Kamis, 26 Maret 2020

Sutarno Sk Kesaksian

34.Sutarno Sk

Kesaksian

Setelah kau bajak udara
kau rampok tetangga
kau rompak samodra
dan pertama kau yang berwabah

Berdalih tak sengaja
memulai senjata biologis
sebagai pemusnah kehidupan
kau ambisius menjadi adidaya
kau rakus menjadi super power

Tidak mungkin kebocoran
padahal tahu akibat
sengaja kau produksi
sebagai pemusnah
agar semua mampus
dan kau menjadi tuhan dirimu sendiri

Kau musang berbulu tikus memang
setelah terkaman tak mampu menang
kau grogoti luar dalam rumah tetangga
sampai pisik dan jeroan pun kau obok-obok
hingga tak berdaya sekarat
hingga nyawa melayang
sementara boleh kau terbahak

Kau memang licik
kau sudah memulai perang
ala siluman bersenjata wabah
katamu beralas tak sengaja
sebagai kecelakaan
padahal kau sudah menggertak
kau sudah unjuk gigi punya pemusnah masal
tetangga sempat gagap tak siap

Kau memulai dengan untung rugi
satu wargamu kau angkat pahlawan
sebagai korban jibaku
seratus orang tetanggamu korban
kebohongan kebocoran
sepuluh orangmu mampus
seribu orang lain tak bernyawa
dan seterusnya
kau barbarian

Kalibata-Maret – 2020


Raden Rita Maimunah Corona Datang Dunia Senyap

33.Raden Rita Maimunah

Corona Datang Dunia Senyap

Suasana mencekam, malam semakin kelam
Tanda tanda kehidupan seperti terhenti
Virus corona menjadi momok yang menakutkan
Gemuruhnya karaoke, kamar kamar birahi
Yang biasanya ramai, Kini senyap seperti kuburan
Covid 19, corona kau telah bunuh kemesuman malam,Itulah hikmahnya
Tapi kau bunuh juga jiwa jiwa tak berdosa
Kau bunuh perekonomian sehingga pasar pasar sepi
Jalan jalan sepi, tempat wisata sepi
Lantas kita bisa apa ? jika semua adalah kehendak ALLAH
Bumi ini telah kelewat tua, Bumi ini sudah berat dengan dosa
Bukan martil yang menghancurkannya, Bukan peluru yang memporak porandakannya
Tapi virus yang disebut dengan manis “ Corona “
Yang membuat ketakutan seluruh manusia di dunia
Ia merayap dengan diam tanpa kata,Membuat manusia menjadi gila di serang ketakutan
Apakah jabatanmu dapat melenyapkan virus corona
Apakah uangmu dapat menyuruh pergi virus corona,Agar ia tidak datang
Dapatkah manusia menghentikan semua
Tidak, kecuali yang Maha Kuasa menghentikannya
Kita  seperti kehilangan kendali diri
Saat harus menapak dari waktu ke waktu, Menunggu virus itu lenyap
Dunia semakin senyap saat corona datang
Padang 25 Maret 2020


Raden Rita Maimunah, dengan no HP: 082172619207, WA 081266135861, Alamat surat menyurat, Komplek Pemda Blok F2, Sungai lareh kelurahan Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah Padang Sumatera Barat . Email maimunahraden@yahoo.co.id, masuk dalam berbagai  antologi Puisi dan antologi cerpen,  menerbitkan 2 buku antalogi Puisi tunggal  dengan nama pena yang juga sering menggunakan  nama  Raden Rita Yusri





Kurliyadi Kepadamu Corona

32.Kurliyadi

 Kepadamu Corona

Kepadamu corona
Yang tidak terlahir berjenis kelamin jantan atau betina
Selamat datang, ucapkanlah salam
Di negeri kami yang ramai dan bahagia
Yang mengandung senyum paling ramah
Untuk pendatang dan tamu tak di undang

Di televisi, koran dan kabar dari penyihir hoax
Dirimu menyerupai segala bentuk rasa takut
Mengibarkan bendera tanda merdeka
Atau kau bangga pada dirimu sendiri
Sebab adamu yang semakin menjadi duri dan api

Di negeri seberang dan kerabat
Wajahmu menghias segala ruang kosong
Seakan melumat segala hak dan kekuasaan
Bahkan adamu semakin membuat kami terusir
Dari jabat tangan, berpelukan bahkan saling lempar senyum
Hanya untuk bertanya “apa kabar?”

