Sajian nasional informasi ilmu pengetahuan dan teknologi ,informasi umum, informasi pendidikan dan budaya.
Laman
- REDAKSI
- Berita Hari Ini
- Daftar Propinsi di Indonesia
- Daftar Negara-negara di Dunia
- Sastrawan Indonesia
- Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia
- Kumpulan Syair Lagu Keroncong
- Perguruan Tinggi Islam Negeri di Indonesia
- Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Kementerian
- Daftar Penerima Nobel
- Daftar Gunung di Indonsia
- Daftar Juara All England
- Daftar Juara Thomas Cup
- Daftar Presiden Amerika Serikat
- Daftar Lagu Nasional
- Daftar Sastrawan
- Penyair Tadarus Puisi
Minggu, 19 November 2017
Sabtu, 11 November 2017
Malahayati Pahlawan Nasional
Malahayati, adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Nama lahirnya adalah Keumalahayati. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530–1539 M. Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513–1530 M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.[1]
Pada tahun 1585–1604, dia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.[2]
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Dia mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati[3]
Saat meninggal dunia, jasad Malahayati dikebumikan di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar.
Selain dinamakan sebagai nama jalan di berbagai wilayah di Indonesia, nama Malahayati juga banyak diabadikan dalam berbagai hal.
Pelabuhan laut di Teluk Krueng Raya, Aceh Besar dinamakan dengan Pelabuhan Malahayati[4].
Salah satu kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali (fregat) kelas Fatahillah milik TNI Angkatan Laut yang dinamakan KRI Malahayati. Kapal perang ini dibuat di galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1980, khusus untuk TNI-AL.
Dalam dunia pendidikan, terdapat Universitas Malahayati yang terdapat di Bandar Lampung.
Sebuah serial film Laksamana Malahayati yang menceritakan riwayat hidup Malahayati telah dibuat pada tahun 2007.
Nama Malahayati juga dipakai oleh Ormas Nasional Demokrat sebagai nama divisi wanitanya dengan nama lengkap Garda Wanita Malahayati.[5]
Atas jasa-jasanya Pemerintah Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017 tanggal 6 November 2017.
Pada tahun 1585–1604, dia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.[2]
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Dia mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati[3]
Saat meninggal dunia, jasad Malahayati dikebumikan di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar.
Selain dinamakan sebagai nama jalan di berbagai wilayah di Indonesia, nama Malahayati juga banyak diabadikan dalam berbagai hal.
Pelabuhan laut di Teluk Krueng Raya, Aceh Besar dinamakan dengan Pelabuhan Malahayati[4].
Salah satu kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali (fregat) kelas Fatahillah milik TNI Angkatan Laut yang dinamakan KRI Malahayati. Kapal perang ini dibuat di galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1980, khusus untuk TNI-AL.
Dalam dunia pendidikan, terdapat Universitas Malahayati yang terdapat di Bandar Lampung.
Sebuah serial film Laksamana Malahayati yang menceritakan riwayat hidup Malahayati telah dibuat pada tahun 2007.
Nama Malahayati juga dipakai oleh Ormas Nasional Demokrat sebagai nama divisi wanitanya dengan nama lengkap Garda Wanita Malahayati.[5]
Atas jasa-jasanya Pemerintah Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017 tanggal 6 November 2017.
Jumat, 03 November 2017
Minggu, 29 Oktober 2017
Marthen Luther Reasoa dalam Kita Dijajah Lagi
Dari Ambon, Penyair ternama Marthen Reasoa sahabat kita bersama menulis untuk Indonesia dalam Kita Dijajah Lagi.
