Senin, 26 Oktober 2015

Siswa yang Aktif Ciri Guru yang Profesional

Siswa yang Aktif Ciri Guru yang Profesional

Sambut hari Pahlawan 2015 Segera Terbit Karya Rg Bagus Warsono

Kopral Dali lebih tenar ketimbang komandannya. Di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia,  di Indramayu  dulu Dali demikian populair. Tidak saja dilingkungan TNI tetapi di masyarakat  kota kecil Indramayu pasti mengenalnya. Kopral cerdas dan pemberani ini pantas diketahui oleh kita semua ceritanya. Semoga buku ini menjadi teman generasi muda khususnya di kabupaten Indramayu dan Indonesia pada umumnya. Sehingga kita dapat  menghargai jasa dan pengorbanan para pahlawan , seperti Kopral Dali yang satu ini. 


    Cerita ini digali dari pitutur rakyat Indramayu untuk dapat dinikmati sebagai bacaan generasi selanjutnya agar memiliki ceritanya sendiri sebagai   perbendaharaan cerita-cerita khasanah daerah Indramayu  yang berserakan.
   Indramayu banyak memiliki peninggalan sejarah yang nyaris hilang ditelan perjalanan kehidupan yang semakin tak peduli terhadap hal kecil yang tak tersentuh oleh pemikiran kita, padahal yang kecil ini justru peting untuk dapat dipelajari sebagai pengetahuan dan kadang filosofi hidup di zaman modern ini.
   Penulis kenalkan seorang pemuda yang patut menjadi contoh tauladan generasi kini pada semangatnya untuk mencapai cita-cita serta pengabdianya pada Tanah Air seorang yang telah kita kenal sebelunya yaitu Kopral Dali.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Puisi-puisi Chairil Anwar


AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
 Tak perlu sedu sedan itu
 Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
 Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943



 PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
 Aku sekarang api aku sekarang laut Bung Karno !
Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal¬kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal¬kapal kita bertolak & berlabuh

(1948) Liberty, Jilid 7, No 297, 1954


56

 KRAWANG ¬BEKASI
Kami yang kini terbaring antara
Krawang¬Bekasi tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda.
Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
 Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4¬5 ribu nyawa
Kami cuma tulang¬tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang¬tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa¬apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang¬tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang¬Bekasi

 (1948) Brawidjaja, Jilid 7, No 16, 1957



DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti Tak gentar.
Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU Ini barisan tak bergenderang¬berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti Sudah itu mati.
MAJU Bagimu Negeri Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai
Maju Serbu Serang Terjang

(Februari 1943) Budaya,Th III, No. 8 Agustus 1954

PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan.
Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda¬pemuda yang lincah yang tua¬tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang¬bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu...... Waktu jalan.
Aku tidak tahu apa nasib waktu !

(1948) Siasat, Th III, No. 96 1949


MALAM

Mulai kelam belum buntu malam
kami masih berjaga ¬¬Thermopylae?¬ ¬
jagal tidak dikenal ? ¬
 tapi nanti sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Zaman Baru, No. 11¬12 20¬30 Agustus 1957


DOA

kepada pemeluk teguh
Tuhanku Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh mengingat
Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku aku hilang bentuk remuk
Tuhanku aku mengembara di negeri asing
Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling

 13 November 1943



PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk!
Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943

HAMPA
kepada sri Sepi di luar.
Sepi menekan mendesak.
kaku pohonan.
Tak bergerak Sampai ke puncak.
Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas¬renggut
Segala menanti.
Menanti.
Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat¬mencekung punda
Sampai binasa segala.
Belum apa¬apa
Udara bertuba.
Setan bertempik Ini sepi terus ada.
Dan menanti.

SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
 Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita
Mati datang tidak membelah...



SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam.
Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan.
Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
 Tiada lagi.
 Aku sendiri.
 Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946



CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
 di leher kukalungkan ole¬ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
 "Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
 1946




MALAM DI PEGUNUNGAN
 Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
 Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
1947

YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
 malam tambah merasuk,
 rimba jadi semati tugu di Karet,
 di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin aku berbenah dalam kamar,
 dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang tubuhku diam dan sendiri,
cerita dan peristiwa berlalu beku
 1949

DERAI DERAI CEMARA
cemara menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh dipukul angin
yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
 sudah berapa waktu
bukan kanak lagi
 tapi dulu memang ada suatu bahan yang bukan dasar perhitungan
kini hidup hanya menunda kekalahan
 tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu,
ada yang tetap tidak terucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949

Ahmadun Yosi Herfanda

 Ahmadun Yosi Herfanda Lahir di Kaliwungu, Kendal, 17 Januari 1958 Pendidikan: Alumnus FPBS IKIP Yogyakarta menyelesaikan S2 di jurusan Magister Teknologi Informasi pada Univ. Paramadina Mulia, Jakarta, 2005. Ia pernah menjadi Ketua III Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia ( 1993¬1995) dan Ketua Presidium Komunitas Sastra Indonesia (1999¬2002), Tahun 2003, bersama cerpenis Hudan Hidayat dan Maman S. Mahayana menerbitkan Creative Writing Institute. Ahmadun Pernah menjadi Anggota Dewan Penasihat Majelis penulis Forum Lingkar Pena.

Dewi Lestari ( Dewi Dee )

Dewi Lestari ( Dewi Dee ) Lahir di Bandung, 20 januari 1976 Ayah Ibu: Yohan Simanungsong-Turlan Siagian Pendidikan: Univ. Parahyangan dengan gelar sarjana politik. Ketiga novelnya yaitu Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, Akar, dan Petir mendapat nominasi Khatulistiwa Literary Award tahun 2002 dan 2003.

Seno Gumira Ajidarma Ayahnya

Seno Gumira Ajidarma Ayahnya Prof. Dr. M.S.A. Sastroamidjojo Pendidikan: IKJ Jurusan Sinematografi Mengikuti teater alam pimpinan Azwar A. N. Beberapa puisinya pernah dimuat di Horizon. Kemudian ia menulis cerpen antara lain: “Manusia Kamar” (1988), “Penembak Misterius” (1993), “Saksi Mata” (1994), “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” (1995). Novelnya Matinya Seorang Penari Telanjang (2000). Pada tahun 1987 ia mendapat Sea Write Award. Berkat cerpennya “Saksi Mata” ia mendapat Dinny O’Hearn Prize for Literary (1997). 
Nenden Lilis Lahir di Garut, 26 September 1971 Kumpulan puisi tunggalnya Negeri Sihir (1999), kumpulan cerpen Dua Tengkorak Kepala (2000). Pernah membaca puisi di Poetry Festival Belanda (1999) 

Sony Farid Maulana

Sony Farid Maulana Lahir di Tasikmalaya, 19 Februari 1962 39 Pendidikan: Jurusan Teater Akademi Seni Tari Indonesia (1986). Semasa kuliah sudah menulis puisi yang bertemakan sosial, politik, agama, kesunyian, dan kesepian. Sekarang menulis puisi, prosa, esai, dan laporan jurnalistik di HU Pikiran Rakyat Bandung. Puisi¬puisinya dibukukan dalam Variasi Parijs Van Java (2004), Tepi Waktu Tepi Salju (2004), Selepas Kata (2004), Secangkir Teh (2005), Sehampar Kabut (2006), Angsana (2007). Buku Sehampar Kabut masuk dalam lima besar Khatulistiwa Literary Award 2005¬2006. Contoh puisinya yang dimuat dalam HU Pikiran Rakyat, Sabtu 28 Juli 2007 (mewakili sastra koran): SOP BUNTUT “Tuan, di buncit perutmu apa ada padang rumput?” sepasang sapi jantan dan betina bertanya demikian kepadaku. Hujan kembali membaca akar tumbuhan yang kering digarang kemarau. Kota disergap demam ribuan buruh pabrik gulung tikar. Sepasang sapi jantan dan betina membayang di kuah sop buntut di restoran hotel bintang lima yang sering dipajak para pecundang. Dan aku terkejut. Mana mungkin di perutku yang buncit ada padang rumput selain hijau padang golf? Begitulah. Maut mengirim isyarat. Dunia menggeliat dalam kobaran api hutan bakar kepala si mislkin dipenggal begal digelap malam raungnya lenyap ditelan lembut alun musik jazz di restoran hotel bintang lima. “Tuan apa ada menu terakhir yang ingin anda santap?” 2006 

Afrizal Malna Lahir

 Afrizal Malna Lahir
di Jakarta, 7 Juni 1957 Pernah mengikuti Poetry International Rotterdam (1996) Kumpulan puisinya: Abad yang Berlari (1984), Yang Terdiam dalam Microfon (1990), Kalung dari Teman (1999), Anjing Menyerbu Kuburan (1996). 

Dorotea Rosa Herliany

Dorotea Rosa Herliany Lahir di Magelang, 20 Oktober 1963 Pendidikan: FPBS IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta, Jurusan Sastra Indonesia (1987). Ia mendirikan Forum Situs Kata dan menerbitkan berkala budaya Kolong Budaya. Kini ia mengelola penerbit Tera di Magelang, juga ia mendirikan Indonesia Tera, sebuah kelompok belajar kebudayaan dan masyarakat, lembaga swadaya non¬profit yang bekerja dalam lapangan penelitan, penerbitan, dan pengembangan jaringan informasi untuk pendidikan dan kebudayaan masyarakat. Ia menulis sajak dan cerpen.
Kumpulan sajaknya: Nyanyian Gaduh (1987), Matahari yang Mengalir (1990), Kepompong Sunyi (1993), Nikah Ilalang (1995), Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999), Kill the Radio (2001). Kumpulan cerpennya: Blencong (1995), Karikatur dan Sepotong Cinta (1996).

Jumat, 09 Oktober 2015

Profil Universitas Pemenang PIMNAS-28 2015 , Universitas Brawijaya, Malang

Universitas Brawijaya (biasa disingkat UNBRA, UNIBRAW atau singkatan resmi UB) merupakan lembaga pendidikan tinggi negeri di Indonesia yang berdiri pada tahun 1963 di Kota Malang melalui Ketetapan Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan No. 1 tanggal 5 Januari 1963, kemudian disahkan oleh Keputusan Presiden no. 196 tahun 1963 yang kemudian tanggal 5 Januari ditetapkan sebagai hari lahir Universitas Brawijaya. Jumlah mahasiswa saat ini lebih dari 55 ribu orang dari berbagai strata mulai program Diploma, program Sarjana, program Magister, dan program Doktor selain program Spesialis tersebar dalam 15 Fakultas dan 2 Program pendidikan setara fakultas.

Pada tanggal 10 Januari 2009, Universitas Brawijaya mendapatkan akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.Pada akreditasi selanjutnya tanggal 11 September 2014, Universitas Brawijaya kembali mendapatkan Akreditasi A.29 November 2007, UB mendapat persetujuan Dirjen Dikti untuk menjadi perguruan tinggi otonom.