Dari adamu pulalah kami rasanya haram
Untuk pergi ke tempat ibadah kami sendiri
Yang selalu suci dan tidak terdapat caci maki
Apalagi iri dan dengki
Kepadamu corona,
Kami sama sekali tidak takut mati







Atau menyerah untuk terakhir kali
Tapi kami terus membenahi diri, bersatu
Mencari jalan untuk melawanmu
Sebab pada diri ini masih tumbuh belati
Yang akan mengoyak tubuhmu menjadi mati
Atau mengusirmu dengan tanpa jejak kaki lagi
2020


Suara Corona

Dari kota wuhan
Lahir sebagai awal
Beranjak dewasa sampai sekarang
Berdiri tegak di negeri-negeri tuan

Suaramu menggema
Seperti menunjukkan tanda
Bahwa adamu adalah jalan musibah
Bagi kami yang hanya manusia sahaya

Wahai corona, dalam tubuh kami
Sudah tertanam jalan perang
Kalah atau menang adalah dua mata uang
Yang sama sekali tidak kami takutkan

Mari serang, kami tidak berdiam diri
Meski ruang kami hanya sebatas pagar rumah
Dan anak-anak kami belajar tanpa sosok guru
Kami tetap siap dan setia
Dengan pedang dan pena
Dengan doa dan mencari jalan keluar
Meski nyawa taruhannya
2020
Kurliyadi lahir di kepulauan kecil gili-genting madura, bekerja sebagai pedagang kelontong (sembako) dan alumni pondok pesantren mathali’ul anwar pangarangan sumenep, menulis cerita pendek dan puisi, karyanya tersiar di beberapa media massa dan beberapa antologi sekarang berdomisili di alamat Warung Madura Zayadi Jalan pamengkang raya ( masjid jami baiturrahman) blok pahing Rt. 03 Rw. 03 kecamatan mundu ciebon Email  : kurliyadi.khuzaimah@gmail.com  nomer Rekening BRI : 093501033013532   blog : https://istanapuisikurliyadi.blogspot.co.id contact : 082215788844


Zaeni Boli Takut

31.Zaeni Boli


Takut

Orang orang dengan hati yang kacau
sedang mengintip dibalik jendela
suara anjing yang menggonggong
kini sahdu terdengar

seorang anak dan ibunya tertidur pulas
meski maut mungkin mengintai
Larantuka , 2020




Ajaib

Seperti biasa ia tak terlihat
bentuknya seperti durian
tapi bukan durian runtuh jika kita mendapatinya

engkau sedang mengecup maut
jika ia datang
Larantuka , 2020


Kurnia Kaha BILA KABAR ITU TIBA

30.Kurnia Kaha

BILA KABAR ITU TIBA

Kabar kematian itu akan tiba
Entah untukku
Atau untukmu
Tak perlu risau bila tak ada yang melayat
Sebab semua tinggal menunggu penghitungan
Antara kita dan diriNya
Doa-doa mungkin akan sampai atau
Bisa juga tak akan pernah sampai

Sebelum kabar itu tiba
Ada baiknya kita berkaca
Di ruang yang terang
Biar terlihat kedua mata,
hidung, dan mulut
Agar jelas jawabnya
Jika corona mejemput
Telah sejauh apa kita bergelut
Dan sekhusyuk apa dalam sujud-sujud
Pekalongan, 22 Maret 2020













DARURAT CORONA

Tak seperti biasanya
Pagi begitu tenang
Jalan-jalan lengang
Hanya sedikit yang melenggang

Salah satu penjual jajanan kesekolah
Belum sempat ia membuka lapaknya
Mengapa sesepi ini?
Bakulnya digendongnya lagi
Melangkah pulang
Dengan hati yang gamang
Menoleh ke pintu gerbang
“Darurat Corona Belajar Di Rumah”
Aku hilang kerja
Untuk beberapa hari yang belum pasti
Gumamnya dalam hati
Pekalongan, 18 Maret 2020


Kurnia Kaha, lahir di Batang, 30 April 1983. Penulis buku puisi “Debur-debur Rindu”  diterbitkan oleh meja tamu tahun 2019. Selain menulis puisi, Kurnia juga menulis artikel, cerpen, penelitian dan lainnya. Tulisannya telah dimuat di buku tunggal dan buku antologi bersama, surat kabar, majalah, dan jurnal penelitian. Selain menulis kegiatannya adalah mengajar di SMP N 5 Pekalongan, aktif di MGMP Bahasa Indonesia Kota Pekalongan dan penggerak Komunitas Guru Belajar. Untuk silaturahmi lebih lanjut bisa di fb: Kurnia Kaha, Instagram: @kurniakaha, dan HP 081 390 516 166.


