Jumat, 20 April 2018

Tri Munawaroh dalam Indonesiaku Lucu



Tri Munawaroh

Indonesiaku Lucu

Indonesia negaraku
Negara yang begitu lucu
Yang membuat ku menggelengkan kepala
Lihat saja...
Mereka yang pandai dan berdasi
Memiliki otak berlian dan emas
Tapi mereka disebut tikus negara
Bagaimana bisa disebut tikus
Atau anjing penjaga harta?
Aku tertawa keras karnanya
Lihat saja...
roda hukum berputar..
berputar kepada mereka yang tak punya sutra
Tangga yang harusnya mengantar mereka
Dalam istilah kemakmuran
Tetapi justru
Menjadi duri yang melekat dikulit
Lihat saja..
Si buruh bisa membagi pupuk untuk semua padinya
Tapi yang berdasi tak tau arti kata membagi
Dan lihatlah..
Anak SD tau Pancasila
Si Dewan tak tau bunyinya
Anak kecil tak terlihat seperti bocah
Mereka yang keriput seperti bocah
Tak berdasi atau bertopi..
Sama saja..
Betapa lucu Indonesiaku

Sokanindya Pratiwi Wening dalam Tiang Listrik




Sokanindya Pratiwi Wening

Tiang Listrik
kekasih,
apa kabarmu hari ini?
kutahu kau pasti bersedih
kekasih,
jangan murung dan termenung ikhlaskanlah karena itu sudah terjadi....
aku tahu,
tiang listrik yang kita jadikan
tonggak cinta
tempat biasa kita janji bertemu
kemarin telah ternoda....
kekasih,
tenangkan hatimu
walau tiang listrik yang biasa kau peluk
saat gigilmu mengamuk -
rindukan aku yang jauh,
kemarin telah terluka....
tiang listrik ditabrak papa
kepala papa benjol tak sebesar jengkol
papa luka parah
berdarah-darah
pingsan, amnesia, entah besok gila
atau sudah?!
kekasih,
bersyukurlah
tiang listrik kita luka tak separah papa
ia ternoda bukan oleh maunya
hanya takdirnya
dicium paksa oleh mobil papa,
papa yang sanggup menistakan dirinya
menghindar dari kejaran kapeka...!
Krueng Geukueh, 17/11/2017

Sabtu, 07 April 2018

Ibu Indonesia

Ibu Indonesia

Karya Rg Bagus Warsono

Ada yang gendut ada yang lencir
ada yang ayu ada yang kemayu
ada yang tregep, gesit, dan ada yang gemulai
ada yang mesem ada yang mrengut
ada yang sehat ada yang ngreges
ada yang jorok ada yang rapih
ada yang agresif sex ada yang malu-malu kucing
ada yang mabur-mabur ada yang di rumah saja
ada yang kaya raya ada yang nestapa
ada yang bahagia ada yang nelangsa
ada yang sombong ada yang sabar
Ibu yang sabar ibu Indonesia

(rg bagus warsono, 6 April 2017)

Sabtu, 31 Maret 2018

Yuri Rakasiwi Keseharian Negriku

Yuri Rakasiwi

Keseharian Negriku
Aneh jika dilihat sekarang
Negriku banyak berubah
Bangunannya, lihatlah
Dulu pondok roboh, sekarang gedung pencakar langit
Langit kok dicakar
Disini sedang perang
Perang sengketa, argumen bahkan moral
Demonstrasi dimana-mana
Bak perang troya
Sedikit-sedikit pukul, sedikit-sedikit hantam
Mungkin nyawanya punya cadangan
Yang ber-uang berkuasa
Yang miskin menghamba, meratap
Tak peduli luka, mengais tak ada
Mereka bisa makan hari ini, besok ?
Mana tahu
Jual diri saja, jangan
Harga diri tetap tak terbayar
Rakyat bersuara, pemerintah lebih
Perutnya buncit-buncit
Duduk-duduk santai, sedang yg di bawah sengsara
Aduhai,
Berdiri berbicara lucu
Pelawak kecewa, kalah popularitas
Ayolah negriku, jangan begitu
Masing-masing punya perut
Yang harus di isi
Negriku Negri Kawakan
Negriku negri kawakan
Bestari, hanya sebatas kata
Hanya sebatas sedu sedan
Aneh
Bocah imut tau cinta-cintaan
Amboi, di khitan saja belum
Wajah polos dibalut seragam merah putih
Dengan santainya cium-ciuman
Dek, sekolah dulu ya ! Kasian orang tua
Kasian si gundu dilupakan
Gara-gara internet meraja lela
Tak peduli usia, tua atau muda
Duduk bersila, menatap maya
Negriku panas
Prostitusi sudah biasa
Obat dijual bebas
Dari narkoba hingga obat kuat
Hah,Laku keras
Negriku modern, katanya
Dulu petak umpet di saung
Sekarang umpet privasi
Sayang ya, keseruan tlah usai
Yang nyata berganti maya


