Kamis, 21 Juli 2016

Berapa Capaian Optimum Ketuntasan Belajar Untuk Pengetahuan?



Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67 untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67.
Khusus untuk SD/MI ketuntasan sikap, pengetahuan dan keterampilan ditetapkan dalam bentuk deskripsi yang didasarkan pada modus, skor rerata dan capaian optimum.







Kalau Menilai Sikap Bagaimana?




Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) sebagaimana tertera pada tabel berikut. Nilai Ketuntasan Sikap
(Predikat)     
Sangat Baik (SB)     
Baik (B)
Cukup (C)     
Kurang (K)






Nilai Ketuntasan Belajar Itu Bagaimana?

Memotret Peristiwa Sejarah (Kesaksian Puisi)




   Puisi ibarat rekaman masa lalu. Potret penyair akan peristiwa yang dilihatnya, dialaminya, dimata kepala sendiri. Tangan-tangan penyair mencatat semua itu dengan bahasanya yang penuh pesan. Peristiwa menjadi diingat karna puisi itu dan puisi menjadi prasasti sejarah dari kesaksian penyair.
Anak-anak tidak akan tahu mayat bergelimpangan di jalan antara Kerawang dan Bekasi demi kemerdekaan bangsa ini andai Chairil Anwar tak menulis puisi.

   Begitu juga peristiwa lainnya banyak dicatat penyair dalam puisi. Puisi sejarah ini terkadang menjadi terkenal dikarenakan peristiwa yang dilukiskan dalam puisi itu menggugah apresiasi pembaca. Karena itulah puisi menjadi bernilai sejarah.

   Mungkin saja berpendapat puisi diperuntukan untuk hadiah seseorang, bingkisan moment tertentu, atau mencatat peristiwa sejarah. Seperti puisi 'Kerawang Bekasi' karya Chairil Anwar itu boleh jadi puisi dengan kandungan nilai sejarah bangsa ini.

   Bahasa Chairil tentu beda dengan bahasa Zubidah Djohar, penyair ini juga mencatat sejarah lewat puisi.  Apa yang dilihat dan dicatat Chairil dialami oleh Zubaidah Djohar dalam waktu yang berbeda.  Ia menyaksikan tragedi dengan menulis puisi yang menjadi terkenal seperti halnya Chairil Anwar.  Berikut cuplikan puisinya:


CEROBONG YANG BERKABAR
Zubaidah Djohar*
Entah cerobong mana
Yang mengabarkan
Periukku mengenyangkan
Kaum pemberontak
Cawanku menghilangkan
Dahaga yang sesak.

Aku diambil paksa
Dibawa ke Meunasah
Dibawa ke Kompi.

Dua hari dua malam
Ragaku perih
Perih dalam lumpur luka
Yang bercuka

Tak puas dengan jawabku
Kodim pun menunggu nyata

Tiga belas hari lamanya, tubuhku
Lebur dalam sejarah
Hitam pekat!
 (2008)

*Zubaidah Djohar yang akrab disapa Penyair Zhu (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat) adalah seorang aktivis kemanusiaan, peneliti dan penyair Indonesia dari Aceh. Ia banyak menyuarakan masalah kekerasan di Aceh dalam syair-syair puisinya, terutama keberpihakan terhadap kaum perempuan korban kekerasan

Dia Membangunkan Alam ,Benda dan Hewan lewat puisi


Puisi sebagai media penyampaian penyair mengungkapkan isi hatinya memiliki cara tersendiri. Kadang tampak jelas tersamar, kadang kamuflase, kadang semu dan kadang menyimpan rahasia.

Adalah Tan Lioe Ie penyair yang pandai membuat pembaca diajak bercengkerama dengan ‘permainan bahasa yang penuh makna sehingga melahirkan puisi yang luas arti dan penuh reka apresiasi. Ia membuat benda , hewan atau alam menjadi hidup seakan bergerak mengiring pikiran pembaca yang sekaligus menemukan makna puisi.