Caridah Hartati TAMU SENJAKU; CORONA

29.Caridah Hartati

TAMU SENJAKU; CORONA

Sekejap lalu dari langit kuterima kabar; Dihantar nanar angin getir penuh khawatir. Belum lagi kopi manis kunikmati lantis. Berpilin dengan dongeng Ibu meninabobokan kesibukan. Corona dengan pongah tengah berada di beranda. Mengetuk gerbang tanpa gamang. Tak ada jeda dan gencar. Bukan untuk masuk, namun memaksaku keluar. Menitipkan luka di kepala. Sebagai kandil agar suara Tuhan lebih lantang terdengar. "Tidak hanya pada sepertiga malam", bisiknya tartil.

Beranjak pagi menemukan sepi. Kota kehilangan matahari. Malam tanpa dentuman. Sebab hening berarak di jalanan. Kecuali, di balik pintu-pintu. Lirih menyeduh kecemasan. Mengaduk derita. Memamah luka. Melarutkan segala duka. Berebut mencari cahaya justru saat membawa lentera. Berjejal spekulasi suci sekadar melegalisasi gengsi.

Siapa yang dapat melihat salah di sini? Usah menunggu dijauhi mimpi. Jika nanti saat terjaga memilih tak mendapati dipara mata rusa.
Bekasi, 24 Maret 2020






ICHABadmom*
Caridah Hartati<caridahhartati@gmail.com>

Selasa, 24 Maret 2020

MUHAMMAD JAYADI DI MASA GENTING CORONA INI

MUHAMMAD JAYADI

DI MASA GENTING CORONA INI

Rupa-rupa sore menjelang malam
Sunyi masih mengaduk kampung kami, menepuk pundak kami
Kesadaran hidup sehat masih digalakkan
Demi keselamatan, karena hidup mesti berjalan

Wabah-wabah yang datang telah merubah wajah negeri menjadi muram, suram
Namun tak henti kita panjatkan doa dan berusaha keluar dari ngerinya keadaan
Meminta jalan terbaik di sisi Tuhan
Dan yakin, badai pasti berlalu, pasti berlalu.

Halong 24 Maret 2020
BISIKKU PADA SI CORONA

Tolonglah engkau pergi, hei Corona
Kami ingin hidup damai sejahtera melalui hari
karenamu
Risau kemarau hati menjadi lebih panas lagi
Tangis-tangis menghujani bumi, akibat ulahmu ini
Ayolah, pergi dari tempat kami di bumi ini, hei Corona

Waktu kami terbuang hanya mengurusimu saja
Sedang kehidupan kami mesti berjalan sebagaimana adanya
Mencari nafkah kehidupan
Tempat-tempat ibadah kami tertutup dari segala puja-puji kepada-Nya
Akibat ulahmu juga, hei Corona

Lama aku bermenung, memanjat doa pada Ilahi
Ampuni kami, ya Allah
Tolong jauhkan bala' yang menghantam penjuru bumi ini
Dengan kuat kuasa-Mu menjaga jiwa raga kami yang lemah ini. Aamiin.

Halong 24 Maret 2020



LALU MALAM DATANG

Menemui jejak bulan
yang lama mengendap di jiwa
seiring keadaan wabah-wabah datang membuat ribut dunia

Membuka jalan ini dengan semangat
keluar dari keterpurukan nan hitam yang menggerogoti keadaan
kita, manusia lemah ini berharap pada Tuhan
berusaha juga lepas bebas dari cengkeraman virus-virus mematikan
mengikuti saran-saran pemerintah, melawan Corona
hingga tumbang dari bumi ini, lenyap dalam riwayat tak hina.

Halong 24 Maret 2020

Muhammad Jayadi lahir di Galumbang kecamatan Juai, Kab. Balangan Kalsel pada 19 Juli 1986. Menyukai sastra dan puisi sejak SMP. Bermula dari ikut lomba baca puisi, kecintaan kepada sastra tumbuh begitu saja hingga kini. Kini menetap di Halong, kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.



