa saja
juga kapan saja dan di mana pun
yang penting pandai-pandai saja
ini kisah negeri kita
ini ‘kan loecoe
Flores, 2017










Fian N adalah nama lain dari Fian Nggoa. Lahir antara kabut dan tanah basah awal bulan terakhir 03 Desember 1995 pada sebuah desa yang bernama Olakile

F. Chaidir Qurrota A'yun NEGERI CEKIKIKAN

F. Chaidir Qurrota A'yun

NEGERI CEKIKIKAN

Negeri kita tempat kuntilanak.
Tawanya bikin hati terbelalak.

Digelar pertunjukan tukang lawak.
Panggung megah para pelawak.
mereka aktor dan penonton,
Menertawai diri sendiri.

Sementara didekatku,
Orang lebih suka menangis daripada tertawa.
Lebih suka marah daripada bersantai-ria.

Aku mencium perbedaan:
Di depan istana pemerintahan.
Di dalam kota, sesak pembangunan.

Jika tuan dalam ruangan tertawa,
Mereka diluar berkeluh-kesah,
Jika tuan di dalam makan-makan,
Perut mereka keroncongan.
Bila tuan di dalam tertawa, hahaha,
Mereka keluar air mata.
Kalau tuan di dalam berdasi sutra,
Mereka pakai kaos yang tak pernah disetrika.
Bila tuan-tuan tidur nyenyak,
Mereka sesak di dalam kontrakan sepetak.
Dan apabila tuan kedinginam di AC
Mereka telanjang dada membuka jendela.
Jika tuan-tuan gajinya lancar, besar,
Mereka masih menggamit ijazah di kepal tangannya.
Jika tuan-tuan di dalam sehat,
Anak mereka tumornya kumat.
Jika tuan-tuan korupsi tak diadili,
Mereka hanya menonton di televisi sambil hati jadi sensi.
karena baru saja terdengar kabar,
Maling Ampli yang dibakar.

Tuan, terus tertawa.
Aku dan mereka takut kemiskinan juga.
Tuan ini Orang pintar,
Tapi sayang tidak benar.
Tuan ini orang terdidik,
Tapi tak suka hal yang bajik.



Bekasi, 21 Oktober 2017

Fajar Chaidir Qurrota A’yun, lahir di Jakarta tanggal 23 Agustus 1993, bertempat tinggal di Perumahan Graha Bakti Kodam Jaya, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, saat ini adalah mahasiswa STAI Haji Agus Salim Cikarang jurusan Pendidikan Agama Islam.


Sang Agni Bagaskoro RIANG PENJUAL UNDANG-UNDANG

Sang Agni Bagaskoro

RIANG PENJUAL UNDANG-UNDANG

Ia telah menyatukan harga diri dengan nilai tukar,
Sebagai ganti dari kebebasan yang tak terhitung jumlahnya,
Meninggalkan ikatan manusia hanya untuk kepentingan ia semata-mata,
Terhanyut ke dalam lautan penuh egois

Yang telah disahkan oleh undang-undang dan tidak boleh dibatalkan,
Ia telah menetapkan satu-satunya kebebasan yang tak berakal,
Dijual dalam ruang bernama perdagangan bebas,
Menjadikannya seperti hewan yang sangat berkuasa

Terlampau banyak yang diperdagangkan,
Terlampau cepat musnahnya peradaban,
Kecuali moral yang selalu disembunyikan,
Lalu sekarang siapa sebenarnya yang menjadi korban ?

Celakanya ia tetap selalu merasa berkorban,
Dengan semua norma dan masa dalam sebuah undang-undang,
Yang selalu dipasarkan namun tidak pasaran,
Pedagang yang tidak lagi berbau amis.

Caranya berbicara didepan yang suka mengada-ada,
Dibelakang juga turut memaki-maki tanpa henti,
seolah-olah kami ini orang-orang tuli,
Cukup biadab bukan ?

