Selasa, 28 April 2020

Roymon Lemosol Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun

Roymon Lemosol

Di Bawah Atap Pesantren, Mereka Beri Aku Embun



di kesunyian pagi
aku mendengar anak-anak merafal doa
berzikir di rumah kehidupan
kata-kata mengalir bersama air
bersama angin jadi tembang surga

aku melihat mereka merentngkan tangan
memberiku secangkir teh hangat dari petikan embun

pagi yang indah saudaraku, ujar mereka
dadaku mengalirkan sungai air mata
menemukan rindu yang panjang
tepat di pertengahan desember

sebab langit kita Satu
dan kita sama-sama menulis waktu

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020











Roymon Lemosol

Setelah Subuh Kedua

Allahu Akbar
gema suara itu mengalun syahdu
tanah bergetar dijanjikan surga dari atap langit
angin berhembus
alam menunduk

bersajaklah mereka dengan tasbih
kebesaran Tuhan

di batas subuh kedua kulihat cahaya
di antara sujud-sujud
kedamaian

keikhlasan
senyuman hangat
jadi taman-taman bunga

setelah subuh kedua itu
mereka memelukku erat

Sukerejo, Desember 2018-Ambon, April 2020

Roymon Lemosol, kelahiran Lumoli, Seram Bagian Barat 24 Agustus 1971. Karya-karyanya pernah menghiasi halaman sejumlah media lokal maupun nasional. Sebagian lagi terhimpun dalam 45 buku antologi bersama. Buku kumpulan puisi tunggalnya, Sebilah Luka Dari Negeri Malam (Akar Hujan, 2015). Jejak Cinta Di Negeri Raja-raja (Teras Budaya, 2019). Roymon dapat dihubungi melalui WA: 085243130770, email : pazaluei@yahoo.co.id

