Sabtu, 11 Juni 2016

Rumahku di Tepi Rel Kereta Api , oleh Rg Bagus Warsono ,

I.  Pengantar Penulis

   Kereta Api adalah sahabat rakyat Indonesia sejak doeloe sampai sekarang. Ia yang setiap hari mengantar jutaan rakyat Indonesia ke suatu tujuan. Takada stasiun terakhir karena esok akan kembali ke stasiun menunggumu.
   Anak-anak kita perlu mahami kereta api agar mereka mengetahui pentingnya alat transportasi ini. Siapa saja , Bapak , Ibu, Paman , Bibi atau saudara pernah naik kereta api. Dan tentunya kelak semua anak-anak kita. Diantar keretamu yang gagah perkasa.
   Sengaja penulis berikan dengan sajian puisi-puisi agar dapat dengan mudah dimengrti mereka, disamping makna ilmu pengetahuan generasi muda dan kegemaran membaca.
   Semoga buku ini bermanfaat bagi semua.

Salam Kereta Api, tut tut tut.

Penulis
II. Pengantar Antologi


   Rumahku di Tepi Rel Kereta Api, sebuah antologi puisi yang kaya makna filosofi diketengahkan oleh penyair kita Rg Bagus Warsono sebuah antologi yang memiliki kekhasan tersendiri. Penyair ini mengambil objek sepur sebagai bahan muatan antologi yang memang telah lama akrab bagi masyarakat Indonesia.

   Puisi-puisi Rumahku di Tepi Rel Kereta Api memberikan suguhan puisi yang dapat dinikmati bagi generasi muda khususnya juga semua yng mencintai sastra.

   Ternyata di ‘wilayah sepur terdapat banyak aneka peristiwa dengan pilihan kata yang menarik bagi puisi yang slalu mencari yang terbaru. Rg Bagus Warsono ternyata mampu memotret sepur-sepur Indonesia sebagai inspirasi terciptanya puisi.           Gambaran puisi kini dan masa lalu dirangkum dalam antologi yang mampu berkomunikasi dengan pembacanya.

   Naik kereta api kadang menjadi kerinduan, menyusuri desa-desa, lembah, hutan dan melintas sungai. Lalu singgah di stasiun dan melihat kota-kota kecil yang kini makin ramai. Namun demikian sepur tak pernah macet karena memiliki jalannya sendiri.

   Sepur itu istimewa , di persimpangan jalan raya atau jalan desa ia diberi hak melaju tampa hambatan sedang kendaraan lain di jalan raya atau jalan desa dipalang pintu. Jembatannya pun milik sendiri yang hanya khusus sepur.
55. Sang Perwira Datang


Rg Bagus Warsono


Sang Perwira Datang

Slamat pagi tuan tiba di Stasiun terakhir
Tlah ku kenal siapa yang datang
Pendekar perjalanan
Slalu tegar di jalan yang tak terputus.
Kedung Banteng, 11-12-2016








56. Lambang Negeriku Kaya


Rg Bagus Warsono

Lambang Negeriku Kaya

Sepur bukan besi tua tak berguna
Mesin kuat peninggalan bangsa
Kita bangga bangsa merdeka
Sepur milik kita
Rel panjang sepanjang pulau, sekeliling pantai

Kedung Banteng, 11-12-2016













57. Biarkan Berlalu




Biarkan Berlalu

Biarkan kereta berlalu melewati stasiun
Kau menuggu apa
Sedang kereta tlah banyak berlalu
Kita dikereta terakhir
Tiketku berbunyi demikian

Kedung Banteng, 11-12-2016









58. Kakak Tua yang Gagah





Rg Bagus Warsono

Kakak Tua yang Gagah

Kereta besar dan kuat
Kereta hebat di zamannya
Kakek nenek kita
Merasakan di zamannya
Sebagai kenangan prasasti bangsa
Kedung Banteng, 11-12-2016




59. Memori Rakyat

Rg Bagus Warsono
Sepur Indonesia
Sejak zaman Belanda
Melintas sejarah
Kenangan masa
Rakyat Indonesia di zaman susah
Di masa penjajah
Dimasa berjuang
Dimasa merdeka
Kedung Banteng, 11-12-2016






