Mari perhatikan penggalan bait puisi karya Acep Zamzam
Noor di antologi bersama 250 penyair Memo Anti Terorisme
Seperti Sebuah
Gurau
….Tetapi entah kenapa aku merasa sungkan menanyakan
dimana sebenarnya tempat tinggalmu, sudah berapa anakmu dan bagaimana
kesehatanmu. Etah kenapa pula aku segan menanyakan pekerjaanmu. Setelah
jatuhnya rejim lama itu. Ah, asanya aku pun tak pernah mempersoalkan apakah
penyair ringkih sepertiku masih suka turun ke jalan traya, masih rajin
memprotes penuasa atau malah sibuk jatuh cinta. Dalam hati aku erjanji akan
mengingat semua ucapanmu yang lucu-lucu. Sebagai gurau yang Indah.
Acep Zamzam Noor
Selintas tampak tak cock dalam tema terosisme , tetapi
mungkin juga pas dan tepat . Judulnya saja meyakinkan bahwa ia hendak
mengatakan apakah seperti sebuah guyon. Puisi memang penuh arti , tafsir dan
apresiasi yang membingungkan. Baitnya bicara menanyakan persoalan dan kaitannya
dengan dirinya. Demikian kadang penyair memberi teka-teki namun juga sulit
dipecahkan. Demikian juga terhadap penyair lain seperti Gol A Gong. Pendek kata
mungkin juga menampung semua yang serba gurau dari peristiwa yang sangat tragis
seperti terorisme itu.
Kita lihat lagi puisi penyair Gol A Gong berjudul 'Ode
Negeri
....
Mari belajar menghitung nasib
nasib disimpan dalam aib
aib di televisi jadi ajaib
ajaib semua serupa tabib/...
Tentu masih guraan, tapi dari karya-karya Acep Zamzam
Noor II dan Gol A gong menyimpan makna yang pancen nyata di zaman ini.
Gaya dua penyair b'eken kita tampaknya perlu dipelajari
agar menjadi tahu bagi pecinta sastra.
Kita lihat lagi puisi karya Akhmad Nurhadi Moekri yang
berjudul Siapa Bilang Surga untuk Teroris. Tampaknya Nurhadi juga membuat
lelucon menarik,
...
enak saja mati
ketemu bidadari
tapi istrimu janda
dibelenggu cadar dan sepi...
Sampai disini Nurhadi mampu memberi gurau intelek yang
menawan sebelum baitnya dilanjutkan.
...
didera lapar
lapar anak yatimmu
telanjang anak yatimmu
sakit anak yatimmu
sementara kau kenyang di surga
cekikikan dengan bidadari
berbusana raja
dipenuhi permata.
Jandamu kering ...
Tak kalah menariknya adalah Andrias Edison, Bom Bali Bom
Puisi ini jelas enak dibaca dan akan manarik, tentu sambil
gurau pula.
Bom bali bom
bom bali bom
bom bali bom
Demi surga yang engkau harapkan
orang-orang yang engkau tikam di gela malam
menjerit lewat para janda, para yatim dan para duda dan
orang-rang tercinta
suaranya menggelegak menjadi ribuan halilintar
merobek lapisan langit , beribu ribu langit
menggetarkan singga sana Tuhan , lalu bom balibom lagi
selama 3 x sebuah puisi asyik yang bikin hati teriris sekaligus riang.
Puisi yang menarik lainnya adalah Go Jek karya wahyu
Subakdiono.
Ia pandai mengambil isu, gejek yang lagi tenar di Jakarta
itu.
berikut cuplikannya:
Go Jek
.....
Ketika meneror memekak sunyi Jakarta.
dan eroris itu tertawa lalu sirna
Aku hanya seorang Go Jek
Kepedulian adalah nadi, saat lepas kugandeng sampai
maka, hasrat ini selesai
aku hanya seorang gojek , bukan malaikat
bukan pula apa dan siapa.
Gurauan kecil sepintas gojek dan teroris tiada hubungan
tetapi demkian penyair pandai menyimpan rasa. Jadi betul kata Acep Zamzam Noor
II, Seperti sebuah Gurau.
Rg Bagus Warsono,
27-05-16