Jumat, 17 Oktober 2014

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC


 DIKLAT GURU 
DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

MATA DIKLAT: 2. ANALISIS MATERI AJAR
JENJANG: SD/SMP/SMA 
MATA PELAJARAN:  KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC







KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2013







PENDEKATAN PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN
A. Esensi Pendekatan Ilmiah
Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.  Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemjdian memformulasi dan menguji hipotesis.
B. Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.
Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah.Pendekatan nonilmiah dimaksud meliputisemata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,prangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.
1. Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik dan sistematik.
2. Akal sehat. Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkanmereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan orang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didompleng kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.
4. Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan caracoba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya dan bernilai kreatifitas. Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang  seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.
5. Berpikir kritis.Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.
C. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan  menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.  Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi  tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan  tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c. Menentukan  secara jelas  data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Kegiatan observasi  dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.
a. Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
b. Observasi terkendali (controlled observation).  Seperti halnya observasi biasa, padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendalipelaku atau objek  yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen  atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.
c. Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu tertentu pula untuk  mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud  yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini.
a. Observasi berstruktur.  Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.
b. Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dam guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotalberupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.  Alat mekanikalberupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini.
a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
b. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu  dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
c. Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya,  serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!
a. Fungsi bertanya
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian  peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir,  dan menarik  simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
b. Kriteria pertanyaan yang baik
Singkat dan jelas.Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.
Menginspirasi jawaban. Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.
Memiliki fokus. Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan  yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.
Bersifat probing atau divergen.Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin belajar?(2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh  peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
Bersifat validatif atau penguatan. Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik  yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu  dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. Contoh:

o Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
o Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”
o Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
o Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif”
o Guru  : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
o Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
o Dan seterusnya

Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.

Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.

Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif  yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.

Merangsang proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
c. Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.







Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan
Kognitif yang lebih rendah Pengetahuan (knowledge) Apa...
Siapa...
Kapan...
Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan atau pasangkan...
Persamaan kata...
Golongkan...
Berilah nama...
Dll.
Pemahaman (comprehension) Terangkahlah...
Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...
Penerapan (application Gunakanlah...
Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
Kognitif yang lebih tinggi Analisis (analysis) Analisislah...
Kemukakan bukti-bukti…
Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah sebabnya…
Berilah alasan-alasan…
Sintesis (synthesis) Ramalkanlah…
Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
Tulislah…
Bagaimanakita dapat memecahkan…
Apa yang terjadi seaindainya…
Bagaimana kita dapat memperbaiki…
Kembangkan…
Evaluasi (evaluation) Berilah pendapat…
Alternatif mana yang lebih baik…
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Bandingkan…
Bedakanlah…

3. Menalar
a. Esensi Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.  Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan  antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R).  Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran.
Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu dirasa menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan mengalami penguatan. Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R dirasa tidak menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan melemah. Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan) dalam memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan meningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau menghilangkan perilakunya.
Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari duajenis, yang setelah tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia menyadari bahwa latihan saja tidak dapat memperkuat atau membentuk perilaku. Pertama, Law of Use yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang. Kedua, Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang.Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk dengan menggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.

Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka merekaakan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi. Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghubungkan S dengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah:
Kesiapan (readiness). Kesiapan  diidentifikasi berkaitan langsung dengan motivasi peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik. Guru harus benar-benar siap mengajar dan peserta didik benar-benar siap menerima pelajaran dari gurunya. Sejalan dengan itu, segala sumber daya pembelajaran pun perlu disiapkan secara baik dan saksama.
Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan antara S dengan R makin intensif dan ekstensif.
Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dengan R akan meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dirasakan langsung oleh mereka dalam dalam dunia kehidupannya.
Kaidah atau prinsip “pengaruh” dalam pembelajaran berkaitan dengan kemamouan guru menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan ganjaran. Teori S – S ini memang terkesan robotik. Karenanya, teori ini terkesan mengenyampingkan peranan minat, kreativitas, dan apirasi peserta didik.
Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan dengan pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh  Ivan Pavlov, teori asosiasi biasanya menambahkan teori belajar sosial (social learning) yang dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses peniruan (imitation). Kemampuan peserta didik dalam meniru respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya. Ada empat konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura.

Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan cara meniru perilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan pengalaman vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain itu.
Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model (attentional), mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebelajar (retention), menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar (reproduction), dan motivasi (motivation) ketika peserta didik berkeinginan mengulang-ulang perilaku model yang mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif dari lingkungan.
Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat apakah orang lain diberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu.
Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), dimana peserta didik mengamati, mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya sendiri.
Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan temannya di kelas.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
d. Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalardengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum.Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Contoh:
Singa binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan
Harimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan
Ikan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan melahirkan
Simpulan: Semua binatang yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu  langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis,sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Contoh :
Kamera adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Telepon genggam adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperas.
Simpulan: semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
e. Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik adakalamua menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif merupakan suatu “metode menalar” yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan.
Contoh:
Peserta didik Pulan merupakan pebelajar yang tekun. Dia lulus seleksi Olimpiade Sains Tingkat Nasional tahun ini. Dengan demikian, tahun ini juga,Peserta didik Pulan akan mengikuti kompetisi pada Olimpiade Sains Tingkat Internasional. Untuk itu dia harus belajar lebih tekun lagi.
Analogi deklaratif merupakan suatu“metode menalar” untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dketahui secara nyata dan dipercayai.


Contoh:
Kegiatan kepeserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara kepala sekolah, guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra sekolah, dan peserta didik. Seperti halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
f. Hubungan Antarfenomena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain.Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satuatau beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri dri tiga jenis.
Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit yang  bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan.
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh :
Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaan Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian antarpeserta didik, yang disebabkan oleh pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga mengalami dekandensi moral secara massal.
Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-akibat 1 –akibat 2, suatu  penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu menyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga muncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang akut menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus berlangsung secara siklikal.
Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
a. Persiapan
Menentapkan tujuan eksperimen
Mempersiapkan alat atau bahan
Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran
Memertimbangkanmasalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau membahayakan.