60. Kakak Beradik di Hanggar Induk

Rg Bagus Warsono


Kakak Beradik di Hanggar Induk

Ada sepur di hangar induk menanti
Slalu berdua kemana pergi
tak terpisahkan
 jauh di rel satu
menelusuri lembah dan kembali
sore kembali beda rel di hangar induk

Kedung Banteng, 11-12-2016





61.  Terima kasih Kereta Pendorong

Rg Bagus Warsono
Terima kasih Kereta Pendorong

Ada kereta pendorong  tugasnya bolak –balik rel pinggir
Tak ada perinah kemana ia pergi
Hanya bolak-balik rel pinggir yang pendek
Hari naas teman kereta
Kereta pendorong slalu setia
Mendorong kereta sampai dituju
Berangkat selamat pulang selamat
Terima kasih kereta pendorong

Kedung Banteng, 11-12-2016



Minggu, 29 Mei 2016

Kata Acep Zamzam Noor , Membaca Memo Anti Terorisme , Seperti Sebuah Gurau




Mari perhatikan penggalan bait puisi karya Acep Zamzam Noor di antologi bersama 250 penyair Memo Anti Terorisme
Seperti Sebuah Gurau
….Tetapi entah kenapa aku merasa sungkan menanyakan dimana sebenarnya tempat tinggalmu, sudah berapa anakmu dan bagaimana kesehatanmu. Etah kenapa pula aku segan menanyakan pekerjaanmu. Setelah jatuhnya rejim lama itu. Ah, asanya aku pun tak pernah mempersoalkan apakah penyair ringkih sepertiku masih suka turun ke jalan traya, masih rajin memprotes penuasa atau malah sibuk jatuh cinta. Dalam hati aku erjanji akan mengingat semua ucapanmu yang lucu-lucu. Sebagai gurau yang Indah.
Acep Zamzam Noor

Selintas tampak tak cock dalam tema terosisme , tetapi mungkin juga pas dan tepat . Judulnya saja meyakinkan bahwa ia hendak mengatakan apakah seperti sebuah guyon. Puisi memang penuh arti , tafsir dan apresiasi yang membingungkan. Baitnya bicara menanyakan persoalan dan kaitannya dengan dirinya. Demikian kadang penyair memberi teka-teki namun juga sulit dipecahkan. Demikian juga terhadap penyair lain seperti Gol A Gong. Pendek kata mungkin juga menampung semua yang serba gurau dari peristiwa yang sangat tragis seperti terorisme itu.

Kita lihat lagi puisi penyair Gol A Gong berjudul 'Ode Negeri
....
Mari belajar menghitung nasib
nasib disimpan dalam aib
aib di televisi jadi ajaib
ajaib semua serupa tabib/...

Tentu masih guraan, tapi dari karya-karya Acep Zamzam Noor II dan Gol A gong menyimpan makna yang pancen nyata di zaman ini.
Gaya dua penyair b'eken kita tampaknya perlu dipelajari agar menjadi tahu bagi pecinta sastra.

Kita lihat lagi puisi karya Akhmad Nurhadi Moekri yang berjudul Siapa Bilang Surga untuk Teroris. Tampaknya Nurhadi juga membuat lelucon menarik,
...
enak saja mati
ketemu bidadari
tapi istrimu janda
dibelenggu cadar dan sepi...
Sampai disini Nurhadi mampu memberi gurau intelek yang menawan sebelum baitnya dilanjutkan.

...
didera lapar
lapar anak yatimmu
telanjang anak yatimmu
sakit anak yatimmu
sementara kau kenyang di surga
cekikikan dengan bidadari
berbusana raja
dipenuhi permata.
Jandamu kering ...

Tak kalah menariknya adalah Andrias Edison, Bom Bali Bom
Puisi ini jelas enak dibaca dan akan manarik, tentu sambil gurau pula.
Bom bali bom
bom bali bom
bom bali bom
Demi surga yang engkau harapkan
orang-orang yang engkau tikam di gela malam
menjerit lewat para janda, para yatim dan para duda dan orang-rang tercinta
suaranya menggelegak menjadi ribuan halilintar
merobek lapisan langit , beribu ribu langit
menggetarkan singga sana Tuhan , lalu bom balibom lagi selama 3 x sebuah puisi asyik yang bikin hati teriris sekaligus riang.