Mari kita lihat puisi dengan penyampaian kata ‘meminjam
Dari objek alam, benda dan hewan atau apa saja lewat puisi tetapi menjadi hidup. Seakan puisi itu bernyawa.
BURUNG PEMATUK BIJI MATA
Tan Lioe Ie*
Burung apa yang bertengger di kepalamu?
Sementara kau terus berdoa
sambil menghitung biji-biji tasbih
dari waktu yang batu.
Tiba-tiba terserap kau ke dalam pintu
Membuka dan menutup diri
Menjadi tua dan lapuk.
Aneh, meski keras kau guncangkan kepalamu
burung itu tak juga pergi
menunggu saat mematuk biji-biji matamu.
Lalu ruh angin datang
menerbangkan
ruhmu ke peniupnya
Dan kau pun tahu
Mata yang padam
Tak menyimpan cahaya
*Tan Lioe Ie (lahir di Denpasar, Bali, 1 Juni 1958; umur 58 tahun) adalah seorang penyair Indonesia terkenal asal Bali. Ia merupakan penyair pertama Indonesia yang melakukan eksplorasi atas ritual dan mitologi Tionghoa dalam puisi bahasa Indonesia. Walaupun bernuansa etnik kental, puisi-puisinya tetap mempunyai daya pikat bagi kalangan luas. Hasil karyanya pernah dimuat di berbagai media massa seperti; Bali Post, Horison, Berita Buana, Suara Merdeka, Kompas, Media Indonesia, CAK, Coast Lines (Australia), dan Bali The Morning (Indonesia–Inggris). Kumpulan puisinya yang lain adalah Kita Bersaudara (diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dr. Thomas Hunter Jr, We Are All One)

Selasa, 19 Juli 2016

Ada kehidupan yang mengesankan di belahan jiwa lain


Tema yang diangkat penyair seperti juga penyair lain, yakni masalah manusia dan manusia yang masih saja menjadikan masalah tetap aktual. Namun demikian penyair mengetengahkan masalahnya dengan sangat manusiawi dan patut mendapat renungan untuk kita semua agar menjadi bijaksana dan rendah diri. Dari perjalanan pencairian itu ia mendapatkan sesuatu yang sangat berharga yakni pengalaman bathinnya yang ditorehkan dalam puisi.

Puisi adalah rekaman jiwa, rekaman yang dimainkan oleh hati dan jari-jari tangan. Kadang begitu luas membentang, terkadang begitu menfokus menusuk sasaran. Jejak yang menjadi untaian pustaka jiwa pujangga. Getaran hati berasal dari gundah, gelisah, yang terkadang meronta dan menghentak dada. Namun demikian hati penyair padai meredam jiwa naum tak terpisahkan dengan pena-nya.

Demikian seorang penyair pun menjadi dirinya seperti kebanyakan manusia lain yang memiliki cita rasa dalam mengarungi kehidupan. Ia menuangkan nya dalam untaian puisi-puisi yang dapat dinikmati pembaca dimanapun berada . ia tidak saja menyuguhkan pengalaman bathin yang dituangkan dalam puisi tetapi juga sentuhan- sentuhan kesan yang berarti bagi pembaca utuk menjelajah bumi (perasaan) bahwa ada kehidupan yang mengesankan di belahan jiwa lain.

Adalah Dorothea Rosa Herliany yang membiri lebih awal pembaca untuk diajak ke sisi jiwa lain. Puisi yang menuntut pemahaman yang perlu olah pikir untuk dapat diapresiasi dengan baik. Selanjutnya ia (puisi) akan masuk dalam diri kita sebagai pemahaman pengalaman bathin lain yang dirasakan pembaca. Berikut Puisinya :
Dorothea Rosa Herliany
Metamorfose Kekosongan
seperti inilah, aku letakkan ranjang dalam dadamu.
kujadikan ronggarongga sempit itu kamarcintaku.
suatu hari nanti, akan berjejal lagulagu dan tangisan.
rintihan kecil dan jeritan tibatiba. dan kaukirim aku
ke tanahasing: dengan dentum dan suaraangin dari
nafasmu.
seperti inilah, aku letakkan tempat sampah dalam
otakmu. kujadikan gumpalan zat itu suduttakberguna.
suatu hari nanti, akan berjejal entahapa. telah sesak
ruang sempit itu oleh rencanarencana dan bencana.
tadi, kita telah berkhianat dengan cinta. kau ledakkan
aku dengan zakarmu. kuletakkan ulatulat di sana.
sampai
saatnya nanti, siap memangkas daunhatimu.
seperti inilah kita: merenda kemungkinankemungkinan.
suatu hari nanti -dalam otakmu, dalam dadamu,
dalam perutmu- kutanami bangkaibangkaiulat. suatu
hari nanti, akan kaupanen kupukupu.
1993

