Selasa, 24 Maret 2020

Pensil Kajoe Virus Genit

24.Pensil Kajoe

Virus Genit

 Namamu indah,
terbayang cantik rupawan wajah seorang perempuan
dengan tubuh gemulai bak gitar spanyol

kubayangkan senyum mengembang di depanku
kupanggili namamu, Corona sayang
ya sayang
oh sayang
duhai sayang
Ah sayang, sayang
bayanganku rancu
aku keliru
aku malu

Corona bukan nama perempuan berdada bola
meski namanya kini mendunia
di televisi
di radio
di koran
di warung kopi
di angkringan
di pematang sawah
semua membahas corona
lalu ada yang berseloroh
"Jenengku ana neng konora?"

Corona, si virus genit yang sangat menggoda
orang-orang terpedaya
satu persatu jatuh bertekuk lutut
di kerling mata dan senyum nakalmu.
Tumiyang, 15032020

Pensil Kajoe, lahir dan dibesarkan di Banyumas, 27 Januari. Puisi serta cerpennya sudah bertebaran di berbagai koran di tanah air. Tulisan pertamanya berupa resensi buku: Remaja Doyan Nonton, Why Not? dimuat di Suara Merdeka tahun 2003, rubrik opini: Remaja Tanpa Narkoba (Radar Banyumas, 2004). Selain itu, laki-laki berkacamata minus ini telah membukukan tulisannya ke dalam 16 buku tunggal dan lebih dari 20 buku antologi bersama. Saat ini, Kang Pensil begitu sapaan akrabnya menjadi penulis rubrik Banyumasan di Majalah Djaka Lodang, Yogyakarta.



Hasani Hamzah : MASKER DAN WAJAH KITA HARI INI

23.Hasani Hamzah :

MASKER DAN WAJAH KITA HARI INI

Adalah wajah kita hari ini, dengan mulut yang terkatup Seperti kelopak pintu tertutup
Dengan mata sayu, senyum yang getir dan bibir yang berlibur tanpa pelipur
Tangan - tangan enggan berjabat
Tuhuh - tubuh tak lagi mau dipeluk

Sejak virus covid -19 kita menghitung mundur
Empat belas hari lamanya
Para pekerja dan pengangguran sama saja
Berdiam diri dan bertanya - tanya
Kapan corona akan berlalu?
Padahal, saat kita membuka jendela dengan senyuman
Di sana di halaman buku pelajaran yang terlipat
Tumbuh lahan - lahan baru
Yang memberi harapan dan semangat
Para pekerja dan pengangguran
Akan sama - sama bekerja:
Ya! Bekerja jualan masker
Namun kesedihan dan rasa bahagia
Sangatlah wajar dan sudah menjadi bakat manusia
Karenanya tak usah kabur tak juga takabbur
Segalanya Tuhan yang mengatur

Adalah wajah kita hari ini, yang terbungkus karena virus
Murung dan bingung
Mengunci diri dalam rumah berkabut
Menunggu hari - hari yang cerah dan terbebas dari corona
Sumenep, 17/03/2020


Bangsaku Mencatat Tragedi Virus Corona

Aku tulis sajak ini, saat bangsaku mencatat tragedi
Di mana dunia membaca tentangnya
Tentang virus baru bernama corona yang mewabah
Dan membuat gundah

Sungguh tak pernah menduga sebelumnya
Dan kini orang - orang panik  dibuatnya
Sejak kali pertama di Wuhan
Lalu di negeriku sendiri
Pandemi ini tanpa kompromi membuat ngeri

Corona melejit dengan cepatnya
Corona bukan mobil mewah
Corona melaju tanpa roda

Di mana - mana
Dari kota - kota hingga desa - desa
Dari anak - anak hingga orang dewasa
Dari pejabat negara hingga rakyat jelata
Semua takut akan bahaya corona

Bagai hantu yang menjelma Tuhan------
Tuhan yang menjelma hantu
Corona merasuki jalan pikiran
Menggerogoti dan melumpuhkan sendi kehidupan
Orang - orang kalangkabutan
Saat bangsa ini diancam punah virus mematikan