Puisi yang menarik lainnya adalah Go Jek karya wahyu Subakdiono.
Ia pandai mengambil isu, gejek yang lagi tenar di Jakarta itu.
berikut cuplikannya:
Go Jek
.....
Ketika meneror memekak sunyi Jakarta.
dan eroris itu tertawa lalu sirna
Aku hanya seorang Go Jek
Kepedulian adalah nadi, saat lepas kugandeng sampai
maka, hasrat ini selesai
aku hanya seorang gojek , bukan malaikat
bukan pula apa dan siapa.

Gurauan kecil sepintas gojek dan teroris tiada hubungan tetapi demkian penyair pandai menyimpan rasa. Jadi betul kata Acep Zamzam Noor II, Seperti sebuah Gurau.

Rg Bagus Warsono, 27-05-16




Rabu, 25 Mei 2016

SDN 2 Padarek Kecamatan /Kabupaten Kuningan Kembangkan potensi Tradisional. Siswanya Sanggup Membuat Nyiru dalam 30 Menit

 SDN 2 Padarek yang terletak di desa Padarek Kec./Kab. Kuningan kini semakin berbenah diri semenjak dipimpin oleh Kepala Sekolah, Suandi, SPd. Berbagai potensi sekolah yang dimiliki SD yang berada di desa Padarek yang terkenal dengan penghadil petai Kuningan ini. Potensi alam yang dimiliki seperti keadaan sekolah yang hijau serta lingkungan sekolah yang asri ini dipersiapkan sebagai Sekolah Berbudaya Lingkungan di Kabupaten Kuningan. Potensi lainnya berupa warisan tradisi di daerah ini yang dulu terkenal sebagai daerah anyaman bambu dan pencak silat cimande.
 Warisan budaya daerah berupa ketrampilan anyaman bambu ini akan dikembangkan oleh SDN 2 Padarek dengan memproduk berbagai jenis anyaman. Kini Siswa SDN 2 Padarek ada yang telah mampu membuat anyaman nyiru (tampah) dalam ukuran kecil. Ketrampilan siswa SDN Padarek ini akan membuat kagum siapa saja yang datang di SD ini.



Potensi lain dari SDN 2 Padarek ini adalah seni bela diri Cimande yang telah sejak lama diajarkan sebagai tradisi di sekolah ini dan akan dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Agus Susanto pelatih cimande di SDN 2 Padarek , kegiatan ini memang selama ini tidak dipopulerkan karena bersifat bela diri, namun setelah didukung berbagai pihak dan termasuk dalam olah raga maka bisa saja dikembangkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Pencak silat Cimande dari kuningan memang termasuk salah satu warisan asli para sesepuh kuningan yang dulu sangat terkenal, kini keberadaannya semakin langka. Dan beruntuk di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan terdapat guru sekolah dasar yang mewarisi ilmu bela diri ini. Kepala SDN 2 Padarek sangat mendukung dan selalu memberikan motifasi berbagai aktifitas serta kreatifitas guru dan siswa sekolah yang dipimpinnya.
(rg bagus, 25-5-16)

Dokar Kuningan Makin Terdesak dan Nyaris Punah

 Dokar (Delman} di Kabupaten Kuningan Jawa Barat dikhawatirkan punah dan keberadaannya kini makin terdesak. Demikian lambang Kabupaten di Timur Jawa Barat ini bakal mengalami kehilangan apa yang dijadikan masyarakat dan publik sebagai kota yang terkenal dengan sebutan "Kecil-kecil Kuda Kuningan" ini. Kemajuan pembangunan kabupaten Kuningan yang sangat pesat serta peningkatan daya beli masyarakat kabupaten Kuningan menjadikan alat transportasi berkembang menggunakan sepeda motor dan mobil mulai memasyarakat dan terbanyak digunakan. Sedang transportasi umum yang menggunakan tenaga kuda semakin dijauhi.
Keadaan ini sangat terasa bagi para kusir dokar di Kuningan yang mengeluh dan sangat sedikit sekali pengguna jasa alat transportasi tradisional ini.

