Rabu, 14 Maret 2018

F. Chaidir Qurrota A'yun NEGERI CEKIKIKAN

F. Chaidir Qurrota A'yun

NEGERI CEKIKIKAN

Negeri kita tempat kuntilanak.
Tawanya bikin hati terbelalak.

Digelar pertunjukan tukang lawak.
Panggung megah para pelawak.
mereka aktor dan penonton,
Menertawai diri sendiri.

Sementara didekatku,
Orang lebih suka menangis daripada tertawa.
Lebih suka marah daripada bersantai-ria.

Aku mencium perbedaan:
Di depan istana pemerintahan.
Di dalam kota, sesak pembangunan.

Jika tuan dalam ruangan tertawa,
Mereka diluar berkeluh-kesah,
Jika tuan di dalam makan-makan,
Perut mereka keroncongan.
Bila tuan di dalam tertawa, hahaha,
Mereka keluar air mata.
Kalau tuan di dalam berdasi sutra,
Mereka pakai kaos yang tak pernah disetrika.
Bila tuan-tuan tidur nyenyak,
Mereka sesak di dalam kontrakan sepetak.
Dan apabila tuan kedinginam di AC
Mereka telanjang dada membuka jendela.
Jika tuan-tuan gajinya lancar, besar,
Mereka masih menggamit ijazah di kepal tangannya.
Jika tuan-tuan di dalam sehat,
Anak mereka tumornya kumat.
Jika tuan-tuan korupsi tak diadili,
Mereka hanya menonton di televisi sambil hati jadi sensi.
karena baru saja terdengar kabar,
Maling Ampli yang dibakar.

Tuan, terus tertawa.
Aku dan mereka takut kemiskinan juga.
Tuan ini Orang pintar,
Tapi sayang tidak benar.
Tuan ini orang terdidik,
Tapi tak suka hal yang bajik.



Bekasi, 21 Oktober 2017

Fajar Chaidir Qurrota A’yun, lahir di Jakarta tanggal 23 Agustus 1993, bertempat tinggal di Perumahan Graha Bakti Kodam Jaya, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, saat ini adalah mahasiswa STAI Haji Agus Salim Cikarang jurusan Pendidikan Agama Islam.


Sang Agni Bagaskoro RIANG PENJUAL UNDANG-UNDANG

Sang Agni Bagaskoro

RIANG PENJUAL UNDANG-UNDANG

Ia telah menyatukan harga diri dengan nilai tukar,
Sebagai ganti dari kebebasan yang tak terhitung jumlahnya,
Meninggalkan ikatan manusia hanya untuk kepentingan ia semata-mata,
Terhanyut ke dalam lautan penuh egois

Yang telah disahkan oleh undang-undang dan tidak boleh dibatalkan,
Ia telah menetapkan satu-satunya kebebasan yang tak berakal,
Dijual dalam ruang bernama perdagangan bebas,
Menjadikannya seperti hewan yang sangat berkuasa

Terlampau banyak yang diperdagangkan,
Terlampau cepat musnahnya peradaban,
Kecuali moral yang selalu disembunyikan,
Lalu sekarang siapa sebenarnya yang menjadi korban ?

Celakanya ia tetap selalu merasa berkorban,
Dengan semua norma dan masa dalam sebuah undang-undang,
Yang selalu dipasarkan namun tidak pasaran,
Pedagang yang tidak lagi berbau amis.

Caranya berbicara didepan yang suka mengada-ada,
Dibelakang juga turut memaki-maki tanpa henti,
seolah-olah kami ini orang-orang tuli,
Cukup biadab bukan ?

Apakah perlu penglihatan yang mendalam,
Untuk memastikan rasa rakus itu menggenang dimana-mana,
Dari liur-liur yang cukup menipu,
Yang mampu menguasai pikiran pada waktu pemilu.