Bagai keranda yang berjalan di atas pundak
Mengangkut satu persatu tanpa kehendak
Orang - orang berlari dan bersembunyi
Mengisolasi diri selama empat belas hari
Lalu merenung dalam kamar
Orang - orang tak berdaya
Sambil berdoa menurut keyakinan masing - masing
Berharap corona segera sirna
Dan kehidupan kembali berjalan normal

Saat bangsaku mencatat tragedi ini
Di mana dunia membaca tentangnya
Tentang virus yang mengancam seluruhnya
Corona menjadi pembelajaran sangat mahal
Bagi manusia untuk saling menjaga
Agar hidup tidak menjadi sia - sia

Sumenep, 16/03/2020






RINDU JALAN PULANG
(Saat Corona)

Telah lama mengelana
Jauh ke negeri sana

Tinggalkan sanak
Tinggalkan ternak

Saat dunia kini merana
Rindu pun merona

Kampungku membayang
Kususuri jalan pulang

Sumenep, 19/03/2020


Mohammad Mukarom: Abjad Corona

22.Mohammad Mukarom:

Abjad Corona

Cinta
diliburkan - bahkan masih bersemi bunga kuncup.
Onani seperti bahasa kegagalan.
 Rumah sakit semakin sakit.
Orang-orang sakit. Cinta gagal.
Onani begitu membosankan dijadikan pelampiasan.
Napas tersengal mencari jalan pulang paling nyaman.
Aduhai huru-hara wabah. Cinta yang sakit. Onani yang sakit. Napas yang sakit.
Ohhh....
Wonosobo | 2020










Mohammad Mukarom, penulis asal Gresik-Jatim. Membuahkan karya puisi, cerpen, dan esai. Telah menekuni dunia kepenulisan sejak 2015 dibawah asuhan Pak A’yat Kholili-Madura. Aktif di COMPETER (Community Pena Terbang) dan Kelas Puisi Bekasi yang digagas oleh Pak Budi Setiawan. Buku perdananya berjudul RIHLATULILLAH (Sekumpulan Kisah Inspiratif Hafidz Qur’an) telah terbit dan cetak 2018 lalu.Mari menjalin silaturrahim | WA : 085843131913. FB : Mohammad Mukarom

Marlin Dinamikanto : Lelaki Tua yang Bertanya

20.Marlin Dinamikanto :
Lelaki Tua yang Bertanya
1/Rona Corona
Melepuh di setiap kota
Lumpuh
Tak ada daya

getir menggigit
Lelaki tua yang bertanya
Kepada dirinya
Adakah Corona
Membuatnya merana

Lelaki tua itu
Memang sebatang kara
Ada tak ada Corona
Hidupnya sudah merana

2/Trotoar terlihat asing
Lumpuh segala pikiran
Lelaki tua itu memandang
Kota yang hilang
Tidak menyisakan botol Aqua
Di karung rombeng miliknya

Rona Corona
Mewabah di pikirannya
Menginfeksi jiwanya
Ketika botolbotol Aqua
Tak lagi didapatnya

Kota menjadi asing baginya
Pertanyaan yang tak terjawab
Adakah Corona
Bergegas membunuhnya
Depok, 18 Maret 2020

RINDU LESUNG PIPITMU

Lesung Pipitmu
Hilang dari stasiun kereta
Setelah Corona
Membungkam pandang
Setiaku menunggu di peron
Melihat gigimu yang putih
Menyembul bibir merah jambu
Tak ada lagi itu

Rona merah pipimu
Terbalut kain tebal
Ditambah kaca mata dan topi
Sungguh, kau seperti memedi
Tak lagi terlihat anggun
Dan membuatku tertegun

Engkau mungkin Corona itu
Terdengar merdu menakutkan
Saat kau bertanya jam berapa
Dari masker yang membalut
Wajah yang tak lagi indah
Menerkam bola mataku

Buang masker jingga itu
Aku rindu lesung pipitmu
Juga gigi putihmu
Di stasiun kereta itu
Depok, 18 Maret 2020





Siswo Nurwahyudi : (1) RASA BERSALAH TAK BERSALAH

19.Siswo Nurwahyudi :