M. Johansyah – Tanah Bumbu

M. Johansyah – Tanah Bumbu



Puasa Adalah Rumah Indah Di Syurga

Arus godaan mulai merambah

semakin kuat mendesak-desak

keseluruh tubuh, ruang gerak

dihari pertama puasa ramadan

takpeduli sedang berjuang

menahan lapar haus dan dahaga

Haus, menggamit mulut dan lidah

pada sebotol sirup manis rasa melon

dicampur coklat lezat

berkawan es serut kelapa muda

beraroma citrus menggugah selera

bagaimana rasa itu takmenggoda

oh, ya Tuhan ~ hamba sedang puasa

mengumpulkan satu demi satu

bilah hitungan hari dengan jeriji jemari

beri hamba kekuatan menahan haus

hingga ke petang

menjadikan puasa hamba yang terbaik, tahun ini

sebab telah Kau cukupkan hamba dengan saur

lapar haus dan dahaga hanya sementara

sedangkan pundi-pundi akhirat abadi

Begitu pun lapar, terus menjalari tubuh

dengan bisiknya

serupa rayu wanita jalang tanpa busana

mengelus-elus dinding  perutku

lalu berkata lembut

seperti tetesan keringat sehabis birahi

disekanya berkali-kali, basah kering angin

mengembun, meluapkan sungai ke pembuluh selera

lapar ini menjadikan hari-hari penuh ikhtiar

menggarap sehampar lahan amal dunia

sebagai tanah tandus yang harus ditanami iman

ditanami segala tumbuhan mengandung energi

untuk menggerakkan segenap pikir

agar tiada yang percuma

saat panen tiba, didapatkan semua bahagia



Gerbang keampunan bagi jiwa-jiwa yang mendamba

dibasuh air sejuk ramadan, berkali-kali, berhari-hari

sajadah wangi

menuju ke rangkulan Illahi rabbi

kemarilah, sambutNya. Kerinduan berbalas kasih sayang

reguk nikmat yang dijanjikan, hari itu, berkekalan suka cita

puaskan segala inginmu

Batulicin, 24/04/2020#22.09












M. Johansyah – Tanah Bumbu

Rumah Ramadan Penebus Segala Dosa

Matahari telah menyimpan selembar catatan haus dan lapar

diserahkannya pada Tuhan, sebab puasa seorang hamba

adalah urusan Tuhan pada hambanya

tidak akan sia-sia, bahkan seberapa ikhlas pun berpuasa

juga bagi yang masih setengah hati

akan mendapat markah

ponten dari kerja manusia, Tuhan akan memonten semua

tidak tercecer sedikit juapun satu amalan

sengaja matahari dibuatNya cerah menyengat

lalu agak petang dibuatNya meredup mendung

ini skenario, ini setting sebuah panggung besar

untuk sebuah pertunjukan maha super kolosal

yakni Ramadan Mubarak, ya, Bulan Suci,

ya, bulan yang lebih baik dari seribu bulan

datang sekali dalam setahun, tamu agung lagi mulia

bagi sekalian hamba-hamba yang beriman

menguji taqwa, menguji cinta

haus dan lapar sebagai lembar uji

dijawab dengan sabar, ikhlas dan kebesaran jiwa

tidak menjadi halangan

diseparuh jalan sudah mengeluh

lalu berkata, aku takkuat

puasa membuatku sakit, puasa menyiksa diri

Tuhan Maha Tahu, apa yang engkau keluhkan

mengapa takkuat, membuat sakit, menyiksa diri

kelak hamba akan tahu jawabnya

jika tahu akan segala rahasia puasa sesungguhnya

semua hamba akan merasa rugi seumur hidupnya

karena tak berpuasa, sebab akan dibaliknya semua masa lalu

dibuatnya puasa sepanjang tahun

tetapi Tuhan takkan mau menerima

puasa bukan sebab terpaksa

puasa bukan sebab ingin mendapat pujian

sesungguhnya puasa adalah rahasia

antara Tuhan dan hambanya

sebiji kurma, bermakna

seteguk air, bermakna

cuaca yang meliputi sehari puasa, bermakna

silaturrahmi dalam puasa, bermakna

menjaga seluruh anggota tubuh, bermakna

hanya Tuhan tempat segala makna diurai penuh nikmat

dihamparkanNya pada suatu ketika, pada hamba

dinampaknya pada kita sekalian hambaNya

kenikmatan syurga yang tiada tara

entah, apalagi yang akan didapatkan

sebagai ganjaran bagi yang berpuasa

sebagai itibar, jangan butakan mata

sebab puasa, tambahan dari semua amalan manusia

untuk meraih kesucian diri

penebus atas segala dosa dan kesalahan

Batulicin, 24/04/2020#20.55

M. Johansyah, penulis yang mukim di Batulicin, Tanah Bumbu. Telah membuahkan banyak karya tulis, berupa puisi, cerpen dan esai. Tulisannya dibukukan dalam antologi bersama, diterbitkan di Kalimantan Selatan hingga mencapai ke luar daerah. Diantaranya : Hutan Hujan Tropis, When The Days Were Raining, A Skyful Of Rain, Membumikan Langit, Semerbak Hutan Seharum Ombak dan banyak lagi. Salam sastra.

Junaidi , Ramadan

Junaidi

Ramadan


Ramadan kali ini melankolis

Ada banyak lalu lalang ngeri

Seperti berita-berita saban hari

Memperbaharui jumlah-jumlah

Mengabarkan pengurangan-pengurangan

Mengabarkan nanar banyak mata

Pulang kampung atau mudik

Kabur atau menyembunyikan rindu

Kepada halaman rumah

Pada riuhnya kemenangan

Serta jabat tangan kehangatan...



Ramadan kali ini saksi ampunan

Kepada sesiapa yang perlu

Atau bertambah acuh

Semacam kunang-kunang

Yang jauh lalu indah

Ia mulai jarang kita tahu.

Barangkali kunang pun enggan

Kita pun enggan lagi berbincang

Dosa-dosa sendiri...

Pati, 25 April 2020


Junaidi lahir di Pati pada 25 tahun yang lalu, ikut tertaut mencintai sastra meskipun belum banyak bukti cintanya. Bisa ditemukan di bumi bagian Asia tenggara, Jawa Tengah, Indonesia. Atau mudah saja dengan nama FB Juna Sa





Ramadhan di Rumah Saja, Heru Mugiarso

HERU MUGIARSO



RAMADAN DI RUMAH SAJA



Ramadan tahun  ini di rumah saja

Sembari  menyusun impianimpian lebaran dengan bersahaja

Menjalani hari demi hari berpuasa  apa adanya

Nyaris sebulan penuh  tak ada lagi yang tersisa



Kita pandang meja makan menu berbuka sederhana

Mencerna kebahagiaan hadir semenjana

Begitulah tahun tahun kita yang akrab dengan musibah bencana

Menyelesaikan satu demi satu tugasnya



Ramadan tahun ini di rumah saja

Berbuka, tarawih dan tadarus  serta itikaf di  sana

Kerna yakin Allah Ta’ala  hadir bersama kita

Mengajari bagaimana menyikapi sebuah petaka.



2020.















IBADAH SUNYI



Ibadahku ibadah sunyi

Ibadah dari hati paling hakiki

Jauh dari riuh dan riya

Karena ibadahku hanya padaNya

Sang Maha Sunyi



Ibadahku ibadah sepi

ibadah dari puncak kemanusiaan dalam diri

Karena hanya Tuhan Maha Sepi yang paling mengerti

Setiap gelagat niat dan iman tersembunyi



Ibadahku ibadah yang tak perlu diketahui

Ibadah ikhlas berbalut syar'i

Biarlah ujian bersabar kali ini

Menjadi inti dari persembahan yang sejati.