Universitas Brawijaya memiliki kampus pusat yaitu di Malang (Ketawanggede, Puncak Dieng, Griyasahanta), dan cabang di Kediri, Kasembon, Jakarta, dan Probolinggo untuk pendidikan maupun penelitian. Pada tahun 2013, terdapat 143 program studi yang terdiri dari Diploma 3 (D3): 4; Diploma 4 (D4): 4; Sarjana (S1): 64; Magister (S2): 39; Doktor (S3): 14; Spesialis 1 (Sp1): 15; Profesi: 3. Jumlah mahasiswa baru tahun 2014 yaitu 13.237 mahasiswa dan total seluruh mahasiswa adalah 59.469 orang, sedangkan lulusan tahun 2014 sebanyak 8.427 mahasiswa. Untuk program beasisw Bidikmisi, UB menerima 1.500 mahasiswa pertahun dan menambah biaya Rp 200.000 perbulan dari yang diberikan oleh pemerintah. Sedangkan total beasiswa lain yaitu Rp 27,6 miliar pertahun. Saat ini ada tiga fakultas yang terakreditasi Internasional yaitu Ekonomi dan Bisnis, Teknologi Pertanian, dan Ilmu Administrasi. Sedangkan untuk semua fakultas, lembaga, dan unit telah mendapatkan sertifikat manajemen ISO. Universitas Brawijaya memiliki visi menjadi World Class Entrepreneurial University terus mengembangkan dan memperbaiki internal maupun eksternal kampus untuk mewujudkan visi tersebut.

Lahan kampus utama seluas 58 ha terletak di kawasan barat kota Malang, tepatnya di Jalan Veteran. Gedung-gedung dalam Kampus pada umumnya berarsitektur Jawa. Untuk efisiensi penggunaan lahan kampus, gedung-gedung UB kebanyakan berlantai 3 bahkan di beberapa fakultas gedungnya berlantai 7 atau lebih. Gedung kantor pusat berlantai 8 dengan bangunan yang sangat khas, saat ini menjadi maskot UB. Secara keseluruhan UB memiliki aset tanah seluas 1.813.664 m2 (181 ha). Dari luas tanah tersebut 58 ha terletak di dalam Kota Malang dan merupakan wilayah utama kegiatan universitas. Lahan seluas 73 ha merupakan lahan laboratorium dan lahan percobaan di propinsi Jawa Timur di luar kota Malang, yaitu di Cangar, Jatikerto, Dau dan Sumberpasir. Sedangkan sisanya, seluas 92 ha, terletak di Lampung dan merupakan lahan percobaan untuk bidang pertanian.[12]

Sejarah
1957-1960: Gemeentelijke Universiteit
Gedung Balaikota Malang dilihat dari Alun-alun Bundar.
Gedung Balaikota Malang dilihat dari Alun-alun Bundar.
Berawal dari Balaikota Malang, gagasan untuk pembentukan perguruan tinggi itu digulirkan. Atas prakarsa Ketua DPRD, 10 Mei 1957, diadakan pertemuan tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintahan kota Malang, membahas rencana pembentukan sebuah universitas milik kotapraja (Gemeentelijke Universiteit).

Sebagai langkah awal, didirikan sebuah yayasan bernama Yayasan Perguruan Tinggi Malang (YPTM) dengan akte notaris nomor 48 tahun 1957, 28 Mei 1957. Yayasan ini kemudian membuka Perguruan Tinggi Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (PTHPM), pada 1 Juli 1957. Tercatat sebanyak 104 mahasiswa perguruan tinggi ini, dan menggunakan ruang sidang Balaikota Malang sebagai tempat perkuliahannya.

Sementara itu, atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat yang lain dibentuk pula Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (YPTEM) dengan akte notaris nomor 26, 15 Agustus 1957, yang kemudian mendirikan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM). Tak jauh berbeda dengan pendahulunya, aktivitas perkuliahan PTEM juga menumpan di Balaikota Malang.

Secara resmi PTHPM diakui sebagai milik Kotaparaja Malang dengan keputusan DPRD, 19 Juni 1958. Pada dies natalis ketiga PTHPM, 1 Juli 1960, diumumkan penggunaan nama Universitas Kotapraja Malang bagi perguruan tinggi itu. Selain itu diumumkan pula rencana membuka dua fakultas baru. Rencana itu menjadi kenyataan, 15 September 1960, berdiri Fakultas Administrasi Niaga (FAN). Disusul kemudian oleh Fakultas Pertanian (FP), 10 November 1960.

1961-1964: Upaya penegerian
"Brawijaya" merupakan nama gelar raja Majapahit, yang diberikan oleh Presiden Soekarno.
"Brawijaya" merupakan nama gelar raja Majapahit, yang diberikan oleh Presiden Soekarno.
Pembiayaan menjadi kendala utama penyelenggaraan Universitas Kotapraja Malang. Meskipun diakui sebagai milik Kotapraja Malang, pembiayaan universitas ini sepenuhnya tetap menjadi beban yayasan. Oleh karena itu ditempuh usaha untuk memperoleh status universitas negeri. Sesuai UU nomor 22 tahun 1961 tentang perguruan tinggi, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, baik mengenai jumlah maupun jenis fakultas yang dimiliki. Untuk itu, diupayakan penggabungan dengan perguruan tinggi yang sudah ada di Malang, yakni PTEM dan STKM (Sekolah Tinggi Kedokteran Malang). PTEM sepakat dengan gagasan ini, sementara STKM masih belum dapat menerimanya.

Sebagai langkah menuju penggabungan, Universitas Kotapraja Malang berganti nama menjadi Universitas Brawijaya. Nama ini berasal dari gelar raja-raja Majapahit yang merupakan kerajaan besar di Indonesia pada abad 12 sampai 15.[14] Nama ini diberikan oleh Presiden Republik Indonesia melalui kawat nomor 258/K/61 tanggal 11 Juli 1961, dipilih dari 3 alternatif yang diajukan, yakni Tumapel, Kertanegara, dan Brawijaya. Nama itu secara resmi baru dipakai 3 Oktober 1961, setelah penggabungan Yayasan Perguruan Tinggi Malang (Universitas Kotapraja Malang) dengan Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM) menjadi Yayasan Universitas Malang, yang disahkan akte notaris nomor 11 tanggal 12 Oktober 1961.

Untuk memenuhi syarat penegerian, Universitas Brawijaya yang telah memiliki 4 fakultas (FHPM, FE, FAN, dan FP) membuka lagi sebuah fakultas, Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP) pada 26 Oktober 1961.

Presiden Universitas Brawijaya, H. Doel Arnowo bersama para perintis universitas ini terus berjuang untuk mendapatkan status universitas negeri. Dalam sebuah pertemuan 7 Juli 1962, dicapai kesepakatan antara Menteri PTIP, Pangdam VIII Brawijaya, Presiden Universitas Airlangga, Presiden Universitas Brawijaya, dan Presiden Universitas Tawangalun, bahwa hanya fakultas-fakultas eksakta saja yang terlebih dulu dinegerikan. Keputusan Menteri PTIP nomor 92 tahun 1962 tanggal 1 Agustus 1962 menetapkan FP dan FKHP dinegerikan dan sekaligus menjadi bagian dari Universitas Airlangga. Keputusan ini berlaku surut mulai 1 Juli 1962.

Sementara itu di Probolinggo, 28 Oktober 1962 dibuka Perguruan Tinggi Jurusan Perikanan Laut oleh Yayasan Pendidikan Tinggi Probolinggo. Jurusan ini pada saatnya kemudian menjadi bagian dari FKHP dengan SK Menteri PTIP no 163 tahun 1963, 25 Mei 1963. Tanggal 5 Januari 1963, keluar Keputusan Menteri PTIP nomor 1 tahun 1963, tentang pendirian Universitas Negeri Brawijaya di Malang.

Gedung Fakultas Pertanian di Jl. MT. Haryono (dulu Jl. Raya Dinoyo).
Gedung Fakultas Pertanian di Jl. MT. Haryono (dulu Jl. Raya Dinoyo).
Dengan keputusan itu, ditetapkan Universitas Brawijaya di Malang terdiri dari Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan, Fakultas Pertanian, serta Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Keputusan itu pula memisahkan Fakultas Pertanian, dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan dari Universitas Airlangga dan memasukkannya ke dalam lingkungan Universitas Brawijaya di Malang. Selain itu, keputusan Menteri PTIP ini juga meresmikan 3 fakultas yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Ketatanegaraan di Jember sebagai bagian dari Universitas Brawijaya. Kemudian, dengan Keputusan Menteri PTIP nomor 97 tahun 1963, 15 Agustus 1963, Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan di Kediri ditetapkan sebagai cabang dari FKK Universitas Brawijaya.

Keputusan Menteri PTIP tentang pendirian Universitas Negeri Brawijaya kemudian disahkan dengan Keputusan Presiden nomor 196 tahun 1963, 23 September 1963. Dengan itu pula ditetapkan fakultas-fakultas yang bergabung ke dalam Universitas Brawijaya, yakni FE, FHPM, FKK, FP dan FKHP di Malang, serta Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Sosial, dan Fakultas Kedokteran di Jember. Dalam status negeri, Universitas Brawijaya membuka Fakultas Teknik (FT) berdasarkan Keputusan Menteri PTIP nomor 167 tahun 1963, 23 Oktober 1963.[14] Pada tahun 1964, cabang di Jember memisahkan diri dan membentuk Universitas Jember (SK Menteri PTIP nomor 151 tahun 1964, 9 November 1964).

1965-1968: Kampus bergolak
Situasi negara memburuk dengan meletusnya pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965. Seluruh perguruan tinggi bergolak, tidak terkecuali Universitas Brawijaya. Pergolakan mencapai puncaknya 2 April 1966, seluruh aktivitas universitas ini berhenti. Dengan keputusan nomor 012/IV/66, Komandan Korem 083 selaku PU Pepelrada (Penguasa Pelaksana Perang Daerah) menetapkan sebuah presidium untuk memimpin Universitas Brawijaya, dan dekan untuk memimpin fakultas-fakultas. Keputusan itu kemudian disahkan Deputi Menteri PTIP dengan Keputusan nomor 4385 tahun 1966. Tugas utama presidium adalah normalisasi keadaan dan menggalang persatuan dan kesatuan di kalangan sivitas akademika. Presidium mulai bekerja 7 April 1966, dan membuka kembali Universitas Brawijaya 12 April 1966.

Bulan Juni 1966, Brigjen dr. Eri Soedewo ditugasi pemerintah untuk stabilisasi perguruan tinggi-perguruan tinggi di Jawa Timur. Jabatannya sebagai Koordinator Perguruan Tinggi Jawa Timur, di samping Pejabat Rektor Universitas Airlangga, Ketua Presidium IKIP Surabaya, Ketua Presidium IKIP Malang, dan Ketua Presidium Universitas Brawijaya.