Jakarta, 12 November 2017





Sang Agni Bagaskoro, Jenis Kelamin  : Laki - Laki
Jl. C. Simanjuntak no. 193 GK/V,
Terban, Yogyakarta,Tempat Lahir  : Medan,Tanggal Sang Agni Bagaskoro , Lahir  : 10 Oktober 1995, Kewarganegaraan : Indonesia. Tinggal di Yogyakarta.

Selasa, 13 Maret 2018

Denis Hilmawati MARI MENARI BERSAMA PUISI

Denis Hilmawati
                 
MARI MENARI BERSAMA PUISI

 tarian puisimuEngkau persembahkan
 sepenuh hati untuk semua sahabatmu
Sahabatmu yang belum tentu pernah menjumpaimu

Mari menari bersama puisi
Pada bait-bait nan liris yang teramat manis
Sehingga akan membuatmu menangis
Seirama rintik hujan gerimis

Mari  mengisi panggung sandiwara dunia
Yang selebar layar kaca
Dalam genggaman tangan kita
Hp Androidmu pasti muat menayangkan semua acara tarian puis dunia

Bekasi, 01 Januari 2018














Denis Hilmawati ,lahir di Solo 02 Februari 1969. Buku Antologi Bersama yangpernah diikuti Denis Hilmawati diantaranya adalah: Haiku Indonesia,Sonian, Kitab Karmina Indonesia
Seribu Wajah Ambarawa, Menyemai Ingat Menuai Hormat, Puisi SakkarepmuBersama Penyair Mbeling Indonesia, Untuk Jantung Perempuan bersama Ewith Bahar, Cemara Cinta, Memo Anti Teroris, Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak.

Nazil Ini Lucu?

Nazil

Ini Lucu?

Hahahaha
Ini lucu?
Ketika kita ambil sampah disepanjang jalan,
Kita malu,
Namun, ketika kita ambil uang rakyat,
Kita anggap itu nomor satu.

Hahahaha
Ini lucu?
Ketika celaka tersuap harta,
Kita anggap biasa.
Namun, ketika hal kecil terjadi karena tak sengaja,
Kita anggap sengsara.

Dan apakah Ini lucu?
Ketika Semua tertawa,
Semua foya foya,
Semua bahagia,
Semua berpesta pora,
Namun, disudut sana,
Seseorang menangis penuh luka,
Tanpa ada yang menengoknya.

 Nazil . nazilaskandar.






Siti Faridah Kalau Bukan Kita Siapa Lagi ?

Siti Faridah
Kalau Bukan Kita Siapa Lagi ?

Apa yang salah dengan negeri ini hingga rakyatnya seakan-akan lupa dengan buana?
Apa yang salah dengan negeri ini hingga rakyatnya dibiarkan menelan binasa?
Apa yang salah dengan permikiran para kuasa hingga rakyatnya ambil bagian dalam mengabadikan masa?
Melepaskan ikatan teror yang seakan-akan masuk ke rumah warga.
Peluh kerja keras hanya jadi remah-remah,
Tumbal dari tebaran skandal.
Terkuak di awal lalu kusut diperlawanan permainan tangan kuasa yang lupa akan masa.
Jadi kasus berlarut, carut memarut, yang ada hanya gelap.
Tak berujung!.
Apakah cukup hanya pergi dari berfikir ke berfikir,
Pendapat ke pendapat,
Rapat ke rapat,
Debat ke debat,
Jabat ke jabat,
Tanpa mau tahu rakyat melarat diserbu tumpukan pembiaran.







Siti Faridah, lahir di Tasikmalaya pada tanggal 08 Februari 1999, tinggal di Ciamis. Saat buku ini terbit adalah Mahasiswa studi S1-ku di Universitas Negeri Semarang jurusan Ilmu Hukum.

Yan Ari Wibowo Hiburan tanpa rencana

Yan Ari Wibowo

Hiburan tanpa rencana
Instansi Pendidikan lahang rekreasi
Impian dunia kerja tempat pariwisata
semua semakin menyulitkan tuk mengembangkan diri
mulai dari SD, SMP, SMA, hingga kuliah
ha ha ha
semua hiburan tanpa rencana!

