Jumat, 22 Agustus 2014

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Anung Ageng Prihantoko

Setapak yang Bercerita
Setapak yang bercerita
Tentang pematangmu yang terlentang
Hilang dihisapi mimpi masa depan
Dadamu yang gembur meriap pucuk-pucuk padi
punah terpendam pertempuran ekskavator dengan
Danyang-danyang yang bimbang
Akar-akar tunggang besi tulangan menerobos bumi menembus perut cacing-cacing tanah
Beton dan batu bata yang tumbuh subur menjalar meraih
Gumpalan awan-awan perawan di langit
Dan rumah-rumah kotak kubus itu telah mengubur tanah rumputan
Anak-anak kami gelisah mencari tempat bermain bola dan mengejar layang-layang
Akhirnya mereka tersesat di rental play station dan sebagian ditelan televisi
Alangkah kenangan kami lindap bersama detik-detik yang ranggas
Pada jam tua yang merangkak di desing angin malam yang asing
Belasan tahun lalu sungai adalah surga tempat kami mencari ikan dan thoe
Dan kemarin sungai itu meratap mengerang
Kesepian dan hampir mayat karena terlupa
Belasan tahun lalu kami asik bergetek di telar mencari biji bunga teratai
Yang di ujung lidah terasa begitu manis dan lezat
Tapi sekarang bunga-bunga itu telah entah
Bulan merah telah rapuh
Tubuhnya mengapur penuh abu
Dulu dia teman kami
Menerangi kami berlari menyusuri ladang-ladang tempat sembunyi
Bermain jonjang umpet selepas isya bersama tawa
Berhari-hari aku mencari
Sekotak permainan masa kecil
: gundu, thihtik benthik, dos-dosan, gobag sodor, jonjang umpet dan permainan lainnya
Akan kuajarkan pada anak-anakku
Tapi tersesat dimana mereka
Aku lupa di ruang otak sebelah mana aku menyimpannya.
Cilacap, 8 Juli 2014


















20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

M. Ardi Kurniawan

Purwarupa

Yogyakarta beralih rupa
Menjadi purwarupa ibukota
Jalanan menjadi sesak
Setiap menjelang senja

Setiap vakansi tiba
Orang kota ramai-ramai bergembira
Sementara orang asli Yogya
Terus bekerja dan bekerja

Deru mesin ibukota makin terasa di Yogyakarta
Mendesak-desakkan suaranya
Menggantikan jarak dan jeda
Di antara ruang-ruang kota

[Yogyakarta, 2014]


20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Sofyan RH. Zaid

KAMPUNG HALAMAN KATA

kami duduk-duduk sepi # di beranda suatu pagi
cangkir kopi # beraroma hari
hari kamis # selepas gerimis
sisa air menetes dari daun # gending musim mengalun

kami berbincang perihal kabar # sebuah negeri yang terbakar
asap seketika menyebar # dada kami berdebar-getar
kami terbangkan doa # langit merah saga
air mata perlahan batu # mulut kami jadi bisu

kami duduk-duduk sepi # kemudian pergi menunda mati

2014


20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

I Putu Wahya Santosa


Akar Kata
Dengan apa  pohon gejolak pikiran
Berkembang biak
Selain dengan cinta akar kata
Yang merentangkan setiap batang gelisahnya

Dengan apa pohon cuaca yang gamang di katakan
Dapat dicerahkan
Selain dengan kebijaksanaan akar kata
Yang selalu memberi kesadaran
bagi jiwa yang ingin bertumbuh
Menjadi dewasa di setiap musim

Dengan apa teka teki akal
Dapat diburu kekal
Selain dengan mempelajari pertumbuhan akar kata
Yang selalu menyerap mata air kedalam nuraninya

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Ekohm Abiyasa

Pesan Jogja

lengang malam senin
tulang-tulang dingin
sesekali asap motor melesap
orang-orang di angkringan bertukar cakap

ini sebuah kota yang dingin
jejak-jejak dan memori selalu mengerling

singgahlah ke gubug lama
tempat di mana kata-kata lahir
tempat di mana rindu-rindu mengalir

Jogja selalu berwarna
sudut-sudut kota
matahari pembatas
halaman yang terlepas

Jogja selalu setia
menanam damai
pada pengembaraan yang kian trengginas

Surakarta, Mei 2014






20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Fatmawati Liliasari

Syair Untukmu, hadiah untuk kotaku

Suatu saat orang-orang akan tahu
Tentang ceritaku, cerita kita
Meskipun aku ragu kau bisa mengenalinya
Wanita penyendiri itu telah melihatmu
Dia mencarimu, menyusuri jalan-jalan
hitam, sawah bertingkat sembari sesekali bercermin
pada dinding kaca berdebu
melihat bayangan raksasa di sebelah sana yang dengan angkuh
hendak mencakar langit.