b. Pelaksanaan
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik.
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c. Tindak lanjut
a. Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
b. Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
c. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
d. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen.
e. Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan
Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknaikerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika  pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.
Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika peserta didik diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika bekerjasama atau berkolaborasi dengan temannya. Vigotsky merupakan salah satu pengagas teori konstruktivisme sosial. Pakar ini sangat terkenal dengan teori “Zone of Proximal Development” atau ZPD. Istilah ”Proximal” yang digunakan di sini bisa bermakna “next“. Menurut Vygotsky,  setiap manusia (dalam konteks ini disebut peserta didik) mempunyai potensi tertentu. Potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan cara menerapkan ketuntasan belajar (mastery learning). Akan  tetapi di antara potensi dan aktualisasi peserta didik itu terdapat terdapat wilayah abu-abu.  Guru memiliki berkewajiban menjadikan wilayah “abu-abu”yang ada pada peserta didik itu dapat teraktualisasi dengan cara belajar kelompok.
Seperti termuat dalam gambar, Vygostsky mengemukakan tiga wilayah  yang tergamit dalam ZPD yang disebut dengan “cannot yet do”, “can do with help“, dan “can do alone“.  ZPD merupakan wilayah  “can do with help”yang sifatnya tidak permanen, jika proses pembelajaran mampu menarik pebelajar dari zona tersebut dengan cara kolaborasi atau pembelajaran kolaboratif.
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.
Guru dan peserta didik saling berbagi informasi. Dengan pembelajaran kolaboratif,  peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai  dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.
Contoh:
Jika guru mengajarkan topik “hidup bersama secara damai.” Peserta didik yang mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan topik tersebut berpeluang menyatakan sesuatu pada sesi pembelajaran, berbagi idea, dan memberi garis-garis besar  arus komunikasi antar peserta didik. Jika peserta didikmemahami dan melihat fenomena nyata kehidupan bersama yang damai itu, pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan dalam jaringan pembelajaran mereka. Mereka pun akan termotivasi untuk melihat dan mendengar. Di sini peserta didik juga dapat merumuskan kaitan antara proses pembelajaran yang sedang dilakukan dengan dunia sebenarnya.
a. Berbagi tugas dan kewenangan. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri,  berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa, mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.
b. Guru sebagai mediator.Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi  baru dengan pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuan dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar.
c. Kelompok peserta didik yang heterogen. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangat penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas.  Pada kelas kolaboratif peserta didikdapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi,serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam heterogenitas peserta didik.
2. Contoh Pembelajaran Kolaboratif
Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir kartu (card sort).  Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut ini.
Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih katagori.
Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori yang sama.
Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada rekanhya.
Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.

a. Macam-macam Pembelajaran Kolaboratif
Banyak merode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Beberapa di antaranya dijelaskan berikut ini.
JP = Jigsaw Proscedure. Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok bahasan. Agar masing-masing peserta didik anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasari   pada rata-rata skor tes kelompok.
STAD = Student Team Achievement Divisions.Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok bertindak saling membelajarkan. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Penilaian didasar¬i pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok peserta didik.
CI = Complex Instruction.Titik tekan metode ini  adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didiksebagai anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.
TAI = Team Accelerated Instruction. Metodeini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap peserta didik sebagai anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal berikutnya. Namun jika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari pada hasil belajar individual maupun kelompok.
CLS = Cooperative Learning Stuctures. Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta didik bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.
LT = Learning Together. Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
TGT = Teams-Games-Tournament. Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok peserta didik.
GI = Group Investigation. Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.
AC = Academic-Constructive Controversy. Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition. Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.
b. Pemanfaatan Internet
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif.  Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.  Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.

Tidak Efektif, Kurikulum 2013 Sampai Telan Biaya 6 Triliun

Penerapan Kurikulum 2013 sedikitnya menelan biaya Rp 6 triliun. Namun, biaya yang besar belum diikuti dengan mulusnya pelaksanaan kurikulum baru itu di lapangan.

Di sejumlah daerah, murid tak kunjung menerima buku pelajaran dan masih ada guru yang belum dilatih.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim, di Jakarta, Selasa (9/9), mengemukakan, pengadaan buku Kurikulum 2013 menghabiskan Rp 2 triliun. Dana itu untuk mencetak 245 juta eksemplar buku SD, SMP, SMA, dan SMK.

Adapun dalam pemberitaan sebelumnya, Musliar menyebutkan, pemerintah menyiapkan anggaran Rp 4 triliun untuk melatih 1,4 juta guru (Kompas, 17 Februari 2014).

Pengadaan buku
Untuk pengadaan buku, pemerintah menggunakan cara baru. "Agar tidak ada korupsi atau pemberian fee, tender pengadaan dan distribusi buku dipilih oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) fungsinya hanya sebagai koordinator dan pemantau," kata Musliar.

Dalam pengadaan dan distribusi buku, LKPP bertugas menerima pesanan cetakan, mengirim, dan menerima pembayaran buku. Adapun dinas pendidikan bertugas memastikan sekolah-sekolah di wilayahnya benar-benar memesan dan menerima buku. Sekolah harus aktif memesan buku dan memastikan penerimaan buku untuk proses belajar dan mengajar.

"Dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya, Kurikulum 2013 tergolong biayanya paling murah selama ini," ucap Musliar.

Namun, di lapangan, sekolah di sejumlah daerah belum kunjung menerima buku. Hingga kini, di Kota Padang, belum ada satu SMP pun yang menerima buku tematik Kurikulum 2013. Sebagian guru akhirnya berinisiatif memfotokopi buku untuk mengajar anak-anak sambil menunggu buku cetak datang. "Kami betul-betul butuh buku. Kalau perlu, kami membayar dulu dengan uang sendiri tidak apa-apa," ujar Kepala SMP Khaira Ummah Padang Adriadi.

Di Tegal, Jawa Tengah, buku Kurikulum 2013 belum terdistribusi ke semua sekolah meski tahun ajaran baru sudah berlangsung dua bulan. Akibatnya, aktivitas belajar-mengajar terhambat. Guru belum sepenuhnya memahami sistem pembelajaran Kurikulum 2013.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia Kota Tegal Sihono, Senin, mengatakan, buku-buku Kurikulum 2013 baru diterima sekitar tiga SMP dari total 34 SMP/MTs di wilayah tersebut. "Untuk SD, kebanyakan juga belum," katanya. Menurut Sihono yang juga Kepala SMP 19 Kota Tegal, kondisi tersebut membingungkan guru.