Doa dan Ketukan Pintu
(Marthen Luther Reasoa)
Aku hidup di depan banyak pintu, dengan satu tangan untuk mengetuk
aku mengetuk dan mengetuk, namun pintu tetap tertutup
di dalamnya, ribuan pejabat pemerintahan terlalu sibuk mencatat dan lupa membuka pintu
hingga bau korupsi juga nepotisme menjalar di disepanjang dinding dan lantai mereka
kantor ibarat rumah tangga, seperti keluarga cendana
bapak dan ibu tidur di satu kamar dengan nyenyak
dan lupa pada anak-anak yang gelisah sepanjang malam,
menanti kasih sayang itu terbuka dari pintu kamar
Pejabat-pejabat terlihat megah, jas dan dasi mengkilap hiasi tubuh mereka
namun rakyat penuh derita
Rakyat itu berteriak di depan pintu, dengan air mata di mangkuk tanpa nasi
sedang bapak dan ibu negara hanya sibuk bercerita
di antara suara-suara kelaparan dan kesusahan yang merembes melalui dinding
Pada tembok-tembok kota, ibu kami terus mendoakan pemerintah
kepada Tuhan yang ada di balik pintu, doa terantuk pada gagang pintu
sedang pada jalan di pingir-pinggir kota, mulut-mulut asyik tertawa
mereka menganggap lucu suara ketukan di depan pintu
seperti suara kucing kelaparan orang-orang saling merobek tulang
sementara para pejabat melahap daging hingga keluar bau badan
meski disemprot deodorant, bau mereka tetap saja menyengat
Ibarat bau kambing yang menempel pada tubuh laki-laki pencuri
busuk dan menjalar ke mana-mana diterbangkan angin
hingga mengendap diselangkangan
menjadi daki
Kasihan kami yang tak punya kunci
tak punya apapun selain doa dan ketukan di depan pintu
Marthen Luther Reasoa, lahir di Saparua, 31 Oktober 1988 memasuki Pendidikan : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Penyair ini tinggal di JalanDiponegoro RT 003 RW 004 Kecamatan Sirimau
Kota Ambon . Komunitas : Bengkel Sastra Maluku
Doa dan Ketukan Pintu
(Marthen Luther Reasoa)
Aku hidup di depan banyak pintu, dengan satu tangan untuk mengetuk
aku mengetuk dan mengetuk, namun pintu tetap tertutup
di dalamnya, ribuan pejabat pemerintahan terlalu sibuk mencatat dan lupa membuka pintu
hingga bau korupsi juga nepotisme menjalar di disepanjang dinding dan lantai mereka
kantor ibarat rumah tangga, seperti keluarga cendana
bapak dan ibu tidur di satu kamar dengan nyenyak
dan lupa pada anak-anak yang gelisah sepanjang malam,
menanti kasih sayang itu terbuka dari pintu kamar
Pejabat-pejabat terlihat megah, jas dan dasi mengkilap hiasi tubuh mereka
namun rakyat penuh derita
Rakyat itu berteriak di depan pintu, dengan air mata di mangkuk tanpa nasi
sedang bapak dan ibu negara hanya sibuk bercerita
di antara suara-suara kelaparan dan kesusahan yang merembes melalui dinding
Pada tembok-tembok kota, ibu kami terus mendoakan pemerintah
kepada Tuhan yang ada di balik pintu, doa terantuk pada gagang pintu
sedang pada jalan di pingir-pinggir kota, mulut-mulut asyik tertawa
mereka menganggap lucu suara ketukan di depan pintu
seperti suara kucing kelaparan orang-orang saling merobek tulang
sementara para pejabat melahap daging hingga keluar bau badan
meski disemprot deodorant, bau mereka tetap saja menyengat
Ibarat bau kambing yang menempel pada tubuh laki-laki pencuri
busuk dan menjalar ke mana-mana diterbangkan angin
hingga mengendap diselangkangan
menjadi daki
Kasihan kami yang tak punya kunci
tak punya apapun selain doa dan ketukan di depan pintu
Marthen Luther Reasoa, lahir di Saparua, 31 Oktober 1988 memasuki Pendidikan : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Penyair ini tinggal di JalanDiponegoro RT 003 RW 004 Kecamatan Sirimau
Kota Ambon . Komunitas : Bengkel Sastra Maluku
Roymon Lemosol dalam Kita Dijajah Lagi
Bintang Timur Roymon Lemosol tak ketinggalan menulis di Kita Dijajah Lagi . Sahabat itu ada dimana-mana
Roymon Lemosol
Menggugat Tuhan
mengapa redupkan pelita di tengah kegelapan