Yuri Rakasiwi, penyair ini berasal dari Mempawah, Kalimantan Barat


Aneh jika dilihat sekarang
Negriku banyak berubah
Bangunannya, lihatlah
Dulu pondok roboh, sekarang gedung pencakar langit
Langit kok dicakar
Disini sedang perang
Perang sengketa, argumen bahkan moral
Demonstrasi dimana-mana
Bak perang troya
Sedikit-sedikit pukul, sedikit-sedikit hantam
Mungkin nyawanya punya cadangan
Yang ber-uang berkuasa
Yang miskin menghamba, meratap
Tak peduli luka, mengais tak ada
Mereka bisa makan hari ini, besok ?
Mana tahu
Jual diri saja, jangan
Harga diri tetap tak terbayar
Rakyat bersuara, pemerintah lebih
Perutnya buncit-buncit
Duduk-duduk santai, sedang yg di bawah sengsara
Aduhai,
Berdiri berbicara lucu
Pelawak kecewa, kalah popularitas
Ayolah negriku, jangan begitu
Masing-masing punya perut
Yang harus di isi
Negriku Negri Kawakan
Negriku negri kawakan
Bestari, hanya sebatas kata
Hanya sebatas sedu sedan
Aneh
Bocah imut tau cinta-cintaan
Amboi, di khitan saja belum
Wajah polos dibalut seragam merah putih
Dengan santainya cium-ciuman
Dek, sekolah dulu ya ! Kasian orang tua
Kasian si gundu dilupakan
Gara-gara internet meraja lela
Tak peduli usia, tua atau muda
Duduk bersila, menatap maya
Negriku panas
Prostitusi sudah biasa
Obat dijual bebas
Dari narkoba hingga obat kuat
Hah,Laku keras
Negriku modern, katanya
Dulu petak umpet di saung
Sekarang umpet privasi
Sayang ya, keseruan tlah usai
Yang nyata berganti maya


Yuri Rakasiwi, penyair ini berasal dari Mempawah, Kalimantan Barat

Muhlis Hatba Negeri Yang Aneh

Tersiar kabar di sebuah negeri
Katanya, adalah negeri yang subur
Tapi kok, malah banyak penganggur
Tergusur di sawah sendiri
Terbusur di hutan sendiri
Terbujur di laut sendiri
Tersungkur di tambang sendiri
Tergempur di pasar sendiri
Bahkan tersingkir di rumah sendiri
Karena terbuai janji-janji palsu
Yang diobral di panggung politik
Menjadi hipnotis lima tahunan.

Tersiar kabar di sebuah negeri
Banyak orang bejat jadi pejabat
Gemuk dan kenyang makan uang rakyat
Meski masyarakatnya hidup melarat
Bahkan sekarat pun, jarang yang peduli
Tak heran banyak muncul para penjahat
Yang lahir dari kepincangan sosial
Karena terlunta-lunta mengemis pekerjaan
Karena terpontang-panting dimainkan hutang
Karena terhuyung-huyung menahan sakit
Karena terkotak-kotak pragmatis politik
Karena terseok-seok dicerca miskin.

Tersiar kabar di sebuah negeri
Di sana, apa saja bisa dipalsulkan
Ada beras palsu di tanah agraris
Ada daging palsu sambut lebaran
Ada uang palsu jelang pemilu
Ada suara palsu di bilik suara
Ada vonis palsu di balik palu
Ada kader palsu di kancah partai
Ada ijazah palsu di birokrasi
Ada identitas palsu di kartu keluarga
Ada akun palsu penyebar hoax
Bahkan, jenis kelamin palsu pun ada di sana.


