Sabtu, 10 Oktober 2015

Sony Farid Maulana

Sony Farid Maulana Lahir di Tasikmalaya, 19 Februari 1962 39 Pendidikan: Jurusan Teater Akademi Seni Tari Indonesia (1986). Semasa kuliah sudah menulis puisi yang bertemakan sosial, politik, agama, kesunyian, dan kesepian. Sekarang menulis puisi, prosa, esai, dan laporan jurnalistik di HU Pikiran Rakyat Bandung. Puisi¬puisinya dibukukan dalam Variasi Parijs Van Java (2004), Tepi Waktu Tepi Salju (2004), Selepas Kata (2004), Secangkir Teh (2005), Sehampar Kabut (2006), Angsana (2007). Buku Sehampar Kabut masuk dalam lima besar Khatulistiwa Literary Award 2005¬2006. Contoh puisinya yang dimuat dalam HU Pikiran Rakyat, Sabtu 28 Juli 2007 (mewakili sastra koran): SOP BUNTUT “Tuan, di buncit perutmu apa ada padang rumput?” sepasang sapi jantan dan betina bertanya demikian kepadaku. Hujan kembali membaca akar tumbuhan yang kering digarang kemarau. Kota disergap demam ribuan buruh pabrik gulung tikar. Sepasang sapi jantan dan betina membayang di kuah sop buntut di restoran hotel bintang lima yang sering dipajak para pecundang. Dan aku terkejut. Mana mungkin di perutku yang buncit ada padang rumput selain hijau padang golf? Begitulah. Maut mengirim isyarat. Dunia menggeliat dalam kobaran api hutan bakar kepala si mislkin dipenggal begal digelap malam raungnya lenyap ditelan lembut alun musik jazz di restoran hotel bintang lima. “Tuan apa ada menu terakhir yang ingin anda santap?” 2006