ketika setan-setan mulai kepayahan
menghadapi deras gelombang cahaya
sedang api yang menjarah hutan-hutan
dan asap yang mengaburkan kekayaan
kau biarka merambah perkantoran
dan pusat-pusat pemerintahan
juga gedung-gedung dewan
melahap habis kejujuran, keadilan
dan keberihakan pada kaum jelata
maka kita tetap hidup dalam tirai kemiskinan
mengeram hutang di kepak sayap burung-burung kapitalis
yang sok humanis
jadilah kita segolongan angsa
kehausan di tengah telaga
Ambon, 31 Agustus 2017
Roymon Lemosol, dilahirkan di Lumoli Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku pada tanggal 24 Agustus 1971. Sejak kecil sudah menyukai puisi. Karya-karyanya pernah menghiasi halaman sejumlah media lokal dan nasional, antara lain, majalah Fuly, Assau, Lombok Post, Suara NTB, Koran Seputar Indonesia, Harian Umum Media Indonesia dan lain-lain. Sebagian lagi termaktub dalam beberapa buku antologi bersama, antara lain : Biarkan Katong Bakalae (Kantor Bahasa Maluku 2013), Puisi Menolak Korupsi Jilid 4 (Forum Sastra Surakarta 2015), Memo Untuk Wakil Rakyat (Forum Sastra Surakarta 2015). Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta 2016), Ije Jela (Pustaka Senja 2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016), Nyanyian Puisi Untuk Ane Matahari (Imaji Indonesia 2017). Bunga Rampai PMK Bergerak Dengan Nurani (Forum Sastra Surakarta 2017), Akar Cinta Tanah Air (Penerbit D3M Kail Tangerang, 2017), Dari Loksado Untuk Indonesia (Loksado Writers, 2017), Puisi Menolak Korupsi 6 (Forum Sastra Surakarta, 2017). Masih Ada Bulan Yang Akan Bersinar (D3M Kail Tangerang, 2017), dan Mazhab Rindu (Harazi, 2017). Bersama penyair lainnya, Roymon berperan aktif menggerakkan gairah sastra di Maluku. Saat ini ia bekerja sebagai guru di SMA Negeri 4 Ambon.
Eko Saputra Poceratu dalam Kita Dijajah Lagi
Satu Lagi penyair Ganteng dan cerdas dari Ambon tak ketinggalan menulis untuk Indonesia dalam Kita Dijajah Lagi, sapa lagi kalu bukan Ecko Saputra Poceratu
Eko Saputra Poceratu
Ketika Orang Buta untuk Membaca
Keadilan
Aku duduk di kursi sekolah dan menatap ke
depan dengan sungguh-sungguh
Untuk mengerti mengapa kita mesti belajar
Bahwa mengapa kita memikirkan masa
depan
Sementara negeri kita belum merdeka
Dengan menulis pun belum tentu aku
mengerti
Dengan membaca belum tentu aku
memahami
Maka biarlah kami cukup mencari ikan
untuk dimakan
Dan menanam ubi untuk dijual
Demi membeli seragam
Lalu kembali ke sekolah
Duduk dengan tegang
Menerima ilmu yang kelak dipakai entah
untuk menjajah siapa
Sedang buku dan pena aku tak punya
Sementara di kota-kota besar orang
menukar janji dengan tulisan di atas kertas
putih
Tanah dicuri di atas kertas putih
Sementara politisi menebar dusta untuk
merebut posisi
Orang belajar membaca huruf dan pandai
namun pada akhirnya tak bisa membaca
ketidakadilan
guru meniduri murid
dosen meniduri mahasiswa
pejabat meniduri pegawai negeri sipil
dan mereka tak bisa membaca diri sendiri
maka lebih baik aku menjadi anak pantai
yang mampu membelah samudera dengan
cinta
atau anak gunung yang setia mencintai alam
dengan senyuman serta nyanyian-nyanyian
sumbang di desa
supaya aku tidak perlu belajar menipu
dengan kata atau dengan angka
seperti mereka yang duduk di belakang meja
berdiskusi dan merapatkan kening untuk
seterusnya membalik meja itu juga
ubi jalar lebih bisa mengerti arah
perjalanannya sendiri
maka lebih baik aku hidup dengan hati yang
besar
demi mengalahkan nafsu yang sarat
nafsu yang dipakai pembesar untuk
menikam jantung kami
lalu darahnya dipakai untuk menulis di
papan sejarah
Awunawai, 30 Agustus 2017
Eko Saputra Poceratu, lahir di Tihulale 2 Mei 1992. Tinggal di Ambon dan melakukan kegiatan sastra di sana dengan beberapa komunitas seni dan para penyair lokal.