Tersiar kabar di sebuah negeri
Hukum ditafsirkan seenak hati
Bikin koruptor makin diktator
Jangan harap ada harakiri di sana
Jika koruptor tertangkap basah
Karena budaya malu barang yang murah
Semurah kotoran di tempat sampah
Jangan harap berlaku potong tangan
Heh, malah dapat potong tahanan
Jangan harap dapat hukuman mati
Malah sibuk dibela sampai mati
Untuk memenangkan kolusi dan koloni.

Tersiar kabar di sebuah negeri
Syahwat korupsi semakin terkenal
Memakmurkan jiwa-jiwa feodal
Mengusik para pemilik akal binal
Untuk bertahta dengan cara nakal
Serampangan tak takut kriminal
Di negeri seremonial, negerinya abal-abal
Negeri seribu ide gagal para otak dangkal.

Jumat, 30 Maret 2018

Ngiris Pulau Jawa

                                                Rg Bagus Warsono
Ngiris Pulau Jawa

Dan setiap kilometer melewati
aku disapa patok
masih jauhkan kotaku
sudah semakin jauh kota kutinggalkan
sawah menghijau
dan semilir angin lewat
jendela-jendela sepur
Aku benar-benar di Jawa
Dan gunung-gunung berhenti mengeluarkan air, dari mata airmu yang kering
Pohon-pohon jati berubah menjadi puing-puing tiang menyangga layang
daun-daunnya terhampar semen mengering
menjadi batu
dan batu menjadi akik
keras
mengeraskan hatimu
yang membutuhkan air
yang hanya menadahi hujan
setahun sekali
di Jawa,
di tanah yang diiris-iris
Esok tak lihat lagi petani,
Hamparan hanya beton bertulang
Esok tak lihat lagi hijau padi
Hanya burung-burung bermerk Jepang,
Angin tak lagi sepoy, tapi bau petralit terbakar
Sungai hanya mainan
pemborong bermata sipit
Dan danau hanya tipuan pemandangan
Jawa diiris-iris.

Maret 2018

Selasa, 20 Maret 2018

Yanu Faoji Orang-Orang yang Tertawa

Yanu Faoji

Orang-Orang yang Tertawa

Jika tengok kebelakang maka akan kau temukan
Sisa-sisa peluh pada baju dan celana rombengku
Aku yang terlahir dari sepasang pematuh
Yang tulusnya diganti dengan balas tak sewajarnya
Embun yang hampir menyapu bersih seluruh muka ku
Yang membasuh helai-helai ubanku
Dengan tudung yang pengaitnya sengaja
ku kalungkan pada leher dan menggantung dibawah tengkuk
Melumuri kaki dengan lempung-lempung yang aku pijaki
Gubug yang beratap jerami akan melindungi
Tubuhku dari sunyinya gulita beserta dinginnya rintik
Yang mulai liar terbawa derau yang tak beratur
Padahal tujuanku ini hanyalah menghidupimu
Agar kau jadi insan generasi yang berakhlak budi
Malah sawah-sawah yang kutanami padi
Kau ringkus dan diganti pabrik-pabrik
Atau malah kau jual kepada penjajah
Sedangkan kaum –kaum mu kau telantarkan
Bahkan otak-otak kecil suci tak kau kasih ilmu
Dibiarkan dengan liar berkeliaran
Di kolong jembatan, di pinggiran trotoar
Kau sangat lucu…
Membunuh diri dengan cara konyolmu
Kau lebih suka mengisi perutmu
Dengan logam-logam atau besi produksi industri
Kerongkonganmu akan kemarau
Akibat kali-kali tak lagi air yang mengaliri
Melainkan limbah-limbah dan kotoran
Orang-orang yang akan menertawaimu

Jakarta, 13 Maret 2018

Yanu Faoji, lahir di Banyumas pada tanggal 13 januari 1995. Memasuki sekolah dasar  dan Sekolah Menengah Pertama di Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. Kemudian hijrah ke ajibarang untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN Ajibarang dan melanjutkan studi di perguruan tinggi swasta di purwokerto. Sekolah tinggi Teknologi Telematika Telkom. Dan sekarang sedang melanjutkan program studi lanjut perguruan tinggi Teknik Elektro di Universitas Mercubuana Jakarta. Sambil magang di salah satu bank di Jakarta.