 (1)
RASA BERSALAH TAK BERSALAH

nun di sana, penyair maya lantang berteriak
: hei..., sajak-sajakmu merah bergincu
itu penghianatan pada dunia yang berduka

aku di sini
memandangnya sepi
hatiku padam
pikiranku hitam

lubang pantatku berpuisi
bersiul nyaring pada dunia
: corona, i love you so much

Bojonegoro, 16/03/2020


(2)
TAK APA, SUMPAH

tak apa
sementara tak ada pesta
bagiku bukan bencana

kalaupun corona merebut semua pesta
juga tak apa, sumpah
bagiku, Tuhan boleh apa-apa semau-Nya

Bojonegoro, 16/03/2020



(3)
CORONA, I LOVE U

sejantan apa dirimu?
sebetina kelelakianku kah?
sungguh, aku mericintaimu
andai saja Tuhan sudi ijinkan
sedia aku bertukar tempat denganmu
atau kita bercumbu berdua
lalu, lahir berjuta anak-anak kita
berbiak lagi, bermiliar-miliar lagi
menghujam bagai peluru para serdadu
melumat segala jiwa yang kotor
ya, yang kotor-kotor saja
seperti berpesta di istana para raja
kita berdansa di atas bangkai mereka
kemudian melaporkan kerja kita pada-Nya
tak peduli surga bukan lagi milik kita
Bojonegoro, 20/03/2020








Siswo Nurwahyudi, Lahir: Bojonegoro, 01 Agustus 1965
Tinggal di Bojonegoro
Alamat: Sinar Merah blogspot.com
E-mail: siswo.nurwahyudi@gmail.com

Sugeng Joko Utomo : Pada Sunyi Kata

18.Sugeng Joko Utomo :

Pada Sunyi Kata

Tempat ibadah sepi
Sekolah sepi
Pasar sepi
Mall sepi
Terminal sepi
Kemana mereka
Takut corona?

Rapat kantor ditiadakan
Transaksi fisik bank ditiadakan
Pesiar dibatalkan
Kongkow-kongkow dibubarkan
Masker dikenakan
Sanitizer dihamburkan
Kenapa semua
Takut corona?

Mari tinggal di rumah
Seraya khusu' ibadah
Bertakdzim pada Allah
Sumber segala berkah
Corona itu isyarat
Agar kita lekas bertaubat
Memohon penuh khidmat
Agar Dia melimpahkan berkat

Tak perlu saling mengolok
Tak elok saling memojok
Kita hadapi bersama
Bergandeng tangan sepenuh jiwa
Mumpung masih diberi kesempatan
Bertemu jalan kebenaran

Demikian sabda Tuhan
Dalam jernih pikir kita sarikan
Lantas diwartakan
Menebar kebajikan
Lupakan hiruk-pikuk dunia
Dalam sunyi memadahkan puji-puja
Berpasrah diri pada Yang Kuasa


Tasikmalaya, 18 Maret 2020

Anisah Virus Corona

17.Anisah

Virus Corona

Seorang wanita membawa suaminya
Dari rumah sakit satu ke remah sakit lain
Tapi
Semua menolaknya
Di rumah sakit banyak pasien bergelimpangan
Tak ada yang mengurus
Pedih melihat itu
Walau di negeri lain
Tapi
Imereka juga makhluk Allah
Jangan engkau makan kelelawar, tikus dan ular
Itu sumber virus corona
Hindari semaksimalmungkin
Makanlah gurami, tawes, ayam, sapi
Itul
lebih
menyehatkan
dan
halal

Magelang, Maret 2020











Pembelajaran Online

Virus corona  menjadikan siswa diliburkan
Atau belajar di rumah
Guru di sekolah menyiapkan materi
yang akan diupload
Guru serentak menyiapkan materi
Aneka jenis materi disiapkan
Agar siswa paham dan mengerti
Di pagi ini
Masih ada 22 siswa dari 36 siswa yang belum membuka HP-nya
Itu menjadi PR buat guru tuk menindaklanjutinya
Semoga Corona segera reda
Dan siswa bisa ke sekolah lagi

Magelang, Maret 2020


CUCI TANGAN

Selesai fingerprint cuci tangan
Selesai belanja cuci tangan
Habis pegang uang cuci tangan
Sembarang pegang cuci tangan
Bersalaman?
Libur
Cukup
Sembah kalbu
Dag dag
Adu sikut
Itulah akibat corona
Semua serba takut
Tuk beracengkerama seperti biasa
Dekat-dekat takut
Magelang, Maret 2020

Sulistyo : CORONA

16.Sulistyo :

CORONA
Dunia sekarat
Dihajar virus laknat!!