Apakah perlu penglihatan yang mendalam,
Untuk memastikan rasa rakus itu menggenang dimana-mana,
Dari liur-liur yang cukup menipu,
Yang mampu menguasai pikiran pada waktu pemilu.

Jakarta, 12 November 2017





Sang Agni Bagaskoro, Jenis Kelamin  : Laki - Laki
Jl. C. Simanjuntak no. 193 GK/V,
Terban, Yogyakarta,Tempat Lahir  : Medan,Tanggal Sang Agni Bagaskoro , Lahir  : 10 Oktober 1995, Kewarganegaraan : Indonesia. Tinggal di Yogyakarta.

Selasa, 13 Maret 2018

Denis Hilmawati MARI MENARI BERSAMA PUISI

Denis Hilmawati
                 
MARI MENARI BERSAMA PUISI

 tarian puisimuEngkau persembahkan
 sepenuh hati untuk semua sahabatmu
Sahabatmu yang belum tentu pernah menjumpaimu

Mari menari bersama puisi
Pada bait-bait nan liris yang teramat manis
Sehingga akan membuatmu menangis
Seirama rintik hujan gerimis

Mari  mengisi panggung sandiwara dunia
Yang selebar layar kaca
Dalam genggaman tangan kita
Hp Androidmu pasti muat menayangkan semua acara tarian puis dunia

Bekasi, 01 Januari 2018














Denis Hilmawati ,lahir di Solo 02 Februari 1969. Buku Antologi Bersama yangpernah diikuti Denis Hilmawati diantaranya adalah: Haiku Indonesia,Sonian, Kitab Karmina Indonesia
Seribu Wajah Ambarawa, Menyemai Ingat Menuai Hormat, Puisi SakkarepmuBersama Penyair Mbeling Indonesia, Untuk Jantung Perempuan bersama Ewith Bahar, Cemara Cinta, Memo Anti Teroris, Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak.

Nazil Ini Lucu?

Nazil

Ini Lucu?

Hahahaha
Ini lucu?
Ketika kita ambil sampah disepanjang jalan,
Kita malu,
Namun, ketika kita ambil uang rakyat,
Kita anggap itu nomor satu.

Hahahaha
Ini lucu?
Ketika celaka tersuap harta,
Kita anggap biasa.
Namun, ketika hal kecil terjadi karena tak sengaja,
Kita anggap sengsara.

Dan apakah Ini lucu?
Ketika Semua tertawa,
Semua foya foya,
Semua bahagia,
Semua berpesta pora,
Namun, disudut sana,
Seseorang menangis penuh luka,
Tanpa ada yang menengoknya.

 Nazil . nazilaskandar.






Siti Faridah Kalau Bukan Kita Siapa Lagi ?

Siti Faridah
Kalau Bukan Kita Siapa Lagi ?

Apa yang salah dengan negeri ini hingga rakyatnya seakan-akan lupa dengan buana?
Apa yang salah dengan negeri ini hingga rakyatnya dibiarkan menelan binasa?
Apa yang salah dengan permikiran para kuasa hingga rakyatnya ambil bagian dalam mengabadikan masa?
Melepaskan ikatan teror yang seakan-akan masuk ke rumah warga.
Peluh kerja keras hanya jadi remah-remah,
Tumbal dari tebaran skandal.
Terkuak di awal lalu kusut diperlawanan permainan tangan kuasa yang lupa akan masa.
Jadi kasus berlarut, carut memarut, yang ada hanya gelap.
Tak berujung!.
Apakah cukup hanya pergi dari berfikir ke berfikir,
Pendapat ke pendapat,
Rapat ke rapat,
Debat ke debat,
Jabat ke jabat,
Tanpa mau tahu rakyat melarat diserbu tumpukan pembiaran.







Siti Faridah, lahir di Tasikmalaya pada tanggal 08 Februari 1999, tinggal di Ciamis. Saat buku ini terbit adalah Mahasiswa studi S1-ku di Universitas Negeri Semarang jurusan Ilmu Hukum.