Sigar Aji Poerana Di Mana Antremu?

Sigar Aji Poerana
Di Mana Antremu?

Tungkai yang lelah dan mati rasa tak menghalangi
Matinya pendingin ruangan bukan alasan untuk keluar
Hanya aku dan laparku
Dan seorang yang lainnya sudah mengambil gilirannya
Melangkahlah kakiku pada wanita penuh ramah dan tangan terbuka
“Makan disini atau bawa pulang?”
Seraya aku membuka mulut
Belum pula frasa itu terucap
Dan seorang bapak paruh baya mengambil tempatku…
“Maaf ya, De. Saya buru-buru”
Hanya itu
Enam kata yang keluar dari mulutnya
Setelah serasa enam jam aku menunggu…
Tuan, sungguh, aku harap antre matiku pun disela olehmu.

Mudahnya Cari Makan dan Jabatan

Kau mau yang cepat?
Ada

Kau mau yang mudah?
Tentu ada!

Di negeri ini banyak yang instan
Dari mulai panganmu sehari-hari
Sampai pejabat di Senayan kini


Sigar Aji Poerana,lahir di Bandung, 30 Januari 1996. Tengah menempuh pendidikan strata satu di Fakultas Hukum di Universitas Padjadjaran dan tinggal di Bandung.

Rizky Saputra Negriku Amat Lucu

Rizky Saputra

Negriku Amat Lucu

Mendengar namanya, tak hanya sekedar rasa bangga
Menyerukan negeriku, bukan cukup pada keelokannya
Negriku amat lucu,
Kata orang, tongkat kayu pun menjadi tanaman
Batu yang ku tanam, mampu menghijaukan alam
Tiap kumerasa lelah, ku dapat menyelam dalam kolam susu
Negeriku, dimana lautnya lebih luas dari daratan
Bangsaku bukan hanya dikenal karena kebersatuannya
Melainkan perbedaan dan ragamnya, yang tak biasa orang dapat menyatukan
Negeriku amat lucu,
Dihuni orang orang hebat, lebih hebat dari pahlawan dalam buku cerita
Peluru membelokkan diri, ketika berhadap dengan bangsaku
Senjata berlaras samudera pun, dengan sendirinya menyerpihkan diri
Bangsaku lucu,
Tak berbekal senjata emaspun kami dapat berdiri,
Meski berpeluru biji delima pun, kami tetap maju
Bangsaku memang tanah para pendekar ...
Negeriku amat lucu,
Berjuta rakyatnya, beribu pulaunya, tak terhitung lagi perbedaannya
Kami tersenyum karena kami terus bekerja
Kami tertawa, namun kami berani untuk INDONESIA


Rizky Saputra, Ia merupakan seorang pelajar di SMA Negeri 1 Ponggok Kabupaten Blitar


NURHOLIS Pusingan Secangkir Kopi

NURHOLIS
Pusingan Secangkir Kopi
Kopi panas adalah hak hidung
Aromanya mengepul menjadi aroma terapi
Biar dada tak lagi sesak
Menghirup udara yang mungkin tak lama lagi berbayar

Kopi dingin adalah hak mulut
Yang sewaktu-waktu akan disiramkan pada mulut yang panas
Sedari lama menahan umpatan ala kebun binatang
Yang jika keluar, maka keluarnya menuju hotel prodeo

Ampas kopi adalah hak wajah
Dibalurkan sebagai cat wajah ala tentara
Bukan untuk gerilya
Tapi sembunyi dari kejaran tikus-tikus penguasa

Cangkir kosong adalah hak sunyi
Kasihan! Kursi goyang mengayun tubuhnya sendiri
Sudah lama sekali mulut-mulut dibungkam rapat
Maka biar cangkir dibanting saja, biar ramai

Kutai Barat, 18 Maret 2018







Nurholis,Lahir tahun 1990 di Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Seorang buruh tambang yang cinta puisi. Karyanya tergabung dalam antologi bersama: Mengunyah Geram, 100 Puisi Melawan Korupsi (2017), The First Drop Of Rain, Banjarbaru Festival (2017) dan Dharma Asmaraloka (2018).

Sigar Aji Poerana Di Mana Antremu?

Sigar Aji Poerana
Di Mana Antremu?