Dalam rangka pengamanan seluruh kampus di Jawa Timur, Pangdam VIII/Brawijaya, 1 Agustus 1966, memberhentikan seluruh pimpinan perguruan tinggi di Jawa Timur. Sebagai pimpinan Universitas Brawijaya, dengan keputusan Pepelrada nomor 59 tahun 1966, yang kemudian disahkan oleh keputusan Direktur Jenderal Perguruan Tinggi nomor 798/I/SP/KT/67, diangkat Kolonel Moejadhie Komandan Korem 083 sebagai Rektor Universitas Brawijaya, dibantu oleh para pembantu rektor dan para dekan fakultas.[13][16]

1969-1997: Pengembangan kampus
Pimpinan Universitas Brawijaya bekerja tanpa anggaran selama setahun. Baru kemudian secara berangsur-angsur diperoleh kembali anggaran dari pemerintah. Setelah 3 tahun keadaan menjadi normal, Universitas Brawijaya melangkah memasuki masa pembangungan (Pelita I) pada tahun 1969, dipimpin oleh rektor dari kalangan sendiri, yaitu Dr Ir Moeljadi Banoewidjojo (1969-1973).[13][17]

Pembangunan fisik dilaksanakan. Gedung-gedung kuliah, laboratorium, bengkel, dan perpustakaan dibangun di kompleks Dinoyo. Secara berangsur-angsur prasarana dan sarana kampus dilengkapi. Untuk memudahkan manajemen, jurusan Perikanan Laut di Probolinggo (1972) dan cabang Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (FKK) di Kediri (1973) secara berangsur-angsur dipindahkan ke Malang. Sedangkan jurusan Kedokteran Hewan di Surabaya (berdiri 1970) sejak 1972 bergabung dengan Universitas Airlangga. Di bawah kepemimpinan Rektor Dardji Darmodihardjo SH (1973-1979), pembangunan fisik terus berlangsung.

Kantor Pusat dipindahkan dari Jalan Guntur 1 ke Kampus Dinoyo (1974), juga tempat perkuliahan seluruh fakultas secara berangsur-angsur dipusatkan. Jumlah staf pengajar maupun administratif bertambah dengan banyaknya pengangkatan baru. Dia juga menetapkan singkatan “Unibraw” sebagai pengganti “Unbra”. Jumlah fakultas pun bertambah dengan bergabungnya Sekolah Tinggi Kedokteran Malang (STKM) secara resmi menjadi Fakultas Kedokteran dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 001/O/1974, 1 Januari 1974.

Gedung Rektorat UB yang dibangun pada kepemimpinan rektor Prof. Drs. Zainal Arifin Achmady (1987-1993).
Gedung Rektorat UB yang dibangun pada kepemimpinan rektor Prof. Drs. Zainal Arifin Achmady (1987-1993).
Berdasarkan SK Presiden Nomor 59 tahun 1982 tanggal 7 September 1982 tentang struktur organisasi Universitas Brawijaya, Fakultas Perikanan (FPi) menjadi fakultas tersendiri karena sejak tahun 1977 digabung menjadi satu dengan Fakultas Peternakan dengan nama Fakultas Peternakan dan Perikanan. Sebagai catatan bahwa Fakultas Perikanan telah berdiri sejak tahun 1963 di Probolinggo yang merupakan Jurusan dari FKHP Universitas Brawijaya.

Dalam periode selanjutnya, berturut-turut di bawah kepemimpinan Rektor Prof Harsono (1979-1987), Rektor Prof ZA Achmady (1987-1994), Rektor Prof Hasyim Baisoeni (1994-1998). Terjadi perubahan nama beberapa fakultas, peningkatan beberapa jurusan menjadi fakultas, pembukaan fakultas dan program-program baru, serta pemisahan untuk mandiri program non gelar Politeknik. Selain itu banyak pembangunan fasilitas pembangunan fisik seperti gedung Rektorat berlantai 8 dan gedung Widyaloka pada masa jabatan Rektor Prof ZA Achmady, sedangkan penggunaan website resmi Universitas Brawijaya mulai diresmikan pada masa Rektor Prof Hasyim Baisoeni.[13][17]

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), diresmikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0371/O/1993 tanggal 21 Oktober 1993. Universitas Brawijaya menambah satu lagi fakultas yaitu Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) yang merupakan peningkatan satu dari Jurusan Teknologi Pertanian yang sebelumnya berada di Fakultas Pertanian.

1998-2005: Perguruan Tinggi Otonom
Pada masa kepemimpinan Rektor Prof Eka Afnan Troena (1998-2002) mulai menerima mahasiswa asing asal Malaysia, dimulainya era jaringan serat optik untuk pengembangan teknologi informasi (TI) di kampus dan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh bekerjasama dengan Keio University, Jepang, serta memulai program pemberian beasiswa studi lanjut bagi staf administrasi.

Pada tahun 1999, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi dan Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri Sebagai Badan Hukum. Tekad Universitas Brawijaya menjadi perguruan tinggi otonom sesuai PP 60 dan PP 61 Tahun 1999, telah di persiapkan sejak tahun 2000, dengan melakukan sosialisasi kepada sivitas akademika.

Beberapa Presiden mahasiswa perguruan tinggi menolak otonomi kampus. Presiden Mahasiswa Universitas Brawijaya, Muhammad Fadhli mengusulkan adanya SPP progresif (proporsional), jika otonomi kampus diberlakukan. Menurut Presiden Mahasiswa Universitas Brawijaya, pihaknya telah melakukan polling pendapat tentang otonomi kampus yang hasilnya 63,9% menolak penerapan otonomi kampus dan hanya 26,7% yang setuju. Otonomi kampus, yang akan diberlakukan di Universitas Brawijaya harus dikaji ulang dan dicarikan format yang paling baik dan tepat.

Pada masa Rektor Prof Bambang Guritno ini, dia mencanangkan visi menjadikan Universitas Brawijaya sebagai perguruan tinggi terkemuka melewati batas wilayah nasional, melakukan persiapan-persiapan untuk menjadi perguruan tinggi otonom, mengupayakan peningkatan kualitas dosen melalui studi lanjut, memperluas kerjasama luar negeri, mengadakan penataan jenjang karier staf administrasi, merintis pemberian subsidi biaya perjalanan haji bagi karyawan, serta menempatkan perencanaan sebagai dasar penetapan program dan kegiatan Universitas Brawijaya.

Pada tahun 2003, berdasarkan SK Rektor nomor 147/SK/2003 dibentuklah dan mulai disosialisasikan pelaksanaan Tim Evaluasi Diri (Persiapan BHMN-UB) untuk Pengembangan Otonomi dan Akuntabilitas Organisasi Universitas Brawijaya. Otonomi adalah salah satu pilar untuk menghasilkan SDM yang berkualitas berdasarkan hasil studi banding ke Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor yang telah berstatus perguruan tinggi BHMN (Badan Hukum Milik Negara).

Akhirnya pada Desember 2004, diterbitkanlah keputusan Senat mengenai Otonomi Kampus Universitas Brawijaya. Dan mulai disosialisasikan bagi kalangan pejabat di lingkungan kampus dan bagi para fungsionaris mahasiswa yaitu Eksekutif Mahasiswa, Dewan Perwakilan Mahasiswa, serta Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Program Studi mulai tahun 2005.

2006-sekarang: World Class Entrepreneurial University
Universitas Brawijaya mendapat persetujuan Dirjen Dikti untuk menjadi perguruan tinggi otonom pada tanggal 29 November 2007, walaupun pelaksanaannya harus menunggu pengesahan Undang Undang BHP. Sementara menunggu pengesahan UU-BHPMN (Badan Hukum Pendidikan Milik Negara) oleh DPR, untuk itu telah dibentuk tim penyusun proposal BLU (Badan Layanan Umum) yang diketuai oleh Prof. Dr. Sutiman B. Sumitro.

Dalam masa kepemimpinan Rektor Prof. Yogi Sugito, Universitas Brawijaya diarahkan untuk menjadi entrepreneurial university yang bertaraf internasional, dibuat logo Universitas Brawijaya, mulai diperkenalkan singkatan UB menggantikan Unibraw, diberlakukan SPP proporsional bagi mahasiswa baru, dibangun gedung Pusat Bisnis, gedung kuliah Fakultas Ekonomi, gedung Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran, dan monumen tugu UB, dan pembentukan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati. Rektor ini sangat memperhatikan keindahan, keamanan, dan kenyamanan kampus.

Gedung INBIS UB di Jalan Veteran, sebagai penunjang Entrepreneurial University.
Gedung INBIS UB di Jalan Veteran, sebagai penunjang Entrepreneurial University.
Pencanangan UB menuju Entrepreneurial University (EU) disaksikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Juni 2007. Bagi UB, EU merupakan perwujudan Visi dan Misi, untuk menghasilkan lulusan yang mandiri dan berjiwa pelopor. Di dalam pelaksanaannya telah ditempuh rintisan-rintisan berbagai kegiatan dengan bantuan dana hasil kerjasama. Sebagai bagian dari langkah nyata UB menuju EU, maka dilakukan pembenahan organisasi, antara lain pembentukan UBBIPS (University of Brawijaya Business Incubator and Public Services atau Pusat Inkubator Bisnis dan Layanan Masyarakat UB). Lembaga ini keberadaannya di bawah Rektor yang berfungsi sebagai tempat pengembangan pendidikan dan latihan kewirausahaan bagi mahasiswa, dosen, pegawai, dan masyarakat, sebagai fasilitator pengembangan riset di universitas yang relevan dengan kebutuhan industri/UKM dan ekspose hasil riset potensial agar bernilai bisnis, serta mengembangkan unit bisnis akademik dan non akademik sebagai sumber pendapatan universitas untuk menunjang aktivitas pendidikan.

Kerjasama dilakukan dengan Badan Litbang Diknas, UB dipercaya untuk menyusun Pedoman Umum, Pedoman Khusus dan berbagai modul Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi. Bekerja sama dengan JBIC (Japan Bank for International Cooperation) dan Waseda University, serta perguruan tinggi di negara-negara ASEAN untuk mencari dan menguji coba model Pendidikan Entrepreneurship untuk Mahasiswa Pendamping UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang cocok diterapkan di kawasan ASEAN.

Atribut

Frame-UB-BT-ala-Jpg.jpg
Fakultas
Hukum  • Ekonomi dan Bisnis  • Ilmu Administrasi  • Pertanian  • Peternakan  • Teknik  • Kedokteran  • Perikanan dan Ilmu Kelautan  • Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam  • Teknologi Pertanian  • Ilmu Sosial dan Ilmu Politik  • Ilmu Budaya  • Kedokteran Hewan  • Ilmu Komputer  • Program Vokasi  • Pasca Sarjana
Penunjang
Pimpinan Univesitas

Lambang
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Raja Brawijaya.
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Raja Brawijaya.
Lambang merupakan penyederhanaan dari kenyataan yang kompleks dan bersifat abstrak. Dengan lambang, sebuah institusi memiliki identitas yang unik agar dikenali orang lain. Lambang Universitas Brawijaya berbentuk segilima dengan warna dasar hitam. Di dalamnya terdapat gambar arca Raden Wijaya (Prabu Brawijaya) berwarna kuning emas, sebagai penjelmaan Dewa Wisnu yang bertangan empat. Masing-masing tangan memegang lampu, canka atau siput, qada, dan cakra. Selain itu sebagai lambang Ciwa, Raden Wijaya mengenakan mahkota Candra Kapala. Di samping kiri dan kanan Raden Wijaya terdapat sepasang Dewa Perwara sebagai pengikut Sang Raja.

Lambang secara keseluruhan menggambarkan corak atau watak dari Universitas Brawijaya. Jiwa kepeloporan, seperti yang dimiliki oleh Raden Wijaya (Prabu Brawijaya), dilukiskan dengan warna kuning emas. Memiliki sifat abadi, dilukiskan dengan warna dasar hitam.