Dia menemukanmu di sebuah gedung impian
Hamparannya luas, kata orang gedung itu
Adalah rumah para intelektual
Tetapi akhirnya aku hanya merasa gedung ini tak punya nyawa
Ia hanyalah rumah bagi dua tetangga yang selalu bersilang pendapat
Ataukah salah satu dari mereka ketakutan ?
Akhirnya ; kehadiranku di sini dilupakan
Aku berjalan di sampingmu tapi kau tak melihatku
Aku tersenyum ramah tapi engkau bermuka masam

Oh.. betapa kasihan, wangi gadis desa tersapu kelabu
Semburat jingga senyumnya di tampik dingin embun.
Bontorea, 25-27 Juni 2013

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Budhi Setyawan

Kodil – Bogowonto
1/
yang memancar kecil
seperti kerlip rindu di kaki Menoreh
lalu mengumpul menyatu
tetes menjelma alir doa dan mantra
lewati rumput dan perdu duri
melalui batu batu sepi
terus melangkah-menari
matamu acap mengerdip pada iklim
susuri liku ranah berpilin
keteguhan pada cita bermukim

dan orang orang mencuci angan
dengan sari kesederhanaan dari curahmu
dan lubuk lubuk nampak berdiam
seperti pertapaan matahari
dalam kegaiban sunyi

2/
dari pinggang Sumbing, muasal lahirmu
lalu memanjang syair dan zikirmu
dengan jeram jeram yang dingin
dan kecipak derai di gulir musim
pandangmu jauh pada kampung dan sawah
dan jemarimu yang asih, menjamah
dahaga yang retakkan iman
hingga batang-batang padi berbinar segar
pepohonan pun turut senandungkan riang
tempat hinggap burung burung
yang betah merawat sarang
dan mereka yang mencari ikan
berkali menebarkan jalanya
mengembangkan harapan
sampai ke langit jernih
tempat bulan bermain
dengan tembang dolanan yang kian lirih

3/
di Tempuran, pertemuan penuh haru
berabad abad dipisah jarak
tanpa kabar dan percakapan, namun
anak dan ibu yang selalu menjaga ingatan
di tebing tebing perasaan
yang kokoh dalam gempuran cuaca
dan tafsir tafsir zaman yang menggema

di antara derap-kerjap pancaroba
tetaplah rekah bunga
tergambar deras arusmu
tekun merawat kesabaran dusun dusun
dan ketabahan penempuhan usia
yang terus mendegup hingga ke muara selatan
membawa asin kenangan ke tanjung perantauan

2014 






20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Syarif hidayatullah
Nun dan Alif kampungku
-di atas pulau terapung
Nun yang bercerita tentang mimpi di kaki bukit
Yang berenang bersama jentik-jentik nyamuk
Sedang katak hanya mampu berceloteh kosong
Dengan keangkuhan yang menggelikan

Nun yang bercerita tentang hujan di sela tawa dan senyuman
Sedang kerenyahan matahari di tertawakan oleh lumut yang menghijau
Karatan-karatan tanah yang menguning dengan bangkai-bangkai perusak bumi
Pohon tak lagi tumbuh
Ia melapuk dalam kebiadaban
Alif yang tegak menjulang di dasar nun yang bergenang kubangan
Pulau-pulau semakin dekat dengan nun
Sedang alif semakin sering dirobohkan
Terkoyak kenistaan

Alif yang tersenyum getir dengan nun
Menangis iba bersama hentakan kaki
Langit penghibur lara
Sedang mesin terus meneriakkan keangkuhannya
Ku punya mimpi
Alif yang tumbuh di atas nun
Hingga bersemayam hutan, kampungku
Besok aku ingin mereka bersatu di atas pulau ini

Banjarmasin, 16 desember 2013

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II


Nurul Hidayah

EPISODE YANG HILANG

Bundaku mengibarkan selendangnya
Membawaku ke masa di mana aku menjalani masa kecilku
Di bawah pohon kelapa yang melengkung indah
Ditambah pasir putih yang bersahabat dengan gelombang di tepi pantai
Aku bermain dengan deretan semut dan beberapa siput
Lalu aku dipindahkan ke hamparan emas
Aku bernyanyi dengan burung-burung pipit yang mulai menyentuh emas kekuningan berisi
Seketika lagi aku berada dalam gemericik air di bawah dedaunan
Berlari memercikkan air ke sana kemari ditemani terik mentari pagi
Lalu menyapa matahari yang mau kembali ke peraduan
Bundaku berbisik ,”dia mau tidur, sayang”.