Jakarta,  07.03.2020

PANIC BUYING
Takut kelaparan
berebut memborong makanan
Takut mati karena perut tidak diisi nasi

Virus mematikan menjadi momok menakutkan
Mengusik manusia-manusia yang takut kelaparan
Memenuhi keranjang belanjaan dengan berbagai jenis makanan

Apakah kalau perutmu kenyang pasti dijamin aman dari kematian?
Apakah kalau semua jenis makanan memenuhi lemari penyimpanan kau tak akan luput dari ajal?

Corona mentertawakan kita
Menganggap nyawa ada di tangannya
Corona hilir mudik mencari mangsa
Menerkam siapapun tak perduli siapa
Tak juga kalian yang memborong berkarung makanan karena takut kelaparan

Corona bangga dan menepuk dada
Melihat kita ketakutan kehilangan nyawa!

Jakarta,  03.03.2020


MASKER
    (kepada corona)

Aku tak habis pikir
Kenapa masker mendadak menyingkir
Padahal kemarin di etalase masih terparkir

Penjual masker mematok harga tinggi
Nurani mati terkubur materi
Corona datang masker menghilang

Corona makin Gelap mata
Menantang kepongahan manusia
Merobek dunia merenggut nyawa

Masker menjadi lebih berharga dari segenggam permata
Hingga tak lagi teronggok di etalase kaca
Dia tersembunyi menghuni brankas berlapis baja

Jakarta,  29.02.2020

Sudarmono : Jejak Mu Corona

15.Sudarmono :

Jejak Mu Corona

Virus itu melegenda
menjadi kehampaan manusia
menabur dirinya sendiri
pada nafsu segala nafasnya
untuk menguasai duniawi
melupakan Sang Pencipta

Virus itu mewabah
pada lekuk hati yang gundah
goyangkan iman hingga resah
sebab perang negara adu kuasa
membayang di pelupuk mata
mengguncang perekonomian dunia

Hilanglah panik segala panik
kabur bersama mereka yang unik
corona covid 19 adalah belantara etnik
mengunggah viral di tubir media sosial
kesombongan manusia yang tak sesal
bercermin pada dirinya sendiri
dan mampus itu rahasia Illahi

Tambun Utara, 16 Maret 2020

Dhea Lingkar : Indahnya Kebesaran-Mu

14.Dhea Lingkar :

Indahnya Kebesaran-Mu

Kebesaran-MU membuat kami tersadar akan kekuasaan-MU
Corona mengaum....
Corona menjerit ke seluruh penjuru dunia
Wahai Pencipta Alam...
Kekaguman sulit untuk kami pendam
Dari pagi hingga malam
Pesonanya tak pernah padam
Corona bagaikan desiran angin yang menusuk jiwa raga kami...
Hanya sedikit...
Ya...Sedikit tergores kau hempaskan...
Dengan sekajap mata kau jadikan menghilang satu persatu
Hingga ribuan
Inilah...
Keserakahan manusia yang selalu menyombongkan dirinya..
Manusia licik berterbangan mencari hakikat dan keegoisan hidup...
Tapi sayang...
Mereka lupa
Engakaulah Sang Pencipta segala nya tanpa susah payah
Corona teguran kecil yang kau beri
Agar kami tsenantiasa bertaubat dan berserah diri
Hanya pada-MU
Pemilik semesta Alam
Surabaya,15 Maret 2020




Aditya Mahdi F : 3-4-5

13.Aditya Mahdi F :

3-4-5

Disuatu tempat yang tak dapat dijangkau oleh mata kasat
Selang beberapa waktu setelah tahun kabisat
Terdapat beberapa mikroorganisme sedang bercengkrama dalam senyap dan gelap
Membicarakan virus baru yang sedang melesat

Icd 10 A98 menyatakan perasaan dengki terhadap virus ini
Saudara nya A91 dan A90 mendengarkan secara hati-hati
A98 mengatakan ia lebih mematikan daripada pemain baru ini
Ia juga mengakui bahwa dirinyalah yang patut untuk ditakuti

A91 tak mau tunduk
Ia mengatakan bahwa dirinyalah yang paling terkutuk
Tak terhitung berapa homo sapiens yang nyawanya ia buat di ujung tanduk
Ia menyatakannya tanpa ada rasa takut

Saudara kembarnya, A90 juga tak mau kalah
Ia mendebat keduanya, akulah yang terparah
Sudah berapa nyawa yang ia buat menyerah
Dan ia hanya mengandalkan aliran darah tanpa mengenal daerah

Namun, ke 3 bersaudara ini menyatakan gagasan yang sama.
Virus baru covid-19 tak ubahnya dengan mereka.
Tak lebih baik dari mereka.
Tapi mengapa, namanya melanglang buana senatero dunia.

