Kamis, 28 Mei 2020

76/Agustav Triono DI PENGHUJUNG RAMADHAN


76/Agustav Triono
DI PENGHUJUNG RAMADHAN

 Agustav Triono

 Di penghujung Ramadhan
 Tak ingin segera lepaskan
 Segala reroncean bunga bermekaran
 Yang dikirim tuk kita hayati
 Setiap warna-warni serta wangi
 Namun kadang silap oleh hempasan
 Rayu semu keindahan luar semata
 Memabukkan hanya lapis luar
 Padahal yang paling getar
 Makna di dalamnya

 Di penghujung Ramadhan
 Doa-doa terasa berat
 Tersebab masih banyak asa
 Permohonan belum tersampaikan
 Dahaga tertahan di padang gurun
 Merindu oase namun pandang bulan
 Segera berganti bergulir Syawal
 Dan bulan-bulan berikutnya
 Semoga kita tak jadi bulan-bulanan
 Nafsu sendiri

 Di penghujung Ramadhan
 Menjelang lebaran raih kemenangan
 Setelah tiga puluh hari arungi medan
 Pertempuran melawan goda, rayu, dan nafsu
 Doa-doa tergumam sepanjang malam
 Akankah bertahan merawat iman
 Menyiram kesalehan agar tumbuh kembang
 Menjelma pepohonan rindang
 Naungi hidup kini dan nanti

 Mei 2020

 Biodata:
 Agustav Triono. Lahir di Banyumas, 26 Agustus 1980. Alamat Perum. Puri Boja Bojanegara,Padamara, Purbalingga. Bergiat di Komunitas KATASAPA Purbalingga, LESBUMI Purbalingga, Dewan Kesenian Kab.Purbalingga, Majalah Ancas dll. Karya sastranya termuat di beberapa media massa dan di buku antologi antara lain Balada Seorang Lengger, Jejak Sajak, Puisi Menolak Korupsi 2a, Lumbung Puisi, Tifa Nusantara, Teras Puisi, Kembang Glepang, Sesapa Mesra Selinting Cinta,PPN XI, Jazirah 2 dll. Antologi puisi tunggalnya Seperti Mata Malam (2008). Alamat email: agustavtriono@gmail.com

75.Asep Muhlis Penasehat Tak Bersertifikat


75.Asep Muhlis

Penasehat Tak Bersertifikat

Ramadhan kali ini
tak ada suara petasan
anak-anak  tak lagi main meriam dari karbit di waktu sore
keriuhan beralih ke dalam gawai
anak-anak mengejakan tugas sekolah
membaca Al qur’an dan hapalan do’a-do’a
lalu mengirimkan laporan harian kepada guru
virus corona telah menjadi  penasehat paling berhasil

Jalanan  lengang
pohonan dan tiang listrik menunjuk
toko dan warung telah lama murung
dalam bungkaman sunyi dan gigil

Di dalam mesjid
orang-orang masih terlihat ber tadarus, berdzikir, bershalawat
di atas lantai  bersih, tanpa karpet tebal, tanpa sajadah lembut
tanpa pengeras suara
virus corona layaknya pembersih ibadah dari sipat riya

Biarlah, Ramadhan kali ini
tak perlu merindukan kerlip lampu hias
di jalan , di mesjid atau di rumah
karena do’a mendo’akan di ruang hati masing-masing
lebih gemerlap dari lampu termewah

Pada Ramadhan yang langka ini
jeritan do’a dari ribuan orang  yang kehilangan pekerjaan
tangisan ratusan lelaki yang merasa gagal mencukupi makan  anak-istri
keringat petugas kemanusiaan menumpahkan keiklasannya
menggumpal menjadi bongkahan kristal di langit

dan akan turun  menjadi  kemakmuran penghuni bumi
di waktu yang ditentukan Tuhan

Serang, 23 Mei 2020

































Asep Muhlis

JAHIDIN DAN SORE HARI

Jika  menjelang waktu asyar tiba
teringat masa kecil
menimba air untuk bak wudhu
ember karet yang meluncur ke gelap sumur
bagai bongkah hati yang tak ragu
menyelami kerumitan dalam keterbatasan.
Tak pernah dihitung berapa kali timbaan
aku begitu bersemangat , sarung dililitkan di atas bak
peci hitam di kepala

dalam rongga mulut terhimpun do’a
semoga air baik yang dipakai orang-orang berwudhu
pahala sholat, pahala bacaan Al Qur’an, atau
ibadah lain dari berudhu, mengalir kepadaku
dan kepada ibu-bapakku
hanya itu yang ada di kepala Jahidin kecil

Selepas shalat asyar
Jahidin menuju stasiun kerta api
melintasi jalan desa, melintasi sawah,
melintasi jembatan, melintasi jalan raya