Tungkai yang lelah dan mati rasa tak menghalangi
Matinya pendingin ruangan bukan alasan untuk keluar
Hanya aku dan laparku
Dan seorang yang lainnya sudah mengambil gilirannya
Melangkahlah kakiku pada wanita penuh ramah dan tangan terbuka
“Makan disini atau bawa pulang?”
Seraya aku membuka mulut
Belum pula frasa itu terucap
Dan seorang bapak paruh baya mengambil tempatku…
“Maaf ya, De. Saya buru-buru”
Hanya itu
Enam kata yang keluar dari mulutnya
Setelah serasa enam jam aku menunggu…
Tuan, sungguh, aku harap antre matiku pun disela olehmu.

Mudahnya Cari Makan dan Jabatan

Kau mau yang cepat?
Ada

Kau mau yang mudah?
Tentu ada!

Di negeri ini banyak yang instan
Dari mulai panganmu sehari-hari
Sampai pejabat di Senayan kini


Sigar Aji Poerana,lahir di Bandung, 30 Januari 1996. Tengah menempuh pendidikan strata satu di Fakultas Hukum di Universitas Padjadjaran dan tinggal di Bandung.

Rabu, 14 Maret 2018

Orang-Orang yang Tertawa

Orang-Orang yang Tertawa

Jika tengok kebelakang maka akan kau temukan
Sisa-sisa peluh pada baju dan celana rombengku
Aku yang terlahir dari sepasang pematuh
Yang tulusnya diganti dengan balas tak sewajarnya
Embun yang hampir menyapu bersih seluruh muka ku
Yang membasuh helai-helai ubanku
Dengan tudung yang pengaitnya sengaja
ku kalungkan pada leher dan menggantung dibawah tengkuk
Melumuri kaki dengan lempung-lempung yang aku pijaki
Gubug yang beratap jerami akan melindungi
Tubuhku dari sunyinya gulita beserta dinginnya rintik
Yang mulai liar terbawa derau yang tak beratur
Padahal tujuanku ini hanyalah menghidupimu
Agar kau jadi insan generasi yang berakhlak budi
Malah sawah-sawah yang kutanami padi
Kau ringkus dan diganti pabrik-pabrik
Atau malah kau jual kepada penjajah
Sedangkan kaum –kaum mu kau telantarkan
Bahkan otak-otak kecil suci tak kau kasih ilmu
Dibiarkan dengan liar berkeliaran
Di kolong jembatan, di pinggiran trotoar
Kau sangat lucu…
Membunuh diri dengan cara konyolmu
Kau lebih suka mengisi perutmu
Dengan logam-logam atau besi produksi industri
Kerongkonganmu akan kemarau
Akibat kali-kali tak lagi air yang mengaliri
Melainkan limbah-limbah dan kotoran
Orang-orang yang akan menertawaimu

Jakarta, 13 Maret 2018












Yanu Faoji, lahir di Banyumas pada tanggal 13 januari 1995. Dia adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya seorang perempuan bernama Fika Riyatun. Ibunya berprofesi sebagai pedagang sembako sejak mereka masih balita.
Semasa kecil dia hanya hidup bersama seorang ibu, setiap hari Yanu selalu membantu belanja kebutuhan dapur dan juga menjajakan dagangan ibunya.itu dilakukan hampir setelah pulang dari kewajiban belajarnya disekolah. Walau hidup hanya dengan seorang ibu, semangatnya tak akan pernah turun. Justru dengan itu Yanu semakin giat untuk belajar hal baru agar terwujud segala keinginannya. Terutama membuat ibunya tersenyum adalah prioritasnya.
Dia sekolah dasar  dan Sekolah Menengah Pertama di Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. Kemudian hijrah ke ajibarang untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN Ajibarang dan melanjutkan studi di perguruan tinggi swasta di purwokerto. Sekolah tinggi Teknologi Telematika Telkom yang sekarang sudah berubah menjadi IT Tellkom. Dan sekarang sedang melanjutkan program studi lanjut perguruan tinggi Teknik Elektro di Universitas Mercubuana Jakarta.
Sekarang ia bekerja disalah satu bank milik Negara yaitu bank BRI sebagai  tenaga  honorer administrasi dan front liner.
Alamat identitas penulis di Desa Samudra RT 01/RW 06, Kec. Gumelar, Kab. Banyumas, Jawa Tengah.