Eko Saputra Poceratu
Ketika Orang Buta untuk Membaca
Keadilan
Aku duduk di kursi sekolah dan menatap ke
depan dengan sungguh-sungguh
Untuk mengerti mengapa kita mesti belajar
Bahwa mengapa kita memikirkan masa
depan
Sementara negeri kita belum merdeka
Dengan menulis pun belum tentu aku
mengerti
Dengan membaca belum tentu aku
memahami
Maka biarlah kami cukup mencari ikan
untuk dimakan
Dan menanam ubi untuk dijual
Demi membeli seragam
Lalu kembali ke sekolah
Duduk dengan tegang
Menerima ilmu yang kelak dipakai entah
untuk menjajah siapa
Sedang buku dan pena aku tak punya
Sementara di kota-kota besar orang
menukar janji dengan tulisan di atas kertas
putih
Tanah dicuri di atas kertas putih
Sementara politisi menebar dusta untuk
merebut posisi
Orang belajar membaca huruf dan pandai
namun pada akhirnya tak bisa membaca
ketidakadilan
guru meniduri murid
dosen meniduri mahasiswa
pejabat meniduri pegawai negeri sipil
dan mereka tak bisa membaca diri sendiri
maka lebih baik aku menjadi anak pantai
yang mampu membelah samudera dengan
cinta
atau anak gunung yang setia mencintai alam
dengan senyuman serta nyanyian-nyanyian
sumbang di desa
supaya aku tidak perlu belajar menipu
dengan kata atau dengan angka
seperti mereka yang duduk di belakang meja
berdiskusi dan merapatkan kening untuk
seterusnya membalik meja itu juga
ubi jalar lebih bisa mengerti arah
perjalanannya sendiri
maka lebih baik aku hidup dengan hati yang
besar
demi mengalahkan nafsu yang sarat
nafsu yang dipakai pembesar untuk
menikam jantung kami
lalu darahnya dipakai untuk menulis di
papan sejarah
Awunawai, 30 Agustus 2017
Eko Saputra Poceratu, lahir di Tihulale 2 Mei 1992. Tinggal di Ambon dan melakukan kegiatan sastra di sana dengan beberapa komunitas seni dan para penyair lokal.
Rabu, 18 Oktober 2017
Seperti Iwan Bonick dari Bekasi dalam Kita Dijajah Lagi
"Kau pemilik negeri ini
kau hanya budak asing!
kau hidup terlilit setoran minguan, bulanan
cicilan motor yang tiap bulan berganti nama
cicilan mobil plastik yang setahun ancur
oleh kapitalis
merebut kemerdekaanmu!
Asro Al Murthawy Pamenang bicara di Kita Dijajah Lagi
Penyair Ganteng Asro Al Murthawy Pamenang turut bicara tentang Indonesia mulai renta dan pikun:
Dan kau gadaikan gunung, laut sampai asap pabrik
Dan kau peras keringat melebihi Rodi dan Romusha
Dan kau cabik-cabik budaya luhur bansa
Dan kau biarkan pemuda tergeletak dengan ijazah sarjana mencari kerja !
Senin, 16 Oktober 2017
Hadir Ditengah Blantika Sastra Indonesia , Kita Dijajah Lagi
Sebuah Antologi universal yang hangat sepanjang waktu.