Kemudian bundaku kembali membalikkan selendangnya
Kini aku berada di antara bangunan-bangunan yang menjulang tinggi
Mencium bau selokan yang padat dengan sampah
Aliran air kotor mewarnai kehidupan
Ditambah dengan lagu-lagu pertiwi yang berganti isi dan makna
Di mana aku sekarang berada?
Yang kuharapkan hanya satu,”Bunda, bisikkan kembali di telingaku bahwa ini hanya mimpi belaka!”
“Bunda kembali balikkan selendangmu dan kembalikan suasana yang dulu untukku!” rintihku.
Dengan tersenyum lembut ia berkata,” Inilah tempatmu wahai anakku. Lihatlah gedung di sampingmu, sampah di selokan yang sekarang tepat di belakangmu, kebisingan oleh motor di sekitarmu, dan berbagai penyakit yang menghadang jiwa-jiwa yang lengah.”
Kini aku sadar bahwa tanahku telah berubah
Zaman telah berganti dan roda kehidupan terus berputar
Tapi kutekadkan niat dalam hati
Ini adalah tanahku, maka kutakkan tinggalkanmu
Namun, akan kutaklukkan perubahanmu
Bukan waktu yang menguasaimu tetapi aku yang akan mengendalikanmu
Aku mencintaimu wahai tempat hidupku, halaman terindah dalam jilid peristiwa jiwa
Aku rindu dikau yang dulu














20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Dhito Nur Ahmad

Hari Setelah Gerimis

Kenangan-kenangan, kehilangan-kehilangan, dan kesakitan-kesakitan
Adalah dingin semilir angin setelah gerimis
Pertemuan-pertemuan, janji-janji kebersamaan, dan perpisahan-perpisahan
Adalah langitnya yang berganti lembayung
Selalu ada rinai setelah gerimis
Ingatan tentang bunga kenanga yang berguguran di halaman
Rumah kampung halaman
Mengalirkan air di hadapan wajah
Dingin, dingin tak biasa
Setelah gerimis
Hari mendinginkan tulang
Kenangan menjadi hangat
tentang pohon dan rumput yang berdiam pilu
Menjalarkan kesunyian dan kenangan
Setelah gerimis
Selalu ada sisa rintikan kenangan yang berlalu di balik jendela
Kampung halaman bercerita
Tentang kerinduan dan kekalahan
Bahwa zaman telah merampok semuanya
Setelah gerimis
Langit berwarna lembayung
Lantas sepi pun menari di tepi hari
Makassar, 2014



20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Esti Ismawati

Selamat Pagi kampungku

semesta begitu hening
embun tersenyum menyambut terang
kelelawar tertidur dan burung sikatan beterbangan
hanyut dalam merdu keroncong Tanah Airku

seekor manyar jantan terlihat sibuk
memungut rumput helai demi helai
dirangkainya  megah istana
ia pun siap berumah tangga

seekor manyar betina memandang malu-malu
tersenyum bangga
mengangguk mesra
rumah sempurna bagi anak mereka

selamat pagi kampungku
negeri sepanjang musim
beribu pulau jalin-menjalin
menyatu dalam perahu kedamaian
menyibak riak kehidupan
mendayung beribu ombak perjuangan
melintas samudera asa, menghamba jiwa katulistiwa
menggapai hari-hari penuh mimpi, luas ladang terbentang
satu-satu tergapai menang.

Klaten, 20 Mei 2014.