Suatu Pagi (di Jakarta)
Setiap pagi, kakiku hanya tau jalan – jalan yang tergenang,
setiap pagi, telingaku hanya mendengar lengking ngengat tanpa sayap berparade
setiap pagi, mataku pertanda sesal, tertumbuk pohon mati nan busuk
setiap pagi, hidungku mencium panasnya udara hitam malam.
entah sampai kapan kutulis hari – hari ini
semua terasa sangat sulit dicapai
bahkan sangat aneh ketika harus kubaca lagi
seperti memaki hidup sendiri.









Yan Ari Wibowo anak ke 3 dari 4 bersaudara. lahir 07 Januari 1990 di Ds Kedungmenjangan, Purbalingga, Jawa Tengah.

Tarni Kasanpawiro Berebut Piring,

Tarni Kasanpawiro

Berebut Piring,

Jari saling tuding
Gigi menjelma taring
Semua terlihat miring
Saling berebut paling

Kaki dihentak-hentak
Injak-menginjak diinjak
Kecebong bukan lagi bayi katak
Terlahir dari kumpulan dahak

Bumi tak lagi bulat
Langit kehilangan atap
Tuhankulah yang paling kuat
Bukan, tuhankulah yang terkuat

Kamu salah, tidak
Kamu yang salah
Lihat tuhanku berwarna merah
Lihat tuhanku berwarna hijau
Lihat tuhanku berwarna kuning
Lihat tuhanku berwarna biru
Apakah tuhan kita beda
Entahlah

Lidah telah kehilangan rasa
Tuli telinga buta sebelah mata
Tapi tak satupun ada yang merasa
Seakan semuanya sempurna

Inilah dunia kita
Tempat yang terlihat indah
Namun penuh dengan sampah
Berebut gelas dan piring pecah
Dari sebab lapar dahaga
Yang tak pernah ada habisnya

Bekasi 14 September 2017
Tkp.
Tarni Kasanpawiro, Lahir di Kebumen 01 Desember 1971, Suka menulis puisi dan cerpen sejak bangku SMP, hobby menari. Beberapa puisinya tergabung dalam antologi puisi bersama "Pinangan(Dapur Sastra Jakarta) , Mendekap Langit(Gempita Biostory) dan Puisi Menolak Korupsi jilid 2. 

Marlin Dinamikanto Di Taman Sarinya Persenggamaan Dunia

Marlin Dinamikanto

Di Taman Sarinya Persenggamaan Dunia

meskipun malam telah bersekutu dengan gelap
bahkan sejak lama. Sebelum dunia dibuat ada
atau diadaadakan oleh cerita Bunda Eva yang silap
tentang buah terlarang yang katanya menggoda
seperti cerita yang tersurat di Kitabkitab Samawi
di sanalah kunangkunang menegaskan hadirnya

malam dan segala gelap yang menyertainya
telah membunuh Cahaya. Tapi bukan kunangkunang
yang tak pernah mati sebab ada pedang di dasar jiwa
mengarungi rasa takut yang menggenang
di loronglorong keterasingan manusia
selalu ada cara mengatasi keterbatasannya

Gurun Gobi dan dataran tinggi Himalaya
bukan halangan bagi manusia menyebarkan
air mani yang diolah dari hasrat ke vagina
kehidupan yang terbentang sejak Mesopotamia
melintas Tigris, Samarkhand, India
ada lagi dari Yunan dan Formosa
menjelajah laut luas dan hinggap
di kepulauan nusantara. Itulah kita

manusia kunangkunang Indonesia
membakar gelap dengan nyala kecil saja
sebelum akhirnya pungkas diterjang usia
tak begitu lama. Hanya 70 tahun saja
tapi tak pernah sepi sebab ada hiburan
bersenggama dengan berbagai ras
seperti halnya derkuku dan burung dara
melahirkan burung puter. Begitulah kita