2020

Puasa Pertama, Anisah

Anisah

Puasa Pertama



Suasana social distancing sangat terasa di Musholla Istiqomah Dusun Jrakah

Tak ada lagi sesame jamaah bersalam-salaman seperti tahun lalu

Penataan shof tak lagi rapat tetapi berjarak. Tak ada karpet digelar, semua membawa sajadah sendiri

Walau begitu, musholla penuh dengan jamaah, tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan

Semua cerah ceria memasuki malam pertama Ramadhan

Setelah selesai sholat taraweh, jamaah pulang, sesuai anjuran pemerintah

 untuk mengurangi kegiatan berkerumun agar terjaga dari virus corona

Masyarakat dengan ikhlas pulang ke rumah masing-masing

Pukul tiga dinihari

Suara panggilan dari masjid untuk bangun persiapan makan sahur

Diiingi suara gemericik air hujan yang membuat syahdu suasana lereng Merapi

Indahnya suasana malam pertama makan sahur

Drngan lauk pepes ikan nila yang lezat

Semua anggota keluarga  riang gembira menikmatinya

Bersyukur telah diberi rizki kesehatan

dalam suasana lockdown dan PSBB



Magelang, April 2020
















Biografi Pengarang:

Anisah, penulis laporan dan berita pada Majalah Rindang, Semarang{2010},

Penulis artikel pada Surat Kabar Jawa Pos Radar Semarang {2019},

Penulis artikel pada Majalah Sejahtera Semarang {2020}

Penulis Antologi Puisi Tari Soreng {2019}

Penulis 5 buku antologi puisi bersama {2017.2018.2019,2020}

Alamat: Jrakah, Kaliurang, Srumbung, Magelang

HP.008774208223

Selembar Sajadah Hamparan Rumput Masjid Islamic Centre, Rg Bagus Warsono

Selembar Sajadah Hamparan Rumput Masjid Islamic Centre



Bus tahu waktu

Sopir kini mengerti hati penumpang

Ac siang tak tersa dingin

oleh suhu berdesakan

dalam perjalanan pulang

dan pergi ke tujuan

lalu badan besar panjang itu masuk pelataran

Masjid megah bersejadah hijau

hamparan umat

yang setia datang

atas kehendakNya

Rumah kita yang indah.

Lalu kita mencuci waktu

Betapa sehari seminggu sebulab dab setahun begitu cepat

ampuni jiwa kami kotor

malu aku berada di lelataranMu

aku ingin bersih

jiwa ini

malu aku berada

Di rumah kita yang indah.

(rg bagus warsini 27 April 2020)

Tiga Padasan, Rg Bagus Warsono

Tiga Padasan



Dengan air tadi siang

Dan bekas sandal jepit menyumpel mulutnya yang kecil

agar cukup

membasahi jamaah surau

gemericik riang air membasuh muka

dari orang orang laut

berbau ikan dan asin

menjadi bersinar

Tiga padasan gemericik hingga subuh tiba

airpun menyapa dingin

sepercik sepercik mulut padasan semakin kecil

seperti tetesan gerimis

lalu habis disinari matahari pagi

Tiga padasan kembali mencari air

yang dibawa ibu pemilik surau

(rg bagus warsono Ramadhan 1441 H)

Kita Semakin Berhimpit, Rg Bagus Warsono

Kita Semakin Berhimpit


Bersandar Dinding Jendela At Taqwa Bagda asyar menanti

lelaki tua lusuh dengan tas

Tembokku tembokmu juga

At Taqwa yang kita miliki kini megah berlantai dua

Menikmati kantuk sejuknya angin

di serambi itu

At Taqwa milikmu

Seperti yang sudah sudah lelaki betsandar bertambah tambah

semakin ramai semakin padat

At Taqwa milik semua

lelaki tua lusuh itu tak terlihat

dan saling tak melihat

At Taqwa tak mempedulikan

duduk atau selonjor

sebagai tamu rumah kita yang indah

Ketika beberapa saat menjelang magrib

semakin berhimpit

kendaraan dan gerobak dagang

ingin bersandar

di dinding jendela At atTaqwa.

(rg bagus warsono, ramadhan 1441 H)

Tadarus Puisi IV Ramadhan 1441 H Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia



Kamis, 23 April 2020

Ikuti Antologi Bersama Tadarus Puisi IV Lumbung Puisi Sastrawan Indonesi 2020 di Ramadhan 1441 H

Bagaimana menggairahkan sastra Indonesia khusus puisi pada pecintanya tergantung dari kearifan pelaku sastra untuk memelihara gairah sastra masyarakat. sastra Indonesia tidak boleh vacum karena kegelisahan, kesepian, keterasingan, atau keterpinggiran. Ia harus dapat menatap gembira ke depan agar sastra Indonesia dapat mengiringi laju zaman di Tanah Air ini.

Begitu pentinggnya sastra mengawal zaman begitu gairah sastra digelorakan para pelaku sastra di tanah air. Dari sanggar, komunitas hingga lembaga kebudayaan turut serta dalam memelihara sastra itu.

Namun tidaklah asal bunyi atau asal keluar , tetapi sastra harus menunjukan kemampuannya mengawal zaman itu. Artinya sastra dalam perkembangannya harus semakin maju baik keragamannya maupun mutu.