 Meski Pemda Kuningan masih memberikan keleluasaan bagi operasi jasa angkutan umum seperti delman ini, tetapi pada perkembangannya semakin terdesak oleh kendaraan bermotor lain bahkan kadang sulit leluasa untuk menjalankan dokar di jalan yang banyak dilalui mobil;
Dokar kuningan adalah perlambang kabupaten kuningan dengan kuda yang khas dan berciri kecil dan menarik perhatian ini. Adanya dokar adalah sumber pendapatan bagi beberapa profesi masyarakat seperti peternak kuda, penyabit rumput, pemilik ladang, serta jual beli kuda yang dulu sangat ramai di masyarakat ini disamping profesi pemilik (majikan) dokar serta profesi kusir dokar. Keadaan semakin terdesaknya dokar di kuningan akan berdampak pada penyangga dan pendukung profesi ini. Bahkan pada masa lalu ada profesi lain seperti pembuat/pengrajin  sepatu kuda dan pengrajin dokar yang produk dari kabupaten ini dikenal sampai di Solo dan Yogyakarta.

Akankah kelak dokar kuningan akan kuat bertahan sebagai alat transportasi masyarakat di kabupaten Kuningan atau akan punah tergantung dari kepedulian masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan. Menurut Bapak Suandi (Otong) , tokoh masyarakat dari Awilarangan, mengharapkan agar dokar kuningan yang menjadi lambang kabupaten kuningan ini tetap lestari dan tetap menjadi lambang kabupaten kuningan dengan salah satu usulannya agar dokar diberikan trayek khusus seperti di objek wisata agar dokar kuningan bisa hidup. (Kuningan 25-05-2016 Rg Bagus warsono)

Senin, 23 Mei 2016

SDN 2 Ciporang Kec./Kabupaten Kuningan Semakin Maju

SDN 2 Ciporang kecamatan Kuningan kabupaten Kuningan kini semakin maju dan siap bersaing dengan sekolah lain dibidang mutu pendidikan. Dibawah kepemimpinan Kepala SD Ciporang, Adang Sutisna, SPd. yang baru beberapa bulan memimpin di sekolah ini kini tengah menata diri sebagai sekolah yang siap menjadi sekolah terdepan di Kabupaten Kuningan. Sangat beralasan karena sekolah ini terletak di jantung kota Kuningan Jawa Barat yakni di jalan utama RE Martadinata Kuningan.
Dimualai dengan kedisiplinan yang diterapkan bagi guru dan siswa, yang diterapkan di sekolah ini menjadi modal utama untuk dapat maju diberbagai bidang. Potensi yang dimiliki disamping semangat warga sekolah juga modal beberapa prestasi yang pernah diarai SDN 2 Ciporang baik prestasi tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten.
SDN 2 Ciporang yang berada lokasi  strategis serta lokasi yang luas dan ketenangan dalam belajar sangat mendukung bagi peningkatan mutu siswa di sekolah ini. Berbekal kemampuan serta dorongan dari berbagai ihak seperti dari masyarakat, orang tua siswa serta Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan dalam tahun pembelajaran 2016/2017 sekolah ini siap berkompetisi baik dibidang edukatif maupun ekstrakurikuler.


Jumat, 13 Mei 2016

Patungan Kenang-kenangan

Di negeri Dishanalah murid-murid sekolah dasar diajari menabung. Pak dan Bu Guru mengajari hidup hemat pada Si Kecil. Paribahasanya pun diajarkan: "Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian", " Sedikit-demi sedikit , lama-lama jadi bukit", dan "Hemat pangkal kaya". Paribahasa biasanya menjadi kenyataan setelah dilaksanakan (terjadi) karena itulah Si Kecil rela mengurangi uang jajannya untuk menabung di Bapak Ibu Guru.
Di negeri Dishanalah guru banyak kebutuhan, gajinya dipotong pijaman rumah, mobil, dan pakaian. Lembur tak ada, tunjangan profesi akan keluar setelah menunggu hutang guru bertumpuk. Kebutuhan mendadak pun segera ditangulangi.
Ada pinjaman "lunak" , selunak "bandeng tanpa duri" yakni tabungan murid-muridnya. Aman tidak pakai persyaratan juga tak berbunga . Karena yang mengepul tabungan juga Bapakdan Ibu Guru.
Akhir tahun Si Kecil menghitung banyak tabungan. Katanya betul Pak dan Bu Guru mengatakan peribahasa itu, Aku dapat banyak katanya.
Namun Pak dan Bu Guru bingung!, Program tabungan berhasil tapi uang tabungan siswa berkurang , Hah. Tadi yang dipinjam Pak dan Bu Guru itu jumlahnya banyak dan kebanyakan. Dikembalikan pun dari mana uangnya? karena sudah tak lagi miliki kesempatan untuk dapat peroleh pinjaman.
Dasar guru pinter. Akhirnya ngarang patungan. Karena patungan harus ada barangnya untuk membeli apa dan itu juga harus dibeli, maka patungan kali ini dikarang lagi yakni patungan "kenang-kenangan buat Pak dan Bu Guru "
Ternyata enak juga Bandeng tampa duri itu. Si Kecil pun bertanya pada Ibunya di rumah, "Kok pribahasa itu menjadi "...barsakit-sakit kemudian."
(RgBagus warsono, 13-05-16)