Menjunjung tinggi falsafah Pancasila, digambarkan dalam bentuk segilima berwarna kuning emas. Berani membongkar segala sesuatu yang tidak wajar atau tidak benar, digambarkan dalam bentuk mahkota candra kapala. Penegak tertib hukum, digambarkan dalam bentuk gada. Berani meratakan segala sesuatu yang dianggap kurang wajar atau kurang benar, digambarkan dalam bentuk senjata cakra. Segalanya dilakukan dengan kesucian yang disertai pula tugas pemelihara atau pembina sesuai dengan sifat Wisnu, yang dilambangkan dalam bentuk fanka atau siput. Percaya dan meyakini benar-benar bahwa zat hidup itu ada, yang dilukiskan dalam bentuk lampu. Dengan demikian lambang tersebut menggambarkan penjiwaan keseluruhan watak Raden Wijaya (Prabu Brawijaya) yang senantiasa dilandasi moral Pancasila.

Bendera
Setiap fakultas di Universitas Brawijaya mempunyai warna-warna tertentu sesuai dengan ciri khas masing-masing. Fakultas Hukum (FH) memiliki warna bendera merah, Fakultas Ekonomi (FE) warna bendera kuning, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) warna bendera abu-abu, Fakultas Pertanian (FP) warna bendera hijau muda, Fakultas Peternakan (FPet) warna bendera coklat, Fakultas Teknik (FT) warna bendera biru tua, Fakultas Kedokteran (FK) warna bendera hijau tua, Fakultas Perikanan (FPi) warna bendera biru laut, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) warna bendera biru muda, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) warna bendera biru muda.[23][25]

Lagu
Hymne Universitas Brawijaya diciptakan oleh R. Janardhana mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (sekarang: Fakultas Peternakan) Universitas Brawijaya pada tahun 1963. Sedangkan Mars Universitas Brawijaya diciptakan oleh Lilik Sugiarto tahun 1990. Sampai saat ini, kedua lagu tersebut masih digunakan.

Jaket
Warna biru dipakai berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0602a/U/1984 tanggal 28 November 1984 tentang Pedoman Tata-Busana Akademik Perguruan Tinggi di Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang tertuang dalam Lampiran 1-2 tentang warna-warna Universitas/Institut Negeri di seluruh Indonesia tabel nomor 12 (Universitas Brawijaya dengan warna: Biru Turquoise). Sedangkan model yang sampai sekarang dipakai, telah disempurnakan atas kepeloporan Ir. Abdul Azis Hoesein, Dipl.HE (Ketua Dewan Mahasiswa 1970-1971) pada acara "Jaket Show" untuk memilih model desain jaket almamater.

Logo dan Moto
Logo UB
Logo UB
Logo merupakan salah satu bentuk representasi dari lembaga yang diharapkan mampu mensosialisasikan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat. Hal ini melatarbelakangi Pusat Jaminan Mutu (PJM) Universitas Brawijaya untuk mengadakan penjaringan design logo Universitas Brawijaya yang berlangsung selama 1 bulan penuh (1-30 September 2006). Pada tanggal 21 November 2006, melalui Keputusan nomor 163/SK/2006, tanggal 14 November 2006, Rektor Prof Yogi Sugito menetapkan pemenang lomba desain logo Universitas Brawijaya. Logo ini secara filosofis memuat pesan ”Join UB, be the best” untuk jaminan mutu, dapat diubah kapan saja. Logo UB berbentuk persegi empat dengan warna blue navie dengan tuisan UB berwarna kuning emas.

Makna logo dari UB yang memiliki motto ”Join UB, be the best” adalah huruf “UB” dalam bulatan mengandung makna bahwa Universitas Brawijaya selalu dinamis keberadaannya dalam masyarakat dunia. Sayap berjumlah tiga buah mengelilingi bulatan dunia menggambarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang bertaraf internasional. Warna emas pada huruf dan gambar bermakna kebijaksanaan dan kejayaan. Warna biru menggambarkan Universitas Brawijaya bersifat universal. Bingkai bujur sangkar sendiri bermakna keadilan.[23][28][29] Sejak peringatan Dies Natalis ke 44, Januari 2007 diperkenalkan moto Universitas Brawijaya yaitu "Join UB, be the best".

Singkatan nama
Nama "Universitas Brawijaya" diberikan oleh Presiden RI melalui surat kawat Nomor 258/K/61 tertanggal 11 Juli 1961, dipilih dari 3 nama yang diajukan Senat Universitas, yakni: Kertanegara, Tumapel, dan Brawijaya. Sejak saat itu pula dikenal nama "Unbra" sebagai singkatan nama Universitas Brawijaya. Dalam perkembangannya, sejak 1 Maret 1975 berdasarkan SK Rektor, singkatan "Unbra" tidak digunakan lagi dan diganti dengan singkatan baru, yaitu "Unibraw". Selanjutnya, sejak tahun 2006 telah disosialisasikan singkatan "UB" untuk menggantikan singkatan "Unibraw", dan disetujui Senat Universitas Brawijaya tanggal 17 Maret 2008.

Monumen Tugu UB


Monumen Tugu UB (kiri) yang berada di bunderan UB depan gedung rektorat, yang motifnya juga digunakan sebagai lampu tepi jalan dan taman kampus (kanan).
Tugu Universitas Brawijaya yang terletak di depan Gedung Rektorat dibangun mulai Desember 2007. Letaknya di pusat kampus dengan bentuk lingkaran di jalan utama. Fungsinya selain sebagai bagian keasrian kampus juga mempunyai makna pada setiap bagiannya.

Puncak kepala tugu, berbentuk dasar lingkaran bermakna pusat dan wawasan yang luas, tetapi tetap fokus dan lentur. Diatasnya berbentuk bulat telungkup, bermakna fakir, tetapi tak miskin. Dipuncak sendiri berbentuk tongkat menunjukkan bahwa insan akademis pun masih membutuhkan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk kepala tugu bermakna simbolik adanya tiga strata pendidikan (S1, S2, S3) di Universitas Brawijaya. Bentuk transparan, bermakna Universitas Brawijaya terbuka bagi saran dan kritik. Warna kuning bermakna jiwa kepeloporan sebagai pusat llmu, teknologi, dan seni. Sedangkan warna hitam bermakna abadi, tidak pandang suku, bangsa, negara, kebudayaan maupun agama.

Badan tugu mengesankan ilmu, tekonologi dan seni yang sederhana, kokoh dan monumental. Terdapat pula jam sebagai penunjuk waktu yang tepat berada di dada tugu sebagai pengingat bahwa warga Universitas Brawijaya harus menghargai waktu. Sedangkan bentuk kaki tugu bermakna kepeloporan perguruan tinggi yang terjaga oleh para pengampu sesuai dengan susunan simbolik yaitu spesialis dan praktisi ilmu; teknologi dan seni; ilmuwan dan peneliti; profesor dan doktor.

Dasar tugu terdiri dari kolam atas, pelataran gersang, pelataran bunga, dan kolam teratai. Kolam atas yaitu kolam air bermakna simbolik bahwa ilmu, teknologi, dan seni itu tidak terbatas dan terus berkembang, sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan zamannya. Pelataran gersang tetapi berpola dan bertekstur serta dikelilingi pelita, bermakna para mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai disiplin ilmu dan pembimbingnya. Pelataran dengan hamparan bunga berwarna-warni dan bunga-bunga ini dapat diganti/disesuaikan dengan event yang sedang tejadi, bermakna para alumni dari berbagai disiplin ilmu yang selalu siap dengan berbagai tuntutan perubahan zaman. Sedangkan kolam teratai bermakna simbolik berupa harapan kepada para alumni Universitas Brawijaya. "Jadilah bunga bangsa yang lentur, anggun dan berwibawa, tenang, lestari dan menghidupi."

Arsitek bangunan dan ciri khas


Gapura gerbang UB (kiri) yang arsiteknya meniru Gapura Wringin Lawang (kanan) peninggalan kerajaan Majapahit.


Lambang kerajaan Majapahit, Surya Majapahit (kiri) yang digunakan pada motif pagar UB (kanan).
Nama dari kampus UB sangat kental dengan sejarah Indonesia, terutama kerajaan Hindu-Budha yang ada di Indonesia, oleh karena itu UB ingin hal itu melekat pada kampus sebagai ciri khas yang membedakan dengan kampus lain. Gedung-gedung fakultas dibangun dengan atap berarsitektur rumah adat jawa yaitu joglo, asrama UB juga demikian. FT-pun harus mengganti atap gedung fakultasnya pasca penyelesaian pembangunan, karena arsitek yang digunakan tidak sesuai dengan yang umumnya digunakan di kampus tersebut. Gerbang utama kampus juga tidak luput dari konsep kekhasan nama Brawijaya, dibangun dengan gapura yang meniru arsitek dari gapura Wringin Lawang, gerbang peninggalan kerajaan Majapahit yang berada di Trowulan, Mojokerto. Saat ini ada 3 gerbang utama yang dibangun dengan konsep serupa yaitu di Jalan Veteran (FK), Jalan Veteran (BNI), dan gerbang persimpangan Jl. Soekarno-Hatta – Jl. Mt. Haryono – Jl. Mayjend Panjaitan. Era kejayaan Majapahit dengan ditemukannya simbol kerajaan Majapahit yaitu Surya Majapahit pada reruntuhan kota-kota yang diduduki Majapahit juga digunakan pada motif dinding pagar Universitas Brawijaya. Ini merepresentasika bahwa UB ingin mencapai kejayaan seperti kerajaan yang pernah berkuasa di Nusantara.

Pohon buah Maja juga banyak ditanam di kampus, terutama di taman-taman dan gazebo kampus. Buah Maja sendiri berasa pahit, hal inilah yang melatarbelakangi nama kerajaan Majapahit.[33][34] Di sepanjang jalan di dalam kampus di tanam pohon kelapa sawit. Kelapa sawit adalah salah satu contoh pohon tepi jalan yang ditanam untuk menunjukkan identitas pada suatu jalur hijau jalan raya di kampus Universitas Brawijaya. Ini menyimbolkan bahwa Universitas Brawijaya berada di wilayah Indonesia yang terkenal dengan penghasilan sawitnya di daerah Sumatra dan Kalimantan. UB tidak ingin hanya membawa unsur budaya Jawa yang kuno, namun juga Indonesia yang kaya dengan hasil buminya. Hal inilah yang menjadi kunikan bagi kampus UB dan membedakan dengan kampus lainnya

Sabtu, 03 Oktober 2015

Puisi dibacakan di hari Batik Nasional



Hari Batik Nasional adalah hari perayaan nasional Indonesia untuk memperingati ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Pada tanggal ini, beragam lapisan masyarakat dari pejabat pemerintah dan pegawai BUMN hingga pelajar disarankan untuk mengenakan batik.

Pemilihan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober berdasarkan keputusan UNESCO yaitu Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan, yang secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia.