Covid-19 mendengarkan
Berkata dalam hati memelas bahwa itu tak perlu dipamerkan
Ia tak sanggup hidup walau hanya sepekan
Tapi ia juga sadar dirinya berteman dengan kematian

Mereka ber 4 sadar ada 1 virus lagi yang sangat mematikan
Ia menyebabkan hal yang lebih buruk ketimbang kematian
Ia meruntuhkan harmoni, cinta, dan kebersamaan
Mereka mengenalnya sebagai virus kebencian.

Depok, 14 Maret 2020: 3

Yublina Fay : Siapakah Kamu?

12.Yublina Fay :

Siapakah Kamu?

Caramu menyebar laksana
Ombak mnerjang karang
Runtuhkan iman di dada
Orang-orang beriman
Naluri keyakinan menghilang bagai
Angin lalu tak berjejak

Corona sapaanmu di telinga
Orang-orang gemetaran mendengar namamu
Resah dan gelisah mulai menafsirkan segala laku
Orang-orang yang takut pada kematian sebelum kematian datang
Nafas akan terasa sesak meski kau belum juga menyerang
Akankah kau terus menyeramkan dan menakutkan seperti sekarang ini?

Cobalah sudahi semua ini
Otoritasmu tak lagi bertujuan
Runtuhkan kepanikan yang sedang merajai
Oh… corona
Namamu saja menggetarkan seluruh negeri
Akankan kau terus menjajah tubuh-tubuh tak berdaya ini?

Corona
Otakmu sungguh tak lagi terjamah
Ruas jarakmu telah memisahkan raga meski berdekatan
Oh corona…
Nyatakan keakrabanmu pada lembaran usang kehidupan ini
Agar kekejamanmu usai sudah digiring waktu



Sebab Ceritamu telah merenggut rasa percaya diri aku, dia dan mereka
Ocehanmu telah memekakan telinga aku, dia dan mereka
Rayumu juga telah menjerumuskan aku, dia dan mereka
Oleh hadirmu aku, dia dan mereka menjadi paranoid
‘Nyahlah kau dari kebisingan dan hingar bingar kehidupan ini
Aku, dia dan mereka yakin, kau hanya hama di musim sepi ini

Rinhat, 15 Maret 2020

Rg Bagus Warsono 14 hari bersama corona

11.Rg Bagus Warsono

14 hari bersama corona

dirumah sepi
serumah tapi bersembunyi
dalam siang
ketika malam tidur
corona menari

14 hari bersama corona
di rumah sepi
kaukah itu
memanggil mengajak
membuka pintu
gelas panas air berasap
corona menikmati

Dikesunyian hari hari di 14 hari
corona menemani
teman bukan kekasih
bukan kekasih tapi mau tidur bersama
telanjang dalam kesepian
corona
dalam hari yang menggila
siang dan malam sama saja
apa maumu?
sambil mengusung dada
besar
yang ditempelkan didadaku
jangan
jangan hari ini
14 hari masih ada waktu.

indramayu, 20 maret 2014

Muhammad Lefand : Guru dan Corona

10.Muhammad Lefand :

Guru dan Corona


Musim masih penghujan
Libur belum waktunya
Masih menunggu lebaran
Dan ujian sekolah tiba
Namun tanggal 16 sampai
29 maret 2020 libur
Tak ada keramaian
Guru di sekolah kesepian
Katanya corona mengancam
Mencekam semua kota

Guru dan corona
Seperti pasangan mesra
Guru kadang disalahkan
Persis seperti corona
Bedanya, corona lebih
Didengarkan daripada
Seorang guru yang bicara
Sungguh aku iri pada corona
Karena tak ada yang berani
Kepadanya, meski ksatria perkasa
Jember, 2020









