Minggu, 27 Oktober 2013

Menyambut Hari Pahlawan 10 Nofember , Mengenal : Laksamana Madya Yosaphat Soedarso atau yang lebih dikenal dengan nama Yos Sudarso

Catatan Redaksi :
Dari Cerpen Macan Tutul 
Yos Sudarso merupakan kepala Staff TNI Angkatan Laut termuda sepanjang sejarah Republik Indonesia.
Yos Sudarso meski seorang pimpinan teringgi di Angkatan Laut tetapi ikut bertempur di medan perang.
Yos Sudarso adalah prajurit yang menyatu jiwanya dengan jiwa keprajuritan TNI, pada saat pertempuran berlangsung, bisa saja ia sebagai pimpinan pemegang komando di kapal Macan Tutul itu melakukan penyelamatan diri. Tetapi sebagai orang yang bertanggung jawab, ia rela mati demi keselamatan anak buahnya.  Tetika kapal mulai tenggelam ia menolak naik sekoci terakhir  yang ditawarkan bawahannya. Katanya, " Naiklah kalian semua ke skoci itu, biarkan aku bersama Macan Tutul ini."  Di wajahnya tak sedikitpun takut menghadapi maut. Ia memandang sekoci terakhir yang hilang oleh kabut asap. Perlahan Macan Tutul mulai terisi air, dan torpedo menghantam haluan seakan ingin meyakinkan Armada yang tinggal satu itu benar benar lumpuh. Yos Sudarso melihat air mulai selutut, kemudian sampai perut, dada, dan kemudian menenggelamkan 'Jendral' itu. Ia memberikan nyawanya untuk Bumi Pertiwi, Topi komando Kapiten Macan tutul pun terapung-diayun2 gelombang. Indonesia kehilangan Mahaputra terbaiknya , sungguh di usia yang masih sangat muda. c
Laksamana Madya Yosaphat Soedarso atau yang lebih dikenal dengan nama Yos Sudarso adalah pahlawan nasional Indonesia yang dilahirkan di Salatiga, Jawa Tengah, 24 November 1925 dan pernah menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan Laut. Meski sebagai orang nomor satu di TNI AL, ia bukanlah tipe pemimpin yang berdiam diri di belakang meja. Di usianya yang masih muda 36 tahun, ia turut ke medan tempur maju ke garis depan untuk merebut Irian Barat dari kolonial Belanda. Di atas KRI Macan Tutul di Laut Aru, Yos Sudarso gugur dengan berani.
Cuplikan Cerpen Macan Tutul Karya Rg Bagus Warsono




Berikut Biografi singkatnya yang diambil dari Merdeka.com : 

Pada saat itu terjadi pertempuran sengit antara pasukan militer Indonesia dengan Belanda. Meski berstatus sebagai Kepala Staff TNI-AL Yos sudarso ikut turut ke medan tempur. Naas dalam peristiwa tersebut, Laksamana Madya Yos Sudarso gugur setelah KRI Macan Tutul di bombardir Belanda di Laut Aru saat melawan armada Belanda.

Ia gugur di atas KRI Macan Tutul pada tanggal 13 Januari 1962 pada saat berusia 36 tahun. Keikutsertaannya dalam posisi sebagai KSAL-pun dipertanyakan karena tidak lazimnya seorang Kepala Staff Angkatan Laut turun langsung dalam medan tempur.

Dan untuk menghargai jasa-jasa atas keikutsertaannya dalam memperjuangkan merebut Irian Barat, ia dianugerahi sebagai 
pahlawan Pembela Kemerdekaan. Kini namanya diabadikan sebagai nama armada angkatan laut Indonesia, nama pulau, dan nama jalan-jalan protokol di kota-kota besar Indonesia.

Ia meninggalkan seorang istri bernama Ny. Siti Kustini, yang dinikahinya pada tahun 1955 dan dikaruniai lima anak dan dua diantaranya meninggal dunia.

Berselang 44 tahun setelah Yos Sudarso meninggal. Istri 
pahlawan Aru ini, Nyonya Josephine F Siti Kustini kemudian meninggal. Siti Kustini yang merupakan kelahiran Ngawi, Jawa Timur, 1935, meninggal dunia pada usia 71 tahun tepatnya, Sabtu 2 September 2006 pukul 14.00, di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Mintohardjo, Jakarta. Akibat penyakit jantung dan radang paru-paru. Jenazah kemudian dimakamkan, Senin, 4 September 2006 di Tempat Pemakaman Umum Kaliwuluh, Desa Kaliwuluh, Kecamatan Kebak Kramat, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Semasa hidupnya, Ny. Siti Kustini dikenal sebagai orang yang sangat disiplin, selalu tepat waktu, termasuk menunaikan ibadah agama dengan mengikuti misa kudus hampir setiap hari.

Sebelum pemberangkatan jenazah dari Jakarta menuju 
Surakarta dengan menggunakan pesawat TNI AL dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Misa arwah terlebih dahulu dilakukan yang dipimpin Pastor Luarens di kediaman almarhumah, di jalan Cimandiri Nomor 12, Cikini, Jakarta Pusat. Saat itu juga dihadiri mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Sudomo, mantan Gubernur DKI Jakarta 
Ali Sadikin, dan sesepuh TNI AL lainnya.