Suyitno Ethexs SATU DEPA

Suyitno Ethexs

SATU DEPA

jangan mendekat dulu
:ukur setidaknya satu depa
biar virus itu
tak meraja

:tapi
tak tapi tapian
kita harus mengikuti
anjuran

kalau kau nekat
kau sendiri kena akibat
jangan ngenyel merasa kuat
sebelum terlambat

2020

PAGEBLUK KORONA

kata orang-orang di warung
--sambil nyeruput kopi
negara kita kena baglebuk

apa itu bagebluk
mbah gono bercerita
yang pernah terjadi suatu masa
waktu dimana belum ada berita
yang cepat menyebar begitu saja

dulu sebelum ada listrik
apalagi internet segala
bila malam gelap gulita
bagebluk datang cari masa

warga resah gelisah
--ah cerita mbah gono menakutkan
kok hampir mirip dengan
virus corona

2020



Mim A Mursyid, CORONA, YA TUHAN...

26.Mim A Mursyid,

CORONA, YA TUHAN...

Heboh!
Corona tiba-tiba
Dunia geger seketika
Manusia menjalani takdir tergesa
Ratusan orang hilang nyawa,
Ribuan sisanya dada-dada kosong tanpa jiwa
Kepanikan maha perkasa.

Corona menyerang semuanya;
Kesehatan, kesadaran, hingga kewarasan
Orang-orang memborong kebutuhan pokok
Merayakan kepanikan
Harga masker naik, harga kemanusiaan jatuh
Hoax bertebaran, bau bangkai kedewasaan
Busuk menyengat hingga perasaan

Corona benar-benar menghantam karang-karang di dada
Yang bercokol, mengeras telah bertahun lamanya
Dada busung kita dihempasnya
Keras kepala kita dijambaknya
Tatap pongah kita diludahi
Bahkan kelamin dikebiri;
Tak ada kejantanan lagi
Ambruklah keangkuhan yang selama ini diusahakan.
Malu-malu aku menyapa-Mu

Tuhan,
Ya Tuhan...

Madura, 23 Maret 2020

Mim A Mursyid, santri pecinta seni asal pulau Sapudi, Sumenep. Hingga saat ini masih tinggal di Madura, kampung halamannya. Kesibukan sehari-hari selain mengajar sebagai guru honorer, ia menulis puisi dan merawat tanaman cabai di pekarangan belakang rumahnya sepenuh hati. Bisa disapa di FB: Mim A Mursyid.

Heru Mugiarso DEWI CORONA

25.Heru Mugiarso

DEWI CORONA


Dewi corona menari mengayunkan sampurnya
Siapa yang bakal terjerat dan kasmaran
Lalu menggigil memohon cinta
Dalam ampunan ajal juga kecemasan berkelindan

Di panggung orangorang menyeru
Sambil mengenakan topeng kepalsuan
Dosa masih saja dipilah dan dipilih dari rasa ragu
Tersumpal di sela gumam kematian

Dewi corona terus menari dengan pesona
Membidik lelaki yang jatuh hati dan terkesima
Orangorang terus menyimpan demam sambil menghiba
Tersaruk dan terpuruk ke sudut dunia paling lara.

2020

KOTA MATI

Pasca lockdown

Sebuah kota mendadak mati
Apakah detak jantungnya berhenti
Apakah rabunya enggan mengembang
Atau selsel otaknya malas menari?

Tapi kota hanyalah struktur paranoia
Ketika gerbangnya dijaga para hantu
Malam bertugur siang terjaga
Pada debar senarai kematian yang ditunggu.
2020
JANTUNG JOGYA

Pageblug Covid -19

Apakah Jantung Jogya berhenti berdenyut
Ketika debarnya kaubaca sebagai romansa percintaan
Antara para pelancong, penjaja nasib dan puisi elegi
Yang dinyanyikan para pengamen jalanan?


Senja adalah nostalgi
Tertulis pada ribuan tilas jejak kaki
Tapi tidak pada saat kini
Ketika udara bertuba tibatiba berubah jadi buruk mimpi


Apakah sesuatu yang viral ketika nafas mendadak tersengal?
Dan di jantung Jogya yang sibuk kau cari pada halaman peta itu
 Seolah meramal ada yang harus hilang dan terpenggal
2020

TUBUH YANG TERKUNCI

Lockdown! lockdown!.Engkau berteriak sambil mengunci
dirimu ketika jam acuh tak acuh dan pintu diketuk dari luar.

Spada, seru seseorang dari luar pintu sebelum gegar
cahaya dan tingkap membujukmu agar membuang anak kunci
ke lubang closed itu

Entah pada kemiringan berapa derajat
otakmu mulai tak beres. Ia memaksa mulutmu untuk menyanyi lagu reliji
yang mengamanatkan pesan kiamat sudah dekat.