Bertepatan dengan hari Batik itu, Jumat 2 Oktber 2015 Penyair Rg Bagus Warsono membacakan puisi-puisi batik di pusat batik Paoman Indramayu di Pameran Pembangunan Indramayu, berikut puisi-puisinya :
Puisi Batik Dihari Batik Karya Rg Bagus Warsono

 Terangi lampu Mbok tuamu
yang membidik gambar warisan leluhur
dan sediakan teh manis Mbok tuamu
Agar tak lelah oleh panas perapian malam
Lalu sediakan sepotong sirih
untuk Simbok tuamu yang pernah menyelimutimu




 tak ada salah menoreh
karna hati menjadi satu
Canting jari hatimu sendiri
menyatu lembar lembar mori
putih tertiup angin
kau mencetak cerita baru



menelusuri garis yang telah toreh sendiri
menebalkan jalan setapak yang dilaluimu
mewarai diri apa yang dijalani
dan menebalkan warna ciri seni
kau bebas melalui jalanmu
membatik diri





 Bilakah pencinta seni
menjalin hati batikmu sendiri
menambah cantik rupamu gadis
tampan wajahmu pemuda
menambah pesona penampilan Bapak hari ini
dan ibu terlihat merangsang Bapak





 Menunggu kering diangin
menunggu teman selesai
atau kau dahului menikah
padahah aku tak menyuruhmu menunggu
Simbokmu rela melepasmu pergi
asalkan esok kembali lagi
dengan baju batik yang lain





Biarkan malam meleleh kering
asalkan tlah menggores
Biarkan malam mengering dingin
asalkan selembar usai
Atau kau terlalu encer
dan tiupan bisikan hati agar tak lagi tersumbat





 Kenapa menyuruh jatuh cinta
padahal sejak sekolah kau mencintaiku
dengan seragam yang kancingnya lepas
karena senda guraumu lucu
Kenapa kau menyuruh rindu
padahal sejak ku pergi
sms-ku terkirim pada namamu
yang slalu ada dihati
Duhai gadis berbaju batik





 Tlah lama ibu membatik
tapi tak selembar kain disimpan
kapan ibu buatkan baju batik
aku sudah gadis ibu
tinggalkan selembar kain saja
untuk kenang-kenangan






 Ajari aku membatik
agar aku bisa berdadan cantik
Ajari aku membatik
agar aku mewarisi ilmu
Ajari aku membatik
agar aku menjadi seperti ibu




Dia berjalan selebar lipatan kain
Sidomukti dan selendang liris
melangkah ke panggung keroncong simfoni
Putri Solo ataukah gadis Pekalongan
Bukankah gadis Trusmi
ah itu Ibu Indonesia.

Ilustrasi foto dari berbagai sumber.



Kamis, 24 September 2015

Mengenal Macam Tipe Penyair

Bukanlah penyair jika tidak bersyair yakni membuat syair (puisi). Meski demikian penyair Indonesia memiliki tipe personal yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat beberapa penyair Indonesia yang memiliki tipe tersendiri.

1. Eksentrik
Eksentrik adalah tampilan keanehan individu . Bisa pada penampilan berdandan, tingkah laku, dan perbuatan.
Penyair-penyair bertipe ini banyak dijumpai di mana-mana. Eksenriknya kadang lebih ketara sehingga menjadi kesatuan dengan namanya bahkan cirinya malah lebih menonjol. Mari kita lihat penyair kita Saut Situmorang. Menurut Anda apa yang melekat eksentriknya? tentulah tampilan rambutnya yang panjang dikelabang bukan. Penyair berpenampilan nyentrik ini pun melekat juga dengan cara bernandannya. Eksentrik menjadikan sesuatu melekat dengan jiwa seni itu. Misalnya pelukis banyak berpenampilan eksentrik, dan kini penyair pun banyak yang eksentrik. Kita mengenal Sosiawan Leak, Saut Situmorang, Eko Tunas, Isbedy ZS Stiawan, Suratdji Cazoum Bachri mereka tidak saja dikenal namanya tetapi begitu melihat cirinya orang langsung tahu siapa dia.





2. Intelektual/Investigative
Adalah tipe penyair yang berkepribadian intelektual yang slalu ditandai dengan berbagai kemampuan abstrak. Mereka memecahkan masalah tidak tergantung dengan pengamatan pribadinya saja tetapi memcahkan masalah dengan evektif dan efisien dengan diperlukan intelegensi, imajenasi, serta kepekaannya terhadap masalah intelektual dan fisik. Namun mengambil keputusan bisa lama dan bertahap karena harus objektif dan dapat diukur.. Biasanya banyak dari kalangan akademik. Merka adalah penyair top yang banyak karya bukunya tidak saja fiksi tetapi bersifat non fiksi dalam kesusastraan kita. Mereka adalah Penyair Goenawan Muhammad, Jamal D. Rahman II, Maman S Mahayana, KH Mustofa Bisri, dll.






3. Akademik
Adalah tipe penyair yang tak lepas dari jiwa mendidik (guru). Kadang lebih pada tokoh pendidikan. Mereka tak memikirkan sedikitpun akan nama popularitas pribadi tetapi lebih bagaimana orang lain dapat menerima apa yang dilahirkan dari pemikirannya. Penyair ini biasanya dari kalangan guru, namun popularitas lebih pada yang berada di perguruan tinggi atau lembaga penelitian , kita mengenal Soebakdi Soemanto, Ratna Indraswari, atau Helvi Tiana Rossa juga banyak yang lain.




4. Multi Talent Profesional Intertaiment
Tipe ini memang tidak terlalu banyak, tetapi dapat menjadikan inspirator bagi yang lain , sebab bagaimana pun profesional sangat dibutuhkan agar tidak saja meraih popularitas tetapi meraih materi. Mereka ternyata memiliki banyak talenta yang pada tiap-tiap kepiawaiannya dapat bertindak secara profesional tetapi dalam satu kesatuan seni yang dimilikinya. Sebut kita mengenal Ebiet G Ade, Emha Ainun Nadjib, Iwan Fals. Rieke Diah Pitaloka (oneng). Ebiet dan Iwan Fals sebetulnya adalah juga penyair dengan karya bagus yang dipopulairkan lewat talenta lain yang dimilikinya. Tentu saja masih banyak penyair memeiliki Multi Talent ini seperti penyair juga pelukis, penyair juga dalag wayang, atau penyair juga pelawak.





Sabtu, 19 September 2015

Hati hati kuliah Kelas Jauh Jangan-jangan Abal-abal

Berikut klipiing koran kegiatan wisuda abal-abal :

TEMPO.CO, Banten - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menggerebek acara wisuda abal-abal di kampus Universitas Terbuka, Pondok Cabe, Provinsi Banten, Sabtu, 19 September 2015.

"Mereka melakukan pembelajaran kelas jauh dan setelah ditelusuri ternyata tidak ada pembelajaran. Jadi seperti jual-beli ijazah. Ini pelanggaran," kata Ketua Tim Evaluasi Kinerja Akademik Perguruan Tinggi Supriadi Rustad di kampus UT.

Menurutnya, acara wisuda yang dilakukan Yayasan Aldiana Nusantara itu tanpa izin dari Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) dan tidak melapor ke pangkalan data pendidikan tinggi.

Wisuda abal-abal tersebut diikuti beberapa perguruan tinggi. Antara lain Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Telematika, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ganesha, serta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Suluh Bangsa.

Yayasan Aldiana Nusantara selama ini melakukan pembelajaran kelas jauh. Ada yang di Sulawesi Selatan, Sopeng, Papua, Ambon, dan Nusa Tenggara Timur.

Dari penelusuran Tim Evaluasi, kelompok ini sudah tiga tahun melakukan pelanggaran. Supriadi menjelaskan peserta wisuda adalah warga yang kurang berpendidikan dan tidak tahu aturan.

"Kami tanya, mereka tidak bisa menjawab dari kampus mana, hanya menunjuk spanduk acara saja,” ujar Supriadi

DANANG FIRMANTO

Baca Puisi Gampang-gampang Susah

(Bagian 1)

Ternyata membaca puisi itu tak semudah sepintas melihat orang baca puisi. Apalagi bagi mereka yang asing di per-puisi-an. Boleh jadi lagak gaya awal bakal dilupakan, ketika puisi dibaca, baca puisi yang asal-asalan bahkan ngawur. Banyak aspek tentang membaca puisi yang khusus bagi pembacaan di depan forum/publik. Bagi yang terbiasa mungkin tidak masalah, mereka hanya memperbaiki dari pengalaman sebelumnya. Sedang bagi yang tak biasa sebaiknya berlatih agar dapat tampil membaca puisi maksimal.
Berkali penulis menonton pembacaan puisi baik dalam lomba maupun berbagai kegiatan sastra yang diselingi pembacaan puisi. Tak sedikit pembaca puisi yang kurang mempersiapkan diri. Jangankan disimak, tidak ditertawakan saja sudah untung. Persiapan diri sangat penting dilakukan bahkan yang sudah memiliki nama besar pun banyak yang melakukan persiapan diri sebelum tampil.
Pahami isi puisi

Begitu puisi dilihat kemudian langsung dibaca, ini perlu kepiawaian, hanya dimilikioleh sedikit pembaca puisi yang demikian. Sebab pemahaman isi sangat diperlukan untuk memperlihatkan maksud puisi. Dibaca barang 1 atau 2 X sangat berarti untuk pemahaman puisi yang akan dibacakan. Bila perlu puisi yang akan dibacakan jauh sebelumnya dipersiapkan sehingga memudahkan ekspresi saat tampil. Boleh jadi karena ekspresi , walah hanya melirik kata di baris puisi mulut pembaca puisi langsung menuntaskan baris puisi karena hafal.
Pemahaman terhadap puisi yang akan dibacakan sangat perlu sebagai 'pesan yang akan disampaikan. Biasanya judul puisi merupakan kepala pesan , namun bukan tidak mungkin judul puisi malah tujuan atau sebaliknya bagi sebuah puisi utuh. Karena itulah sebelum tampil membaca puisi hendaknya memahami maksud tujuan serta pesan penyair puisi tersebut.

Perhatikan artikulasi kata dalam kalimat dan kata-kata Baru.
Kesletot kata bisa mungkin karena kurang pahami kata baru dan artikulasi yang berada dalam baris kata. Jika ini terjadi maka nilainya, bagi juri misalnya, adalah nol atau diskualifikasi. Mengapa? Jelas ini adalah pembacaan yang salah sebab naskah adalah paten dan baku bagi sebuah karya. Apapun isi puisi harus dibacakan sesuai dengan asli tulisannya. Tak ada kata perubahan untuk penyesuaian kata atau penyederhanaan. Kecuali bagi naskah-naskah alih bahasa.
Pembaca puisi yang telah biasa , biasanya sangat memperhatikan kata-kata baru dan kata-kata dengan artikulasi yang dimaksud dalam baris puisi atau bait puisi. Salah penafsiran bukan kebebasan apresiasi tetapi sudah salah terhadap kandungan. Hal ini dimaksudkan agar kita menghargai cipta seseorang.Apresiasi adalah wujud penghargaan cipta itu.