MASA DEPAN KORONA DI KOTA-KOTA

Masa depan korona di kota-kota
Sebagai artis virus yang naik daun
Seorang atau dua orang terkena
Heboh di mana-mana tanpa ampun

Akulah corona dari negeri Wuhan
Awalnya hanya virus pada kelelawar
Di pasar kumuh aku menularkan
Kepada manusia tanpa bisa ditawar

Sekarang tak ada kota yang tak tertekan
Aku sangat terkenal di seluruh dunia
Tiap negara saling melarang kunjungan
Aku tetap menular dengan semestinya

Jember, 2020

CORONA

Corona mengaum
Orang-orang besar ketakutan
Orang-orang kecil tetap bekerja
Yang mecak tetap mecak
Yang ngojek tetap ngojek
Yang ngamen tetap ngamen
Yang nyayur tetap nyayur
Yang nguli tetap nguli
Di pasar tetap riuh tapi tidak di pasar Wuhan
Di desa tetap santai tapi tidak di kota besar
Yang bertani tetap bertani
Yang membajak tetap membajak
Yang manen tetap manen
Yang ngarit tetap ngarit
Yang nyangkul tetap nyangkul

Aditya Mahdi F: Hai

9.Aditya Mahdi F:

Hai

Kepada seluruh mahkluk
Izinkan aku mengenalkan diriku yang terkutuk
Dengan rasa hormat yang buruk
Inilah aku, sang penakluk yang teruk

Corona
Aku tercipta dari tangan-tangan manusia
Tanpa adanya sosok ayah dan bunda
Tapi memiliki banyak saudara senyawa

Ketika musibah menimpa di suatu kota
Lalu muruah mereka berubah menjadi wabah
Dari ujung langit hingga dasar lembah
Tanpa peduli apa yang mereka sembah

Aku mengalir bebas dengan seleksi alam
Menjadi pemisah takdir, keras dan kejam
Perjalananku menjadi kisah kelam
Dari pagi hingga datangnya malam

Hai, manusia
Sejatinya aku tercipta oleh mereka
Tanpa rasa dengan asa
Dengan masa hingga nanti binasa

Aku kecil, satukan semua yang ada !
Politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Kurasuki mereka semua !
Tanpa mengenal suku, ras, dan agama.

tanpa akal pun aku bisa mengguncang dunia dan sejatinya aku diciptakan oleh akal
Tidak kekal, apalagi mulia, ku berjalan hingga mereka semua kesal
Wihara, candi, katedral, maupun istiklal
Aku tak terbendung dengan hal mistikal

Atas kuasa tuhan dan seleksi alam
Perjalananku akan kulanjutkan
Eksistensi ku akan sedikit bertahan
Dan ini dimulai dari kota Wuhan

Sekali lagi, hai kawan-kawan
Covid-19 siap melayani nyonya dan tuan
Selama tuhan mengizinkan
Aku akan terus berjalan

Depok, 20 Maret 2020

Irna Ernawati : Ku Halang Kau Menghadang

8.Irna Ernawati :

Ku Halang Kau Menghadang

Seperti abu tak tampak
Namun kala memdekat terperangkap
Bisakah menjauh sedikit saja
Agar dapat tenang walau sesingkat itu
Apalah daya ku halang kau tetap menghadang
Hingga lumpuh negriku karena kau
Kita sama sama ciptaan tuhan
Mengapa begitu kejam
Niatmu apa balas dendam
Lantas aku harus apa
Bersujud pada mu mohon ampun
Tapi kau makhluk tuhan
Liahtlah negriku
Membisu bahkan mati karenamu
Tapi kembali lagi pada diri ini
Yang lengah dan terlena
Tak pantas menyalahkan sesama ciptaannya
Anggap saja sapaan sang pencipta
Agar sama sama tak lupa akan dosa

Roymon Lemosol : Ketika Corona Datang

7.Roymon Lemosol :