tak lagi terlihat asli seperti Kaukasuid purba
tak terlihat pendek gemuk seperti Mongolid
atau hitam legam seperti Negroid. Itulah kita
bangsa yang tak begitu asli kepulauan nusantara
menetap di pegunungan, lembah dan pantaipantai
membawa adab yang tak selalu sama
di taman sarinya persenggamaan dunia

meskipun malam telah bersekutu dengan gelap
bahkan sejak lama. Sebelum dunia dibuat ada
atau diadaadakan oleh cerita Bunda Eva yang silap
hingga keserakahan yang melahirkan cuaca ekstrim
tapi percayalah. Selama Isrofil belum memegang sangkakala
kiamat masih lama. Paling tidak itulah cerita
dari kitabkitab Samawi purba

Martupat, 18 Januari 2018

Naafi’ Fitriani Sri Sundari SIAPA SIH INDONESIA NEGERIKU?

SIAPA SIH INDONESIA NEGERIKU?

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Terkenal dari tempo dulu
Jajaran pulaunya membuat semua orang terpaku
Jutaan bahkan milyaran bahan baku
Tersimpan bersama batu beku

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Pertama kali membayangkan rempah-rempahmu
Belanda, Inggris, Portugis bahkan Jepang tertarik untuk itu
Mereka merelakan uang bahkan nyawa tertukar dengan Indonesia negeriku
Mereka bersikeras dan bertempur saling mengadu

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Negeri yang disetarakan dengan untaian zamrud
Terukir indah di setiap kalbu
Setiap orang ingin datang padamu
Meski hanya sekedar menghampirimu

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Kekayaan lautmu tidak perlu diragu
Dari ikan teri sampai ikan hiu
Dari alga merah sampai alga biru
Tak satupun yang bisa menyamaimu

Siapa sih yang tidak kenal dengan Indonesia negeriku?
Gunung-gunungmu menjulang tinggi bagaikan tugu
Dari Leuser sampai Irau
Seharusnya aku mengenalmu wahai negeriku
Namun aku malah tidak tahu

Naafi’ Fitriani Sri Sundari lahirkan 3 Oktober 2004 di Sintang, Kalimantan Barat. Putri pertama dari dua bersaudara. Merupakan putri dari pasangan bapak Sukino, S.Ag., M.Ag dan Ibu Saumi Setyaningrum, S.Pd., M.Si. Saat buku terbit masih pelajar MTs Negeri I Pontianak. Buku kumpulan cerpen dengan judul: “Apa Itu Favourite?” merupakan buku pertama Naafi’ yang berhasil diselesaikan dan diterbitkan pada tahun 2017.

Sus S. Hardjono NEGERI PANGGUNG

 Sus S. Hardjono

NEGERI PANGGUNG

Ini panggung namanya panggung
Stand up comedy
Mengocok perut yang tidak lucu
Ini panggung ketidakadilan yang maha esa
Keuangan dipimpin oleh hikmat  kebijaksanaan
Dan kemanusiaan yang tidak beradab

Sungguh betapa lucunya negeri Indonesia
Dipimpin badut badut yang berperut gendut
Karena banyaknya makan uang rakyat
Dan penuh proyek proyek fiktif
Yang ditipu dan ditipek

Ini negeri penuh kelucuan
Pendidikan menjadi lelucon yang hebat
Proyek proyek menjadi obyek keserakahan para kucing
Yang mengerat tulang tulang bangsa yang kering dan miskin

Ini negeri penuh kejenuhan
Di atas kemakmuran bersama
Mengatasnamakan derita rakyat
Emereka jual hati kami
Mata kami tanah airmata kami

Semua berkibar atas nama kapitalis
Yang Berjaya di atas pesohor yang sok moralis

Urat rasa malu kami telah putus
Terbebat untuk mengeruk dan mengeksploitasi tubuh kami
Hingga derita dan mendulang utang yang tak terlunaskan
Hingga kau wariskan airmata
Darah
Kemiskinan yang merantai
Tangan kami kaki kami menjadi budak budak negeri jahanam
Menjadi pelacur pelacur di negeri sendiri
Menjadi pemulung pemulung yang
Sakit lepra dan kudis di trotoar jalanan