Baca puisi bukan deklamasi
Disini pengertian perlu diluruskan agar tidak salah kaprah. Baca puisi boleh dengan kebebasan gerak , boleh dengan kebebasan bertingkah, dan boleh dengan kebebasan aksi panggung . Baca puisi juga boleh dengan segala macam kolaborasi seni dan musik. Kebebasan ini namun tetap terjaga dengan makna baca puisi itu. Yakni penyampaian karya sastra berupa puisi yang di sampaikan dengan bentuk lisan tanpa merubah arti pesan dari penyairnya. Jadi laval ucapan pembaca puisi harus jelas terdengar. Mau lirih atau teriak boleh saja tetapi artikulasinya dari ucapan itu benar. Kita perhatikan tokoh penyair yang telah piawai membaca puisi, ketika tengah membaca puisi walau dengan tingkah apa pun tetap suara menjadi nomor satu. Lantang, mendayu-dayu, kemudian lirih sedih dan kemudian menghentak mengagetkan !

Baca puisi bukan deklamasi
Disini pengertian perlu diluruskan agar tidak salah kaprah. Baca puisi boleh dengan kebebasan gerak , boleh dengan kebebasan bertingkah, dan boleh dengan kebebasan aksi panggung . Baca puisi juga boleh dengan segala macam kolaborasi seni dan musik. Kebebasan ini namun tetap terjaga dengan makna baca puisi itu. Yakni penyampaian karya sastra berupa puisi yang di sampaikan dengan bentuk lisan tanpa merubah arti pesan dari penyairnya. Jadi laval ucapan pembaca puisi harus jelas terdengar. Mau lirih atau teriak boleh saja tetapi artikulasinya dari ucapan itu benar. Kita perhatikan tokoh penyair yang telah piawai membaca puisi, ketika tengah membaca puisi walau dengan tingkah apa pun tetap suara menjadi nomor satu. Lantang, mendayu-dayu, kemudian lirih sedih dan kemudian menghentak mengagetkan !

Foto penyair :Lukni Maulana, Dimas Indiana Senja,Nana Sastrawan, dan Muhammad Rois Rinaldi. 

Kamis, 17 September 2015

Puisi tak pernah kemarau.

Puisi tak pernah kemarau.
Temanku di Semarang Wardjito Soeharso, penyair, berusaha terus menghidupi puisi , begitu juga penyair Heru Mugiarso, ia telah memberi gagasan (PMK) seakan menyebar benih puisi. Lain lagi dalam sebuah kesempatan penyair Syarifuddin Arifin Dua senantiasa mengajak yang muda-muda utuk terus memelihara budaya menulis puisi. Sedang penyair intelektual Bambang Widiatmoko ada saja slalu gagasannya setiap tahunnya. Begitu pula Mas Bambang Eka Prasetya begitu rajinnya ia membimbing dan menjalin persahabatan terhadap para pecinta puisi di Tanah Air. Sedangkan Sosiawan Leak terus berkiprah tak henti menginventaris puisi hingga 'PMK V sekarang. Di tempat lainnya di seberang pulau penyair Arsyad Indradi dan Ibramsyah Amandit adalah adalah orang tua yang patut mendapat tauladan karena kepeduliannya membina penyair muda. Sahabatku Wayan Jengki Sunarta, di Bali tak henti berkreatif. Teman-teman di Tangerang barusan selenggarakan silaturahmi penyair nusantara yang dimotori perempuan penyair Rini Intama, dan penyair Trip Umiuki. Nun jauh di sana di kupang penyair Dedari Rsia tengah rajin menghidupkan puisi dalam kemasan tersendiri. Banyak juga penyair yang membikin hujan puisi seperti pemyair Kurniawan Junaedhie. Di Serang Toto S Toto St Radik mungkin tengah akan membuat kejutan berikutnya. Sahabatku Ali Arsy adalah penyair produktif. Sedang sukses Mas Sofyan RH Zaid membuat semangat penyair lainnya. Tentu saja masih banyak penjaga puisi lain, Acep Syahril kini punya koran sendiri agar dapat menampung hujan puisi. Wah pendek kata puisi tak pernah kemarau. Salam sastra Indonesia.

Sabtu, 29 Agustus 2015

Aksi Ali Arsy Penyair Banjarbaru di Tifa Nusantara II memukau peserta.

(foto rg bagus warsono)
(foto rg bagus warsono)

Aksi penyair Ali Arsy tengah memberikan teknik pembelajaran permainan bahasa Penciptaan Puisi Brsama yang diciptakan olehnya kepada para peserta Tifa Nusantara II di Cikupa Tangerang pada 28 Agustus 2015.

"Pagar Kenabian" Buku Terlaris dalam Bazar Buku Tifa Nusantara II

                        (foto rg bagus w)

Bazar dan louching bersama setelah louching buku Tifa Nusantara II hari pertama kegiatan Temu Sastrawan Nusantara ke-2 di Cikopa Tangerang Bekasi 27-29 Agustus 2015 dilaksanakan untuk memberikan apresiasi pada karya peserta Tifa Nusantara II. Buku-buku karya penyair setelah dilouching kemudian dibazarkan bersama. Sekitar 50 judul buku dipajang untuk dan dipasarkan pada kegiatan itu. Turut melauching buku-buku tersebut adalah karya berbagai penyair nusantara.Tercatat beberapa buku sastra faforiet karya penyair terkenal.  Buku Antologi "Pagar Kenabian" Sofyan RH Zaid merupakan buku yang banyak diminati peserta, Tidak hanya dibazarkan tetapi juga buku buku tersebut ada yang didapat dari hadiah dari penulisnya kepada peserta Tifa Nusantara.
Tifa Nusantara adalah kegiatan sastra bertaraf nasional yang diselenggrakan oleh Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang bersama Dinas Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan selama 3 hari dari 27 Agustus 2015 hingga 29 Agustus 2015. Kegiatan kali ini adalah kegiatan kedua dari kegiatan serupa yang pernah diselenggarakan  tahun 2013 .

Mengenal Salimi Ahmad Penyair dan Pelukis Indonesia

Penyair dan pelukis Salimi Ahmad saat menghadiri Temu Sastrawan Indonesia, Samping kanan berpeci bersama penyair Wowok Hesti Prabowo. 
(Fotho Rg Bagus Warsono)



Salimi Ahmad, lahir di jakarta, 22 mei 1956, adalah seorang penyair yang namanya tak asing lagi di dunia seni lukis Indonesia . Pelukis ini adalah juga seorang penyair yang diperhitungkan secara nasional. Baginya menulis puisi adalah keseimbangan profesinya, namun ia dapat memetik sekaligus predikat pelukis dan penyair yang berhasil. Menurutnya ia  tak pernah benar-benar bisa melepaskan diri dari menulis puisi, sebab karena menurutnya dengan menulis puisi ia dapat menyeimbangkan rasa gelisah dalam hati dan pikirannya. Demikian ketika berbincang dengan ayokesekolah.com di acara Tifa Nusantara 27-29 Agustus 2015 di Cikupa Tangerang.

Salimi Ahmad meniti pendidikan mulai  SD dan SMP diselesaikan di Jakarta. Dia pernah masuk sekolah seni rupa indonesia (SSRI) di Yogya pada tahun 1973. hanya kurang dari 1 tahun dia pindah kejakarta lagi untuk melanjutkan pendidikannya. ia menyelesaikan SMA pada tahun 1976.

Latar sebagai pelukis dan sekaligus penyair didapat dari ketika tinggal di  Yogyakarta, Bergabung di persada studi klub (PSK) dibawah asuhan Umbu Landu Paranggi, teater asuhan Niki Kosasih. Kemudian di  Jakarta, ia mendirikan Bengkel Sastra Ibukota.  Bersama  Mas Sulebar Sukarman, ia kerap mengikuti berbagai kegiatan pameran lukisan bersama.


Minggu, 23 Agustus 2015

Pahlawan Nasional Indonesia
Nama Lahir Wafat Keterangan Penetapan Provinsi asal/pengusul Ref.
Abdul Halim
1911 1988 Aktivis kemerdekaan dan politisi, Perdana Menteri Indonesia
2008 Sumatera Barat
[3][8]

Abdul Haris Nasution
1918 2000 Jenderal Angkatan Darat, dua kali diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat 2002 Sumatera Utara
[3][9]

Abdul Kadir
1771 1875 Bangsawan dariMelawi, menawarkan pengembangan ekonomi, melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda 1999 Kalimantan Barat
[3][10]

Abdul Malik Karim Amrullah
1908 1981 Sarjana Islam dan penulis sekaligus tokoh Muhammadiyah. 2011 Sumatera Barat
[11]

Abdul Muis
1883 1959 Politisi, kemudian penulis 1959 Sumatera Barat
[c][4][12]

Abdul Rahman Saleh
1909 1947 Tokoh awal dalamAngkatan Udara, terbunuh ketikamembawa keperluan mediskarena ditembak oleh Belanda
1974 D.I. Yogyakarta
[4][13]

Abdul Wahab Hasbullah
1888 1971 Tokoh Islam, salah seorang pendiriNadhlatul Ulama
2014 Jawa Timur
[7]

Andi Abdullah Bau Massepe
1918 1947 Bangsawan Bugis, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda selamaRevolusi Nasional, seorang putra dariAndi Mappanyukki
2005 Sulawesi Selatan
[3][14]

Achmad Subarjo
1896 1978 Aktivis kemerdekaan dan menteri pemerintahan 2009 Jawa Barat
[3][15]

Adam Malik
1917 1984 Jurnalis dan aktivis kemerdekaan,Wakil Presiden Indonesia ketiga
1998 Sumatera Utara
[3][16]

Adnan Kapau Gani
1905 1968 Aktivis kemerdekaan yang menjadi menteri pemerintahan, menyeludupkan senjata untuk mendukungRevolusi Nasional
2007 Sumatera Barat
[3][17]

Nyi Ageng Serang
1752 1828 Pemimpingerilyawan Jawayang memimpin penyerangan terhadap kolonial Belanda atas beberapa pendudukan 1974 Jawa Tengah
[3][18]

Agus Salim
1884 1954 Aktivis kemerdekaan, politisi, pemimpin Islam Minang
1961 Sumatera Barat
[4][19]

Agustinus Adisucipto
1916 1947 Tokoh awal dalamAngkatan Udara, terbunuh ketikamembawa keperluan mediskarena ditembak oleh Belanda
1974 D.I. Yogyakarta
[4][20]

Ahmad Dahlan
1868 1934 Pemimpin IslamJawa, mendirikanMuhammadiyah; suami Siti Walidah
1961 D.I. Yogyakarta
[4][21]

Ahmad Rifa'i
1786 1870 Pemikir dan penulis Islam yang dikenal karena pernyataan anti-Belandanya 2004 Jawa Tengah
[3][22]

Ahmad Yani
1922 1965 PemimpinAngkatan Darat, terbunuh saatGerakan 30 September
1965 Jawa Tengah
[4][23]

Alimin
1889 1964 Pendukung kemerdekaan, politisi, dan tokohPartai Komunis Indonesia
1964 Jawa Tengah
[4][24]

Amir Hamzah
1911 1946 Penyair dan nasionalis 1975 Sumatera Utara
[3][25]

Antasari
1809 1862 Melakukan penyerangan terhadap pasukan kolonial Belanda dalam Perang Banjar
1968 Kalimantan Selatan
[4][26]