Antologi bersama yang populair di mulai tahun 2000-an ini seiring dengan perkembangan internet, kian menampakan pertumbuhan luar biasa. dimana-mana tumbuh membangkitkan gotong royong membuat buku sastra bersama, antologi bersama sama.

Di belahan sastra di tempat lain aktivitas terus berlanjut. semakin kehari hari ini semakin berlipat pelaku dan peminatnya. Ternyata bangsa Indonesia itu cinta keindahan. Sebab sastra adalah keindahan tutur dan hati. Tutur dan lisan sastra itu merupakan ungkapan hati. Jadi bangsa Indonesia itu mencintai keindahan.

Di belahan sastra di tempat lain, ada manusia pelaku sastra yang melihat perkembangan kegairahan masyarakat bersastra ini sebagai kekhawatiran akan perkembangan dirinya. hatinya diliputi rasa khawatir apa bila ia yg senior dan ternama itu tidak mendapat bagian sanjung dan peran aktivitas itu.

Demikian gerak sastra dan kegiatannya slalu memberi petunjuk baru dan lama, senior dan junior, kawakan dan pemula, pengalaman dan ingusan. Mereka beraktivitas bersama untuk menemukan kepuasan tersendiri. . Siapa disuka dengan siapa ia berhubungan. Mereka bebas memilih mana yang ia sukai.

Bagi orang yg berjiwa merdeka keadaan demikian adalah kegembiraan tak terhingga. Sebab ketika banyak masyarakat mencinta sastra dan banyak pelaku sastra di Tanah air , ini berarti bagian kemajuan bangsa dan kemajuan bahwa kita yang telah mengenal sastra ternyata diikuti oleh orang lain . Sebuah kemajuan positif baik dalam hal kreativitas maupun mental spiritual.

Kenapa demikian, sebab menggiring untuk mencintai membaca saja susahnya bukan main. Oleh karena itu kehadiran mereka dalam kancah sastra dalam hal ini puisi dan pemnyair harus disambut gembira. Dan perlu kita dukung agar sastra semakin memasyarakat .(bersambung)

Selasa, 21 April 2020




Tentu masih banyak puisi-puisi indah dalam antologi ini yang mengundang apresiasi dan enak dibaca. Sungguh pun demikian tak elok jika apresiasi berupa ulasan disampaikan dalam buku ini. Penyair-penyair dalam antologi Corona ini ternyata memiliki kekhasannya tersendiri dari masing-masing pemilik jiwa sang penyair. sebagai penutup ulasan buku ini penulis suguhkan mantra puisi karya Wardjito Soeharso. Penyair asal Semarang ini justru membuat jampi-jampi agar pagebluk ini segera berakhir. Dalam bahasa jawa Wardjito mencoba jampi-jampi ini. Sebuah puisi yang membuat pesona luar biasa jika dibaca di panggung terbuka. Berikut puisinya :





Japa Mantra



Bolading!

Klambi abang

Bendho gowang.

Jalitheng!

Jun jilijijethot

Wong Tapang asli

Cempe-cempe!

Undangna barat gede

Tak opahi duduh tape

Weerrr.....weeeerrrr....

Weeeeeerrrrrr....

Setan ora doyan

Penyakit ora ndulit

Wabah ora temah

Amung kersane Gusti Allah

Corona...

Minggaaaaaatttt!

Giyanto Subagio, Virus Corona Realitas 2020


Senada dengan penyair Heru Mugiarso. Penyair Jakarta Giyanto Subagio dengan puisi pendek yang sangat apik ia menatap wajah Ibu Kota Jakarta.

Giyanto Subagio yang dikenal sebagai pembaca puisi ini juga mencatat bahwa situasi ibu kota di masa corona demikian mencekamnya. Mari Kita simak puisi bagus ini :




38.Giyanto Subagio, Jakarta

Virus Corona Realitas 2020

Copid 19 mengetuk pintu rumahmu bagai hantu kelam yang begitu menakutkan.

Di ujung gang tak ada tanda

kabung, kecuali jalan setapak yang sunyi dan mencekam.

Malam bulan kehilangan cahaya kehidupan. Sebab, lampu-lampu kota pucat pasi serupa tarian mayat-mayat.

Sirine ambulance meraung-raung membelah kota Jakarta yang sepi bak kota mati.

Heru Mugiarso, Jantung Jogya


Mari kita simak puisi berjudul Jantung Jogya. Karya Heru Mugiarso. Entah mengapa Heru menyebutkan Jogya bukan Jakarta. Meski demikian puisi ini termasuk unik ketika tema yang disuguhkan ia menatap bagaimana kehidupan di sebuah kota (Jogyakarta) akan dampak corona.