Yan Ari Wibowo Hiburan tanpa rencana

Yan Ari Wibowo

Hiburan tanpa rencana
Instansi Pendidikan lahang rekreasi
Impian dunia kerja tempat pariwisata
semua semakin menyulitkan tuk mengembangkan diri
mulai dari SD, SMP, SMA, hingga kuliah
ha ha ha
semua hiburan tanpa rencana!

Suatu Pagi (di Jakarta)
Setiap pagi, kakiku hanya tau jalan – jalan yang tergenang,
setiap pagi, telingaku hanya mendengar lengking ngengat tanpa sayap berparade
setiap pagi, mataku pertanda sesal, tertumbuk pohon mati nan busuk
setiap pagi, hidungku mencium panasnya udara hitam malam.
entah sampai kapan kutulis hari – hari ini
semua terasa sangat sulit dicapai
bahkan sangat aneh ketika harus kubaca lagi
seperti memaki hidup sendiri.









Yan Ari Wibowo anak ke 3 dari 4 bersaudara. lahir 07 Januari 1990 di Ds Kedungmenjangan, Purbalingga, Jawa Tengah.

Tarni Kasanpawiro Berebut Piring,

Tarni Kasanpawiro

Berebut Piring,

Jari saling tuding
Gigi menjelma taring
Semua terlihat miring
Saling berebut paling

Kaki dihentak-hentak
Injak-menginjak diinjak
Kecebong bukan lagi bayi katak
Terlahir dari kumpulan dahak

Bumi tak lagi bulat
Langit kehilangan atap
Tuhankulah yang paling kuat
Bukan, tuhankulah yang terkuat

Kamu salah, tidak
Kamu yang salah
Lihat tuhanku berwarna merah
Lihat tuhanku berwarna hijau
Lihat tuhanku berwarna kuning
Lihat tuhanku berwarna biru
Apakah tuhan kita beda
Entahlah

Lidah telah kehilangan rasa
Tuli telinga buta sebelah mata
Tapi tak satupun ada yang merasa
Seakan semuanya sempurna

Inilah dunia kita
Tempat yang terlihat indah
Namun penuh dengan sampah
Berebut gelas dan piring pecah
Dari sebab lapar dahaga
Yang tak pernah ada habisnya

Bekasi 14 September 2017
Tkp.
Tarni Kasanpawiro, Lahir di Kebumen 01 Desember 1971, Suka menulis puisi dan cerpen sejak bangku SMP, hobby menari. Beberapa puisinya tergabung dalam antologi puisi bersama "Pinangan(Dapur Sastra Jakarta) , Mendekap Langit(Gempita Biostory) dan Puisi Menolak Korupsi jilid 2. 

Marlin Dinamikanto Di Taman Sarinya Persenggamaan Dunia

Marlin Dinamikanto

Di Taman Sarinya Persenggamaan Dunia

meskipun malam telah bersekutu dengan gelap
bahkan sejak lama. Sebelum dunia dibuat ada
atau diadaadakan oleh cerita Bunda Eva yang silap
tentang buah terlarang yang katanya menggoda
seperti cerita yang tersurat di Kitabkitab Samawi
di sanalah kunangkunang menegaskan hadirnya

malam dan segala gelap yang menyertainya
telah membunuh Cahaya. Tapi bukan kunangkunang
yang tak pernah mati sebab ada pedang di dasar jiwa
mengarungi rasa takut yang menggenang
di loronglorong keterasingan manusia
selalu ada cara mengatasi keterbatasannya