Lockdown matamu
          .lockdown hidungmu
                          .lockdown telingamu
                                         lockdown kelaminmu.
Biarlah semua terkunci. Biarlah semua kembali pulang
ke alamat cangkangnya sendiri
setelah sekian abad berkeliaran di jalanan
dan mengaku- ngaku sebagai tuhan.
 “Bukankah orang lain adalah neraka, Tuan Sartre?”
2020.

Heru Mugiarso, lahir di Purwodadi Grobogan, 2 Juni 1961. Menulis puisi sejak masih duduk di bangku SMP.  Karya-karya berupa puisi, esai dan cerpen serta artikel di muat di berbagai media lokal dan nasional.Antologi puisi tunggal yang telah terbit : Tilas Waktu  (2011) dan Lelaki Pemanggul Puisi (2017). Novelnya bertajuk  Menjemput Fatamorgana terbit  tahun 2018. Kumpulan esainya berjudul Wacana Sastra Paragraf Budaya  ( Leutikprio , 2019)Sekitar delapan  puluhan judul buku  memuat karya-karyanya.Penghargaan yang diperoleh adalah Komunitas Sastra Indonesia Award 2003 sebagai penyair terbaik tahun 2003 Namanya tercantum dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017.)Sebagai nara sumber acara sastra pada program Bianglala sastra Semarang TV.  ,Sehari-hari bekerja sebagai dosen Universitas Negeri Semarang. Alamat rumah : Jl Bukit Kelapa Sawit IV/30-31 Perum Bukit Kencana Jaya Tembalang Semarang 50271 , email :  heruemge@gmail.com   no HP/WA 081325745254

Pensil Kajoe Virus Genit

24.Pensil Kajoe

Virus Genit

 Namamu indah,
terbayang cantik rupawan wajah seorang perempuan
dengan tubuh gemulai bak gitar spanyol

kubayangkan senyum mengembang di depanku
kupanggili namamu, Corona sayang
ya sayang
oh sayang
duhai sayang
Ah sayang, sayang
bayanganku rancu
aku keliru
aku malu

Corona bukan nama perempuan berdada bola
meski namanya kini mendunia
di televisi
di radio
di koran
di warung kopi
di angkringan
di pematang sawah
semua membahas corona
lalu ada yang berseloroh
"Jenengku ana neng konora?"

Corona, si virus genit yang sangat menggoda
orang-orang terpedaya
satu persatu jatuh bertekuk lutut
di kerling mata dan senyum nakalmu.
Tumiyang, 15032020

Pensil Kajoe, lahir dan dibesarkan di Banyumas, 27 Januari. Puisi serta cerpennya sudah bertebaran di berbagai koran di tanah air. Tulisan pertamanya berupa resensi buku: Remaja Doyan Nonton, Why Not? dimuat di Suara Merdeka tahun 2003, rubrik opini: Remaja Tanpa Narkoba (Radar Banyumas, 2004). Selain itu, laki-laki berkacamata minus ini telah membukukan tulisannya ke dalam 16 buku tunggal dan lebih dari 20 buku antologi bersama. Saat ini, Kang Pensil begitu sapaan akrabnya menjadi penulis rubrik Banyumasan di Majalah Djaka Lodang, Yogyakarta.



Hasani Hamzah : MASKER DAN WAJAH KITA HARI INI

23.Hasani Hamzah :

MASKER DAN WAJAH KITA HARI INI

Adalah wajah kita hari ini, dengan mulut yang terkatup Seperti kelopak pintu tertutup
Dengan mata sayu, senyum yang getir dan bibir yang berlibur tanpa pelipur
Tangan - tangan enggan berjabat
Tuhuh - tubuh tak lagi mau dipeluk

Sejak virus covid -19 kita menghitung mundur
Empat belas hari lamanya
Para pekerja dan pengangguran sama saja
Berdiam diri dan bertanya - tanya
Kapan corona akan berlalu?
Padahal, saat kita membuka jendela dengan senyuman
Di sana di halaman buku pelajaran yang terlipat
Tumbuh lahan - lahan baru
Yang memberi harapan dan semangat
Para pekerja dan pengangguran
Akan sama - sama bekerja:
Ya! Bekerja jualan masker
Namun kesedihan dan rasa bahagia
Sangatlah wajar dan sudah menjadi bakat manusia
Karenanya tak usah kabur tak juga takabbur
Segalanya Tuhan yang mengatur