Di stasiun kecil itu
puluhan anak bermain, hingga menjelang berbuka puasa
jahidin lebih menyukai main serodotan
ketimbang main damdaman atau main karet gelang
karena serodotan di atas tembok yang licin
adalah barang mewah saat itu

Sore hari di stasiun kecil
bersiuran pedagang asongan
dengan nampan kayu di kepala
rebus biji nangka, rebus kacang tanah,
rebus pisang mengkel, dan rebus umbi-umbian
dibungkus daun pisang seukuran kepal
subur hasil bumi penebar rejeki bagi orang desa
benteng ketahanan tubuh bagi anak-anak

Ada juga yang menjajakan mangga, nangka,
manggis, sirsak dan rambutan
keharuman yang terbit dari hasil bumi
mengambarkan cita rasa alami
kemolekan warna dari hasil bumi
adalah pesona yang tak menipu

Sesekali Jahidin melihat jam gantung di ruangan masinis
bandul jam itu berayun ke kanan ke kiri
seperti cita-citanya yang tetap berdetak
di redam dalam dada.

Dengan menggenggam sepincuk nangka kupas
ia pulang, menusuri jalan raya, melintasi jembatan
menembus perkampungan kecil, menapaki  pematang
ibunya cemas, bedug magrib usai, anaknya belum tiba
dan Jahidin melaporkan bahwa ia telah berbuka puasa di tengah sawah

dengan sepincuk nangka yang harum dan ramum
diciuminya Jahidin kecil bertubi-tubi
air mata ibunya jatuh
bak mesjid yang selalu penuh menjelang shalat asyar
adalah hasil anaknya yang tekun dan sabar

Serang, 23 Mei 2020






walau selalu begitu, stasiun tempat yang tak pernah membosankan

Ternyata rindu pada masa kanak gemerincing
Bagai  musik penggugah


74.BChalim Puspita Bissmillahirrohmanirrohim

74.BChalim Puspita

Bissmillahirrohmanirrohim


Ahlan Wa sahlan  terucap sapa Rosululloh
Menghampiri bulan suci yang dinanti
Engkau hadir menghampiri sanubari
Insan nan berlumuran dosa
Berharap dekapan ampunaMu

Alloh Akbar Alloh Akbar
Alloh Akbar Alloh Akbar
Romadhon panggilan amanahMu
Agungkan suara indah takbir tahmid
Bangkitkan jiwa imanku disetiap waktu
Engkau bimbing hati ini penuh rahmah

Ku susuri jalan menuju rumahMu
Bimbing aku tuk hadir menghadapMu
Bersimpuh diri pasrahkan  jiwa
Terimalah sujud ku ya Alloh

Nikmati sholat berjaamah walau berjarak
Begitu berat ujianMu hadirkan…Ya Alloh
Namun hambamu yaqin dibalik semua ini
Kasih sayangMu hadirkan kepada  insan yang bertaqwa










BChalim Puspita

Tadarus Tarawih

Hari demi hari waktu berlalu menyapaMu
Kutahan diri dari rasa perih hati
Berharap tetesan air penyejuk jiwa ini
Dari kotornya kemunafikan diri

Jelanglah sore petang  hari yang sunyi
Terpaan angin malam nan spoi dingin
Menghalau rasa kantuk tuk menemuiMu
Bersujud Tarawih kehadiratMu

Usai sudah ku bersimpuh kepadaMu
Kuraih Kitab suci yang Engkau wahyukan
Kubaca WahyuMu yang indah
Tuntunan, peringatan larangan, dan jaminan hidup

Tadarus seorang diri ditengah resahnya  jiwa ini
Lembar demi lembar terbaca sudah
Tak terasa waktu segera meninggalkan kita
Penuh harapan kepada Mu, Ya Alloh…..
Rindu  ampunan, keberkahan dan kemenangan








73.Azka Shadam Tentang Kota Ini


73.Azka Shadam

Tentang Kota Ini

Tentang kota ini
yang menyimpan kebahagiaan
di etalase bangunannya
ada banyak kenangan indah berserakan
yang tidak bisa diungkap oleh kata perpisahan

Tentang kota ini
yang melahirkan hubungan kejiwaan
di antara lukisan pemandangan alamnya
ada banyak percakapan cinta
yang tidak bisa ditafsirkan oleh lembayung senja

Tentang kota ini
yang sebentar lagi menanggalkan rindunya
dalam degup nadi hidupku
dan di manapun aku pergi
kota ini tidak pernah meninggalkanku sendiri


Pati, 23 Mei 2020














 Azka Shadam

Waktu Indonesia Bercerita

Jarum jam menandakan kehadiran
mereka berbondong menapak kesunyian
imaji merebah di paha kasih sayang
menunggu diputarnya cerita lama ibu
tentang keindahan  negeri ini

Ia selalu mengawali kata
dengan kelahiran kita
di rumah bernama “Indonesia”