Sragen 2018

Sus S. Hardjono  lahir  5 Nopember l969 di Sragen.
1990 an - Aktif menulis puisi, cerpen dan geguritan dan novel sejak masih menjadi mahasiswa, serta mempublikasikannya di berbagai media massa yang terbit di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Diantara puisinya  dimuat  di  BERNAS, KR , PELOPOR  JOGYA , MERAPI , SOLO POS, JOGLO SEMAR, SUARA  MERDEKA, WAWASAN,  SWADESI , RADAR  SURABAYA ,MINGGU PAGI , CEMPAKA MINGGU. Mengikuti berbagai antologi bersama nasional.
Mengelola Rumah Sastra Sragen di Sragen  

M.Asep Saypulloh Drama Penguasa

 M.Asep Saypulloh

Drama Penguasa

Episode demi episode selalu ditunggu
Begitu menarik kisah mereka
Naskah yang begitu runtut ditulis
Menyajikan tontonan yang epik
Mulai dari komedi sampai tragedi
Mulai dari sok suci sampai lupa diri
Terjerat korupsi malah pergi
Dipublikasikan di tv malah pasang gigi
Seakan ceritanya tak berujung
Satu aktor meng-klimakskan ceritanya
Satu aktor memulai perannya
Sungguh gokil negeri ini
Para penguasa jadi bintang FTV


M.Asep Saypulloh lahir di kediri,5 januari 2001 sekarang masih duduk di MAN 1 Kediri kelas XI - Agama 2,Anak dari M.Ali Maksum dan Zaidah ini punya 7 saudara.Uniknya ,padahal dia orang jawa tulen tapi orang yang baru mengenalnya banyak yang mengira dia adalah orang sunda mungkin karena namanya.


Nur Komar NASIB BERBEDA

Nur Komar
NASIB BERBEDA

Adalah mereka yang binasa
Penjahat ilegal dihakimi masa
Orang-orang paling kotor
Terkapar tertembus pelor
Pendosa paling kurang ajar
Meregang nyawa karena dibakar
Pesakitan yang wajib dikeras
Diketuk palu dengan tegas

Itulah nasib penjahat tak bersertifikat
Terang rendah, tak layak dihormat
Lain halnya dengan penjahat bersertifikasi
Terang dipertuan dengan segala advokasi
Nyawa mereka dijamin tak 'kan melayang
Sebab masa cuma bisa teriak; ganyang!
Jepara, 2018















Nur Komar, lahir di Jepara pada 1 Agustus 1977 dan beralamat di Jl. MT. Haryono 42, Jobokuto RT 005 RW 002, Jepara, Jawa Tengah. Bekerja serabutan dan buka warung kopi, pernah bergabung dalam antologi bersama : KITAB KARMINA INDONESIA (2015), KLUNGKUNG; Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), MEMBACA JEPARA #2 dan 3 (2016, 2017), LUMBUNG PUISI SASTRAWAN NUSANTARA V; Rasa Sejati, KITA DIJAJAH LAGI (2017), SAJAK-SAJAK ANAK NEGERI; Bianglala (2017), MUNAJAT RAMADHAN (2017), TENTANG MASJID (2017), BERSYIAR DENGAN SYAIR (2017).

Mas Yono Bunergis Krakatau tersenyum

Mas Yono Bunergis

Krakatau tersenyum, sunggingannya mengayun wajah danau hingga turut tersenyum.
Aku terpana melihat ikan-ikan tercengang mereka terpukau lalu menggeliat ke dalam air.

Angin diam Segala tercekam
Lalu kutembangkan
Durma dan Pangkur lebih lembut
Sambil tersenyum penuh syukur diiringi semestaraya yang menari...menari...menari.... Lihatlah liukannya...
Engkau akan terpana menyaksikan gemulainya. Salam

Renungan Zaman Buanergis Muryono Selasa 23 Januari 2018 13:34

Aloysius Slamet Widodo di Indonesia Lucu

Aloysius Slamet Widodo

1.Puisi Malam Pertama

“Aduh”


2. Puisi Tengah Malam

“Sate”


3. Puisi Pagi Buta

“Bruuut”


4. Puisi Diatas Jamban

“Plung”


5.Puisi Istri Untuk Suami

“Mas …permintaanku hanya satu
……..semuanya !”