Gaya Heru demikian apiknya sebagai seorang penulis senior, sehingga puisi ini mengundang apresiasi tinggi. Bahkan Heru menulisnya ketika dengng corona mulai dibicarakan. Mari kita simak puisinya :






43.Heru Mugiarso, (Semarang)

Jantung Jogya

Pageblug Covid -19

Apakah Jantung Jogya berhenti berdenyut

Ketika debarnya kaubaca sebagai romansa percintaan

Antara para pelancong, penjaja nasib dan puisi elegi

Yang dinyanyikan para pengamen jalanan?

Senja adalah nostalgi

Tertulis pada ribuan tilas jejak kaki

Tapi tidak pada saat kini

Ketika udara bertuba tibatiba berubah jadi buruk mimpi

Apakah sesuatu yang viral ketika nafas mendadak tersengal?

Dan di jantung Jogya yang sibuk kau cari pada halaman peta itu

Seolah meramal ada yang harus hilang dan terpenggal

2020

.Salimi Ahmad, Pandemi Covid 19

Kawan Lama,

Salimi Ahmad, lahir di Jakarta 22 Mei 1956. Buku puisinya ‘Di Antara Kita’ (2009), dan beberapa puisinya tersebar di beberapa antologi puisi lainnya yang terbit sejak tahun 2010 – 2020.

Dalam antologi corona ini ia menulis bagus puisi yang cukup panjang namun baris dan baitnya tampak bernas. Banyak orang menulis puisi panjang namun bait baitnya kadang sama arti dengan bait sebelumnya sehingga menjenuhkan. Tidak demikian bagi penyair Betawi yang akrab dipanggil "Encang" ini berikut puisinya mari kita simak.




79.Salimi Ahmad, Jakarta

Pandemi Covid 19

otakku ini sepertinya harus dicuci

bukan dengan rinso atau bayclean

yang konon terbukti ampuh

membersihkan kotoran,

menghilangkan noda dan bercak

yang melekat

aku harus mencuci otakku, kukira

dari wabah virus corona ini

yang sedang gencar-gencarnya

memporanporandakan dunia

dunia nyata maupun dunia imajinasi

dari penduduknya yang gelisah

aku harus mencuci otakku, kukira

dari segenap kesalahan yang mungkin saja

telah diperbuatnya

dari penderitaan masyarakat bawah

yang terpangkas rejekinya akibat social distancing

dari kepanikan masyarakat menengah - atas

membayangkan akan kelaparannya

yang bakal membuat hidup kian susah lagi merana

dari pikiran membebaskan 30.000 napi kriminal

di penjara-penjara, hanya untuk maksud

yang sangat mudah dibaca: ketakutan para koruptor

mati terasing di kandang mewahnya - jeruji

yang tak bakal membawa kehormatan dirinya.

aku harus mencuci otakku, kukira

untuk tegar membelah semangat

para pejuang yang menjaga nyawa banyak orang

dan menebar kebangggaan

di tengah peralatan serba kekurangan

dokter, perawat, para relawan medika,

orang-orang yang mengasihi dan

berjuang menjaga hidup kemanusiaan

aku harus mencuci otakku, kukira

menjaga semangat dan bersemangat berjaga

jarak yang tak menimbulkan fitnah yang telah begitu

gencar mengisi banyak informasi, bertebaran,

kalap memahami “makna” wabah

aku harus mencuci otakku, kukira

bukan dengan segala benda-benda itu, bukan

sebagai pengetahuan, perselisihan, perdebatan

yang mengandung pembenaran takliq,

pengutipan doktrin manusia

aku akan bergembira mencuci otakku

bukankah shalat dan cinta, takkan terterima

ketika suci jadi permainan mata.

Jakarta, 8 April 2020

Senin, 13 April 2020

Evita Erasari , Bumiku


Evita Erasari ,

Bumiku


Laut biru
Langit biru
Membelah cakrawala
Senja menjadi jingga
Pagi searoma jiwa

O bumiku
Semua melirikmu
Semua melihatmu
Dari bilik ruang
Dari bilik waktu

Di balik bencana ada rahasia
Di balik kematian ada kehidupan

Corona kau datang
Bumiku bergetar guncang
Semarang , 10 April 2020

Jaga Harap


Malam langit kelam
Aroma gelap menyengat
Tubuh tubuh dalam jiwa terguncang

Di jalanan manusia pulang
Beringsut menutup rumah
Jendela hanya terbuka setengah

Dalam diam semua tercekam
Virus sebesar serpihan debu
Berkeliaran di segala ruangan

Bahkan di tempat paling terungkap
Mata telanjang kita tak tangkap
Mata hati kita bekerja rangkap

Di tiarap kita jaga harap
Di gelagap kita jaga degap

Oh sayap sayap cinta
Berilah kami tempat

Agar bisa menyelesaikan
Apa yang belum sempat

Agar bisa meletakkan
Apa yang belum tepat
Semarang , 4 April 2020

Evita Erasari , Tinggal : di Semarang
Pendidikan : S1 psikologi Unika Soegijapranata Semarang
Buku antologi bersama : Tambak Gugat , Semarang sepanjang jalan kenangan , 13 perempuan menanak Sajak , Progo 6 , antologi Wong Kenthir
Aktif di komunitas teater Aktor Studio Semarang