Kau akan Dibuatnya Terpingkal-pingkal


Siapalagi yang bisa membuat pembaca terpikal-pingkal kalau bukan Aloysius Slamet Widodo . Obat murung, gundah, dan kesepian suguhan baca bagi pecinta humoris dalam bentuk puisi ini menjadikan sebuah karya terapresiasi tanpa sengaja. Begitu puisi dapat memberi sentuhan hati menjadi senang.
Puisi memang tak hanya memberi sentuhan jiwa, tetapi melalui puisi 'glayengan pembaca langsung diajak untuk langsung memberi reaksi apresiasi . Tawa terbahak-bahak.

Aloysius Slamet Widodo memang jempolan dalam mengolah kata bahkan kata yang slalu hangat. Terkadang memberi suguhan khusus unuk dewasa, kadang untuk semua usia. Tentu saja kita harus dapat memilah karya puisi glayengan ini.

Anda akan dibuat terpingkal-pingkal, tertawa, atau hanya tersenyum mesem. Berikut sebuah puisi glayengan yang memberi rasa humor.

Sementara kebutuhan akan rekreasi hati memerlukan biaya, waktu dan tenaga, memberi petunjuk bahwa untuk menjadi gembira itu mahal. Tetapi dengan membaca karya penyair mbeling Aloysius Slamet Widodo Anda akan dibuatnya tepingkal-pingkal.

Mari kita nikmati bersama karyanya :
ZAKAR
satu jengkal dibawah pusar
ada buah namanya zakar
tempat limbah dan racun keluar
tapi juga alat vital keturunan disebar
benda ini memanjang dan mekar
ketika diraba
ketika ngeres pikirnya
atau disengat serangga
benda ini mengecil dan hilang
ketika ketakutan
ketika kedinginan
benda ini
selalu menutupi dirinya
dengan pakaian
maka disebut kemaluan
benda ini bila menyelam
dan butuh keamanan
memakai pakaian selam
namanya kondom
otot raja ini
sumber kesenangan tiada habisnya
alat menikmati surga dunia
tapi juga bisa menjadi neraka
ketika benda ini tak perkasa
otot raja ini
bila dimaki mati
bila dielus berdiri
otot raja ini
bila sunatnya kebeneran
dapat isteri kaya,pinter dan nurut
bila sunatnya salah
dapat isteri mlarat ,galak dan nyebelin
otot raja ini
oleh orang Bali diukir
sebagai bagian dari budaya
agar menjadi barang antik
otot raja ini
oleh orang Belanda ditatto
kalau tidur namanya "adam"
kalau bangun "Amsterdam"
semua wanita anti kekerasan
kecuali kekerasan terhadap benda ini
............didambakan!
benda ini sangat berharga
lihatlah ketika orang main sepak bola
kearah lawan menembak bola
lawan dengan naluri manusia
menyilangkan tangan di kemaluan bukan dikepala !
jakarta,28 oktober 2010

Dialektika Cinta

Cinta adalah puja-puja , pria atau sebaliknya. Cerita-cerita cinta memang segudang buku dari seribu pujangga seakan tiada habisnya digali dari sumur yang kering sekalipun. Puja-puja adalah hal yang wajar dari pemilik cinta. Tetapi kadang nyaris tiada diabai karena tidak mendapat kesamaan pandang.