Sabtu, 07 Mei 2016

Sajak-sajak Bahari: Satu Keranjang Ikan



Nusantara itu luas namun kadang sempit oleh hati yang sempit. Karena tidak mengenal lautmu yang menjaga nusantaramu. Bahari yang luas beratus nama laut dan selat, teluk dan semenanjung. Tetapi juga tak sebatas mengenal peta, ternyata laut juga sahabat kita. Nelayan nusantara yang gagah perkasa. Penulis suguhkan bagian dalamnya laut, ditengah lautan, dan diantara sahabat nelayan.


Pengantar Antologi

   Sorotan terhadap nilai-nilai budaya kepesisiran ini tentu saja memiliki kontribusi yang sangat strategis untuk membangun masa depan bangsa yang berbasis pada potensi sumber daya bahari.
Masyarakat nelayan memiliki identitas kebudayaan yang spesifik dan terbangun melalui proses evalusi yang panjang.

Khekhasankebudayaan di atas, seperti sistem gender, relasi patron-klien, pola-pola perilaku dalam mengeksploitasi sumber daya perikanan, serta kepemimpinan sosial tumbuh karena pengaruh kondisi- kondisi dan karakteristik-karakteristik yang terdapat di lingkungannya. Sebagai bagian dari suatu masyarakat yang luas, yang sedang bergerak mengikuti arus dinamika sosial, masyarakat nelayan dan kebudayaan pesisir juga akan terkena dampaknya. Kemampuan beradaptasi dan keberhasilan menyikapi tantangan perubahan sosial sangat menentukan kelangsungan hidup dan integrasi sosial masyarakat nelayan.

Berjajar di kelasnya
teman baik
arti saat
kawan 
hari libur
dan berebut ikan
pulang bersama-sama
perahu kecil sejenis
Indramayu, Juni 2015

Sebuah kelompok sosial yang kelangsungan hidupnya bergantung pada usaha pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir.  Dengan memperhatikan struktur sumber daya ekonomi lingkungan yang menjadi basis kelangsungan hidup dan sebagai satuan sosial, masyarakat nelayan memiliki identitas kebudayaan yang berbeda dengan satuan-satuan sosial lainnya, seperti petani di dataran rendah, peladang di lahan kering dan dataran tinggi, kelompok masyarakat di sekitar hutan, dan satuan sosial lainnya yang hidup di daerah perkotaan.

Bagi masyarakat  nelayan, kebudayaan merupakan sistem gagasan atau sistem kognitif yang berfungsi sebagai ”pedoman kehidupan”, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterpretasi dan memaknai berbagai peristiwa  yang terjadi di lingkungannya (Keesing, 1989:68-69). Sebagai suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai. Dalam konstruksi sosial masyarakat di kawasan pesisir, masyarakat nelayan merupakan bagian dari konstruksi sosial tersebut, meskipun disadari bahwa tidak semua desa-desa di kawasan pesisir memiliki penduduk yang bermata- pencaharian sebagai nelayan . Walaupun demikian, di desa-desa pesisir yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan, petambak, atau pembudidaya perairan, kebudayaan nelayan berpengaruh besar terhadap terbentuknya identitas kebudayaan masyarakat pesisir secara keseluruhan.