.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: MEDITASI VIRUS

110.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:

MEDITASI VIRUS

cobalah kau terawang kembali
kesenyapan ini seperti malam bermuara
petaka. kepulan asap merapen meditasiku
terasa berarak ke selatan, seperti menuju
pendulangan tulang-belulang ke poros malam

komat-kamit dalam nyanyian hening ini
adalah prosesi penghantar virus guna-guna
ke lambung hatimu yang telah kesekian dungu
mengenyahkan katrisnanku yang mengerak bumi
hingga kerontang waktu meliang kubur-kubur

"wel gowal gowel...
kuwe kudhu mlebu lan lebur nyawiji
katrisnanku ojo sampek mbok mblenjani
bruussss... bruussss... bruussss...!!!"
 (sampit, 120420)

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS, kelahiran Tuban. Selain dipublikasikan puluhan media cetak pusat dan daerah, juga beberapa kali pernah masuk nominasi LCP se-Indonesia. Karya puisi sebagian terangkum dalam buku seperti, Antologi Puisi Indonesia (API 1997) di antaranya bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Slamet Sukirnanto. Kebangkitan 1995, Getar 1996, Negeri Bekantan 2003, Memo Untuk Presiden 2014, Merangkai Damai 2014, Sang Peneroka 2014, Jaket Kuning Sukirnanto 2014, Abad Burung Gagak Di Tanah Palestina 2015, Kalimantan Rinduku Yang Abadi 2015, Puisi Menolak Korupsi-6 2017, Kutulis Namamu di Batu 2018, A Skyful of Rain 2018, Zamrud Katulistiwa 2019, Mblekethek 2019, Perjalanan Merdeka 2020, Sayur-Mayur 2020 dll. Sempat aktif jadi Penyiar, Wartawan dan Redaktur Media Cetak dan Radio. Pernah menerbitkan Majalah dan Tabloid Berita yang tumbang oleh Tragedi Sampit 2001. Biografinya masuk dalam Leksikon Susastra Indonesia 2000 oleh Korrie Layun Rampa




.BUANA KS CORONA

109.BUANA KS

CORONA
Tentang risau yang begergemuruh
Angin berkabar tentang maut bergentayangan
Menyisir jengkal demi jengkal persembunyianmu

Corona engkau kah balatentara maut
Mengusir orangorang di mall-mall
Menghalau ibuibu di pasar tradisionanl
Mengunci pagarpagar sekolah, kantorkantor mengurangi
Jam kerja, para pekerja kekurangan gaji
Buruh kehilangan ladang penghasilan

Corona senyap hadirmu menyergap keangkuhan manusia
Kotakota mati seperti tak berpenghuni
Corona kau ciptakan sebuah jarak di antara setiap gerak manusia
Hai hai, corona siapakah engkau sebenarnya
Kekuatanmu mampu memblokade negara, sampai kampung terkecil sekalipun
Gemetar mendengar namamu

Corona pergilah, pergi tinggalkan tanah kami
Bocahbocah menangis siangmalam, merindukan suasana dulu
Dimana gelak tawa jam belajar, menggerakgerakkan kumis tuan guru
Dimana para marketing dan colector bank menghedor pintu para nasabah bandel
Dimana ibuibu lincah berpose manis di tamantaman bunga
Corona pergilah,, karena meraka sudah sadar baramgkali
Tentang malaikat maut, malaikat rezeki
Dan tentang keberadaan Tuhan



Pergilah,, berapa nyawa lagi akan kau curi
Sungguh kotakota benarbenar hampir binasa
Hanya karena ulahmu yang tak pernah diduga

Malam kini sunyi
Para pejalan malam sudah bosan bersembunyi
Kedai kopi dan kedai kedai lainya rindu pada
Gelak tawa pelanggan yang menghabiskan kopi berjam jam
Pergilah, kembali ke duniamu sendiri
Muarabungo, 10 April 2020