Puisi-puisi itu seakan warna dari sejenis yang diungkapkan berbeda namun tetap memiliki kekhasan dari penyair ini. Dia potret semua perilaku perempuan dengan kekaguman dari kodratnya yang lemah namun tangguh dan slalu menjadi pelajaran bagi perempuan dan cermin bagi laki-laki.
Puisi ini seperi rindu yang tercecer namun sangat apik kemasannya. Penyair yang memiliki kepiawaian olah pilihan kata. Sehingga rindu yang tercecer itu mampu dijadikan sebuah syair tersendiri yang mampu mengajak dialektika pada pembacanya.

Bicara cinta tanyalah pada Ratna Ayu Budhiarti, penyair yang dapat memberi rasa cinta dengan segala problema yang ada:
Berikut karya penyair cantik ini :

Ratna Ayu Budhiarti dalam :
MATILAH KAU DI DADAKU

matilah kau!
oleh kerinduan yang kuoleskan pada pisau
yang bersarang di dadamu
matilah kau!
oleh kehangatan yang terlambat kau tambat
tanpa sempat menuju dermaga
tempat kita bermain-main dan bertukar kisah
sambil mengulum manis kembang gula bersamaan
matilah kau!
di sudut kerling pecintamu yang kau sembunyikan
pada jarak yang berabad
matilah kau!
ditikam sepi dan rindu berkali-kali.
2012

Senin, 18 Juli 2016

Menuangkan Sejarah di atas Puisi

Menuangkan Sejarah di atas Puisi
Puisi juga adalah penerang sejarah yang punah. Pengarangnya ingin agar generasi selanjutnya memahami sejarah masa lalu di negerinya, di daerahnya, atau di desanya. Ia angkat kembali sepanjang ia ketahui agar dapat abadi. Tentu saja dalam bahasa penyair yang dituangkan dalam puisi.

Bahasa penyair adalah bahasa khas penyair itu. Rangkaian kalimat adalah rangkaian hati penyair yang bersih. Sejarah ketengahkan dalam puisi agar mudah dipahami generasi. Sebuah penyelamatan cerita lewat syair.

Anda pernah membaca Syekh Siti Jenar karya Saini KM? Maka jangan lewatkan membaca karya Tajuddinnoor Ganie . Sebuah karya membagi cerita bagi generasi ini. Bentuk syair itu yang menjadi beda. Agar generasi muda menjadi suka. Tentu ini menjadi istimewa manakala putera memahami masa lalu.