Gurun Gobi dan dataran tinggi Himalaya
bukan halangan bagi manusia menyebarkan
air mani yang diolah dari hasrat ke vagina
kehidupan yang terbentang sejak Mesopotamia
melintas Tigris, Samarkhand, India
ada lagi dari Yunan dan Formosa
menjelajah laut luas dan hinggap
di kepulauan nusantara. Itulah kita

manusia kunangkunang Indonesia
membakar gelap dengan nyala kecil saja
sebelum akhirnya pungkas diterjang usia
tak begitu lama. Hanya 70 tahun saja
tapi tak pernah sepi sebab ada hiburan
bersenggama dengan berbagai ras
seperti halnya derkuku dan burung dara
melahirkan burung puter. Begitulah kita

tak lagi terlihat asli seperti Kaukasuid purba
tak terlihat pendek gemuk seperti Mongolid
atau hitam legam seperti Negroid. Itulah kita
bangsa yang tak begitu asli kepulauan nusantara
menetap di pegunungan, lembah dan pantaipantai
membawa adab yang tak selalu sama
di taman sarinya persenggamaan dunia

meskipun malam telah bersekutu dengan gelap
bahkan sejak lama. Sebelum dunia dibuat ada
atau diadaadakan oleh cerita Bunda Eva yang silap
hingga keserakahan yang melahirkan cuaca ekstrim
tapi percayalah. Selama Isrofil belum memegang sangkakala
kiamat masih lama. Paling tidak itulah cerita
dari kitabkitab Samawi purba

Martupat, 18 Januari 2018

Naafi’ Fitriani Sri Sundari SIAPA SIH INDONESIA NEGERIKU?

SIAPA SIH INDONESIA NEGERIKU?

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Terkenal dari tempo dulu
Jajaran pulaunya membuat semua orang terpaku
Jutaan bahkan milyaran bahan baku
Tersimpan bersama batu beku

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Pertama kali membayangkan rempah-rempahmu
Belanda, Inggris, Portugis bahkan Jepang tertarik untuk itu
Mereka merelakan uang bahkan nyawa tertukar dengan Indonesia negeriku
Mereka bersikeras dan bertempur saling mengadu

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Negeri yang disetarakan dengan untaian zamrud
Terukir indah di setiap kalbu
Setiap orang ingin datang padamu
Meski hanya sekedar menghampirimu

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Kekayaan lautmu tidak perlu diragu
Dari ikan teri sampai ikan hiu
Dari alga merah sampai alga biru
Tak satupun yang bisa menyamaimu

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Gunung-gunungmu menjulang tinggi bagaikan tugu
Dari Leuser sampai Irau
Seharusnya aku mengenalmu wahai negeriku
Namun aku malah tidak tahu

Naafi’ Fitriani Sri Sundari lahirkan 3 Oktober 2004 di Sintang, Kalimantan Barat. Putri pertama dari dua bersaudara. Merupakan putri dari pasangan bapak Sukino, S.Ag., M.Ag dan Ibu Saumi Setyaningrum, S.Pd., M.Si. Saat buku terbit masih pelajar MTs Negeri I Pontianak. Buku kumpulan cerpen dengan judul: “Apa Itu Favourite?” merupakan buku pertama Naafi’ yang berhasil diselesaikan dan diterbitkan pada tahun 2017.

Sus S. Hardjono NEGERI PANGGUNG

 Sus S. Hardjono

NEGERI PANGGUNG

Ini panggung namanya panggung
Stand up comedy
Mengocok perut yang tidak lucu
Ini panggung ketidakadilan yang maha esa
Keuangan dipimpin oleh hikmat  kebijaksanaan
Dan kemanusiaan yang tidak beradab

Sungguh betapa lucunya negeri Indonesia
Dipimpin badut badut yang berperut gendut
Karena banyaknya makan uang rakyat
Dan penuh proyek proyek fiktif
Yang ditipu dan ditipek

Ini negeri penuh kelucuan
Pendidikan menjadi lelucon yang hebat
Proyek proyek menjadi obyek keserakahan para kucing
Yang mengerat tulang tulang bangsa yang kering dan miskin

