Sabtu, 03 Oktober 2015

Puisi dibacakan di hari Batik Nasional



Hari Batik Nasional adalah hari perayaan nasional Indonesia untuk memperingati ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Pada tanggal ini, beragam lapisan masyarakat dari pejabat pemerintah dan pegawai BUMN hingga pelajar disarankan untuk mengenakan batik.

Pemilihan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober berdasarkan keputusan UNESCO yaitu Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan, yang secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia.

Bertepatan dengan hari Batik itu, Jumat 2 Oktber 2015 Penyair Rg Bagus Warsono membacakan puisi-puisi batik di pusat batik Paoman Indramayu di Pameran Pembangunan Indramayu, berikut puisi-puisinya :
Puisi Batik Dihari Batik Karya Rg Bagus Warsono

 Terangi lampu Mbok tuamu
yang membidik gambar warisan leluhur
dan sediakan teh manis Mbok tuamu
Agar tak lelah oleh panas perapian malam
Lalu sediakan sepotong sirih
untuk Simbok tuamu yang pernah menyelimutimu




 tak ada salah menoreh
karna hati menjadi satu
Canting jari hatimu sendiri
menyatu lembar lembar mori
putih tertiup angin
kau mencetak cerita baru



menelusuri garis yang telah toreh sendiri
menebalkan jalan setapak yang dilaluimu
mewarai diri apa yang dijalani
dan menebalkan warna ciri seni
kau bebas melalui jalanmu
membatik diri





 Bilakah pencinta seni
menjalin hati batikmu sendiri
menambah cantik rupamu gadis
tampan wajahmu pemuda
menambah pesona penampilan Bapak hari ini
dan ibu terlihat merangsang Bapak





 Menunggu kering diangin
menunggu teman selesai
atau kau dahului menikah
padahah aku tak menyuruhmu menunggu
Simbokmu rela melepasmu pergi
asalkan esok kembali lagi
dengan baju batik yang lain





Biarkan malam meleleh kering
asalkan tlah menggores
Biarkan malam mengering dingin
asalkan selembar usai
Atau kau terlalu encer
dan tiupan bisikan hati agar tak lagi tersumbat





 Kenapa menyuruh jatuh cinta
padahal sejak sekolah kau mencintaiku
dengan seragam yang kancingnya lepas
karena senda guraumu lucu
Kenapa kau menyuruh rindu
padahal sejak ku pergi
sms-ku terkirim pada namamu
yang slalu ada dihati
Duhai gadis berbaju batik





 Tlah lama ibu membatik
tapi tak selembar kain disimpan
kapan ibu buatkan baju batik
aku sudah gadis ibu
tinggalkan selembar kain saja
untuk kenang-kenangan






 Ajari aku membatik
agar aku bisa berdadan cantik
Ajari aku membatik
agar aku mewarisi ilmu
Ajari aku membatik
agar aku menjadi seperti ibu




Dia berjalan selebar lipatan kain
Sidomukti dan selendang liris
melangkah ke panggung keroncong simfoni
Putri Solo ataukah gadis Pekalongan
Bukankah gadis Trusmi
ah itu Ibu Indonesia.

Ilustrasi foto dari berbagai sumber.