Hari ini, besok atau kapan seakan Kita Dijajah Lagi
Ditulis oleh penyair-penyair nasional
persembahan untuk Indonesia
yang tak henti bersusah hati
Ibu Pertiwi yang terus menangis
Linangan air mata penyair
akan kecintaan Indonesia
kemuliaan kemerdekaan
Hari ini, besok atau kapan seakan Kita Dijajah Lagi
Ditulis oleh penyair-penyair nasional
persembahan untuk Indonesia
yang tak henti bersusah hati
Ibu Pertiwi yang terus menangis
Linangan air mata penyair
akan kecintaan Indonesia
kemuliaan kemerdekaan
Sabtu, 14 Oktober 2017
Kepada Kau Penyair karya Rg Bagus Warsono
Kepada Mas Yono Buanergis Muryono, Aloysius Slamet Widodo dan Handrawan Nadesul
Kepada Kau Penyair
Dalam bayanganku di pundaknya
telah ada ciri-cri penyair besar pada dirimu
Pancaran sinar candra mawa
yang melindungimu dari mara bayahaya mengikuti kemana pergi
Kekuatan bathin yang melekat dalam jiwa kepenyairan
terpancar lewat raut pesona
Goresan penanya adalah aliran listrik otak
dan hati yang ditoreh jari tanganmu bersih
Mereka bicara dalam sabda aksara hati,
petuah manfaat alam
Kekuatan imajener penyair merangkum khayal
memutuskan mufakat
Buah karya ikhlas memberi
(rg bagus warsono 14-10-17)
Kepada Kau Penyair
Dalam bayanganku di pundaknya
telah ada ciri-cri penyair besar pada dirimu
Pancaran sinar candra mawa
yang melindungimu dari mara bayahaya mengikuti kemana pergi
Kekuatan bathin yang melekat dalam jiwa kepenyairan
terpancar lewat raut pesona
Goresan penanya adalah aliran listrik otak
dan hati yang ditoreh jari tanganmu bersih
Mereka bicara dalam sabda aksara hati,
petuah manfaat alam
Kekuatan imajener penyair merangkum khayal
memutuskan mufakat
Buah karya ikhlas memberi
(rg bagus warsono 14-10-17)
Kamis, 05 Oktober 2017
Tentang pembaca dan penonton Pembacaan Cerpen oleh Rg Bagus Warsono
Tingkat
kualitas penonton dalam mengapresiasi pembaca cerpen masih jauh dari
harapan. Banyak sekali penampilan baca puisi terkadang hanya mendapat
tepuk tangan sekadar penghargaan pada penampilannya bukan pada kualitas
membaca cerpen. Bahkan banyak juga yang 'dicuekin seperti angin lalu.
Dan sampai-sampai penonton lalu lalu lalang berjalan dihadapannya bahkan
anehnya lagi (bila ini lomba baca cerpen, um[amanya) , jurinya malah
ngobrol tapa memperhatikan si pembaca cerpen.
Agaknya betul seperti dikatakan Heru Mugiarso, dari Universitas Negeri Semarang (UNES) yang juga seorang sastrawan, bahwa bangsa Indonesia belum pada tataran sebagai bangsa pendengar/ perenung dalam apresiasi penampilan baca cerpen. Tataran sebagai pendengar dan perenung ini memang pantas ditujukan pada bangsa ini sebab dalam berbagai hal lain, kitya slalu ketinggalan informasi dan teknologi, sebab perenungan dan mendengarkan juga merupakan daya serap iptek yang harus dimiliki bangsa ini.
Seperti membaca puisi membaca cerpen juga memiliki nilai seni. Pembaca hendaknya berkarakter tidak hanya pada isi tetapi juga tokoh-tokoh pelaku dalam cerita pendek itu.
Sering kali kita menyaksikan beberapa pembaca cerpen terkenal melupakan karakter tokoh dalam cerpen itu. Sehingga dialognya kelihatan datar tanpa ada beda sedikitpun antara tokoh-tokoh dalam cerpen itu, apabila dalam cerpen itu terdapat beberapa tokoh utama misalnya
Ibarat seorang 'dalang wayang, pembaca cerpen yang diharapkan harus memiliki kepiawaian seperti dialong oleh dalang wayang yang membedakan suara antara pelaku (tokoh) dalam cerita pendek itu.