Ini negeri penuh kejenuhan
Di atas kemakmuran bersama
Mengatasnamakan derita rakyat
Emereka jual hati kami
Mata kami tanah airmata kami

Semua berkibar atas nama kapitalis
Yang Berjaya di atas pesohor yang sok moralis

Urat rasa malu kami telah putus
Terbebat untuk mengeruk dan mengeksploitasi tubuh kami
Hingga derita dan mendulang utang yang tak terlunaskan
Hingga kau wariskan airmata
Darah
Kemiskinan yang merantai
Tangan kami kaki kami menjadi budak budak negeri jahanam
Menjadi pelacur pelacur di negeri sendiri
Menjadi pemulung pemulung yang
Sakit lepra dan kudis di trotoar jalanan

Sragen 2018

Sus S. Hardjono  lahir  5 Nopember l969 di Sragen.
1990 an - Aktif menulis puisi, cerpen dan geguritan dan novel sejak masih menjadi mahasiswa, serta mempublikasikannya di berbagai media massa yang terbit di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Diantara puisinya  dimuat  di  BERNAS, KR , PELOPOR  JOGYA , MERAPI , SOLO POS, JOGLO SEMAR, SUARA  MERDEKA, WAWASAN,  SWADESI , RADAR  SURABAYA ,MINGGU PAGI , CEMPAKA MINGGU. Mengikuti berbagai antologi bersama nasional.
Mengelola Rumah Sastra Sragen di Sragen  

M.Asep Saypulloh Drama Penguasa

 M.Asep Saypulloh

Drama Penguasa

Episode demi episode selalu ditunggu
Begitu menarik kisah mereka
Naskah yang begitu runtut ditulis
Menyajikan tontonan yang epik
Mulai dari komedi sampai tragedi
Mulai dari sok suci sampai lupa diri
Terjerat korupsi malah pergi
Dipublikasikan di tv malah pasang gigi
Seakan ceritanya tak berujung
Satu aktor meng-klimakskan ceritanya
Satu aktor memulai perannya
Sungguh gokil negeri ini
Para penguasa jadi bintang FTV


M.Asep Saypulloh lahir di kediri,5 januari 2001 sekarang masih duduk di MAN 1 Kediri kelas XI - Agama 2,Anak dari M.Ali Maksum dan Zaidah ini punya 7 saudara.Uniknya ,padahal dia orang jawa tulen tapi orang yang baru mengenalnya banyak yang mengira dia adalah orang sunda mungkin karena namanya.


Nur Komar NASIB BERBEDA

Nur Komar
NASIB BERBEDA

Adalah mereka yang binasa
Penjahat ilegal dihakimi masa
Orang-orang paling kotor
Terkapar tertembus pelor
Pendosa paling kurang ajar
Meregang nyawa karena dibakar
Pesakitan yang wajib dikeras
Diketuk palu dengan tegas

Itulah nasib penjahat tak bersertifikat
Terang rendah, tak layak dihormat
Lain halnya dengan penjahat bersertifikasi
Terang dipertuan dengan segala advokasi
Nyawa mereka dijamin tak 'kan melayang
Sebab masa cuma bisa teriak; ganyang!
Jepara, 2018















Nur Komar, lahir di Jepara pada 1 Agustus 1977 dan beralamat di Jl. MT. Haryono 42, Jobokuto RT 005 RW 002, Jepara, Jawa Tengah. Bekerja serabutan dan buka warung kopi, pernah bergabung dalam antologi bersama : KITAB KARMINA INDONESIA (2015), KLUNGKUNG; Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), MEMBACA JEPARA #2 dan 3 (2016, 2017), LUMBUNG PUISI SASTRAWAN NUSANTARA V; Rasa Sejati, KITA DIJAJAH LAGI (2017), SAJAK-SAJAK ANAK NEGERI; Bianglala (2017), MUNAJAT RAMADHAN (2017), TENTANG MASJID (2017), BERSYIAR DENGAN SYAIR (2017).