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

En Kurliadi Nf
Gubuk Kami 
: kapung ragang

di sini, gubuk kami berdiri dan kami bangun
dengan ladang dan kicau burung terbang
bilik pintu dari bambu kuning
jendela tanpa kaca juga
atap dari rumbia kuning campuran kolare
yang di senjai kekeringan

gubuk ini kami bangun dengan keringat kuning
pagi yang merapat pada senja
ternak yang dilepas ke ladang
sedangkan bila terbangun dari tidur
sungai mengirim kecipak airnya kehilir
ke tanah seberang, tempat jagung dan padi tumbuh juga
batu yang kanvas diantara hutan belukar

bila malam larut dan beranjak :bulan mengapung
ke halaman, membuka celana
mematangkan rindu yang diperam bulan

perempuan-perempuan yang dipanggil ibu
oleh anak-anaknya, membuka rahim surganya
sejak kabar magrib membakar sepi
di lenca' kaju ia telah menggantung nasib
yang berputar merapal hidup
berpendar meruangi segala risalah waktu
yang tinggal ampas pada tubuhnya

gubuk ini kami bangun dengan kasih sayang
jauh dari kota-kota yang telanjang
udaranya yang mengapung diantara deru dedaun
musim menyusui aksara hujan
membuat cinta, menyisakan doa
yang halimun : tak pernah sirna
kami ucapkan di beranda sajadah

di sini, gubuk kami berdiri
dengan seribu doa dan cahaya
yang tak akan pernah mati
sampai kami tandas usia
 
gili-genting, 2013




















20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Roni Nugraha Syafroni
KEBINGUNGAN
Liuk lengkung pemandangan hijau permadani,
membuat mata sesiapapun jua tak akan lekang.
Bening air mengalir dari sudut gunung di sisi,
melepas dahaga hati sekecil kapas teruntuk siang.
Hari-hari jemu bagai pindah ke dalam batu hitam sungai,
kokoh menunggu aliran dari hulu hingga hilir.
Pagi yang sendu tak lagi sedang merindu tampak melambai,
mendatangi diri secepat kilat dibantu angin semilir.
Tataplah mata cinta tanpa berkedip,
yakin akan tiada ‘kan berpaling.
Meski hanya sekejap kerlip,
selalu bersama nyanyian seruling.
Terkadang tetesan penyesalan merasuk,
melihat berjuta para perusak berdatangan.
Merayu pohon-pohon hutan dengan buruk,
ceria senyum mistis berubah kritis bersalaman.
Sawah mulailah berubah gelisah,
tampak menunggu untuk dikeringkan.
Canda petani-kerbau sudahlah punah,
buat perasaan padi tak akan dimakan.
Satu niscaya walau begitu,
tetap rakyat akan bangga.
Kepada sang waktu,
selamanya membela.
-Itulah kebingungan untuk kampung halaman yang rata oleh pusat perbelanjaan-

Cijerah-Cikijing, April 2014

















20 Puisi Terbaik Lumbung Puisi Jilid II

. Gampang Prawoto

Pelabuhan  Jiwa
tengah malam
wajah  rembulan  tak  lagi  melukis
ibu  menisik  selendang

pigura  pigura  menapak  selaksa  
gerak  nadi  hati  menghias  raut
terusik  pada  tilas  langkah
kaku kaki  lalu
imigrasi  dari  hari  kehari
mungkin   detik  dan  menit
kehendak  tak  ditimpa  kisaran  waktu
karena  jam  hanya   sebuah  rotasi

kalender   lusuh  kuning  kecoklatan
melipat  bulan  menumpuk  tahun
setia  pada  dinding
dinding  penanggalan  buram  
pendar  tanpa   merah, hitam  atau  hijau  
rerimbun  luput  
kelam  dipematang  hati  tanpa  hari

imigran - imigran  hari
berlayar  pada pusaran ombak
hingar   terompet, petas  kembang  api
menutup   nanar  candikala
ketika  hati  tertusuk  kata
rasa  tertikam  oleh  waktu
hanya  tersisa  ini  hari
hari  tanpa  hati.