6.Puisi Suami untuk Istri

“Tak apusi!”


7. Puisi Suami Takut Istri

“Sing waras ngalah!”


8. Puisi Penganten Wanita Malam Pertama

“Kenapa nggak dari dulu”


9. Puisi Pengantin Priya Malam Pertama

“Belum masuk sudah keluar!”


10.Puisi Manula

1“Djie Sam Su”
2 jam pemanasan
3 menit berdir
4 minggu baru bias


11. Puisi Manula 3


“Biar  lambat sudah tak muncrat !”

12. Puisi LGBT 1

“Kucingku dimana?”


13. Puisi LGBT 2

“Minak jingo ,
Miring penak,
Nungging monggo


14. Puisi Saiful Jamil

“Hap…………..”


15. Puisi Seorang Poligator

“kawin kedua lebih susah dari kawin selanjutnya”.
16. Puisi Seorang Interpreneur

“Sebelas duabela…..
Sebelas kali jatuh , dua belas kali bangkit “.


17. Puisi Seorang Agamawan
“Agama itu Cinta”


18. Puisi Dimas Kanjeng

“Aku bias menggandakan uang, sekaligus menjandakan orang.”


19. Puisi Cita Citata

“Sakitnya Tuh Disini”


20 . puisi Gatot Brajamusti 1

“Aspat!”


21. Puisi Gatot Brajamusti 2

“treessome”


22.Puisi Sebuah Mobil Tinja
“Rejekiku dari Silitmu”


23. Puisi Para Pelaut

Di laut kita Jaya
Di darat kita buaya


24. Puisi Menutup Aleksis

“gratiskan .. nanti tutup se [<<>>]

 SLamet Widodo

Dewa Sahadewa Cinta Satu Minggu

Dewa Sahadewa

Cinta Satu Minggu

Senin cinta bersemi melebihi semua taman
warna bunga seolah mengundang
lebah madu dan kupu-kupu bermain.

Selasa kutulis puisi
kupilih kata paling mesra
kukirim dengan berbagai media
berharap kau semakin merasa.

Rebo katamu aku kepo
kutanya kau ada di mana sama siapa
katamu tak perlu tahu
ya aku rapopo

Kemis kau nampak semakin manis
kupeluk kau menangis

Jumat hari keramat
rinduku teramat sangat
tapi aku tak mau bertanya
takut kau bilang posesif amat.

Sabtu waktu kita bercumbu
penuh desah merayu
aku terhanyut sentuhanmu.

Minggu kuhubungi semua kontakmu
tak tersambung satupun
aku termangu
kau seperti ditelan kubur
Ah ternyata Minggu cintamu libur.

Dewa Putu Sahadewa,  Kupang

Lailia Nurul Fauziah Stand Up Wakil Rakyat

Lailia Nurul Fauziah

Stand Up Wakil Rakyat

Negeri haha hihi bercerita setiap hari
Dari ujung kota sampai penjuru negeri
Tanpa dalang skenario apik berseri
Mulai kaum berdasi hingga berpeci
Kicauan aksaraa menjadi belati
Pengadilan tinggi dimoderatori netizen berargumentasi
Sudut kanan kiri dimainkan dalam balik kebiri
Panggung sandiwara dunia di penuhi artis pejabat negara
Berpose dengan guratan kata bijak
Mengaku aparat ternyata keparat
Rakyat menjerit meminta hak
Muncul pagar betis siap menerkam


 “ Seseorang yang sedang mencari jati diri dan ridho Illahi “
Nama    : Lailia Nurul Fauziah
Penyair ini tinggal di Jl. Ronggo Kusumo No 43 Kajen Margoyoso Pati 59154

