Dari Ambon, Penyair ternama Marthen Reasoa sahabat kita bersama menulis untuk Indonesia dalam Kita Dijajah Lagi.
Doa dan Ketukan Pintu
(Marthen Luther Reasoa)
Aku hidup di depan banyak pintu, dengan satu tangan untuk mengetuk
aku mengetuk dan mengetuk, namun pintu tetap tertutup
di dalamnya, ribuan pejabat pemerintahan terlalu sibuk mencatat dan lupa membuka pintu
hingga bau korupsi juga nepotisme menjalar di disepanjang dinding dan lantai mereka
kantor ibarat rumah tangga, seperti keluarga cendana
bapak dan ibu tidur di satu kamar dengan nyenyak
dan lupa pada anak-anak yang gelisah sepanjang malam,
menanti kasih sayang itu terbuka dari pintu kamar
Pejabat-pejabat terlihat megah, jas dan dasi mengkilap hiasi tubuh mereka
namun rakyat penuh derita
Rakyat itu berteriak di depan pintu, dengan air mata di mangkuk tanpa nasi
sedang bapak dan ibu negara hanya sibuk bercerita
di antara suara-suara kelaparan dan kesusahan yang merembes melalui dinding
Pada tembok-tembok kota, ibu kami terus mendoakan pemerintah
kepada Tuhan yang ada di balik pintu, doa terantuk pada gagang pintu
sedang pada jalan di pingir-pinggir kota, mulut-mulut asyik tertawa
mereka menganggap lucu suara ketukan di depan pintu
seperti suara kucing kelaparan orang-orang saling merobek tulang
sementara para pejabat melahap daging hingga keluar bau badan
meski disemprot deodorant, bau mereka tetap saja menyengat
Ibarat bau kambing yang menempel pada tubuh laki-laki pencuri
busuk dan menjalar ke mana-mana diterbangkan angin
hingga mengendap diselangkangan
menjadi daki
Kasihan kami yang tak punya kunci
tak punya apapun selain doa dan ketukan di depan pintu
Marthen Luther Reasoa, lahir di Saparua, 31 Oktober 1988 memasuki Pendidikan : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Penyair ini tinggal di JalanDiponegoro RT 003 RW 004 Kecamatan Sirimau
Kota Ambon . Komunitas : Bengkel Sastra Maluku
Doa dan Ketukan Pintu
(Marthen Luther Reasoa)
Aku hidup di depan banyak pintu, dengan satu tangan untuk mengetuk
aku mengetuk dan mengetuk, namun pintu tetap tertutup
di dalamnya, ribuan pejabat pemerintahan terlalu sibuk mencatat dan lupa membuka pintu
hingga bau korupsi juga nepotisme menjalar di disepanjang dinding dan lantai mereka
kantor ibarat rumah tangga, seperti keluarga cendana
bapak dan ibu tidur di satu kamar dengan nyenyak
dan lupa pada anak-anak yang gelisah sepanjang malam,
menanti kasih sayang itu terbuka dari pintu kamar
Pejabat-pejabat terlihat megah, jas dan dasi mengkilap hiasi tubuh mereka
namun rakyat penuh derita
Rakyat itu berteriak di depan pintu, dengan air mata di mangkuk tanpa nasi
sedang bapak dan ibu negara hanya sibuk bercerita
di antara suara-suara kelaparan dan kesusahan yang merembes melalui dinding
Pada tembok-tembok kota, ibu kami terus mendoakan pemerintah
kepada Tuhan yang ada di balik pintu, doa terantuk pada gagang pintu
sedang pada jalan di pingir-pinggir kota, mulut-mulut asyik tertawa
mereka menganggap lucu suara ketukan di depan pintu
seperti suara kucing kelaparan orang-orang saling merobek tulang
sementara para pejabat melahap daging hingga keluar bau badan
meski disemprot deodorant, bau mereka tetap saja menyengat
Ibarat bau kambing yang menempel pada tubuh laki-laki pencuri
busuk dan menjalar ke mana-mana diterbangkan angin
hingga mengendap diselangkangan
menjadi daki
Kasihan kami yang tak punya kunci
tak punya apapun selain doa dan ketukan di depan pintu
Marthen Luther Reasoa, lahir di Saparua, 31 Oktober 1988 memasuki Pendidikan : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Penyair ini tinggal di JalanDiponegoro RT 003 RW 004 Kecamatan Sirimau
Kota Ambon . Komunitas : Bengkel Sastra Maluku