Arie Frederik Lasut
1918 1949 Geolog dan pengajar yang dieksekusi oleh Belanda 1969 Sulawesi Utara
[4][27]

Bagindo Azizchan
1910 1947 Walikota Padang, melawan pasukan Belanda saatRevolusi Nasional
2005 Sumatera Barat
[3][28]

Basuki Rahmat
1921 1969 Jenderal, saksi dariSupersemar
1969 Jawa Timur
[4][29]

Teungku Chik di Tiro
1836 1891 Tokoh Islam Acehdan pemimpingerilyawan yang melakukan perlawanan pasukan kolonial Belanda 1973 Aceh
[4][30]

Cilik Riwut
1918 1987 Prajurit dan politisi, menawarkan pengembangan ekonomi dan budaya diKalimantan Tengah
1998 Kalimantan Tengah
[3][31]

Cipto Mangunkusumo
1886 1943 Politisi Jawa, mentor Sukarno
1964 Jawa Tengah
[4][32]

Cokroaminoto
1883 1934 Politisi, pemimpinSarekat Islam, mentor Sukarno
1961 Jawa Timur
[4][33]

Ernest Douwes Dekker
1879 1950 Jurnalis dan politisiIndo yang membantu kemerdekaan Indonesia 1961 Jawa Timur
[d][4][34]

Dewi Sartika
1884 1947 Pengajar, mendirikan sekolah untuk perempuan yang pertama di negara tersebut 1966 Jawa Barat
[4][35]

Cut Nyak Dhien
1850 1908 Pemimpingerilyawan Acehyang melakukan penyerangan terhadap pasukan kolonial belanda; istri Teuku Umar
1964 Aceh
[4][36]

Diponegoro
1785 1855 Putra Sultan Yogyakarta, melangsungkanperang lima tahunmelawan pasukan kolonial Belanda
1973 D.I. Yogyakarta
[4][37]

Djamin Ginting
1921 1974 Pejuang kemerdekaan menentang pemerintah Hindia Belanda di Tanah Karo
2014 Sumatera Utara
[7]

Donald Izacus Panjaitan
1925 1965 Jenderal Angkatan Darat, terbunuh dalam Gerakan 30 September
1965 Sumatera Utara
[4][38]

Eddy Martadinata
1921 1966 LaksamanaAngkatan Laut dan diplomat, terbunuh dalam kecelakaan helikopter 1966 Jawa Barat
[4][39]

Fakhruddin
1890 1929 Pemimpin Islam, menegosiasikan pengamanan pejiarah hajiIndonesia; tokoh Muhammadiyah. 1964 D.I. Yogyakarta
[4][40]

Fatmawati
1923 1980 Pembuat bendera nasional pertama, aktivis sosial, istriSukarno
2000 Bengkulu
[3][41]

Ferdinand Lumbantobing
1899 1962 Doktor dan politisi, memperjuangkan hak asasi pasukan buruh
1962 Sumatera Utara
[4][42]

Frans Kaisiepo
1921 1979 Nasionalis Papuayang membantu dalam akuisisiPapua
1993 Papua
[3][43]

Gatot Mangkupraja
1896 1968 Aktivis kemerdekaan dan politisi, menyarankan pembentukanPembela Tanah Air
2004 Jawa Barat
[3][44]

Gatot Subroto
1907 1962 Jenderal, deputi ketua staffAngkatan Darat
1962 Jawa Tengah
[4][45]

Halim Perdanakusuma
1922 1947 Tokoh awal dalamAngkatan Udara, terbunuh saatRevolusi Nasional
1975 Jawa Timur
[3][46]

Hamengkubuwono I
1717 1792 Sultan Yogyakarta, melakukan perlawanan terhadap VOC, mendirikanYogyakarta
2006 D.I. Yogyakarta
[3][47]

Hamengkubuwono IX
1912 1988 Sultan Yogyakarta, aktivis kemerdekaan, pemimpin militer, dan politisi; Wakil Presiden Indonesiakedua
1990 D.I. Yogyakarta
[3][48]

Harun Bin Said
1947 1968 MengebomMacDonald Housesaat konfrontasi Indonesia–Malaysia
1968 Jawa Timur
[e][4][49]

Hasan Basri
1923 1984 Prajurit selamaRevolusi Nasional Indonesia, mendukung integrasiKalimantan di Indonesia
2001 Kalimantan Selatan
[3][50]

Hasanuddin
1631 1670 Sultan Gowa, melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda 1973 Sulawesi Selatan
[4][51]

Hasyim Asy'ari
1875 1947 Pemimpin Islam, pendiri Nahdlatul Ulama
1964 Jawa Timur
[4][52]

Hazairin
1906 1975 Sarjana legal, aktivis kemerdekaan, menteri pemerintahan, dan pengajar 1999 Sumatera Barat
[3][53]

Herman Johannes
1912 1992 Insinyur, membuat senjata selamaRevolusi Nasional, membantu pendirianUniversitas Gadjah Mada
2009 Nusa Tenggara Timur
[3][54]

Ida Anak Agung Gde Agung
1921 1999 Aktivis kemerdekaan dan menteri pemerintahan 2007 Bali
[3][55]

Idham Chalid
1921 2010 PemimpinNahdlatul Ulama, politisi
2011 Kalimantan Selatan
[11][56]

Ilyas Yakoub
1903 1958 Aktivis kemerdekaan, politisi, dan anggota pasukangerilyawan
1999 Sumatera Barat
[3][57]

Tuanku Imam Bonjol
1772 1864 Tokoh Islam dariSumatera Baratyang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda dalam Perang Padri
1973 Sumatera Barat
[4][58]

Radin Inten II
1834 1856 Bangsawan dariLampung, memimpin revolusi penyerangan penjajah Belanda 1986 Lampung
[3][59]

Iskandar Muda
1593 1636 Sultan Aceh, memperluas pengaruh negara 1993 Aceh
[f][3][60]

Ismail Marzuki
1914 1958 Komposer yang membuat sejumlahlagu kebangsaan
2004 DKI Jakarta
[3][61]

Iswahyudi
1918 1947 Tokoh awal dalamAngkatan Udara, terbunuh saatRevolusi Nasional
1975 Jawa Timur
[3][62]

Iwa Kusumasumantri
1899 1971 Aktivis kemerdekaan, ahli hukum, dan politisi 2002 Jawa Barat
[3][63]

Izaak Huru Doko
1913 1985 Aktivis kemerdekaan dan pengajar, membantu pendirianUniversitas Udayana
2006 Nusa Tenggara Timur
[3][64]

Janatin
1943 1968 MengebomMacDonald Housesaat konfrontasi Indonesia–Malaysia
1968 Jawa Tengah
[g][4][65]

Jatikusumo
1917 1992 Jenderal Angkatan Darat dan politisi
2002 Jawa Tengah
[3][66]

Andi Jemma
1935 1965 Aktivis kemerdekaan, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda saarRevolusi Nasional
2002 Sulawesi Selatan
[3][67]

Johannes Abraham Dimara
1916 2000 Pimpinan tentaraPapua yang membantu dalam akuisisi Papua
2010 Papua
[68]

Johannes Leimena
1905 1977 Menteri Kesehatan Pertama, mengembangkan sistem klinikPuskesmas
2010 Maluku
[68]

Juanda Kartawijaya
1911 1963 Politisi Sunda,Perdana Menteri Indonesia terakhir
1963 Jawa Barat
[4][69]

Karel Satsuit Tubun
1928 1965 Brigadir polisi, terbunuh saatGerakan 30 September
1965 Maluku
[4][70]

Kartini
1879 1904 Tokoh hak asasi perempuan Jawa
1964 Jawa Tengah
[4][71]

Ignatius Joseph Kasimo
1900 1986 Aktivis kemerdekaan, pemimpin Partai Katolik
2011 D.I. Yogyakarta
[11][72]

Katamso Darmokusumo
1923 1965 Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September
1965 Jawa Tengah
[4][73]

I Gusti Ketut Jelantik
Tidak diketahui 1849 Pemimpin Bali yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda 1993 Bali
[3][74]

I Gusti Ketut Puja
1904 1957 Gubernur Balipertama
2011 Bali
[11][75]

Ki Hajar Dewantara
1889 1959 Pengajar dan menteri pemerintahan, mendirikan Taman Siswa, saudaraSuryopranoto
1959 D.I. Yogyakarta
[4][76]

Ki Sarmidi Mangunsarkoro
1904 1957 Pengajar bersama dengan Budi Utomo dan Taman Siswa, menteri pemerintahan 2011 Jawa Tengah
[11][77]

Kiras Bangun
1852 1942 Pemimpingerilyawan Batakyang melawan penjajah Belanda 2005 Sumatera Utara
[3][78]

Kusumah Atmaja
1898 1952 Ketua KehakimanMahkamah AgungPertama
1965 Jawa Barat
[4][79]

La Maddukelleng
1700 1765 Bangsawan dariKesultanan Paser, mengusir pasukan Belanda dariKerajaan Wajo
1998 Sulawesi Selatan
[3][80]

Lambertus Nicodemus Palar
1900 1981 Diplomat, menegosiasikan pengakuan Indonesia saatRevolusi
2013 Sulawesi Utara
[81]

John Lie
1911 1988 Laksamana MudaAngkatan Laut, menyeludupkan barang untuk membantu Revolusi Nasional
2009 Sulawesi Utara
[3][82]

Mahmud Badaruddin II
1767 1852 Sultan Palembang, yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Inggris dan Belanda 1984 Sumatera Selatan
[3][83]

Mangkunegara I
1725 1795 Melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan antek-anteknya di Jawa Tengah
1988 Jawa Tengah
[3][84]

Andi Mappanyukki
1885 1967 Bangsawan Bugis, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda pada 1920an dan 30an, ayah dari Andi Abdullah Bau Massepe
2004 Sulawesi Selatan
[3][85]

Maria Walanda Maramis
1872 1924 Pendukung hak asasi perempuan dan pengajar 1969 Sulawesi Utara
[4][86]

Martha Christina Tiahahu
1800 1818 Gerilyawan dariMaluku yang wafat saat ditahan Belanda 1969 Maluku
[4][87]

Marthen Indey
1912 1986 Nasionalis dan aktivis kemerdekaan, menawarkan intergrasi Papua di Indonesia 1993 Papua
[3][88]

Mas Mansur
1896 1946 Sarjana Islam, pemimpinMuhammadiyah
1964 Jawa Timur
[4][89]

Mas Tirtodarmo Haryono
1924 1965 Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September
1965 Jawa Timur
[4][90]

Maskun Sumadireja
1907 1986 Aktivis kemerdekaan dan politisi 2004 Jawa Barat
[3][91]

Cut Nyak Meutia
1870 1910 Pemimpingerilyawan Acehyang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda 1964 Aceh
[4][92]

Mohammad Hatta
1902 1980 Aktivis kemerdekaan,Wakil Presiden Indonesia Pertama
2012 Sumatera Barat
[h][93][94]

Mohammad Husni Thamrin
1894 1941 Politisi dan aktivis kemerdekaan 1960 DKI Jakarta
[4][95]