Vitalis Koten Bayanganmu

Vitalis Koten

Bayanganmu, selalu hadir setiap malamku
Saat suasana menjadi horor dan mencekam
Yang siap merenggut dengan paksa kebahagiaanku
Bayanganmu, selalu datang di setiap mimpiku
Saat aku mimpi buruk
Tentang kau yang selalu cemaskan kursimu yang empuk, kasurmu yang tebal, egoisme hatimu yang senantiasa seperti serigala mencari mangsa dan pikiran yang serasa ingin selalu menguasai dunia
Bayanganmu, selalu
menemani dalam sepiku
Saat aku merasa sendiri dan ketakutan
Mungkin kami semua bisa kau tipu dengan suara yang bisa dikarang indah
Aku pun tak kuasa menyimpan tanya
Kamu itu pemimpinku apa hantu sih?

Maumere - Flores, 21 Januari 2018



Vitalis Koten , TTL: Malaysia, 28 Desember 1995 Umur: 22 Tahun .Agama: Katolik , Sekolah: STFK Ledalero , Maumere , tinggal di Maumere - Flores

-P.Lugas.N- Jadi Turis

-P.Lugas.N-

Jadi Turis

Digusur atas nama kemajuan
sawahnya hilang petani bimbang
perkembangan jaman
petinggi jawabnya lantang
beli sawah murah bangun apartemen mewah
pejabat dirangkul pengusaha sambil bersiul
sawah jadi trambul aturan dibikin mandul
tanah dikapling cangkul kian tumpul
dapur tak jadi ngebul
berasnya mahal rakyat terjungkal
tengkulak nakal terpingkal
pesta panen raya beras lokal
sambut datangnya beras internasional
padinya histeris sawah habis
berjuluk negeri agraris petani jadi turis
petani gelisah rakyat susah
petingginya masih berporah

Kota Bengawan, 28 Januari 2018











P.Lugas.N nama pena penulis Petra Lugas Nuswantoro yang berasal dari Kota Bengawan (Kota Solo), lahir Karanganyar 2 Mei 1991. Telah merampungkan studi Jurusan Administrasi Negara di FISIP, UNS. Anak Pertama dari 2 bersaudara Pasangan Sudiyono-Harni adik bernama Skyvan Enggar.M. Puisinya telah dimuat di Surat Kabar lokal dan tergabung dalam beberapa buku antologi puisi.

Soekoso DM : SELEWAT 100 TH. SEJAK SOEMPAH PEMOEDA 1928

Soekoso DM :

SELEWAT 100 TH. SEJAK SOEMPAH PEMOEDA 1928

SATU TANAH AIR 17-ribu nusa berpataka merah putih                                                                                    masih saja robek ujungujungnya                                                                                                             para pandu dan tentara menjahitnya tak letihletih                                                                                                 tapi para politisi sambil ketawa mencabiknya kembali                                                                                                       - entah buat apa?

(kata Semar – buat ambisi         kata Petruk – buat gengsi!)

SATU BANGSA bersuku jamak berbhinneka tunggal ika                                                                                             masih saja saling jitak saling injak saling palak                                                                                                             tak peduli di kampus, di kompi atau di kampung                                                                                          juga saling tuding, saling tuduh, saling dakwa                                                                                                                 tak peduli di trotoar, di emper-emper atau di de-pe-er                                                                                          - entah demi siapa?

(kata Gareng – demi demit                                                                                                                           Bagong bilang – demi duit!)

SATU BAHASA persatuan berhias ratusan bahasa lokal                                                                                               makin lama makin diucapkan lidah kidal                                                                                                                         tak ada kata pasar besar – yang ada super mall                                                                                                                                                                                                                         tak kenal acara wawancara – yang ada talk show                                                                                                     perias ratri menghilang – menjelma ratri salon                                                                                     populer nama  cokro tailor – penjahit cokro tinggal kolor                                                                                          lalu kata tempat ditulis t4  – lantas kamu ditulis U                                                                                                     lagi di jalan ditulis otw –  dan aku tak setuju ditulis I nos7   *)                                                                             - lantas biar bagaimana?