Untuk membedakan itu pembaca cerpen mengenali isi cerpen dengan baik, mengenali tokoh-tokoh dalam cerpen itu. Sebab bahasa Indonesia itu sama tetapi logat kedaerahan, misalnya, membedakan seseorang dari mana berasal. Belum lagi karakter pada tokoh-tokoh dalam cerpen itu yang juga beralur pada cerita pendek yang disampaikan dalam membaca cerpen.
Agaknya betul seperti dikatakan Heru Mugiarso, dari Universitas Negeri Semarang (UNES) yang juga seorang sastrawan, bahwa bangsa Indonesia belum pada tataran sebagai bangsa pendengar/ perenung dalam apresiasi penampilan baca cerpen. Tataran sebagai pendengar dan perenung ini memang pantas ditujukan pada bangsa ini sebab dalam berbagai hal lain, kitya slalu ketinggalan informasi dan teknologi, sebab perenungan dan mendengarkan juga merupakan daya serap iptek yang harus dimiliki bangsa ini.
Seperti membaca puisi membaca cerpen juga memiliki nilai seni. Pembaca hendaknya berkarakter tidak hanya pada isi tetapi juga tokoh-tokoh pelaku dalam cerita pendek itu.
Sering kali kita menyaksikan beberapa pembaca cerpen terkenal melupakan karakter tokoh dalam cerpen itu. Sehingga dialognya kelihatan datar tanpa ada beda sedikitpun antara tokoh-tokoh dalam cerpen itu, apabila dalam cerpen itu terdapat beberapa tokoh utama misalnya
Ibarat seorang 'dalang wayang, pembaca cerpen yang diharapkan harus memiliki kepiawaian seperti dialong oleh dalang wayang yang membedakan suara antara pelaku (tokoh) dalam cerita pendek itu.
Untuk membedakan itu pembaca cerpen mengenali isi cerpen dengan baik, mengenali tokoh-tokoh dalam cerpen itu. Sebab bahasa Indonesia itu sama tetapi logat kedaerahan, misalnya, membedakan seseorang dari mana berasal. Belum lagi karakter pada tokoh-tokoh dalam cerpen itu yang juga beralur pada cerita pendek yang disampaikan dalam membaca cerpen.
Bedanya
dengan pendongeng, pembaca cerpen harus sesuai naskah, sedang
pendongeng bebas mengutarakan dalam kata, kalimat dan bahasa apa pun
tetapi tetap pada alur cerita dongeng.
Oleh karena baca cerpen harus sesuai naskah berkenaan dengan hak cipta seseorang cerpenis, maka tanda baca cerpen memiliki nilai arti tidak nya koma (,) tetapi tanda baca lain yang merupakan kandungan arti seperi petik (') , seru (!) atau atau tanda tanya (?) dan tanda baca lainnya.
Oleh karena baca cerpen harus sesuai naskah berkenaan dengan hak cipta seseorang cerpenis, maka tanda baca cerpen memiliki nilai arti tidak nya koma (,) tetapi tanda baca lain yang merupakan kandungan arti seperi petik (') , seru (!) atau atau tanda tanya (?) dan tanda baca lainnya.
Entah kapan membaca cerpen ini menjadi suguhan intertaiment masyarakat. Sementara masih berkutat pada monoton baca dan aksi diluar yang dikehendaki naskah. Akhirnya penampilan pembacaan cerpen 'hanyalah pingisi waktu atau 'jeda acara.