Guru belum dilatih
Di Papua, jumlah guru yang masuk dalam sasaran pelatihan Kurikulum 2013 mencapai 20.000 orang. Namun, baru 11.000 guru yang mendapatkan pelatihan karena keterbatasan anggaran.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua Elias Wonda, Selasa, di Kota Jayapura, Papua, mengatakan, diharapkan setiap kabupaten menyiapkan 30 persen dari 80 persen dana otonomi khusus bagi peningkatan kualitas pendidikan. "Kami mengharapkan anggaran tersebut juga digunakan untuk sosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013 bagi para guru," ujarnya.

Sumber :Tribunnews 

Tetap Semangat untuk Pendidikan Indonesia


Minggu, 12 Oktober 2014

Segera Terbit antologi Nasional "Memo untuk Presiden"

Dunia sastra Indonesia kembali digebrak dengan segera diluncurkan Antologi Puisi yang diberinama Memo untuk Presiden. Siapa lagi kalau bukan Leak Sosiawan , sastrawan asal Solo yang pada 2013 sukses menggagas Puisi Menolak Korupsi. Memo untuk Presiden dimaksudkan untuk mencermati gonjang-ganjing dunia politik nasional serta suksesi kepemimpinan nasional yang banyak menyita perhatian. Leak tidak bermaksud untuk membawa sastrawan ke kancah politik, namun hanyalah mengajak sastrawan Indonesia memberi kontribusi dalam bidangnya (bersyair) sesuai dengan mementum tersebut. Lebih dari itu Memo untuk Presiden sebagai penyejuk masyarakat pembaca sastra di Tanah Air untuk mengapresiasi karya sastra dalam sorotan pada Presiden. Walau pun begitu tetap pada jati diri puisi itu yakni pembawaannya yang 'terselubung' makna disamping nilai seni.
Antologi puisi Memo untuk Presiden  disamping Leak Sosiawan sebagai penggeraknya juga didukung banyak tokoh sastrawan Indonesia saat ini seperti, Akhmad Sekhu dari Jakarta, Eka Pradhaning dari Magelang, Rg. Bagus warsono dari Indramayu, Dyah Kencono Puspito Dewi dari Bekasi, Acep Syahril dari Jambi, Fransisca Ambar Kristiani dari Semarang, Syarifudin Arifin dari Padang, Nurochman Sudibyo dari Tegal, Rini Ganefa, dari Jakarta, Ali Syamsudin Arsi dari Banjarmasin, Hasan Bisri Bfc dari Bogor, dan  penyair berbakat dari Cilegon, Muhamad Rois Rinaldi serta banyak lagi sastrawan dari berbagai daerah di Indonesia.
Lebih dari 200 puisi Memo untuk Presiden dari 196 penyair mengisi buku antologi tersebut. Kemungkinan banyak lagi 'memo' puisi yang akan mengisi buku selanjutnya mengingat banyak sastrawan ingin turut serta dalam kegiatan antologi bersama ini.
Peluncuran buku ini pertama kali akan dilaksanakan di Blitar di Taman Makam Pahlawan Proklamator Soekarno pada 1 Nofember 2014 yang akan datang. 

Selasa, 07 Oktober 2014

Seni Bleknong SDN Totoran Kec. Pasekan Indramayu Tampil menarik di Pawai Pembangunan Kab. Indramayu

Seni Bleknong dari SDN Totoran Kec. Indramayu memang sudah sejak lama dimiliki Kecamatan Pasekan Indramayu. Seni Bleknong ini berhasil dilestarikan oleh SD ini sejak tahun 2007 atas prakarsa Warma SPd. dan Agus Warsono dimana seni bleknong pada saat itu terancam punah. Atas inisiatif itu kemudian mulai digarap pembentukan grup Seni Bleknong dari SDN Totoran. Sedang untuk penulisan asal usul serta berbagai kaitan dengan bleknong dikumpulkan oleh Agus Warsono.
 Asal usul bleknong memang dari daerah Pasekan dimana seni  ini berkembang semenjak Zaman Indramayu dipimpin oleh seorang Bupati bernama Rd Wiralodra. R Wilalodra saat itu ingin membuka alas (hutan) tiris u7ntuk dibuka sebagai tempat pemukiman, bercocoktanam dan membuka petambakan ikan. Namun hutan tiris dipenuhi dengan berbagai jin merkayangan yang terdiri dari Butha Rotadenawa, serta masyarakat merkayangan seperti gendruwo, wewe, tuyul, dsb.
 Rd. Wiralodra yang terkenal sakti akhirnya bisa mengusir para dedemit itu dengan menabuh  alat musik bleknong yang berjalan ke tepi laut hutan tiris. Para dedemit itu termasuk rajanya tertarik mengikuti gamelan hingga pinggir pantai. Hutan bakau itu akhirnya dapat dibuka dengan damai tanpa ada masyarakat yangdiganggu.
 Semenjak saat itulah seni bleknok slalu di mainkan oleh masyarakat di Kevamatan Pasekan Indramayu.
 Bleknong akhirnya menjadi seni khas daerah Pasekan.
Pada acara-acara adat seni bleknong slalu tampil menghibur masyarakat.

Berikut tetembangan Bleknong karya Rg Bagus Warsono :

......'klambi liris bedah kelekke , ngaku laris jare deweke"
......'Klenteng wijile kapuk , wonge ganteng ambune apek"
......."Grabad warung janganan , doyan boban kewirangan"
......" Tambangan prau jukung, pengen mangan laue kangkung'
......." Lalap pete sambel asem , aja ngece mesam mesem'
......" jagat peteng mendunge wurung , wonge ganteng udude kawung'
......" sapu ada bitinge klapa ana rangda bekas rabine sapa'
......" manek klapa duwur sepira , aduh bapa gage sawera."
......'dedek digawe awu, aja kurang satus ewu "

Minggu, 21 September 2014

Pengkajian Kritik Sastra Indonesia (On literary criticism in Indonesia) karya Yudiono K.S.