Berikut puisi Tajuddinnoor Ganie itu


Perang Banjar

1596
Cornelis de Houtman
seorang nakhoda Belanda
tiba di Banten mencari lada di pasar bebas
Tapi, gulden Belanda tak laku di Banten
Tak ada pedagang lada
yang mau berdagang dengan mereka
Cornelis de Houtman menjadi murka karenanya.
Kalau begitu, kita rampok saja lada mereka!
Malam, ketika bulan sabit
menyipit di langit Banten
Anak buah Cornelis de Houtman
menyerbu masuk ke sebuah kapal besar
yang sarat dengan muatan lada
Pemiliknya, seorang saudagar Banjar
tak bisa berbuat apa-apa
kecuali mengelus dada
menerima nasib yang buruk.
7 Juni 1607
Koopman Cillis Michelszoon
nakhoda Belanda yang lain
tanpa singgah di Banten
langsung datang ke Banjarmasin.
Aku, Koopman Cillis Michelszoon
datang ke mari sebagai pedagang
Aku orang Belanda
tapi bukan Cornelis de Houtman
Aku bukan perampok
Aku datang ke Banjarmasin
ingin berdagang dengan semangat
saling menguntungkan
Anak saudagar Banjar yang dulu
menjadi korban perampokan
Cornelis de Houtman
juga datang ke pelabuhan
menyambut mesra kedatangan
Koopman Cillis Michelszoon.
Selamat datang di Tanah Banjar
Kisah lama yang kusam
sudah lama aku lupakan”
Tapi, entah bagaimana cerita persisnya
Setelah mereka bersukaria
semalam suntuk bercandaria
Besok pagi terbetik berita
Koopman Cillis Michelszoon
dan semua awak kapalnya
tewas terbunuh bergelimpangan
sebagai korban pembunuhan.
1612
Subuh ketika bulan sabit
mengintip di langit Tanah Banjar
kapal perang Belanda tiba-tiba merapat
ke pulau Kembang, Dari kejauhan mereka
menembaki para pedagang
di pasar terapung muara Kuin
Para pedagang kocar-kacir dibuatnya.
1626
Lada yang panas membuat Belanda tak kenal jera
Kali ini mereka datang dengan kapal Doon
Aneh tapi nyata, niaga lada
kali ini berlangsung mulus
tak ada pistol meletus
tak ada mandau terhunus.
1634
Siang, ketika matahari
mengelupas kulit ari.
Coysbert van Loudestega
datang membawa armada Belanda
Kali ini mereka datang bukan untuk berdagang
tapi untuk mendiktekan kehendak berkuasa
atas monopoli perdagangan lada.
1635
Suksesi yang ricuh di Kerajaan Banjar
memberi peluang bagi masuknya
pengaruh Belanda dalam kancah politik
antarbangsawan Banjar
Ketika yang menang adalah raja Banjar
yang dibantu Belanda, maka terbukalah jalan
untuk menjajah Tanah Banjar.
Diplomasi hutang budi yang mencuat
dalam kemelut yang disulut intrik politik
pecah belah dan hancurkan
membuat raja Banjar yang dibantu Belanda
tak kuasa menolak apapun kehendak
yang didiktekan Belanda.
Mula-mula monopoli perdagangan lada
lalu erakan kerja paksa membangun jalan raya
dan yang paling celaka Belanda
akhirnya juga bisa mendiktekan suksesi.
1 November 1857
Sultan Adam yang mangkat
meninggalkan wasiat keramat
bahwa cucunya Pangeran Hidayatullah
harus dirajakan
Tapi Belanda tak pernah peduli pada
wasiat keramat dan kehendak rakyat.
3 November 1857
Residen Belanda dengan paksa
menobatkan raja boneka Pangeran Tamjid Dillah.
Pangeran Antasari, seorang bangsawan Banjar
tubuhnya gemetar menahan marah.
Ini penghinaan yang tiada tara
bagi kedaulatan Kerajaan Banjar
Orang Belanda sudah terlalu jauh
ikut campur dalam urusan pribadi tanah air kita
Suka atau tidak suka,
masalah suksesi adalah hak
yang paling pribadi dari seorang Raja Banjar
Pangeran Hidayatullah harus dirajakan
barang siapa berani melanggar wasiat itu
terkutuklah dia tujuh turunan.
Hai, rakyat Banjar yang cinta
dan setia pada tanah air tercinta
Ikutlah bersamaku dalam
barisan perang melawan penjajah Belanda
Kita bentuk barisan jihad fii sabilillah
Kita usir Belanda dari Tanah Banjar tercinta.
28 April 1859
Pecahlah Perang Banjar yang dahsyad itu
Seruan jihad Pangeran Antasari
bergema ke mana-mana
disambut di mana-mana
Bergema di Banua Ampat
disambut Temenggung Jalil
Bergema di Margasari
disambut Aling dan Sambang
Dari Margasari mereka berjalan kaki
menyerbu Gunung Jabuk
perkebunan karet milik Belanda.
Bergema di Amandit
disambut Temenggung Antaluddin
dan Panglima Cakrawati
Dari Amandit mereka
berjalan kaki menuju Tambai
menggempur habis pasukan Belanda
yang berjaga di sana.
Bergema di Tanah Laut
disambut Haji Buyasin dan Pembekal Bungur
Di sini mereka menyerbu masuk ke Benteng Tabonio.
Bergema di Tanah Barito
disambut Temenggung Surapati
Di Lontotur mereka berjaya
mencegat kapal Onrust Belanda
Semua awak kapalnya dibantai
dan kapalnya ditenggelamkan
ke dasar sungai Barito.
Bergema di Tanah Kahayan
disambut Mangkusari
Bergema di Tanah Kapuas
disambut Singapati
Perang Banjar
Perang yang dahsyad
Haram manyarah
Pantang mundur
Waja sampai ka puting
Perang Banjar
Perang yang dahsyad
Haram manyarah
Kukuh teguh hingga merdeka
Waja sampai ka putting
Banjarmasin, 5 Agustus 1995