BUANA K.S Air Kelinsar kabupaten Lahat Sumatera selatan pada 17 Agustus 1985, dengan nama Lahir  Bambang Hirawan. Pada tanggal 16-18 Maret 2012 menjadi peserta TemuSastrawan Nusantara Melayu Raya I di Sumatera Barat. Pada akhir tahun 2015 Buana KS mencoba menulis biografi  singkat Alm Zubir Mukti salah satu tokoh sastra Kabupaten Bungo yang namanya hampir tidak dikenali di kalangan masyarakat Jambi dengan nara sumber adik dan Anak Alm Zubir Mukti. Puisi Buana KS pernah ikut dalam pameran Foto dan Puisi yang digawangi Sakti Alam Watir. Puisinya juga pernah dimuat surat kabar lokal seperti Jambi Independent, Pos Metro Jambi, Bungo Pos, Merangin Ekspres, Jambi One dll. Beberapa Karya puisi Buana KS  terangkum dalam antologi  puisiPenyair Indonesia dan mancanegara, seperti : Antologi 25 Penyair Muda Nusantara “ Traktat Cintadan Dosa Dalam Dendam” (Pena Ananda, Juli 2011), Antologi Sehimpun Puisi Generasi Kini “ JejakSajak” (BPSM 2012), Menguak Senyap (Rios Multicipt, Padang, 2012),  Senandung Alam (LeutikaPrio, 2012), Carta Farfalla (Tuas Media, 2012),  Talenta Para Pengukir Tinta Emas (AwangAwang Publishing, 2012),  Antologi Puisi IGAU DANAU (SanggarImaji, 2012),  Bilingual Poetry Anthology SPRING FIESTA “Pesta Musim Semi” (Araska Publisher, 2013),  Antologi Puisi Kota Jam Gadang “Bukittinggi Ambo Di Siko (Fam Publishing, 2013),  Kumpulan Puisi Penyair Indonesia MEMO UNTUK PRESIDEN (Forum Sastra Surakarta, 2014),  Antologi Puisi Penyair duakota “LACAK KENDURI” (Imaji, 2014),  Antologi Puisi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibuku media, 2015), Antologi Penyair Menolak Korupsi IV “Ensiklopegila Koruptor” (Forum Sastra Surakarta, 2015), Antologi Puisi Dari NegeriPoci VI “Negeri Laut”(KKK, 2015),  Antologi Sekumpulan Puisi Sakkarepmu Penyair Mbeling Indonesia (Sibuku media, 2015), Antologi 13 Penyair Jambi “PENDARAS RISAU” (Rukam&Imaji, 2015)  Antologi PuisiPenyair Jambi “Rumah Cinta” (Balai Bahasa Provinsi Jambi, 2015), Antologi Ketupek Bengkulu (Oksana, 2016), Antologi Penyair Jambi '' Siginjai Kata-Kata (RUKAM, IMAJI, 2016). Saat ini Buana KS menetap di MuaraBungo, Jambi.Alamat :Bambang Hirawan, JL. Lebai Hasan RT 12 RW 04, Kelurahan Batang Bungo, Kecamatan Pasar Muara Bungo, Bungo – Jambi 37213, Hp. 085273586055



Salman Yoga S Corona Kota, Kopi Kampung

108. Salman Yoga S

Corona Kota, Kopi Kampung
Berdiam di pekebunan tidak sepi dari mikroorganisme
Menyuburkan tanah menghijaukan dedaunan
Bakteri-bakteri bermutualisme dengan tetumbuhan dan manusia
Damai bersama alam dan segala makhluk
Kopi kampung mengakrapkan segala musim

Berdiam di kota riuh dengan corona
Wabah virus yang takuti semua negara
Pagi siang senja hingga malam penuh waspada
Bahkan yang bertutup mulutpun curiga
Karena ia bisa berpindah dengan segala benda
Bersimbiosis parasitisme di dalam raga

Kupilih bermaustin di Vilar Wih Ilang
Perkebunan kopi yang selalu setia menerima dan memberi
Melafal gelisah menyaksikan matahari timbul dan tenggelam
Mengakrapi setiap perdu-perdu dengan nafas kehidupan
Bersimbiosis netralisme di bawah langit berpayung awan
Vilar Wih Ilang, Gayo – Aceh Tengah 2020

Salman Yoga S. Lahir di dataran tinggi Gayo Aceh Tengah. Aktif disejumlah organisasi sosial, profesi, seni dan gerakan kebudayaan. Sebahagian karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Rusia, Arab, Jerman, Spanyol serta sejumlah bahasa nusantara. Kesehariannya mengajar dibeberapa perguruan tinggi dan sebagai petani kopi. Tinggal di Kampung Asir-Asir Atas. Jln. Gerunte No. 70 Takengon (24513), WA: 081362726789.



















ERI SYOFRATMIN COVID 19

107.ERI  SYOFRATMIN

COVID 19

: Memorial wabah corona.

Sepertinya,
: Kurva-kurva kematian,
  Kian memuncak di negeriku.

Orang-orang,
: Menutup telinga,
  Pekakkan mata bathinnya,
  Seolah-olah wabah ini,
  Hanya iklan dan slogan saja.

Orang-orang,
: Tak hiraukan,
  Himbauan ntuk dirinya,
  Masih saja wara-wiri
  Meng-anak-pinakan corona.

OH.....

Sepertinya,
: Kurva-kurva kematian,
  Kian meningkat tak terbendungkan.

Rumah sakit penuh pasien corona
Ruang-ruang ICU tlah melimpah ruah
Kamar-kamar penuh sesak tak terelak
Hingga ke gang-gang kamar
Sementara para Dokter
Satu persatu di kerumunni wabah Covid
Hingga koit....Dan, Wabah virus Corona
Makin merajalela.



Inilah,
: Yang kita takutkan,
  Sangat mengerikan.