Resensiku
Pengkajian Kritik Sastra Indonesia oleh Yudiono K.S. ini sebuah buku yang penting dalam sastra Indonesia dewasa ini. Sastra diperlukan kritik sebab kritik sempurna sebiuah karya sastra. Namun malas juga orang membuat kritik terhadap sebuah sastra padahal kritik dapat dibuat dengan berbagai jenis tulisan seperti dipaparkan dalam buku ini. Boleh jadi kita menemukan sebuah tulisan adalah sebuah kritik sastra, tetapi bagaimana kita bisa mengatakannya tanpa membaca buku ini. Yudiono K.S. memang jempolan dalam menuturkan karyanya. Pembaca akhirnya tahu pentingnya sebuah kritik sastra. Ternyata kita juga bisa membuat kritik sastra seperti dicontohkan dalam buku ini. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia (On literary criticism in Indonesia) karya Yudiono K.S. ini sangat penting dimiliki oleh pelajar, mahasiswa, guru dan dosen sastra juga semua yang ingin mempelajari sastra Indonesia. (21-09-2014 Rg Bagus warsono)  

Jumat, 19 September 2014

Eka Budianta Mekar di Bumi oleh Arswendo Atmowiloto

Resensiku
Membaca perjalanan seseorang tokoh teladan seakan tidak ada habis-habisnya. Kali ini Arswendo Atmowiloto memaparkan sosok Eka Budianta, seorang penulis jempolan Indonesia dari berbagai sudut pandang termasuk memberi ulasan beberapa tulisan Eka Budianta. Seorang pribadi yang patut mendapat apresiasi dikalangan generasi muda yang begitu pantas menjadi panutan teladan. Seorang pemimpin keluarga yang membawa keluarga menjadi religius namun berpendidikan dan juga berhasil membinanya. Mekar di Bumi, demikian Arswendo memeberi judul , buku tebal penuh inspirasi bagi pembacanya, tidak saja kita mengidolakan sosok Eka Budianta tetapi juga penuh dengan wawasan yang dapat dipetik dari buku ini. Tak salah jikia Arswendo menyebutnya mekar di bumi ini. Ulasan dan artikel yang menarik dalam buku ini menjadikan kita lebih mengenal lebih dekatsiapa Eka Budianta. (Rg Bagus Wartsono, 19-9-2014)

Arswendo Atmowiloto
Pustaka Alvabet, 2006 - 406 halaman

Kamis, 18 September 2014

Menggebrak Dunia Mengarang


Resensiku
Buku kecil ini banyak dicari terutama bagi calon penulis yang akan mulai meniti kariernya di dunia menulis. Sebuah panduan yang sangat apik untuk membuka cakrawala dunia tulis menulis. Penulis mula akan merasa optimis jika membaca buku ini. Orang tentu tidak menyangka begitu banyak lahan dunia tulis debagai profesi, setelah membaca buki ini, pastilah akan memahami bahwa dunia tulis menulis pun tak kalah dengan lahan untuk mendapatkan rezeki. Eka Budianta menulisnya di tahu 1992 diberi judul Menggebrak Dunia Mengarang (Creative writing of Indonesian novel, short story, etc) untuk Anda yang menekuni tulis-menulis tetapi juga sangat baik untuk pegangan instruktur pelatihan menulis. (17-09-2014, Rg Bagus Warsono)  

Senyum untuk Calon Penulis

Resensiku
“Eka Budianta orangnya baik, ajakannya mendidik, penuturannya menarik, dengan gaya berbisik. Lebih dari itu caranya menyemangati benar-benar mengusik. Ini buku yang baik”, demikian Arswendo Atmowiloto (budayawan) mengomentari buku ini. Apa yang dikatakan Arswendo memang benar adanya. 'Senyum untuk calon penulis' adalah senyum optimis pembacanya. Bagaimana tidak, dalam waktu cepat pembaca akan mantap penuh optimis menatap dunia penulis. Berisi ulasan artikel yang menarik serta membuka cakrawala penulis pemula. Ingin rasanya membaca berualang-ulang buku ini. Buku wawasan dunia penulisan untuk semua kalangan tidak hanya calon penulis. Senyum untuk Calon Penulis (Author's experience on social issues which can influence writers in building their writing capacity) Anda akan menjadi penuh harapan bila terjun di dunia menulis. Tak salah Jika Arswendo Atmowiloto memuji Eka Budianta penulis buku ini, memang buku ini disampaikan dengan gaya bahasa yang menarik namun tak terasa mendidik kita. (18-09-2013 Rg Bagus warsono) 

Rabu, 17 September 2014

Leksikon Susastra Indonesia

Resensiku -
Leksikon Susastra Indonesia , oleh Korrie Layun Rampan 2000, buku ini sangat membantu inventarisir sastrawan Indonesia masa kini. Korrie memasukan data sastrawan sengaja dengan pertimbangan karya bukan usia. Ini berarti usia bukan menjadi hal apa yang disebut dngan 'angkatan sastrawan itu. Buku dengan tebal 576 halaman sangat bermanfaat bagi generasi muda saat ini. Namun demikian patokan untuk nama sastrawan yang dimasukan belum terjelaskan apakah itu karya sastra media cetak atau akun sosial. Begitu pula media cetak apakah termuat di buku atau haya di koran-koran dan majalah . Sedang patokan koran juga apakah koran sastra atau umum, begitu juga derajat edar media apakah regional atau tidak. Agaknya Korrie memandang pada mutu seebuah sastra, jadi mutulah yang dijadikan seeorang sastrawan masuk dalam inventarisastrawan indonesia apapun angkatan dan dokumentasinya. Sungguhpun demikian buku ini menjadi rujukan yang sangat berarti dan patut dimiliki oleh kalangan pendidik dan pecinta sastra Tanah Air.(Rg Bagus warsono)
Korrie Layun Rampan
PT Balai Pustaka, 2000 - 576 halaman

Pengantar Sejarah Sastra Indonesia


Resensiku -
Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, sebuah buku yang sangat bermanfaat untuk memahami perkembangan sastra di Indonesia tetapi juga sangat bermanfaat bagi pendidikan sastra bagi generasi muda. Isi yang padat dan mutu yang terjamin dikarenakan reverensi yang diterima pembaca menjadikan buku ini dapat menjadi buku pegangan guru di semua jenjang bahkan dosen di fakultas sastra. Disamkping itu para penulis di Tanah Air juga dapat mempergunakan buku ini sebagai acuan untuk karya mendatang. Adalah Yudiono K.S. penulis buku ini. Sangat jarang penulis Indonesia menelaah sejarah sastra . Kedudukan penulis yang independen menjadikan isi begitu sempurna sehingga membedakan pelaku sastra dan karya yang disorotinya. Sebagai seorang guru tentu memerlukan bukuini sebagai pegangan. Buku Pengantar Sejarah Sastra Indonesia ( History of Indonesian literature of the 20th century) seakan memiliki buku dalam satu rak lemari sastra. Cukp tebal namun enak dibaca. (16-9-2014 oleh Rg Bagus Warsono)
Yudiono K. S.
Grasindo, 2010 - 366 halaman