Ketika Corona Datang

corona datang
kucuci tangan
segera sesudah makan
hal yang tak pernah kulakukan
sepanjang perjalanan kehidupan

corona datang
dipaksanya aku blusukan
ke sekolahan
kantor-kantor pemerintahan
dan rumah-rumah peribadahan

tak dapat kusangkal
betapa corona telah mengubah tatanan kehidupan
dari kebersaman jadi kesendirian
keramaian jadi kesunyian
persekutuan jadi perseteruan
dari berjabat tangan ketika salam-salaman
jadi sikut-sikutan
bahkan tak jarang sepak-sepakan

corona
agen pembawa perubahan
begitulah terpaksa aku menyebutnya

Ambon, 21 Maret 2020





7.Roymon Lemosol, kelahiran Lumoli, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, 24 Agustus 1971. Puisi-puisinya pernah terbuplikasi di halaman sejumlah media cetak lokal maupun nasional, antara lain Majalah Fuly, Asau, Lombok Post, Suara NTB, Banjarmasin Post, Riau Post, Koran Seputar Indonesia, Media Indonesia dll. Sebagian lagi termaktub dalam 45 buku antolgi bersama. Puisinya yang berjudul “Pulang” meraih Anugerah Puisi Pilihan, Gerakan Akbar 1000 Guru Asean Menulis Puisi 2018. Buku kumpulan puisinya, Sebilah Luka Dari Negeri Malam (Akar Hujan, 2015), Jejak Cinta Di Negeri Raja-raja (Teras Budaya, 2019). Roymon dapat dihubungi melali HP/WA: 085243130770 e-mail pazaluei@yahoo.co.id

Asep Muhlis : Dari Corona Atawa Mahkota

6.Asep Muhlis :

Dari Corona Atawa Mahkota


Andai suatu saat tak dapat berjabat tangan
ketahuilah, aku telah lebih dulu
menjabat lirikan dan senyummu

Dan kerlingmu menggelayut
kadang berkepak, kadang menukik
berkelindan di dada dan ingatan
aku bertahan dalam kepayahan
yang kusesap tak bersudah

Walau suatu saat tak dapat menggam tanganku
bukankah kita telah saling menggenggam rindu
dengan sangat hati-hati
agar tak retak selamanya

Maafkan aku,
dulu sering tak lekas cuci muka,
setiap usai bertandang ke rumahmu
lantaran takut bayang wajahmu
hanyut oleh air bermuatan nafsu
maka biarlah mengendap
bersama garam susah-payahku

Tak perlu aneh, kini orang-orang
memberi nama badai, jasad renik jahat,
atau penyakit dengan nama yang indah
lebih puitis dari penyair
mungkin karena kini
penyair kurang doyan bahasa bunga


Entahlah, mari kita rajin mencuci tangan
agar tak ada selera untuk mengutip
berkumur untuk tak terpapar kenyinyiran
membasuh muka dari memandang yang tak senonoh

Serupa mahkota bunga yang ditopang kelopak
kau adalah keindahan
dan aku harus sanggup melindungi

Serang, 13 Maret 2020


Ninja Ngantor

Senin dini hari, gigil menyergap
di depan meja penerima tamu, dua orang petugas
menyergap setiap pegawai yang datang
menodongkan alat pengukur suhu tubuh
sinar merah berkedip di jidat.
Beruntung, alat pencatat kehadiran elektronik
dengan mendekatkan retina mata dan wajah,
andai harus menempelkan sidik jari
boleh jadi akan pada menghindar, menjauh,
layaknya bertemu orang berpenyakit kudis

Kesibukan menyergap, semua jadwal berubah
kegiatan baru lebih deras, lebih cepat
dengan resiko sulit diduga
blangko teknik tersaji, masih kosong
kerentanan bagai mengusir gerombolan lebah
ini hari pertama maklumat diberlakukan
kalender saat itu menunjukan 16 Maret 2020.
Entah hari beku, entah hari  mendidih, entah hari limbung
pase baru yang belum dialami sebelumnya

Dikeluarkan botol antiseptik
masker diwajah belum dibuka
hidup serupa bajingan
selalu siap senjata dan penutup wajah.

Batuk ditakuti, bersin ditakuti,
tombol lift dicurigai, tarikan pintu dicurigai,
kran air diwaspadai, pipa pegangan di selasar diprasagkai.
Layaknya pasangan yang telah tersakiti
semua prilaku dan bahasa tubuh dicurigai
bahkan semua benda diwaspadai.
hidup yang aneh telah dimulai
menjadi intelejen dadakan, tanpa analisa.

