Jumat, 29 Juli 2016

h. shobir poer , TIDURLAH



h. shobir poer

TIDURLAH

di balik semburat wajahmu yang ramah
di balik teduhmu dan kata yang begitu lembut
di balik matahari  kau sembunyikan kata
di balik bulan menari kau curi hatiku
aku, membaca sudah isi cahya matamu
hewanhewan itu selalu ingin dimanja
tidur, mandi dan bermain bersama

taman margasatwa yang indah hanya rumah semata
kalian semua butuhkan sentuhan hati dan jiwa
bersapa dari hati ke hati, mengadukan keluh kesah
mengadukan mimpi yang gundah, karena pohonpohonya tumbang,
diambuk badai dan banjir, juga tangantangan yang jahil

di gelap dan temaram ini, yakinkan
kini tak perlu resah lagi, tidurmu hangat dan bermimpi indah
tidurlah.

Tangsel, 18 juni 2016

h. shobir poer, NIKMAT



NIKMAT

h. shobir poer

Kita ini siapa, ketika merasa sanggup dirikan istana margasatwa
Kita ini siapa, ketika sanggup kumpulkan pundipundi kemewahan
Kita ini siapa, ketika sanggup menjerat hewanhewan itu tak lagi bebas
Kita ini siapa, ketika hewanhewan itu bisa membuat kau menari,
dirikan rumahrumah tinggal yang megah, dan terbang dengan
kuda besi ke beberapa Negara, berbelanja saja ke negeri seberang

aku dengar bagimu tak apalah dan tak masalah:

dengan kuda besi terbang ke manamana,
ke pulau Sumbawa dan Flores, kau bernyanyi bersama komodo,
tekukur, perkutut, gagak, kepodang, merpati hijau juga ayam

dengan kuda besi terbang, kau ke Tanjung Puting-
kau menari bersama
orang hutan, beruang madu, babi hutan, siamang, landak, rusa
dan macan tutul

dengan kuda besi terbang, Way Kambas –
di pantai Timur Lampung itu
kau berjoget bersama gajahgajah, badakbadak, dan harimau

dengan kuda besi terbang, kau ke gunung Lauser- di antara Aceh dan
Sumatra Utara, kau berpesta bersama kera, siamang, macan tutul,
harimau, burungburung dan gajahgajah

dengan kuda besi terbang, kau tiba di Wasur Papua, lalu berleha-leha
bersama cendrawasih, buaya air, kausari, kesturi, dan kanguru

sungguh, semua itu orang tak bisa menikmatinya
maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Tangsel,  30 Mei 2016












H. Shobir Poer Aku Burung Ingin Berbicara




Aku burung ingin bicara:
di rumah miniatur rimbun, kami tinggal
mengalir gemericik air, temani senandung
di setiap pagi,siang, malam sambil mengepakkan sayap
ku menari bersamamu
kau dan aku, ciptaanMu yang saling berbagi
kau datang,  tengok kawankawan ku yang mengaum,
membagi makanan anakanakku yang  mencicit,
menderit, berkokok, menyiulkan suara indah ke telingamu

di rumahku,  hutan belantara miniatur yang kau buat
aku sumringah betapa syukur ucap padamu
yang bertandang dan membagi cinta
dengan menaburkan senyum, tangan yang kau ulurkan
dan makanan makanan yang kau tebar di manamana

namun sayang, aku tak sanggung mematuk lagi
harimau terkatup mulutnya,  tak sanggup mengaum
kawankawanku mulai kehilangan cinta
rumah miniatur menjadi kandang neraka
banyak yang mati siasia

Tangsel, 17 April 2016






Ni Made Rai Sri Artini Sekawanan Luka Bersarang di Liang Matamu Beku





" Jika aku bisa memilih, suatu saat aku ingin lahir menjadi manusia
bukan menjadi pengadilan bagi hutan-hutan dan isinya namun mencangkokkan cinta di setiap dahan pepohonan."
Rimbun airmata tambun di matamu beku
Hamburan sepi dan ngilu mengular di pembuluh tangis
Mengurai tubuh hutan sawit menjelma asing yang renik
berkas cahaya di belukar hatimu tak untuk sesiapa
Tak jua untuk hidup yang tak pernah kau tahu ujungnya
Kau merebah letih di permadani sawit
mendesing memburu mimpi-mimpi
yang kelam akan pentas darah
Kau tak mampu lagi menjerit atau mendengar sesuara
hanya letupan peluru menulis garis hidupmu
Kau rumahkan harapan pada angin bisu
mengangankan ketenangan laksana senyap embun, kebebasan laksana udara
tak mampu lagi menghitung hari di tempat rehabilitasi
tuk mengusir onggokan tekanan yang melesak ke bilik ingatan
Rumpun puisi  dadamu berhamburan lesat menemui langit
sesedih uap kopi           tanpa kata
lesap ke baitbait angin
menjelma awan-awan pancaroba penuh kerak kesumat
Sekawanan luka bersarang di liang matamu beku
Di bilik  keramat,  sunyi
Tak terjamah apa pun,
Meski hanya kucur kekata atau  bahkan helaan nafas sekalipun
 ( Tegaljaya, Februari 2016)