Rabu, 10 September 2014

Mengenal Sastrawan Indonesia : Ali Arsy

Ali Syamsudin Arsi 
lahir di Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalimantan Selatan. Kini tinggal di kota Banjarbaru, Prov. Kalsel. Pendiri dan Ketua Forum Taman Hati, diskusi sastra dan lingkungan, bersama M. Rifani Djamhari. Pendiri dan Pembina Sanggar Sastra Satu Satu Banjarbaru. 
Karya –aryanya antara lain :1. Negeri Benang Pada Sekeping Papan (Tahura Media, Banjarmasin, Januari 2009).  2. Tubuh di Hutan Hutan (Tahura Media, Banjarmasin, Desember 2009). 3. Istana Daun Retak (Framepublishing, Yogyakarta, April 2010). 4. Bungkam Mata Gergaji (Framepublishing, Yogyakarta, Februari 2011).
Tahun 1999 menerima hadiah sastra dari Bupati Kabupaten Kotabaru.  Tahun 2005 menerima hadiah seni bidang sastra dari Gubernur Kalimantan Selatan. Tahun 2007 menerima hadiah sastra bidang puisi dari Kepala Balai Bahasa Banjarmasin. Tahun 2012 menerima penghargaan pada acara Tadarus Puisi & Silaturrahmi Sastra, Pemerintah Kota Banjarbaru melalui Dinas Pariwisata, Budaya dan Olah Raga. Pada malam Tadarus Puisi dan Silaturrahmi Sastra tahun 2014 kembali mendapat penghargaan sastra oleh Pembko Banjarbaru melalui Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, penilaian berdasarkan standar kekaryaan dan aktifitas bersastra. Penyair ini tinggal di Banjarbaru.

Selasa, 09 September 2014

IIS SEFTIANI GURU MATA PELAJARAN OLAH RAGA YANG BERPRESTASI


Iis Seftiani guru mata pelajaran olah raga yang berprestasi. Tidak kalah dengan teman prianya yang sama=sama guru olah raga, Iis seftiani, guru dari SDN Brondong I kec. Pasekan ini adalah sosok guru mata p[elajaran olah raga terbaik di kec. Pasekan Indramayu. Pasalnya ia berhasil membawa nama harum SDN Berondong I sebagai Juara Umum Olimpiade Olah raga Siswa Nasional (O2SN) tingkat kecamatan Pasekan kab. Indramayu dengan 5 medalui emas dari 7 Cabang yang dilombakan. Hal ini menjadi kebanggan tersndiri bagi rekan guru dan Kepala SDN Brondong I tempat dimana Iis Seftiani mengajar. 

Jumat, 05 September 2014

Satu Lagi Geliat Sastra 2014, Meronte Jaring Luncurkan Antologi Bersama Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia


5-9-14 ayokesekolah.com
Nafas sastra Indonesia kembali menggeliat kalidari kota kecil Indramayu. Sanggar Sastra Meronte Jaring Indramayu dengan tokoh pengasuhnya Rg Bagus warsono meluncurkan Antologi Bersama Nasional bertema Kampung Halaman dalam Buku Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia yang kali ini merupakan penerbitan kedua (jilid I pada April 2014 lalu). Disaksikan beberapa sastrawan yang juga pengasuh Meronte Jaring Nurochman Soedibyo, YS dan Dyah Styawati menggelar peluncuran antologi ini dengan acara kecil namun bermakna.
Lewat acara 'Bancakan' yakni acara adat Indramayu untuk suatu keselamatan dan kesuksesan dengan ciri bancakan yakni 'sambal edan' dan 'iwak petek' dibacakan beberapa naskah puisi isi Lumbung puisi sastrawan Indonesia itu oleh Ki Tapa Kelana sebutan untuk penyair Norochman Soedibyo, Ys.
Buku Antologi Lumbung Puisi sastrawan Indonesia Jilid II ini diterbitkan oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca Indonesia dan menjadi arsip nasional di Perpustakaan sastra HMGM Indonesia.
Menurut Rg Bagus Warsono, tokoh penyair penjaga Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, mengatakan bahwa antologi ini mendapat dukungan dari 81 penyair dariseluruh Indonesia diantaranya adalah : Penyair Seberang Lautan Ali Syamsudin Arsi di Banjarbaru;Penyair Anung Ageng Prihantoko di Cilacap;
Penyair dan pegiat sastra Bambang Widiatmoko di Jakarta;Pimpinan Sanggar Penyair Budhi Setyawan di Bekasi;Perempuan penyair Diah Budiana di Serang
Dosen Penyair Djemi Tomuka di Manado; Guru Penyair Indonesia Gampang Prawoto di Bojonegoro;Penyair Hasan Bisri BFC di Bogor;Penyair dan seniman M. Ardi Kurniawan di Jogyakarta; Penyair dan seniman Muchlis darma Putra Banyuwangi;Perempuan penyair dan seniwati Bali , Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia -Darmawan di Denpasar;Perempuan penyair Sokanindya Pratiwi Wening dari Medan; Penyair Sugi Hartono dari Batanghari; Dosen Penyair Suyitno Ethex di Mojokerto; Penyair dan koregrafer tari Thomas haryanto soekiran di Purworejo;Wartawan penyair Wadie Maharief Jogyakarta; Teatris seniman juga penyair Wayan Jengki Sunarta di Bali; Penyair Nusakambangan Wintala Achmad Cilacap;Dokter penyair Dewa Putu sahadewa di Kupang dan lain-lain.
Antologi ini direncanakan sampai Jilid V untuk menampung sebagai Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia di era awal abad 21.
Direncanakan Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia ini untuk dibacakan sebagai bacaan wajib Lomba Baca Puisi di Hari Jadi Indramayu 7 Oktober 2014 ini.

Jumat, 22 Agustus 2014

Imam Eka Puji Al-Ghazali

Imam Eka Puji Al-Ghazali

Keterasingan

Kami mulai resah menghitung angka dari jarak kedatangan dan kepulangan. Secepat apa saja yang ada di benak kami itulah yang kami buru dengan gerak dan do’ado’a. Jalan yang mana lagi yang akan kami rangkaki_ mengurai segala asing dan kepenatan. Kami linglung dari mana kami datang, kenapa kami  seperti tak mengenal lagi araharah tanah kelahiran.
Sebab terdesak_sesak, oleh tanya dan huru-hara konsep hidup untuk besok, dan lusa, yang terus  membahana menyelimuti kuping, hidung, mulut, dan  usus.