Adalah wajah kita hari ini, yang terbungkus karena virus
Murung dan bingung
Mengunci diri dalam rumah berkabut
Menunggu hari - hari yang cerah dan terbebas dari corona
Sumenep, 17/03/2020


Bangsaku Mencatat Tragedi Virus Corona

Aku tulis sajak ini, saat bangsaku mencatat tragedi
Di mana dunia membaca tentangnya
Tentang virus baru bernama corona yang mewabah
Dan membuat gundah

Sungguh tak pernah menduga sebelumnya
Dan kini orang - orang panik  dibuatnya
Sejak kali pertama di Wuhan
Lalu di negeriku sendiri
Pandemi ini tanpa kompromi membuat ngeri

Corona melejit dengan cepatnya
Corona bukan mobil mewah
Corona melaju tanpa roda

Di mana - mana
Dari kota - kota hingga desa - desa
Dari anak - anak hingga orang dewasa
Dari pejabat negara hingga rakyat jelata
Semua takut akan bahaya corona

Bagai hantu yang menjelma Tuhan------
Tuhan yang menjelma hantu
Corona merasuki jalan pikiran
Menggerogoti dan melumpuhkan sendi kehidupan
Orang - orang kalangkabutan
Saat bangsa ini diancam punah virus mematikan

Bagai keranda yang berjalan di atas pundak
Mengangkut satu persatu tanpa kehendak
Orang - orang berlari dan bersembunyi
Mengisolasi diri selama empat belas hari
Lalu merenung dalam kamar
Orang - orang tak berdaya
Sambil berdoa menurut keyakinan masing - masing
Berharap corona segera sirna
Dan kehidupan kembali berjalan normal

Saat bangsaku mencatat tragedi ini
Di mana dunia membaca tentangnya
Tentang virus yang mengancam seluruhnya
Corona menjadi pembelajaran sangat mahal
Bagi manusia untuk saling menjaga
Agar hidup tidak menjadi sia - sia

Sumenep, 16/03/2020






RINDU JALAN PULANG
(Saat Corona)

Telah lama mengelana
Jauh ke negeri sana

Tinggalkan sanak
Tinggalkan ternak

Saat dunia kini merana
Rindu pun merona

Kampungku membayang
Kususuri jalan pulang

Sumenep, 19/03/2020


Mohammad Mukarom: Abjad Corona

22.Mohammad Mukarom:

Abjad Corona

Cinta
diliburkan - bahkan masih bersemi bunga kuncup.
Onani seperti bahasa kegagalan.
 Rumah sakit semakin sakit.
Orang-orang sakit. Cinta gagal.
Onani begitu membosankan dijadikan pelampiasan.
Napas tersengal mencari jalan pulang paling nyaman.
Aduhai huru-hara wabah. Cinta yang sakit. Onani yang sakit. Napas yang sakit.
Ohhh....
Wonosobo | 2020










Mohammad Mukarom, penulis asal Gresik-Jatim. Membuahkan karya puisi, cerpen, dan esai. Telah menekuni dunia kepenulisan sejak 2015 dibawah asuhan Pak A’yat Kholili-Madura. Aktif di COMPETER (Community Pena Terbang) dan Kelas Puisi Bekasi yang digagas oleh Pak Budi Setiawan. Buku perdananya berjudul RIHLATULILLAH (Sekumpulan Kisah Inspiratif Hafidz Qur’an) telah terbit dan cetak 2018 lalu.Mari menjalin silaturrahim | WA : 085843131913. FB : Mohammad Mukarom

Marlin Dinamikanto : Lelaki Tua yang Bertanya

20.Marlin Dinamikanto :
Lelaki Tua yang Bertanya
1/Rona Corona
Melepuh di setiap kota
Lumpuh
Tak ada daya

getir menggigit
Lelaki tua yang bertanya
Kepada dirinya
Adakah Corona
Membuatnya merana

Lelaki tua itu
Memang sebatang kara
Ada tak ada Corona
Hidupnya sudah merana

2/Trotoar terlihat asing
Lumpuh segala pikiran
Lelaki tua itu memandang
Kota yang hilang
Tidak menyisakan botol Aqua
Di karung rombeng miliknya

Rona Corona
Mewabah di pikirannya
Menginfeksi jiwanya
Ketika botolbotol Aqua
Tak lagi didapatnya

Kota menjadi asing baginya
Pertanyaan yang tak terjawab
Adakah Corona
Bergegas membunuhnya
Depok, 18 Maret 2020