Di tempat ini kita punya tanah surga
benih yang ditanam tumbuh subur
lalu kita makan menjadi segumpal daging
mata air tidak henti mengucurkan segarnya nikmat
lalu kita minum menjadi aliran darah
rumah kita adalah Indonesia
serta alam rayanya menjadi ibunda
yang setiap saat mengasuh kita
bahkan hingga mata terpejam selamanya
raga kita masih tetap dipeluk penuh cinta

Sebagai penutup waktu Indonesia bercerita
ibu selalu menyematkan pesan
 “Jagalah rumahmu sampai ia berbalik menjagamu”

Pati, 23 Mei 2020







Azka Shadam atau biasa dipanggil Shadam, merupakan pemuda kelahiran Pati, 23 Juni 2002 yang saat ini masih mengeyam pendidikan di SMA Negeri 1 Batangan. Ia beranggapan bahwa menulis merupakan media mengungkapkan isi hatinya. Beberapa karya puisi dan esainya yang masuk dalam antologi, yaitu puisi berjudul “Tanda Kehadiran” (Antologi PROGO 6) dan esai berjudul “Pergeseran Makna Tradisi Buwuhan” (Antologi Sayembara Esai Remaja BBJT 2019). Pembaca dapat menyapa Shadam melalui poselnya shadamajha@gmail.com, Instagram : shadam_123, Facebook : Azka Shadam, Line : azka.shadam, dan nomor telepon/Whatsapp : 085290401387/081393819950.











72.Indri Yuswandari Kesempatan


72.Indri Yuswandari

Kesempatan

Kesempatan datang, saat aku lupa menyematkan
Kesempatan datang, saat aku tak mendengar apa-apa
Kemudian kesempatan berlalu, meninggalkan goresan tinta emas
Dan di saat itu, kesempatan pergi entah kemana

Kesempatan, dimanakah sekarang engkau berada
Saat puasa baru saja meninggalkan pintu masjid
Setiap tahun engkau datang mengunjungiku
Namun kehadiranmu membuatku bertanya-tanya

Apakah aku dapat melekat bersamamu
Apakah aku bisa lebur ke dalam ramadhanmu
Ataukah kesempatan itu akan berlalu
Seperti waktu-waktu yang telah lalu

24.05.2020


71.Meinar Safari Yani Di Bawah Kubah Kuning Biru



71.Meinar Safari Yani     
     
Di Bawah Kubah Kuning Biru

Meinar Safari Yani           
Sembilu  itu hadir
di Ramadhan kali ini
Manakala rumahMU yang berkubah kuning biru
Melela mata ...menawan jiwa
Jelas dalam ingatan
Saat tubuh menuaku  bersimpuh di altar penghambaan
semilir angin laut di bentang selat Makasar
Mengucup lembut ujung mukena
di antara khusyuk  jamaah sholat Azhar
seakan membawa jiwa ini jauh berlayar
ke samudra damba tuk menuju dermaga kasihNYA
dan diripun tersadar  ....
betapa lumuran khilaf dan dosa  berpadu dengan berjuta ingkar
sungguh tak sebanding dengan sejumlah bekal
tuk nanti berkumpul di padang Mahsyar

Balikpapan ,12 Mei 2020















Meinar Safari Yani     

Di Bilik Kecil

Meinar Safari Yani 
Menepi dalam sunyi
Butiran tasbih coklat tua menari di jemari
Kusebut KeMahaRahimanMU
Sadari...betapa tiada batas cinta kasih putih itu
Bagi segenap makhluk
Lalu kusebut KeMahaBesaranMU
Berasa diri ini hanya butiran debu
Tak ayal ....pilu menggedor jiwaku
Terlintas sepotong ayat adz- Dzariyat
wa ma khalaqtul –jinna wal insa illa liya’budun
diri di cipta sebagai kholifah dibumi
Tapi acapkali mabuk urusan duniawi
Aaaaahhhhh .. tasbihpun terkoyak dalam genggaman ..
Menukikkan linang airmata bercampur getar sesalan
Pelan dan perlahan asmaMU tetap bergulir
Bergema di bilik kecil..... ruang sujudku
Balikpapan ,21 Mei 2020

Meinar Safari Yani ,lahir dan besar di Klaten ,profesi guru SMA swasta di Balikpapan.hobby menyanyi dan menulis puisi .karyanya pernah dimuat di MOP “Omongan Dua Bocah Desa” ,Potret I dan Potret II (harian Manuntung sekarang harian  Kaltim Pos ).Antologi Puisi Guru th 2018 ,Antologi Puisi Mleketek  th 2019,Antologi Puisi Kasih Ibu th 2019 ,Antologi Puisi Corona 2020 .Menjadi Guru Pendamping: lomba cipta dan baca puisi SD Kartika se Indonesia di Mabes Cilangkap 2006,pendamping lomba Nasyid SMA  tingkat nasional  2008,pendamping lomba cipta puisi FLS2N tgk kota dan  prop