Kamilah delapan orang pemuda, yang tertatih, _berupaya termuntahkan dari diri gelap dan gempita keterasingan. Bila harus madura lalu apakah kami musti berdiri tegap mengangkat arit. Tapi siapa yang harus mati, Ki Sanak.

Malam telah datang, hanya angin yang dinginnya menulang yang setia  memeluk tubuh; tubuh gerincang_cacingan,  karena terserang wabah sungkan dan lagi-lagi karena keterasingan. Ah, kami terbuang dari tempat asal, menjumpai mahluk semacam kuntil bermulut lima, giginya bertaring bersilap- silang,  yang kapan saja siap jadi pemangsa paling heroik.

Malam kedua ini, kami memilih merapatkan jemari_  menusuk dada langit dengan tembang do’a, kemudian bumi, kami banjirkan dengan air mata tulus pinta agar segalanya berubah jadi asal. Asal mula kita dilecutkan dari rahim tanah ibu yang penuh bunga, yang betapa  sangat  kami rindui.

Romben Guna, 09/06/13; 10:13 Wib 



20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II


Hasan Bisri BFC
KAMPUNG YANG KUSANJUNG

1/ kota santri
ketika orangorang bertanya dimanakah letak kota santri
dengan bangga kutepuk dada, “itulah kotaku.”
maka tak satu pun ada membantahnya
maka kaulihat, saudagarsaudagar merapat
menunggu waktu shalat
perempuanperempuan berkerudung menjadi penyejuk mata
anakanak bersarung batik dengan peci miring tak ketinggalan juga
tataplah masjidmasjid dan mushala riuh suara akanakkanak membaca Alqur’an
tapi itu dulu,
sebab para saudagar melepas lelah di cafe
perempuanperempuan berkerudung membonceng motor pacarnya
dan anakanak asik di depan layar kaca
maka, kelak anakanak kita akan mengenal kota santri dari kamus bahasa
Indonesia

2/ kota batik
ketika orangorang manca menggores tinta
resmilah kota kami menjadi kota batik adanya
kampungkampung dihias dengan gapura perkasa
pembatikpembatik sumringah
para majikan amat bungah
meski serbuan batik murah tak bisa dicegah lagi
Kota Batik, ah berapa hektare sawah menjadi sesak oleh limbah
para petani menggantung cangkul dan berlumur kecewa
ikanikan tak lagi menjadi sahabat nelayan
kampung yang senantiasa kusanjung kini siap menampung bah airmata

Pekalongan, 31 Juli 2014

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Lukni Maulana
Padasan Retak di Kotaku
Dimana air sumber ilmu itu
Ku temui ia meluber lalu melukai keindahan
Akan aku cengkram andai tangan ini mampu
Akan kuletakan di kotaku
Menghias wajah suram yang luka
Agar ia bangkit
Terapung diatas sana

Namun sumber ilmu tetap terpasung
Sebab kecoak memberi kabar
Bahwa air padasan telah retak di kotaku
Anak muda penuh panorama desa
Memajang rasa malu ditelinga
Keluar tanpa beban derita

Inilah kebodohan yang belum kusadari
Aku hanya bermimpi atau sekedar harapan palsu
Lalu mati
Aku hanya bertutur kepadanya
sahabat, air hujan memberi keberkahan
tapi hanya sedikit yang kita nikmati
Semarang, 31/07/2014


Operasi Kemewahan
Gedung megah bertingkat menjadikan saudarku begitu mewah
Di pabrik bergelimang buruh outsourcing
Aku ingin jadi karyawan tetap, katanya
dan kemerdekaan ingin ia miliki
akan tetapi kedaulatan tidak juga didapati

lalu untuk apa tanaman berdiri menantang
pohon pisang, kelapa, buah mangga, padi melambai
barangkali supaya gedung pabrik tetap berdiri

begitu elok embun pagi
mentari menyapa
ia tidak ada
masih ada esok hari
Semarang, 31/07/2014



20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

 Wadie Maharief
Kenangan tentang Emak

Perempuan cekatan itu
adalah emakku
Ngurus anak sepuluh hampir tak pernah mengeluh
Serba bisa meski tak pernah sekolah
tapi menjadi guru bagi anak-anaknya
Aku belajar segala dari emak
Mulai menampi beras, menanak dan menjerang air
Bikin gulai dan menyeduh kopi
Emakku perkasa, ratu yang agung
Rumah dan berandanya selalu bersih
Gemulai ia menyapu setiap pagi
Tangannya tak pernah berhenti
Seperti penari yang penuh energi
Aku rindu emak
Yang telah mengajari aku tentang hidup
dan kehidupan ini
Aku mengerti kenapa beras mesti ditampi
Sebelum ditanak, kenapa menyapu
Harus pelan tapi bersih....?
Jangan melakukan kesia-siaan dalam hidupmu, nak….
Begitu pesannya
Yogya, 25 Mei 2014







20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Ali Syamsudin Arsi

Ia Lekat di Pelupuk Mata 

aku pernah kecil dan tak punya daya berlari di antara semak daun embun bahkan ranting duri - ia lekat di pelupuk mata - geriap sungai kecil aku pernah berenang bahkan hampir tenggelam pada pasir di dasarnya - ia lekat di pelupuk mata - suara-suara yang dahulu aku ingat semakin berloncatan di dahan-dahan pohon enau pohon buah karet dan daun-daun pisang sebagai kenangan – terasa sangat purba -
sebatas apa bila rinduku pada rimbun kembali melambai agar pulangku adalah bagian dari kerinduan langka nun jauh sudah jejak kaki berjarak nian dari detak akar-akar padi

ia lekat di pelupuk mata

ibuku menyatukan daun-daun pisang lantas dibawa ke tengah pasar untuk ditawarkan aku ikut di sampingnya dengan langkah kecil tatapan mata kecil dan harapan-harapan kecil – aku pernah kecil dan tak punya daya ketika berlari di jalan setapak yang berkelok-kelok menuju arus sungai berpasir dengan jamban-jamban pemandian – kecipaknya aku sangat merindukan

ia lekat di pelupuk mata

akar-akar padi dalam lumpur mengisyaratkan agar aku lekas-lekas kembali
/asa, banjarbaru, juli 2014 

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Sokanindya Pratiwi Wening
~kampung halaman ~
kampung halamanku, katamu
dimana? kalau nyatanya aku lahir dan besar di
penjara

hijau hijau itu bukan dedaunan
tapi muka-muka masam bermata dalam
dentum-dentum itu bukan mercon perayaan
namun amuk senjata penuh kemarahan

bukan matahari sebagai teman
diam dan ancaman serupa menu makanan
terhidang kapan saja penguasa doyan

tuhan seperti tidur; aku ngelindur
bicara kampung halaman yang subur makmur
rakyatnya ramah tak doyan tawur
panen kapan saja tanpa nandur;
nyatanya, ayahku mati tanpa kubur

indonesia terbakar tanpa api...!