RINDU LESUNG PIPITMU

Lesung Pipitmu
Hilang dari stasiun kereta
Setelah Corona
Membungkam pandang
Setiaku menunggu di peron
Melihat gigimu yang putih
Menyembul bibir merah jambu
Tak ada lagi itu

Rona merah pipimu
Terbalut kain tebal
Ditambah kaca mata dan topi
Sungguh, kau seperti memedi
Tak lagi terlihat anggun
Dan membuatku tertegun

Engkau mungkin Corona itu
Terdengar merdu menakutkan
Saat kau bertanya jam berapa
Dari masker yang membalut
Wajah yang tak lagi indah
Menerkam bola mataku

Buang masker jingga itu
Aku rindu lesung pipitmu
Juga gigi putihmu
Di stasiun kereta itu
Depok, 18 Maret 2020





Siswo Nurwahyudi : (1) RASA BERSALAH TAK BERSALAH

19.Siswo Nurwahyudi :

 (1)
RASA BERSALAH TAK BERSALAH

nun di sana, penyair maya lantang berteriak
: hei..., sajak-sajakmu merah bergincu
itu penghianatan pada dunia yang berduka

aku di sini
memandangnya sepi
hatiku padam
pikiranku hitam

lubang pantatku berpuisi
bersiul nyaring pada dunia
: corona, i love you so much

Bojonegoro, 16/03/2020


(2)
TAK APA, SUMPAH

tak apa
sementara tak ada pesta
bagiku bukan bencana

kalaupun corona merebut semua pesta
juga tak apa, sumpah
bagiku, Tuhan boleh apa-apa semau-Nya

Bojonegoro, 16/03/2020



(3)
CORONA, I LOVE U

sejantan apa dirimu?
sebetina kelelakianku kah?
sungguh, aku mericintaimu
andai saja Tuhan sudi ijinkan
sedia aku bertukar tempat denganmu
atau kita bercumbu berdua
lalu, lahir berjuta anak-anak kita
berbiak lagi, bermiliar-miliar lagi
menghujam bagai peluru para serdadu
melumat segala jiwa yang kotor
ya, yang kotor-kotor saja
seperti berpesta di istana para raja
kita berdansa di atas bangkai mereka
kemudian melaporkan kerja kita pada-Nya
tak peduli surga bukan lagi milik kita
Bojonegoro, 20/03/2020








Siswo Nurwahyudi, Lahir: Bojonegoro, 01 Agustus 1965
Tinggal di Bojonegoro
Alamat: Sinar Merah blogspot.com
E-mail: siswo.nurwahyudi@gmail.com

Sugeng Joko Utomo : Pada Sunyi Kata

18.Sugeng Joko Utomo :

Pada Sunyi Kata

Tempat ibadah sepi
Sekolah sepi
Pasar sepi
Mall sepi
Terminal sepi
Kemana mereka
Takut corona?

Rapat kantor ditiadakan
Transaksi fisik bank ditiadakan
Pesiar dibatalkan
Kongkow-kongkow dibubarkan
Masker dikenakan
Sanitizer dihamburkan
Kenapa semua
Takut corona?

Mari tinggal di rumah
Seraya khusu' ibadah
Bertakdzim pada Allah
Sumber segala berkah
Corona itu isyarat
Agar kita lekas bertaubat
Memohon penuh khidmat
Agar Dia melimpahkan berkat

Tak perlu saling mengolok
Tak elok saling memojok
Kita hadapi bersama
Bergandeng tangan sepenuh jiwa
Mumpung masih diberi kesempatan
Bertemu jalan kebenaran

Demikian sabda Tuhan
Dalam jernih pikir kita sarikan
Lantas diwartakan
Menebar kebajikan
Lupakan hiruk-pikuk dunia
Dalam sunyi memadahkan puji-puja
Berpasrah diri pada Yang Kuasa


Tasikmalaya, 18 Maret 2020

Anisah Virus Corona

17.Anisah

Virus Corona

Seorang wanita membawa suaminya
Dari rumah sakit satu ke remah sakit lain
Tapi
Semua menolaknya
Di rumah sakit banyak pasien bergelimpangan
Tak ada yang mengurus
Pedih melihat itu
Walau di negeri lain
Tapi
Imereka juga makhluk Allah
Jangan engkau makan kelelawar, tikus dan ular
Itu sumber virus corona
Hindari semaksimalmungkin
Makanlah gurami, tawes, ayam, sapi
Itul
lebih
menyehatkan
dan
halal