menepi  pada  arah  menara
menara  rasa  pelabuhan  jiwa

Bojonegoro, 27122013




Pengumuman 20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II,
01. Gampang Prawoto
Pelabuhan Jiwa
02.Roni Nugraha Syafroni
KEBINGUNGAN
03. En Kurliadi Nf
GUBUK KAMI
: kapung ragang
04. Esti Ismawati.
SELAMAT PAGI KAMPUNGKU
05. Dhito Nur Ahmad
Hari Setelah Gerimis
06.Nurul Hidayah
EPISODE YANG HILANG
07. Syarif hidayatullah
Nun dan Alif kampungku
-di atas pulau terapung
08. Budhi Setyawan
Kodil – Bogowonto
09. Fatmawati Liliasari
Syair Untukmu, hadiah untuk kotaku
10. Ekohm Abiyasa
Pesan Jogja
11. I Putu Wahya Santosa
Akar Kata
12. Sofyan RH. Zaid
KAMPUNG HALAMAN KATA
13. M. Ardi Kurniawan
Purwarupa
14. Anung Ageng Prihantoko.
Setapak yang Bercerita
15. Sokanindya Pratiwi Wening
~kampung halaman ~
16. Ali Syamsudin Arsi
IA LEKAT DI PELUPUK MATA
17. Wadie Maharief
Kenangan tentang Emak
18. Lukni Maulana
Padasan Retak di Kotaku
19. Hasan Bisri BFC
KAMPUNG YANG KUSANJUNG
20. Imam Eka Puji Al- Ghazali
Keterasingan

Indramayu, 21 Agustus 2014
Ketua Tim Penyeleksi,
Wardjito Soeharso, MPd.

Pengumuman hasil seleksi tim penyeleksi antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Antologi
Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II
2014
Pengumuman hasil seleki tim penyeleksi antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II
Puisi-Puisi Terseleksi untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II
01. Bambang Widiatmoko
BOULEVARD
02. Gampang Prawoto
Pelabuhan Jiwa
03 Roni Nugraha Syafroni
KEBINGUNGAN
04. En Kurliadi Nf
GUBUK KAMI
: kapung ragang
05. SRI WINTALA ACHMAD
PAYAU SUTAU MALAM
Pro: Kawan Lama
06 Refa Kris Dwi Samanta
POWER RANGERS
07 Abdul Wahid
Pesona Kilauan Mawar Putih
08. Aulia Nur Inayah
Kenangan
09. Esti Ismawati.
SELAMAT PAGI KAMPUNGKU
10. Hidayatul Hasanah
Rumah Mungil
13. Dhito Nur Ahmad
Hari Setelah Gerimis
14.Julia Hartini
Mengayuh Waktu
15. Novi Ageng Rizqy Amalia
BUKAN PERADABAN
016. Moh. Ghufron Cholid
TERKENANG KAMPUNG HALAMAN
018.Nurul Hidayah
EPISODE YANG HILANG
019. Syarif hidayatullah
Nun dan Alif kampungku
-di atas pulau terapung
20. Thomas Haryanto Soekiran 2013
JARANKEPANG DI PELATARAN BOROBUDUR
021. Wong Agung Utomo
Perempuan yang dikirimkan masalalu
022. Alra Ramadhan
Terakhir Pulang
23. Budhi Setyawan
Kodil – Bogowonto
024. Dewa Putu Sahadewa
Dua kampung
25. Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia Darmawan
BUMI PASUNDAN
026. Dwi Rezki Hardianto Putra Rustan
Puisi Malam Singgasana Butta Salewangang
27. Fatmawati Liliasari
Syair Untukmu, hadiah untuk kotaku

