Di tempat dimana banyak kapal kayu rusak di situ banyak ikan.
Kita mancing bareng sambil baca puisi Sekeranjang Ikan. Seluruh pembaca puisi akan diunggah di youtube oleh kamerawan profesional.
hanya :10 penyair tua muda yang memiliki jiwa sederhana (karena tempat nya sangat sederhana/darurat) mendapat kehormatan diundang
dalam acara :
Penyair Mancing 11 Desember 2016
Baca puisi Sekeranjang Ikan di perahu nelayan
dalam
Sehari Bersama Penyair Rg Bagus Warsono
Indramayu
Membaca puisi di area terbuka tanpa mikrofun, tanpa tenda, tanpa penonton yang diundang, dan tanpa malu di depan lalu lalang orang kesibukan nelayan dan masyarakat memiliki kesan tersendiri. Sebuah pengalaman yang tak dapat dilupakan.
Dalam baca puisi di perahu kayu nanti akan dihadirkan Pembaca Puisi Terbaik yang dimiliki Indramayu O.K Hadini.
Kalian akan diajak memahami makna hidup ini, bagaimana nelayan mengatasi permasalahannya sendiri dengan sabar membetulkan jaring yang sobek, menambal labung kayu yang bocor, menukar ikannya dengan nasi dan rokok, membayar hutangnya ketika memperoleh hasil , hutang tanpa agunan apa pun, dan solidaritas diantara mereka berbagi ikan.
Hanya saja nelayan tidak dalam kemapuan industri. Kenyataan ikan mereka dibuat sarden, kulit ikan itu dibuat kerupuk dengan kemasan toko, tulang ikannya , sirip ikannya sampai jeroan lainnya dimanfaatkan orang lain menjadi bahan industri yang sangat menguntungkan. Sedang nelayan hanya gigit jari melihat semua itu.
Sebaliknya nelayan menjadi sasaran (konsumen) besar produk perusahaan industri benang nilon, tambang plastik, alat tangkap ikan (jaring), mesin perahu, sampai alat komunikasi yang nilainya tidak tanggung-tanggung hingga trilyunan rupiah!
Lalu apa hubungannya nelayan dengan penyair? Nelayan itu kuat dan sangat percaya kepada Yang Maha Kuasa, dalam kontek hidup yang tak pasti. Ikan atau pulang hampa. Dan penyair harus kuat seperti nelayan, yang sama-sama memiliki penghasilan yang tak pasti. Ironisnya justru baru saja karyanya dikritik sudah tidak enak badan. Justru kritik menyehatkan, seperti nelayan telanjang dada di terik matahari di tengah lautan.
Suatu saat nanti penyair, akan diajak ke pulau Biawak , pulau yang berada kurang lebih 40km dari pantai Indramayu. Di pulau itu terdapat mersusuar tertua di Indonesia yang dibangun Belanda tahun 1700-an. Dan yang lebih aneh lagi di pulau itu terdapat banyak biawak. Pulau itu kini menjadi objek wisata. Sangat cocok untuk penyair baca puisi. Jika baca puisi di pulau ini tentu yang mendengarkan adalah biawak-biawak penghuni pulau ini.
Penyair Mancing hanya kegiatan refresing penyair khusus sahabatku, Ingin rasanya mengajak semua sahabat tetapi keterbatasanku itu takut membuat kecewa tamu. Tetapi secara bergiliran akan ada waktunya untuk bertemu.
Kita mancing bareng sambil baca puisi Sekeranjang Ikan. Seluruh pembaca puisi akan diunggah di youtube oleh kamerawan profesional.
hanya :10 penyair tua muda yang memiliki jiwa sederhana (karena tempat nya sangat sederhana/darurat) mendapat kehormatan diundang
dalam acara :
Penyair Mancing 11 Desember 2016
Baca puisi Sekeranjang Ikan di perahu nelayan
dalam
Sehari Bersama Penyair Rg Bagus Warsono
Indramayu
Membaca puisi di area terbuka tanpa mikrofun, tanpa tenda, tanpa penonton yang diundang, dan tanpa malu di depan lalu lalang orang kesibukan nelayan dan masyarakat memiliki kesan tersendiri. Sebuah pengalaman yang tak dapat dilupakan.
Dalam baca puisi di perahu kayu nanti akan dihadirkan Pembaca Puisi Terbaik yang dimiliki Indramayu O.K Hadini.
Kalian akan diajak memahami makna hidup ini, bagaimana nelayan mengatasi permasalahannya sendiri dengan sabar membetulkan jaring yang sobek, menambal labung kayu yang bocor, menukar ikannya dengan nasi dan rokok, membayar hutangnya ketika memperoleh hasil , hutang tanpa agunan apa pun, dan solidaritas diantara mereka berbagi ikan.
Hanya saja nelayan tidak dalam kemapuan industri. Kenyataan ikan mereka dibuat sarden, kulit ikan itu dibuat kerupuk dengan kemasan toko, tulang ikannya , sirip ikannya sampai jeroan lainnya dimanfaatkan orang lain menjadi bahan industri yang sangat menguntungkan. Sedang nelayan hanya gigit jari melihat semua itu.
Sebaliknya nelayan menjadi sasaran (konsumen) besar produk perusahaan industri benang nilon, tambang plastik, alat tangkap ikan (jaring), mesin perahu, sampai alat komunikasi yang nilainya tidak tanggung-tanggung hingga trilyunan rupiah!
Lalu apa hubungannya nelayan dengan penyair? Nelayan itu kuat dan sangat percaya kepada Yang Maha Kuasa, dalam kontek hidup yang tak pasti. Ikan atau pulang hampa. Dan penyair harus kuat seperti nelayan, yang sama-sama memiliki penghasilan yang tak pasti. Ironisnya justru baru saja karyanya dikritik sudah tidak enak badan. Justru kritik menyehatkan, seperti nelayan telanjang dada di terik matahari di tengah lautan.
Suatu saat nanti penyair, akan diajak ke pulau Biawak , pulau yang berada kurang lebih 40km dari pantai Indramayu. Di pulau itu terdapat mersusuar tertua di Indonesia yang dibangun Belanda tahun 1700-an. Dan yang lebih aneh lagi di pulau itu terdapat banyak biawak. Pulau itu kini menjadi objek wisata. Sangat cocok untuk penyair baca puisi. Jika baca puisi di pulau ini tentu yang mendengarkan adalah biawak-biawak penghuni pulau ini.
Penyair Mancing hanya kegiatan refresing penyair khusus sahabatku, Ingin rasanya mengajak semua sahabat tetapi keterbatasanku itu takut membuat kecewa tamu. Tetapi secara bergiliran akan ada waktunya untuk bertemu.