Minggu, 14 Agustus 2016

Mukti Sutarman Espe Sajak dan Ular sanca




Sajak dan Ular sanca
seekor ular sanca kembang
semalam tersesat ke dalam sajakku
belang kulitnya menjelma sapa
yang dikirim hitam hutan
bagi hijau perbukitan dan biru lautan

aku pangling
coklat
kuning
putih
hitam
warni-warna kulit ular itu
membuat sajakku jadi kelabu
menafsir tempat plesir terindah
apakah hutan?
apakah perbukitan?
apakah lautan?

aku ragu
lalu kuimpikan lutung, rusa, singa, gajah, banteng, srigala
rumput, lumut, kol, teh, kentang, sawi
teri, udang, cakalang, pari, paus, hiu
kawin mawin        
dan melahirkan hutan baru di sajakku

seekor ular sanca kembang
tersesat dalam sajakku
di sela kata, frasa, dan tanda baca yang tertera
susah payah dicarinya hutan rumahnya dahulu
yang selalu riuh dengan suara
desik belalang
kicau burung
jerit bekantan
aum harimau
lolong srigala,  
sia-sia
dan hutan yang kuimpikan itu?
urung datang di tidurku.


Sami’an Adib Kucing Busok




Kucing Busok

Hanya semalam aku menginap
di Raas, pulau seberang Sumenep
tapi hati terlanjur takjub
pada satwa bermata hijau gelap
:kucing busok kesayangan para pemandu ratib

padanya aku belajar menafsir makna
tentang waspada  lewat getar lembut kuping tegaknya
tentang wibawa lewat tajam tatapannya saat menaklukkan mangsa
tentang kesetiaan lewat lulut hanya pada tuan pemeliharanya
tentang keindahan lewat lembut bulu polos abu-abunya
tentang kesempurnaan lewat bengkok ujung ekornya
tentang keagungan lewat keanggunan penciptaannya

sungguh suatu mahakarya Sang Pengendali Jagat Semesta

Jember, 2016





Agustav Triono Ikan Kelana





Ikan Kelana

Aku ikan kelana lahir dari rahim mata air
Asal lereng gunung penuh rimbun firman-Mu
Berenang menelisik setiap alur sungai kehidupan
Mencium bau pesawahan, ladang-ladang, dan kebun kebun tua
Yang menguarkan aroma dambaku
Berloncatan coba hindari batubatu kali kesumat

Yang halangi tujuku
Dengan insang iman aku nafasi arus air kautsar
Kadang berhenti lalu mengalir lagi
Aku ikan kelana terus berenang
Kini siripku terasa berat
Sampah kota selimuti sisikku
Lempung dosa bertahap mengental
 (jangan aduk tanah lempung agar bening airku)
Sungai belukar misteri dan aku adalah sang pencari

Pengelanaanku sampai di muara segala harap
Tatap nanarku memandang luas ke pantai
Ekorku mengibat cepat nuju laut asaku
 (namun kadang karang menghalang)
Kau laut aku ikan kelana
Biarkan aku mencebur pada samuderaMu

2005
            


Wans Sabang UPU-KUPU MALAM






UPU-KUPU MALAM

kalau boleh ia memilih:
selamanya menjadi ulat
dalam kepompong pedih
dari pada keindahannya hanya fatamorgana

Busway, 12 Agustus 2016


Wans  Sabang

Kutu Loncat
: Ahok

Untuk apa ktp?
Hari ini kau bilang teman kami,
besok kau bilang teman Megawati, beaoknya lagi kau bilang temannya Jokowi.
Aku cuma kutu buku tak mungkin jadi teman kamu,
lagi pula siapa yang mau berteman dengan kamu?
Kutu loncat tukang caci maki.

Bogor, Agustus 2016