Jangan melaut hari ini
alam tak bersahabat
tapi cuaca baik
kalian tak mengerti saat
ikan marah
air memerah
angin malu
awan tersipu
pura-pura dungu
jangan melaut hari ini
biduk capai menahan dingin
jaring robek sendiri
air tak lagi asin
ombak diam 
Indramayu, Juni 2015

Elaya di setiap gagasan dan praktik kebudayaan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama. Kebudayaan haruslah
jadi
medung tebal
jangan melaut hari ini
membantu kemampuan survival masyarakat atau penyesuaian diri individu terhadap lingkungan kehidupannya. Sebagai suatu pedoman untuk bertindak bagi warga masyarakat, isi kebudayaan adalah rumusan dari tujuan-tujuan dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, yang disepakati secara sosial (Kluckhon, 1984:85, 91).

Perspektif antropologis untuk memahami eksistensi suatu masyarakat bertitik tolak dan berorientasi pada hasil hubungan dialektika antara manusia, lingkungan, dan kebudayaannya. Karena itu, dalam beragam lingkungan yang melingkupi kehidupan manusia,  satuan sosial yang terbentuk melalui proses demikian akan menmpilkan karakteristik budaya yang berbeda-beda.Sebuah  identitas kebudayaan masyarakat nelayan, seperti sistem gender, relasi patron-klien, pola-pola eksploitasi sumber daya perikanan, dan kepemimpinan sosial.

Baik nelayan, petambak, maupun pembudidaya perairan merupakan kelompok-kelompok sosial yang langsung berhubungan dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan.Konstruksi masyarakat yang kehidupan sosial budayanya dipengaruhi secara signifikan oleh eksistensi kelompok-kelompok sosial yang kelangsungan hidupnya bergantung pada usaha pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir. Dengan memperhatikan struktur sumber daya ekonomi lingkungan yang menjadi basis kelangsungan hidup dan sebagai satuan sosial, masyarakat nelayan memiliki identitas kebudayaan yang berbeda dengan satuan-satuan sosial lainnya, seperti petani di dataran rendah, peladang di lahan kering dan dataran tinggi, kelompok masyarakat di sekitar hutan, dan satuan sosial lainnya yang hidup di daerah perkotaan.

Arad dan Kursin sama saja
Aku perahu arad yang kecil bermesin kecil
Aku perahu kursin sepuluh badanmu bermesin ganda
bagi puluhan awak kapal di kursin
dan bagi beberapa awak di arad
Jika kau tiga bulan pulang
aku pagi pergi petang kembali
rejezi dibagi-bagi
kau kembali dengan sepikulan ikan
aku hanya menukar seekor ikan dengan sepiring nasi.
arad dan kursin sama saja
Rg Bagus Warsono,10-5-2015

Bagi masyarakat nelayan, kebudayaan merupakan sistem gagasan atau sistem kognitif yang berfungsi sebagai ”pedoman kehidupan”, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterpretasi dan memaknai berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya (Keesing, 1989:68-69). Perspektif antropologis untuk memahami eksistensi suatu masyarakat bertitik tolak dan berorientasi pada hasil hubungan dialektika antara manusia, lingkungan, dan kebudayaannya. Karena itu, dalam beragam lingkungan yang melingkupi kehidupan manusia, satuan sosial yang terbentuk melalui proses demikian akan menampilkan karakteristik budaya yang berbeda-beda. Dengan demikian, sebagai upaya memahami masyarakat nelayanberikut ini akan dideskripsikan beberapa aspek antropologis yang dipandang penting sebagai pembangun identitas kebudayaan masyarakat nelayan, seperti sistem gender, relasi patron-klien, pola-pola eksploitasi sumber daya perikanan, dan kepemimpinan sosial.

Kampung muara di bibir pantai
air anta tempat kakap bersarang
pemancing datang tiap malam
ikan tak pernah habis
udang bertelur menetas tiap malam
Kampung muara sungai
berciri nyiur menjulang
dan pohonan rimbun
ijinkan melewati muaramu tenang
agar ikan sesuai harapan
Kampung muara sungai
saksi perahu kami , along atau hanya dapat lawuhan
Indramayu, Juni 2015

Perilaku eksploitatif yang tak terkendali berimplikasi luas terhadap kelangkaan sumberdaya perikanan kemiskinan nelayan. Di samping itu, kompetisi antarnelayan dalam sumber daya perikanan terus meningkat, sehingga berpotensi menimbulkan konflik secara eksplosif di berbagai wilayah perairan, khususnya di kawasan yang menghadapi kondisi overfishing (tangkap lebih). Kelangkaan atau semakin berkurangnya sumber daya perikanan, khususnya di perairan pantai, dan kondisi overfishing, yang disebabkan oleh beberapa hal penting, yaitu: eksploitasi berlebihan dan kerusakan ekosistem pesisir-laut.Kegiatan eksploitasi sumber daya perikanan tidak disertai dengan kesadaran dan visi kelestarian atau keberlanjutan dalam mengelola lingkungan pesisir-laut, sehingga terjadi ketimpangan.

