Senin, 28 Oktober 2013

SAMBUT HARI PAHLAWAN 10 NEVEMBER 2013

SAMBUT HARI PAHLAWAN 10 NEVEMBER 2013

DEMOKRASI KITA TAK LEPAS DARI RASA
Jika terjadi di zaman sekarang, tentu akan diprotes. Belum jelas apakah Kolonel Muhammad Nuh , kepala staff TKR Komandemen Sumatra itu memegang 6 mandat dari 6 divisi militer di sumatra atau tidak dalam proses pemilihan Pucuk Pimpinan tentara Keaman Rakyat (TKR) 12 Nofember 1945 di Yogyakarta. Pasalnya Oerip Sumoharjo telah mengantongi 21 suara, dan Soedirman 16 suara sebelum menghitung suara dari Sumatera yang dipegang Kolonel Muhammad Nuh.
Agaknya sejak dulu orang Indonesia telah gampang terpesona oleh hal-hal perasaan (cinta keindahan: tampan, cantik; jiwa sosial : kasihan ; dan kesaktian atau mutu seperti gelar, sakti, cerdas, kaya).
Namun ada yang berbeda pada personal kandidatnya. Dulu hal kalah menang diletakan pada hal nomor dua dari kepentingan utama yakni Negara, kini justru kepentingan negara diletakan pada nomor berapanya. Sehingga proses pemilihan merupakan hal yang diartikan kalah dan menang.
Oerip Sumoharjo tidak sama sekali merasa dicurangi dalam proses pemilihan itu, begitu juga Soedirman tidak memerasa sombong dan tinggi hati, bagi keduanya justru merupakan amanat yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Keduanya kelak dikemudian hari menjadi apa yang kita kenal Oerip kemudian berpangkat Letnan Jendral (satu-satunya letnan Jendral yang ada ditubuh TKR/TNI sebagai Kepala Staff TKR, dan Soedirman kemudian berpangkat Jenderal , satu-satunya jentra di  tubuh TKR/TNI kala itu, sebagai Panglima Besar di tubuh TKR/TNI. Keduanya saling menghormati, dan saling bekerja sama sehingga sejarawan menyebut Dwi Tunggal cikal bakal TNI.
(rg bagus warsono, 28-10-13)