Krueng Geukueh, 09/06/2014


20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Anung Ageng Prihantoko

Setapak yang Bercerita
Setapak yang bercerita
Tentang pematangmu yang terlentang
Hilang dihisapi mimpi masa depan
Dadamu yang gembur meriap pucuk-pucuk padi
punah terpendam pertempuran ekskavator dengan
Danyang-danyang yang bimbang
Akar-akar tunggang besi tulangan menerobos bumi menembus perut cacing-cacing tanah
Beton dan batu bata yang tumbuh subur menjalar meraih
Gumpalan awan-awan perawan di langit
Dan rumah-rumah kotak kubus itu telah mengubur tanah rumputan
Anak-anak kami gelisah mencari tempat bermain bola dan mengejar layang-layang
Akhirnya mereka tersesat di rental play station dan sebagian ditelan televisi
Alangkah kenangan kami lindap bersama detik-detik yang ranggas
Pada jam tua yang merangkak di desing angin malam yang asing
Belasan tahun lalu sungai adalah surga tempat kami mencari ikan dan thoe
Dan kemarin sungai itu meratap mengerang
Kesepian dan hampir mayat karena terlupa
Belasan tahun lalu kami asik bergetek di telar mencari biji bunga teratai
Yang di ujung lidah terasa begitu manis dan lezat
Tapi sekarang bunga-bunga itu telah entah
Bulan merah telah rapuh
Tubuhnya mengapur penuh abu
Dulu dia teman kami
Menerangi kami berlari menyusuri ladang-ladang tempat sembunyi
Bermain jonjang umpet selepas isya bersama tawa
Berhari-hari aku mencari
Sekotak permainan masa kecil
: gundu, thihtik benthik, dos-dosan, gobag sodor, jonjang umpet dan permainan lainnya
Akan kuajarkan pada anak-anakku
Tapi tersesat dimana mereka
Aku lupa di ruang otak sebelah mana aku menyimpannya.
Cilacap, 8 Juli 2014


















20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

M. Ardi Kurniawan

Purwarupa

Yogyakarta beralih rupa
Menjadi purwarupa ibukota
Jalanan menjadi sesak
Setiap menjelang senja

Setiap vakansi tiba
Orang kota ramai-ramai bergembira
Sementara orang asli Yogya
Terus bekerja dan bekerja

Deru mesin ibukota makin terasa di Yogyakarta
Mendesak-desakkan suaranya
Menggantikan jarak dan jeda
Di antara ruang-ruang kota

[Yogyakarta, 2014]


20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Sofyan RH. Zaid

KAMPUNG HALAMAN KATA

kami duduk-duduk sepi # di beranda suatu pagi
cangkir kopi # beraroma hari
hari kamis # selepas gerimis
sisa air menetes dari daun # gending musim mengalun

kami berbincang perihal kabar # sebuah negeri yang terbakar
asap seketika menyebar # dada kami berdebar-getar
kami terbangkan doa # langit merah saga
air mata perlahan batu # mulut kami jadi bisu

kami duduk-duduk sepi # kemudian pergi menunda mati

2014


20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

I Putu Wahya Santosa


Akar Kata
Dengan apa  pohon gejolak pikiran
Berkembang biak
Selain dengan cinta akar kata
Yang merentangkan setiap batang gelisahnya

Dengan apa pohon cuaca yang gamang di katakan
Dapat dicerahkan
Selain dengan kebijaksanaan akar kata
Yang selalu memberi kesadaran
bagi jiwa yang ingin bertumbuh
Menjadi dewasa di setiap musim

Dengan apa teka teki akal
Dapat diburu kekal
Selain dengan mempelajari pertumbuhan akar kata
Yang selalu menyerap mata air kedalam nuraninya

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Ekohm Abiyasa

Pesan Jogja

lengang malam senin
tulang-tulang dingin
sesekali asap motor melesap
orang-orang di angkringan bertukar cakap

ini sebuah kota yang dingin
jejak-jejak dan memori selalu mengerling

singgahlah ke gubug lama
tempat di mana kata-kata lahir
tempat di mana rindu-rindu mengalir

Jogja selalu berwarna
sudut-sudut kota
matahari pembatas
halaman yang terlepas

Jogja selalu setia
menanam damai
pada pengembaraan yang kian trengginas

Surakarta, Mei 2014






20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Fatmawati Liliasari

Syair Untukmu, hadiah untuk kotaku

Suatu saat orang-orang akan tahu
Tentang ceritaku, cerita kita
Meskipun aku ragu kau bisa mengenalinya
Wanita penyendiri itu telah melihatmu
Dia mencarimu, menyusuri jalan-jalan
hitam, sawah bertingkat sembari sesekali bercermin
pada dinding kaca berdebu
melihat bayangan raksasa di sebelah sana yang dengan angkuh
hendak mencakar langit.