(respon Limbuk – biar orang bingung                                                                                                          komentar Mbilung – agar orang limbung!)

selewat 100 tahun sejak Soempah Pemoeda 1928                                                                                 sepertinya kauaku makin saja kehilangan                                                                                                  nilai sejarah atau kenangan, jatidiri atau kepribadian                                                                    hanyut dalam derasnya bengawan zaman now                                                                                                            : siapa takut jadi bahan tertawaan, wouw ?!

2018, bumi bagelen
*) otw = akronim ‘on the way’















Soekoso DM, Lahir 1949 di Purworejo dalam zodiak Cancer. Berpuisi sejak 1970-an di media daerah dan nasional seperti Suara Merdeka, Suara Karya, Kedaulatan Rakyat,  Krida, Semangat, Horison.  Memenangkan beberapa lomba puisi al. Puisi Antikekerasan (KSI Jakarta, 2001). Juga Dunia Rapuh Anak-anak (Poetry Prairie, 2016) dan Puisi Daring Asean (UNS Surakarta, 2017) Geguritan (puisi Jawa) – nya tersebar di Djaka Lodang, Mekar Sari dan Panjebar Semangat (1970 – 2015). Antologi Puisi tunggalnya al. Kutang-kutang (1979), Bidak-bidak Tergusur (1987), Waswaswaswas, Was! (1996), Sajak-sajak Tanah Haram (2004) dan Decak dan Derak (Elmatera Yogya, 2014). Puisi lainnya  terserak di lebih 30 antologi campursari, al. Kakilangit Kesumba (Kopisisa, 2009), Antologi Puisi 3 bahasa Equator (Yayasan Cempaka,  2011), juga Antologi Puisi Menolak Korupsi dan Memo Antikekerasan Terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2013 / 2016), dan Antologi Puisi Klungkung (Yayasan Nyoman Gunarsa Bali, 2016).

M I Firdaus DUKA KITA

M I Firdaus

DUKA KITA

Sang surya terbit
Ubin-ubin bergetar
Mawar layu, enggan lagi mekar.
Terlihat bocah kehausan
menyedot embun fajar
dalam matanya terlihat samudera ketakutan,
ketiadaannya masa depan.
Lantas apa yang bisa ia bayangkan?
Bertanya pada kesedihan tanah air
mengapa dunia mengemut nisan?
Tetapi jawabannya terkubur dalam argumen orang pintar.
yang ada di atas mimbar
yang ada di meja bundar
yang ada di kamera tv orang kekar
yang ada di air comberan!
Di mana kita bisa tidur? Sedangkan kebohongan itu selalu ada: dimana-mana!
Di bawah atap-atap emas
Surat-surat keluhan dibaca sambil tertawa
sambil memakan daging-daging saudara.
Berduka kita kini di sini,
ketika bayangan mengikat kita di kelam sunyi
tanpa musik klasik dan sebuah dasi.
Berduka kita kini di sini,
saat lihat bocah compang-camping
main kejaran dengan trotoar.
Berduka kita kini di sini,
melihat politik-politik negeri dianggap remeh
bagai dongeng sebelum tidur orang-orang di kardus usang.
Dalam buku-buku pelajaran
terdengar sayup-sayup kata: Apa arti tut wuri handayani?
Jika guru hanya ingin menerima gaji
bukan mengabdi!
Di jalanan, orang miskin bergelantungan
di spanduk pemilu dan visi misi.
Berduka kita kini di sini,
dianggap ilegal di negeri sendiri.
Bogor, 24 Agustus 2017


Mohammad Ikhsan Firdaus
Nama Pena    : M I Firdaus
Tempat, Tanggal Lahir  : Bogor, 30 Oktober 2002
Sekolah    : SMAN 1 MEGAMENDUNG
Karya     : Puisi, Anekdot, Dan Haiku