Kegagalan pembangunan pedesaan di wilayah kabupaten/kota pesisir, sehingga meningkatkan tekanan penduduk terhadap sumber daya laut dan kompetisi semakin meningkat.Salah satu ciri perilaku sosial dari masyarakat pesisir yang terkait dengan sikap temperamental dan harga diri tersebut dapat disimak dalam pernyataan antropolog Belanda di bawah ini (Boelaars, 1984:62)
Orang pesisir memiliki rasa harga diri yang amat tinggi dan sangat peka. Perasaan itu bersumber pada kesadaran mereka bahwa pola hidup pesisir memang pantas mendapat penghargaan yang tinggi”.
Sebagian nilai-nilai perilaku sosial di atas merupakan modal sosial yang sangat berharga jika didayagunakan untuk membangun masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir . Di Indonesia masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan.
Sebagai suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai.
Dalam konstruksi sosial masyarakat di kawasan pesisir, masyarakat nelayan merupakan bagian dari konstruksi sosial tersebut, meskipun disadari bahwa tidak semua desa-desa di kawasan pesisir memiliki penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Walaupun demikian, di desa-desa pesisir yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan, petambak, atau pembudidaya perairan, kebudayaan nelayan berpengaruh besar terhadap terbentuknya identitas kebudayaan masyarakat pesisir secara keseluruhan (Ginkel, 2007).Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau hewan laut lainnya yang hidup di dasar,maupun permukaan perairan.Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan payau maupun laut.
Nurochman Sudibyo YS, sastrawan tinggal di Tegal




Senin, 02 Mei 2016

Selamat di Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2016

Masih banyak catatan buat kita , masih banyak yang perlu diberesi, masih banyak yang seharusnya tidak pantas . Demikian penyair Rg Bagus Warsono menyampaikan pesan dalam puisi kritik berbagasa Jawa.
berikut puisinya.
"Aku hadiahi Hardiknas dengan sebuah puisi. Puisi inilah yang banyak meraih kecaman padaku. Tapi aku malah seneng karena inikan puisi ya kan?"

Sekolah Isine Patungan, RgBagus Warsono

Sekolah Isine Patungan
 Jarene guru wis mulya
numpake mangkat mulang rodane papat
umahe gedong rajeg wesi
mulang klambine apik kudunge anyar
sepatune mengkilap disemir
nyatane arep dagang
sekolah dadi toko kriditan
muride pinter tapi keder
kabeh aturan ana regane
patungan tuku buku langka lirenne
Bocah minder
wong tua murid mblenger
saben dina kudu ana
patungan werna-werna
guru saiki ora nduweni rai
rai kandel ilmune ngedabel .
RgBagus Warsono, 23 Januari 2016

Tak tetentu arah pendidikan kita.

Tak tetentu arah pendidikan kita.
Beberapa unsur penting nasional biasanya menjadi bobot utama arah pendidikan seperti pada masa presiden Soekarno , nasionalisme dan wawasan kebangsaan menjadi inti kurikulum saat itu, Kemudian masa Soeharto memuat bagaimana ketahanan pangan menjadi modal utama pembangunan bangsa, sedang Habibie membuat pendidikan Indonesia mampu bersaing dalam perkembangan teknologi . Di masa Gus Dur pendidikan kembali seperti apa yang didengungkan Soekarno, Megawati meneruskan sikap Gus Dur pada saat itu. Kemudian SBY memberi tekanan pada budi pekerti luhur bangsa. Sekarang zaman Jokowi pendidikan tak tentu arah karena berbagai permasalahan komplek nasional berkembang, nasionalisme, wawasan kebangsaan, ketahanan pangan, dan jumlah penduduk yang banyak serta era global yang sangat dominan sekarang. Jadi tak tetentu arah pendidikan kita