Magelang, Maret 2020











Pembelajaran Online

Virus corona  menjadikan siswa diliburkan
Atau belajar di rumah
Guru di sekolah menyiapkan materi
yang akan diupload
Guru serentak menyiapkan materi
Aneka jenis materi disiapkan
Agar siswa paham dan mengerti
Di pagi ini
Masih ada 22 siswa dari 36 siswa yang belum membuka HP-nya
Itu menjadi PR buat guru tuk menindaklanjutinya
Semoga Corona segera reda
Dan siswa bisa ke sekolah lagi

Magelang, Maret 2020


CUCI TANGAN

Selesai fingerprint cuci tangan
Selesai belanja cuci tangan
Habis pegang uang cuci tangan
Sembarang pegang cuci tangan
Bersalaman?
Libur
Cukup
Sembah kalbu
Dag dag
Adu sikut
Itulah akibat corona
Semua serba takut
Tuk beracengkerama seperti biasa
Dekat-dekat takut
Magelang, Maret 2020

Sulistyo : CORONA

16.Sulistyo :

CORONA
Dunia sekarat
Dihajar virus laknat!!

Jakarta,  07.03.2020

PANIC BUYING
Takut kelaparan
berebut memborong makanan
Takut mati karena perut tidak diisi nasi

Virus mematikan menjadi momok menakutkan
Mengusik manusia-manusia yang takut kelaparan
Memenuhi keranjang belanjaan dengan berbagai jenis makanan

Apakah kalau perutmu kenyang pasti dijamin aman dari kematian?
Apakah kalau semua jenis makanan memenuhi lemari penyimpanan kau tak akan luput dari ajal?

Corona mentertawakan kita
Menganggap nyawa ada di tangannya
Corona hilir mudik mencari mangsa
Menerkam siapapun tak perduli siapa
Tak juga kalian yang memborong berkarung makanan karena takut kelaparan

Corona bangga dan menepuk dada
Melihat kita ketakutan kehilangan nyawa!

Jakarta,  03.03.2020


MASKER
    (kepada corona)

Aku tak habis pikir
Kenapa masker mendadak menyingkir
Padahal kemarin di etalase masih terparkir

Penjual masker mematok harga tinggi
Nurani mati terkubur materi
Corona datang masker menghilang

Corona makin Gelap mata
Menantang kepongahan manusia
Merobek dunia merenggut nyawa

Masker menjadi lebih berharga dari segenggam permata
Hingga tak lagi teronggok di etalase kaca
Dia tersembunyi menghuni brankas berlapis baja

Jakarta,  29.02.2020

Sudarmono : Jejak Mu Corona

15.Sudarmono :

Jejak Mu Corona

Virus itu melegenda
menjadi kehampaan manusia
menabur dirinya sendiri
pada nafsu segala nafasnya
untuk menguasai duniawi
melupakan Sang Pencipta

Virus itu mewabah
pada lekuk hati yang gundah
goyangkan iman hingga resah
sebab perang negara adu kuasa
membayang di pelupuk mata
mengguncang perekonomian dunia

Hilanglah panik segala panik
kabur bersama mereka yang unik
corona covid 19 adalah belantara etnik
mengunggah viral di tubir media sosial
kesombongan manusia yang tak sesal
bercermin pada dirinya sendiri
dan mampus itu rahasia Illahi

Tambun Utara, 16 Maret 2020

Dhea Lingkar : Indahnya Kebesaran-Mu

14.Dhea Lingkar :

Indahnya Kebesaran-Mu

Kebesaran-MU membuat kami tersadar akan kekuasaan-MU
Corona mengaum....
Corona menjerit ke seluruh penjuru dunia
Wahai Pencipta Alam...
Kekaguman sulit untuk kami pendam
Dari pagi hingga malam
Pesonanya tak pernah padam
Corona bagaikan desiran angin yang menusuk jiwa raga kami...
Hanya sedikit...
Ya...Sedikit tergores kau hempaskan...
Dengan sekajap mata kau jadikan menghilang satu persatu
Hingga ribuan
Inilah...
Keserakahan manusia yang selalu menyombongkan dirinya..
Manusia licik berterbangan mencari hakikat dan keegoisan hidup...
Tapi sayang...
Mereka lupa
Engakaulah Sang Pencipta segala nya tanpa susah payah
Corona teguran kecil yang kau beri
Agar kami tsenantiasa bertaubat dan berserah diri
Hanya pada-MU
Pemilik semesta Alam
Surabaya,15 Maret 2020