Mohammad Natsir
1908 1993 Sarjana Islam dan politisi, Perdana Menteri Indonesiakelima
2008 Sumatera Barat
[3][96]

Teuku Muhammad Hasan
1906 1997 Aktivis kemerdekaan, gubernur Sumaterapertama
2006 Aceh
[3][97]

Muhammad Mangundiprojo
1905 1988 Pejuang kemerdekaan, pemimpinPertempuran Surabaya
2014 Jawa Tengah
[7]

Muhammad Yamin
1903 1962 Penyair yang menjadi politisi dan aktivis kemerdekaan 1973 Sumatera Barat
[4][98]

Mustopo
1913 1986 Pemimpin saatPertempuran Surabaya, mendirikan Kampus Kedokteran Gigi Dr. Moestopo 2007 Jawa Timur
[3][99]

Muwardi
1907 1948 Menangani keamanan saatProklamasi Kemerdekaan, membangun sebuah rumah saat di Surakarta
1964 Jawa Tengah
[4][100]

Nani Wartabone
1907 1986 Aktivis kemerdekaan dan politisi, membantu memadamkan pemberontakanPermesta
2003 Gorontalo
[3][101]

I Gusti Ngurah Rai
1917 1946 Pemimpin militerBali saat Revolusi Nasional
1975 Bali
[3][102]

Nuku Muhammad Amiruddin
1738 1805 Sultan Tidore, memimpin beberapa pertempuran laut melawan pasukan kolonial Belanda 1995 Maluku Utara
[3][103]

Noer Alie
1914 1992 Pemimpin Islam dan pengajar, memimpin prajurit saat Revolusi Nasional
2006 Jawa Barat
[3][104]

Teuku Nyak Arif
1899 1946 Politisi Aceh dan pemimpin perlawanan, gubernur Acehpertama
1974 Aceh
[105]

Opu Daeng Risaju
1880 1964 Politisi wanita awal, melakukan perlawanan terhadap Belanda saat Revolusi Nasional
2006 Sulawesi Selatan
[3][106]

Oto Iskandar di Nata
1897 1945 Politisi dan aktivis kemerdekaan 1973 Jawa Barat
[4][107]

Pajonga Daeng Ngalie
1901 1958 Mengkoordinasikan penyerangan diSulawesi Selatansaat Revolusi Nasional, menawarkan integrasi nasional
2006 Sulawesi Selatan
[3][108]

Pakubuwono VI
1807 1849 Susuhunan Surakarta, memberontak melawan pasukan kolonial Belanda 1964 Jawa Tengah
[4][109]

Pakubuwono X
1866 1939 Susuhunan Surakarta, mendukung berbagai proyek untuk kepentinganPribumi Indonesia
2011 Jawa Tengah
[11][110]

Pattimura
1783 1817 Gerilyawan dariMaluku yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda 1973 Maluku
[4][111]

Pierre Tendean
1939 1965 Prajurit Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September
1965 DKI Jakarta
[4][112]

Pong Tiku
1846 1907 Bangsawan Toraja, melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda 2002 Sulawesi Selatan
[3][113]

Raja Ali Haji
1809 kr. 1870 Sejarawan dan penyair dari Riau
2004 Kepulauan Riau
[3][114]

Raja Haji Fisabilillah
1727 1784 Pejuang dari Riauyang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda 1997 Riau
[3][115]

Rajiman Wediodiningrat
1879 1952 Ketua Dewan Perwakilan Rakyatpertama
2013 D.I. Yogyakarta
[81]

Ranggong Daeng Romo
1915 1947 Memimpin pasukan dalam dua pertempuran melawan pasukan Belanda saatRevolusi Nasional
2001 Sulawesi Selatan
[3][116]

Rasuna Said
1910 1965 Pendukung hak asasi wanita dan nasionalis 1974 Sumatera Barat
[3][117]

Robert Wolter Monginsidi
1925 1949 Gerilyawan diMakassar saatRevolusi Nasional, dieksekusi oleh Belanda
1973 Sulawesi Selatan
[4][118]

Saharjo
1909 1963 Menteri Kehakiman, pelopor pengesahan pembaruan di negara tersebut 1963 Jawa Tengah
[4][119]

Sam Ratulangi
1890 1949 Politisi Minahasadan pendukung kemerdekaan Indonesia 1961 Sulawesi Utara
[4][120]

Samanhudi
1878 1956 Pengusaha, mendirikan Sarekat Islam
1961 Jawa Tengah
[4][121]

Silas Papare
1918 1978 Memperjuangkan kemerdekaanPapua dari Belanda, menawarkan integrasi Papua di Indonesia 1993 Papua
[3][122]

Sisingamangaraja XII
1849 1907 Pemimpin Batakyang melakukan kampanyegerilyawanmelawan pasukan kolonial Belanda 1961 Sumatera Utara
[4][115]

Siswondo Parman
1918 1965 Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September
1965 Jawa Tengah
[4][123]

Siti Hartinah
1923 1996 Istri presidenSuharto, aktif dalam karya sosial, mendirikan Taman Mini Indonesia Indah
1996 Jawa Tengah
[3][124]

Siti Walidah
1872 1946 Pendiri Aisyiyah, tokohMuhammadiyah, istri Ahmad Dahlan,
1971 D.I. Yogyakarta
[i][4][125]

Slamet Riyadi
1927 1950 Brigadir JeneralAngkatan Darat, terbunuh ketika putting down pemberontakan diSulawesi
2007 Jawa Tengah
[3][126]

Sudirman
1916 1950 Komandan KetuaTentara Nasional Indonesia pada saatRevolusi Nasional.
1964 Jawa Tengah
[j][4][127]

Albertus Sugiyapranata
1896 1963 Uskup Katolik Jawadan nasionalis
1963 Jawa Tengah
[4][128]

Sugiyono Mangunwiyoto
1926 1965 Kolonel Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September
1965 D.I. Yogyakarta
[4][129]

Suharso
1912 1971 Pelopor pengobatanprostesis
1973 Jawa Tengah
[4][130]

Sukarjo Wiryopranoto
1903 1962 Tokoh kemerdekaan, diplomat, dan politisi 1962 Jawa Tengah
[4][131]

Sukarni
1916 1971 Tokoh kemerdekaan, diplomat, dan politisi 2014 Jawa Timur
[7]

Sukarno
1901 1970 Aktivis kemerdekaan yang membacakanProklamasi Kemerdekaan,Presiden Indonesiapertama
2012 Jawa Timur
[h][93][94]

Sultan Agung
1591 1645 Sultan Mataram, melakukan perlawanan terhadap VOC
1975 D.I. Yogyakarta
[3][132]

Andi Sultan Daeng Radja
1894 1963 Aktivis kemerdekaan dan politisi 2006 Sulawesi Selatan
[3][133]

Supeno
1916 1949 Menteri pemerintahan, terbunuh ketika perlawanan terhadap Belanda saat Revolusi Nasional
1970 Jawa Tengah
[4][134]

Supomo
1903 1958 Menteri KehakimanPertama, membantu penulisanKonstitusi
1965 Jawa Tengah
[4][135]

Suprapto
1920 1965 Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September
1965 Jawa Tengah
[4][136]

Supriyadi
1925 1945 Pemimpin pemberontakan melawan pasukan pendudukan Jepang di Blitar
1975 Jawa Timur
[k][3][137]

Suroso
1893 1981 Politisi dan aktivis kemerdekaan 1986 Jawa Timur
[3][138]

Suryo
1896 1948 Gubernur Jawa Timur saat Revolusi Nasional
1964 Jawa Timur
[4][139]

Suryopranoto
1871 1959 Pengajar dan tokoh hak asasi pekerja, saudara Ki Hajar Dewantara
1959 D.I. Yogyakarta
[4][140]

Sutan Syahrir
1909 1966 Politisi, Perdana Menteri Indonesiapertama
1966 Sumatera Barat
[4][141]

Soetomo
1888 1938 pengajar Jawa, mendirikan Budi Utomo
1961 Jawa Timur
[l][4][142]

Sutomo
1920 1981 Pemimpin militer yang memimpin perlawanan dalamPertempuran Surabaya
2008 Jawa Timur
[m][3][143]

Sutoyo Siswomiharjo
1922 1965 Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September
1965 Jawa Tengah
[4][144]

Syafruddin Prawiranegara
1911 1989 Gubernur Bank Indonesia pertama
2011 Banten
[11]

Syarif Kasim II
1893 1968 Sultan Siak, menawarkan integrasi kerajaan-kerajaan diSumatera Timur
1998 Riau
[3][134]

Tahi Bonar Simatupang
1920 1990 Jenderal yang menjabat sebagai ketua staff dari 1950 sampai 1954 2013 Sumatera Utara
[81]

Tuanku Tambusai
1784 1882 Pemimpin Islam dari Riau yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda saat Perang Padri
1995 Riau
[3][145]

Tan Malaka
1884 1949 Politisi dan aktivis komunis Minang
1963 Sumatera Barat
[4][146]

Thaha Syaifuddin
1816 1904 Sultan Jambi, memimpin pasukan revolusi melawan pasukan kolonial Belanda 1977 Jambi
[3][147]

Tirtayasa
1631 1683 Gerilyawan dariBanten yang melakukan perlawanan terhadap Belanda 1970 Banten
[4][148]

Tirto Adhi Suryo
1880 1918 Jurnalis, diasingkan karena editorial anti-Belanda buatannya 2006 Jawa Tengah
[3][149]

Teuku Umar
1854 1899 Pemimpingerilyawan Acehyang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda; suami Cut Nyak Dhien
1973 Aceh
[4][150]

Untung Surapati
1660 1706 Memimpin beberapa pemberontakan melawan VOC
1975 Jawa Timur
[3][151]

Urip Sumoharjo
1893 1948 PemimpinAngkatan Darat Indonesia, komandan kedua setelah Sudirman
1964 Jawa Tengah
[4][152]

Wage Rudolf Supratman
1903 1938 Komposer lagu kebangsaan "Indonesia Raya"
1971 DKI Jakarta
[4][153]

Wahid Hasyim
1914 1953 PemimpinNahdlatul Ulama, Menteri Agama Indonesia pertama 1964 Jawa Timur
[4][154]

Wahidin Sudirohusodo
1852 1917 Doktor dan pemimpin di Budi Utomo
1973 D.I. Yogyakarta
[4][155]

Wilhelmus Zakaria Johannes
1895 1952 Pelopor pengobatanradiologi
1968 Nusa Tenggara Timur
[4][156]

Yos Sudarso
1925 1962 Komodor Angkatan Laut, terbunuh saat konfrontasi dengan Belanda di Nugini Belanda
1973 Jawa Tengah
[4][157]

Yusuf Tajul Khalwati
1626 1699 Pemimpin Islam, memimpin pemberontakangerilyawanmelawan VOC
1995 Sulawesi Selatan
[3][158]

Zainal Mustafa
1907 1944 Pemimpin Islam yang melakukan perlawanan terhadap pasukan pendudukan Jepang
1972 Jawa Barat
[4][159]

Zainul Arifin
1909 1963 Politisi dangerilyawan, terbunuh saat peristiwa percobaan pembunuhan yang ditargetkan kepadaSukarno
1963 Sumatera Utara
[4][160]