Tak terbayangkan,
: Satu persatu nyawa manusia,
Hilang di renggut kematian,
  Tak ada lagi tata cara penguburan,
  Sanak famili, Orang tua dan temanpun,
 Tak dapat menjenguk tubuh kakumu.

Subhanallah...
Subhanallah...
Subhanallah...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar..

Lindungi Negaraku,
Dari wabah yang menakutkan,
Dan mematikan ini Ya Robbi...
Muarabungo, 22 Maret 2020.











ERI SYOFRATMIN lahir di Muara Bungo 07 September 1970. Mulai bergiat di dunia seni dan sastra ketika menempuh pendidikan di ASKI Padangpanjang pada tahun 1989 sampai tahun 1994 dan melanjutkan studi S1 di IKIP Padang jurusan Sendratasik selesai pada tahun 1998. Puisi puisinya banyak dimuat diterbitan Ganto, Harian Singgalang dll. Semasa kuliah banyak berkecimpung di Taman Budaya Padang bersama penyair-penyair dan seniman sumatera barat. Pendiri Forum Komunikasi dan Kreasi Pemuda di Kabupaten Bungo. Pernah aktif di Sanggar Pemda Kabupaten Bungo yang bergerak dibidang seni tari dan musik tradisi. Puisi-puisinya juga tergabung dalam antologi bersama seperti PRASASTI (1999) dan LACAK KENDURI (Dewan Kesenian Merangin, 2015) KITAB KARMINA INDONESIA (KKK, 2015). Aktif berkegiatan seni di Komunitas Seniman Bungo dan Sanggar Pisang Kayak. Saat ini menjadi tenaga pengajar Seni Budaya di SMPN 1 Muko Muko Bathin VII dan SMPN 1 Muara Bungo.
Alamat :  RM. SATE KAMBING LERI ASKA
JL. SUDIRMAN KM. O ( Depan Hotel Pelangi)
Kelurahan Pasir Putih
Kecamatan Rimbo Tengah
Kabupaten Bungo-Jambi

Meinar Safari Yani GURU SEMESTA

106.Meinar Safari Yani

GURU SEMESTA

Gerbang sekolah tertutup
Ruang guru sunyi mengatup
Pintu-pintu klas terkunci
Debupun membuai bangku kursi
Papan tulis terdiam  dan  buram
tanpa angka,tanpa aksara
Tanpa rumus atas goresan spidol Bapak Ibu Guru
Halaman sekolah lengang
Tiada upacara bendera ,tiada senam pagi
Tiada latihan Pramuka atau ekstrakurikuler lainnya
Saat ini ......
Seragam anak sekolah terlipat rapi di lemari
Anak-anak negeri batal ujian ,sementara yang lainnya belajar di rumah
Ikuti himbauan Mas Menteri untuk libur sampai nanti
Aah  CORONA ,tiada mampu kami mengelak atas hadirmu
Kau guru kasat mata di kehidupan semesta
Mengajarkan hidup bersih dan kembali pada ajaranNYA













DOA  DAN ASA
Tuhan ...
Kali ini hamba lebih berlama-lama dalam doa
Kali ini hamba berulang kali menyebut asmaMU
Kumengais cinta ,mengemis kasih sembari mengusap air mata
Sesak menyeruak di dalam dada
Hamba rasakan takut berlebih ,juga panik yang membuih
Pudar senyum hilang tawa
Kering bibir jiwa terbata
Telinga dan mata di jejali berita tentang wabah corona
Dari segala belahan dunia dan merenggut ribuan jiwa
Tuhan .....
Di atas sajadah kusam
Tanganku tengadah merangkai pinta demi pinta
Menautkan asa dan doa
Mohon usaikan wabah corona ini tanpa sisa
Dan izinkan kami melangkah di jalan lurusmu
Songsong Ramadhan penuh cita dan cinta

ASA  DI DERAI HUJAN
Hujan deras
laksana air memberontak dari langit
Bumi pasrah,tanah basah
Sesekali guntur bertasbih
Lewat gelegarnya yang susul menyusul
Subhanallah
Alhamdulillah
Allahuakbar
Bibir bergetar
Melafadzkan keMaha SucianMU
Ke Maha BesaranMU
Sembari berharap
Hujan adalah rahmad
Bagi segenap penduduk bumi
Membawa pergi dan lari virus Covid -19
Meinar Safari Yani, Lahir di Klaten,31 Mei 1967 ,guru di SMA  Kartika di Balikpapan sejak tahun 1998 .menulis puisi sejak SMP dan  dimuat di majalah MOP Jawa Tengah . menulis puisi  di koran Manuntung ( sekarang Kaltim Pos ) , guru pendamping lomba cipta dan baca  puisi antar SD Kartika tingkat nasional di Mabes Cilangkap 2006,pendamping lomba cipta puisi FLS2N SMA tgk kota dan propinsi 2019 ,  beberapa kali mengikuti antologi puisi dan sering mendapat tugas untuk membuat puisi untuk acara di lingkungan Yayasan Kartika Jaya