 (Oh..bukan, bukan begitu,
kehati-hatian yang ketat memang begitu konsekwensinya)

Pikiran terus berlari, membayangkan keadaan di luar kantor
mungkin bangku taman akan dicurigai,
kursi tunggu diwaspadai,

peralatan makan di restoran ditakuti, kursi bioskop ditakuti
virus corona yang sangat kecil dan tak terlihat
lebih menakutkan dari gendoruwo yg konon raksasa

Kepanikan yang serius
membuat logika tak jalan,
keakraban rontok, keyakinan terlupakan.
Lantas, dilihat lagi botol hand sanitizer
diraba lagi masker di wajah
kalender di atas meja nampak lesu.

(Di sisi lain pikiran menjadi jinak dan lindap ;
"mari kita junjung kehati-hatian,
hanya pengorbanan kecil, berupa menahan diri" )

Sejurus kemudian, ada iri yang mendadak terbit
melihat seseorang  sering mendatangi kran air
berwudhu dengan seksama
mampu menyisihkan dua rakaat ke dua rakaat
sebelum kerja, pada jam kerja, bahkan pada hening malam
ia nampak begitu tenang, anteng
melakukan yang disukainya.
Ia selalu menyempurnakan wudhunya
memelihara wudhu dari waktu ke waktu
dari kegiatan ke kegiatan

Ternyata air tidak hanya memadamkan api
tapi mampu memadamkan kobaran gelisah
dan kecemasan
Ialah air ajaib yang diberkati
Serang, 17 Maret 2020

Keterangan ;
anteng=(Bahasa Daerah; Sunda) = tenang, asik
antiseptik=(Inggris ; antiseptic ) ; senyawa kimia yang digunakan untuyk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisma pada jaringan yang hidup, seperti pada kulit, rongga mulut
hand sanitizer =pembersih tangan, cairan atau pasta yang umumnya untuk mengurangi zat/jasad renik penyebab penyakit




Asep Muhlis, lahir di Ciamis- Jawa Barat, 21 Januari 1963
Pernah belajar di IKIP Bandung
Tinggal di Kota Serang – Banten
Puisinya dimuat dalam ;
Antologi puisi bersama MENYERUAK, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama DARI NEGERI BAHARI , penerbit Kosa Kata Kita (KKK), Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama CINTAMU KUJAGA, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama REMAH RINDU, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2019
Kumpulan Pentigraf WANITA GURU BANGSA, penerbit D3M Kail, Jakarta 2019
Antologi puisi bersama KOMANDAN, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2019
Antologi puisi bersama NEGERI PENYAIR, Forum Silaturahmi Penyair Lintas Daerah Nusantara, Jogjakarta, 2019
Antologi Puisi Gila Penyair Indonesia WONG KENTHIR, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Edisi Spesial, penerbit Penebar Media Utama, Yogyakarta, 2020

Arif Abdil Bar, : Aku , Kau & Corona

5.Arif Abdil Bar, :

Aku , Kau & Corona


Jalani hari di dalam
Seakan selalu malam
Membuat hati terbenam
Sosokmu kian temaram
Akibat Corona yang mencekam

Namun aku menyadari itu hanya awan hitam
Namun aku menyadari kau terasa kelam
Akibat Corona yang mencekam

Tapi senyummu tetap tajam
Bersinar bak bohlam
Disana aku bersemayam
Kau usir Corona dan semacam
Ahirnya ku katakan pada Corona, wassalam,
Padamu welcome...

Probolinggo, 21/03/2020

Maya Ofifa Kristianti : Mestinya malam ini

4.Maya Ofifa Kristianti :

Mestinya malam ini


Mestinya malam ini
Aku mengunjungimu
Di bumi mina tani, bukit gunung wungkal, di rumahmu yang kini

Mestinya malam ini
Ku tabur mawar di peraduanmu
Ku lafadzkan ayat alquran
Ku senandungkan dzikir
Ku peluk nisanmu, sambil mengenang masa dulu

Papa, negeri kita sedang terkena bencana
Ada virus baru yang bernama corona, yang bisa menyerang siapa saja, tanpa pilih nama

Maafkan papa
Kami tak bisa ke mana
Bukan karena kami takut corona
Tetapi lebih karena waspada

Mestinya malam ini
Aku mengunjungimu, tidak lewat online seperti yang pemerintah mau.


Maya Ofifa, Ibu rumah tangga
Senang membaca puisi. Dari semarang.