28. Ekohm Abiyasa
Pesan Jogja
029. Muchlis Darma Putra
GUMITIR SUATU SENJA
030.Ridwan Ch. Madris
IBARAT DAUN SEGAR JATUH SEKETIKA
31. I Putu Wahya Santosa
Akar Kata
32.Pradita Nurmalia
33.Wulandari Nawang Wulan
Sepanjang Batanghari Rindumu Aku
34. Iska Wolandari
Desaku Malang
35.Niam At-Majha
Gumam Guman dari Sudut Desa
036. Badruz Zaman
DI PAYUDAN
037.Fitrah Rahim
Kampung Bugis
38. Diah Budiana
SAJAK SATE BANDENG
39. Fasha Imani Febriyanti
SEBUAH PERJAMUAN
40. Sofyan RH. Zaid
KAMPUNG HALAMAN KATA
41. Devi Yulianti Wafiah
Aku rindu
42. M. Ardi Kurniawan
Purwarupa
43. Jack Efendi
Majapahit, Aku Berhasrat Pulang
44. Anung Ageng Prihantoko.
Setapak yang Bercerita
45. Sokanindya Pratiwi Wening
~kampung halaman ~
46. Dianie Apnialis M
BUMI CENDRAWASIH
47. Elvis Regen
Sebuah Sungai Kerinduan
48. Diah Natalia
Banten Kulihat Kudengar
49. Andrian Eksa
KAMPUNG (TANPA) HALAMAN
50, Djemi Tomuka
ANAK-ANAK LAUT
51. Yusti Aprilina
PANTAI PANJANG
52. Sugi Hartono
BATANGHARI
53. Fitrah Anugerah
Ziarah
054. Suyitno Ethex
GEMBALA BEBEK
55. Ali Syamsudin Arsi
IA LEKAT DI PELUPUK MATA
56. Sindi Violinda
Hilangnya Kampung Halaman
57. Wadie Maharief
Kenangan tentang Emak
58. Tuti Anggraeni
KEPADAMU IBU
59. Lukni Maulana
Padasan Retak di Kotaku
60. Seruni Unie
Bengawan, Kampung Halaman
61. Lucky Purwantini
Patung Lele
62. Alya Salaisha-Sinta
Kampung Halaman
gajah.
63. Hasan Bisri BFC
KAMPUNG YANG KUSANJUNG
64. Nastain Achmad Attabani
RUMAH MASA LALU
65. Dian Rusdiana
MERANGKAI SEMESTA
66. MA’SUM
KELUHAN2 TUHAN
67. Dhinar Nadi Dewii
MEMORI KECIL
: Lumpur Lapindo
68. Nila Hapsari:
Dentum Meriam Jelang Lebaran
69. Imam Eka Puji Al- Ghazali
Keterasingan
70. Aloeth Pathi,
PULANG
71. Vera Mutiarasani
Lesap

Indramayu, 21 Agustus 2014
Ketua tim seleksi Lumbung Puisisastrawan Indonesia
Wardjito Soeharso, MPd. 

Minggu, 17 Agustus 2014

Tentang Situs Megalitik Gunung Padang di Cianjur




Klipping Koran :
JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh mengklaim situs Gunung Padang nantinya akan menjadi obyek wisata yang lebih hebat daripada Candi Borobudur. Situs Gunung Padang dinilainya sebagai temuan yang sangat mengagumkan.

"Nanti ini akan jadi obyek wisata yang jauh lebih hebat dibanding Borobudur," ujar M Nuh di kantor Kemendikbud, Senayan, Minggu (17/8/2014).

Hal ini, kata M Nuh, karena situs Gunung Padang sudah ditemukan sejak 2.500 tahun sebelum Masehi. Pada saat itu sudah ada tanda-tanda sebuah peradaban manusia di Gunung Padang. Padahal, saat itu masih jauh sebelum peradaban manusia setelah Masehi muncul.

Nuh mengatakan, tim nasional untuk mengelola Gunung Padang ini sudah dibentuk. Tim tersebut terdiri dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian ESDM, Gubernur Jawa Barat, Bupati Cianjur, dan TNI Angkatan Darat.

Nantinya, situs Gunung Padang akan dimanfaatkan untuk kepentingan edukasi dan juga obyek wisata. Targetnya, penyelesaian tahap kedua riset situs Gunung Padang akan selesai tahun ini. Sedangkan secara keseluruhan ditargetkan selesai 4 hingga 5 tahun ke depan.

"Semoga ini jadi temuan yang sangat mengagumkan," harapnya.

Situs Gunung Padang merupakan salah satu program yang menggunakan dana abadi dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Pengerjaannya sudah melewati tahap riset dan pembersihan kawasan. Saat ini, riset Gunung Padang sudah masuk pada tahapan ekskavasi, yaitu pembuangan lapisan-lapisan tanah. Targetnya, tahap kedua tersebut akan selesai tahun ini. Anggaran yang akan digunakan hingga penyelesaian tahap kedua sebesar Rp 3 miliar.


Jumat, 15 Agustus 2014

Robert Wolter Monginsidi


Robert Wolter Monginsidi (lahir di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, 14 Februari 1925 – meninggal di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, 5 September 1949 pada umur 24 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia.
Robert dilahirkan di Malalayang (sekarang bagian dari Manado) dan anak dari Petrus Monginsidi dan Lina Suawa. dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar (bahasa Belanda: Hollands Inlandsche School atau (HIS), yang diikuti sekolah menengah (bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO) di Frater Don Bosco di Manado. Monginsidi lalu dididik sebagai guru bahasa jepang pada sebuah sekolah di Tomohon. Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, di Minahasa , dan di Luwuk, Sulawesi Tengah, sebelum ke Makassar, Sulawesi Selatan.

Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan saat Monginsidi berada di Makassar. Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya Perang Dunia II. Mereka kembali melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda). Monginsidi menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar. Pada tanggal 17 Juli 1946, Monginsidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyarang posisi Belanda. Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Monginsidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950.
Robert Wolter Monginsidi dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973. Dia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, Bintang Mahaputra (Adipradana), pada 10 November 1973. Ayahnya, Petrus, yang berusia 80 tahun pada saat itu, menerima penghargaan tersebut.[5] Bandara Wolter Monginsidi di Kendari, Sulawesi Tenggara dinamakan sebagai penghargaan kepada Monginsidi, seperti kapal Angkatan Darat Indonesia, KRI Wolter Monginsidi dan Yonif 720/Wolter Monginsidi.

Rabu, 06 Agustus 2014

Jelang lengser Presiden beri Beasiswa

Jelang lengser Presiden beri Beasiswa
ASATUNEWS - Untuk mencapai menjadikan Indonesia sebagai negara dengan perekonomian yang kuat, kesejahteraan merata, politik-keamanan yang stabil, dan berperan penting di kancah internasional, pemerintah membuka kembali kesempatan penerimaan program Beasiswa Presiden Republik Indonesia (BPRI) atau The Indonesian Presidential Scholarship (IPS). Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Profesor Firmanah, PhD, mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkeinginan Indonesia pada tahun 2045 atau bahkan lebih cepat dari itu bisa menjadi negara maju dan disegani di tingkat internasiona. Ia menyebutkan, selama 10 tahun menjabat sebagai Presiden RI, SBY melihat arti penting dari sumber daya manusia. - See more at: http://asatunews.com/pendidikan/2014/08/03/program-beasiswa-presiden-kembali-dibuka#sthash.sbfwSlkC.dpuf

Selasa, 05 Agustus 2014

Sebelum ketinggalan segera kirimkan karya Anda Penyair Nusantara

Pengirim LUMBUNG PUISI SASTRAWAN INDONESIA jilid II
Sampai 3 Agustus 2014
Yang merasa kirim namun tidak ada dalam daftar kirimkan ulang: (DEADLINE 17 AGUSTUS 2014)
Kirim puisi ke gus,warsono@gmail.com sebanyak 2 puisi bertema kampung halaman
001 . Bambang Widiatmoko
002. Gampang Prawoto
003. Roni Nugraha Syafroni
004. En Kurliadi Nf
005. Wintala Achmad
006. Refa Kris Dwi Samanta
007. Abdul Wahid
008. Aulia Nur Inayah
009. Esti Ismawati.
010. Hidayatul Hasanah
011. Rachmat Juliaini
012. Refa Kris Dwi Samanta
013. Dhito Nur Ahmad
014.Julia Hartini
015.Novi Ageng Rizqy Amalia
016.Ghufron Cholid
017.Nur Lathifah Khoerun Nisa
018.Thomas haryanto soekiran
019.Novia Nurhayati
020.Nurul Hidayah
021.Wong agung utomo
022.Alra Ramadhan
023.Budhi Setyawan
024.Dewa Putu Sahadewa
025.Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia Darmawan
026.Dwi Rezki Hardianto Putra Rustan
027.Fatmawati Liliasari
028. Ekohm Abiyasa
029.Muchlis darma Putra
030.Ridwan Ch. Madris
31. I Putu Wahya Santosa
32.Pradita nurmalia
033. Wulandari ( Nawang Wulan)
034.Iska Wolandari
035.Niam At-Majha
036Badruz Zaman
037Fitrah Rahim.
38.Syarif hidayatullah
039.Diah Budiana
040Fasha Imani Febriyanti
041 Sofyan RH. Zaid
O42.devi yulianti wafiah
043.M. Ardi Kurniawan
044.Jack Efendi
45 Anung Ageng Prihantoko.
46.Sokanindya Pratiwi Wening
047.Dianie Apnialis M
048.Elvis Regen
049.Malisa Ladini
050. Diah Natalia
051. Anita Riyani
052.Andrian Eksa
53,Djemi Tomuka
055.Sugi Hartono
056.Fitrah Anugerah
057.Suyitno Ethex
058.Ali Syamsudin Arsi
059. Sindi Violinda
060Wadie Maharief
061. Tuti Anggraeni
068.Dian Rusdiana
069.Ma'sum
070.Dhinar Nadi Dewii