Senin, 25 September 2017
Indramayu Kota yang Semakin Cantik
Kota yang semakin cantik
Indramayu pada 7 Oktober 2017 ini memasuki usia ke-490. Jelang 5 abad yang melewati berbagai peradaban manusia, khususnya di Indramayu. Kabupaten Indramayu kini dalam kesejajaran dengan kota-kota lainnya seperi Cirebon atau Bandung dengan perkembangan pembangunan yang sangat cepat. Berbagai aspek kemajuan pembangunan fisik, kesehatan, pendidikan sebagai peningkatan sumber daya manusia serta pendapatan perkapita masyarakat sebagai tingkat daya beli masyarakat kian meningkat adalah bukti kemakmuran Indramayu saat ini. Tingkat keamanan yang kondnsif serta kerukunan beragama warga indramayu adalah prestasi tersendiri. Bahkan penataan kota yang semakin indah telah menuai berbagai penghargaan baik untuk kota Indramayu maupun pada Bupati Indramayu Anna Sophanah. Bahkan untuk kategori Adipura telah mendapatkan sebanyak 9 X secara berturut-turut. Adalah sosok Anna Sophanah srikandi Indramayu masa kini yang mampu memajukan Indramayu seperti sekarang ini. Keistimewaan itu dikarenakan seorang perempuan yang mampu memimpin daerah pantura yang luas dan dengan segala tantangannya di wilayah Indramayu. Semoga tetap sehat dan terus berkiprah dihari Jadimu 7 Oktober 2017 , Salam dan dukungan slalu untukmu.
(RgBagus Warsono) .
Indramayu pada 7 Oktober 2017 ini memasuki usia ke-490. Jelang 5 abad yang melewati berbagai peradaban manusia, khususnya di Indramayu. Kabupaten Indramayu kini dalam kesejajaran dengan kota-kota lainnya seperi Cirebon atau Bandung dengan perkembangan pembangunan yang sangat cepat. Berbagai aspek kemajuan pembangunan fisik, kesehatan, pendidikan sebagai peningkatan sumber daya manusia serta pendapatan perkapita masyarakat sebagai tingkat daya beli masyarakat kian meningkat adalah bukti kemakmuran Indramayu saat ini. Tingkat keamanan yang kondnsif serta kerukunan beragama warga indramayu adalah prestasi tersendiri. Bahkan penataan kota yang semakin indah telah menuai berbagai penghargaan baik untuk kota Indramayu maupun pada Bupati Indramayu Anna Sophanah. Bahkan untuk kategori Adipura telah mendapatkan sebanyak 9 X secara berturut-turut. Adalah sosok Anna Sophanah srikandi Indramayu masa kini yang mampu memajukan Indramayu seperti sekarang ini. Keistimewaan itu dikarenakan seorang perempuan yang mampu memimpin daerah pantura yang luas dan dengan segala tantangannya di wilayah Indramayu. Semoga tetap sehat dan terus berkiprah dihari Jadimu 7 Oktober 2017 , Salam dan dukungan slalu untukmu.
(RgBagus Warsono) .
Daftar Sastrawan Indonesia per 25 September 2017
A
- A. Damhoeri
- A.A. Navis
- Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati
- Abdoel Moeis
- Abdul Hadi WM
- Abdul Wachid B.S.
- Abdurrahman Siddiq
- Abrar Yusra
- Abu Hanifah Gelar Datoek Maharadja Emas
- Acep Syahril
- Acep Zamzam Noor
- Achdiat K. Mihardja
- Adek Alwi
- Adinegoro
- Adjim Arijadi
- Adri Darmadji Woko
- Adri Sandra
- Zainal Afif
- Afrizal Malna
- Ags. Arya Dipayana
- Agus Noor
- Agus Warsono
- Ahmad Fuadi
- Ahmadun Yosi Herfanda
- Sobron Aidit
- Akmal Nasery Basral
- Martin Aleida
- Alfons Taryadi
- Ali Haji bin Raja Haji Ahmad
- Ali Hasyimi
- Sutan Takdir Alisjahbana
- Aliya Nurlela
- Aloysius Slamet Widodo
- Aman Datuk Madjoindo
- Amran S.N.
- Anas Ma'ruf
- Anas Nafis
- Andi Amrullah
- Anggoro Suprapto
- Rosihan Anwar
- Rivai Apin
- Lesik Kati Ara
- Arafat Nur
- SM Ardan
- Ari Setya Ardhi
- Arsyad Indradi
- Syubah Asa
- Asep S. Sambodja
- Hasan Aspahani
- Arswendo Atmowiloto
- Ali Audah
- Avianti Armand
- Ayatrohaedi
- Djenar Maesa Ayu
- Azwar Sutan Malaka
B
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
Langganan:
Postingan (Atom)