Dia menemukanmu di sebuah gedung impian
Hamparannya luas, kata orang gedung itu
Adalah rumah para intelektual
Tetapi akhirnya aku hanya merasa gedung ini tak punya nyawa
Ia hanyalah rumah bagi dua tetangga yang selalu bersilang pendapat
Ataukah salah satu dari mereka ketakutan ?
Akhirnya ; kehadiranku di sini dilupakan
Aku berjalan di sampingmu tapi kau tak melihatku
Aku tersenyum ramah tapi engkau bermuka masam

Oh.. betapa kasihan, wangi gadis desa tersapu kelabu
Semburat jingga senyumnya di tampik dingin embun.
Bontorea, 25-27 Juni 2013

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Budhi Setyawan

Kodil – Bogowonto
1/
yang memancar kecil
seperti kerlip rindu di kaki Menoreh
lalu mengumpul menyatu
tetes menjelma alir doa dan mantra
lewati rumput dan perdu duri
melalui batu batu sepi
terus melangkah-menari
matamu acap mengerdip pada iklim
susuri liku ranah berpilin
keteguhan pada cita bermukim

dan orang orang mencuci angan
dengan sari kesederhanaan dari curahmu
dan lubuk lubuk nampak berdiam
seperti pertapaan matahari
dalam kegaiban sunyi

2/
dari pinggang Sumbing, muasal lahirmu
lalu memanjang syair dan zikirmu
dengan jeram jeram yang dingin
dan kecipak derai di gulir musim
pandangmu jauh pada kampung dan sawah
dan jemarimu yang asih, menjamah
dahaga yang retakkan iman
hingga batang-batang padi berbinar segar
pepohonan pun turut senandungkan riang
tempat hinggap burung burung
yang betah merawat sarang
dan mereka yang mencari ikan
berkali menebarkan jalanya
mengembangkan harapan
sampai ke langit jernih
tempat bulan bermain
dengan tembang dolanan yang kian lirih

3/
di Tempuran, pertemuan penuh haru
berabad abad dipisah jarak
tanpa kabar dan percakapan, namun
anak dan ibu yang selalu menjaga ingatan
di tebing tebing perasaan
yang kokoh dalam gempuran cuaca
dan tafsir tafsir zaman yang menggema

di antara derap-kerjap pancaroba
tetaplah rekah bunga
tergambar deras arusmu
tekun merawat kesabaran dusun dusun
dan ketabahan penempuhan usia
yang terus mendegup hingga ke muara selatan
membawa asin kenangan ke tanjung perantauan

2014 






20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Syarif hidayatullah
Nun dan Alif kampungku
-di atas pulau terapung
Nun yang bercerita tentang mimpi di kaki bukit
Yang berenang bersama jentik-jentik nyamuk
Sedang katak hanya mampu berceloteh kosong
Dengan keangkuhan yang menggelikan

Nun yang bercerita tentang hujan di sela tawa dan senyuman
Sedang kerenyahan matahari di tertawakan oleh lumut yang menghijau
Karatan-karatan tanah yang menguning dengan bangkai-bangkai perusak bumi
Pohon tak lagi tumbuh
Ia melapuk dalam kebiadaban
Alif yang tegak menjulang di dasar nun yang bergenang kubangan
Pulau-pulau semakin dekat dengan nun
Sedang alif semakin sering dirobohkan
Terkoyak kenistaan

Alif yang tersenyum getir dengan nun
Menangis iba bersama hentakan kaki
Langit penghibur lara
Sedang mesin terus meneriakkan keangkuhannya
Ku punya mimpi
Alif yang tumbuh di atas nun
Hingga bersemayam hutan, kampungku
Besok aku ingin mereka bersatu di atas pulau ini

Banjarmasin, 16 desember 2013

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II


Nurul Hidayah

EPISODE YANG HILANG

Bundaku mengibarkan selendangnya
Membawaku ke masa di mana aku menjalani masa kecilku
Di bawah pohon kelapa yang melengkung indah
Ditambah pasir putih yang bersahabat dengan gelombang di tepi pantai
Aku bermain dengan deretan semut dan beberapa siput
Lalu aku dipindahkan ke hamparan emas
Aku bernyanyi dengan burung-burung pipit yang mulai menyentuh emas kekuningan berisi
Seketika lagi aku berada dalam gemericik air di bawah dedaunan
Berlari memercikkan air ke sana kemari ditemani terik mentari pagi
Lalu menyapa matahari yang mau kembali ke peraduan
Bundaku berbisik ,”dia mau tidur, sayang”.

Kemudian bundaku kembali membalikkan selendangnya
Kini aku berada di antara bangunan-bangunan yang menjulang tinggi
Mencium bau selokan yang padat dengan sampah
Aliran air kotor mewarnai kehidupan
Ditambah dengan lagu-lagu pertiwi yang berganti isi dan makna
Di mana aku sekarang berada?
Yang kuharapkan hanya satu,”Bunda, bisikkan kembali di telingaku bahwa ini hanya mimpi belaka!”
“Bunda kembali balikkan selendangmu dan kembalikan suasana yang dulu untukku!” rintihku.
Dengan tersenyum lembut ia berkata,” Inilah tempatmu wahai anakku. Lihatlah gedung di sampingmu, sampah di selokan yang sekarang tepat di belakangmu, kebisingan oleh motor di sekitarmu, dan berbagai penyakit yang menghadang jiwa-jiwa yang lengah.”
Kini aku sadar bahwa tanahku telah berubah
Zaman telah berganti dan roda kehidupan terus berputar
Tapi kutekadkan niat dalam hati
Ini adalah tanahku, maka kutakkan tinggalkanmu
Namun, akan kutaklukkan perubahanmu
Bukan waktu yang menguasaimu tetapi aku yang akan mengendalikanmu
Aku mencintaimu wahai tempat hidupku, halaman terindah dalam jilid peristiwa jiwa
Aku rindu dikau yang dulu














20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Dhito Nur Ahmad

Hari Setelah Gerimis

Kenangan-kenangan, kehilangan-kehilangan, dan kesakitan-kesakitan
Adalah dingin semilir angin setelah gerimis
Pertemuan-pertemuan, janji-janji kebersamaan, dan perpisahan-perpisahan
Adalah langitnya yang berganti lembayung
Selalu ada rinai setelah gerimis
Ingatan tentang bunga kenanga yang berguguran di halaman
Rumah kampung halaman
Mengalirkan air di hadapan wajah
Dingin, dingin tak biasa
Setelah gerimis
Hari mendinginkan tulang
Kenangan menjadi hangat
tentang pohon dan rumput yang berdiam pilu
Menjalarkan kesunyian dan kenangan
Setelah gerimis
Selalu ada sisa rintikan kenangan yang berlalu di balik jendela
Kampung halaman bercerita
Tentang kerinduan dan kekalahan
Bahwa zaman telah merampok semuanya
Setelah gerimis
Langit berwarna lembayung
Lantas sepi pun menari di tepi hari
Makassar, 2014



20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Esti Ismawati

Selamat Pagi kampungku

semesta begitu hening
embun tersenyum menyambut terang
kelelawar tertidur dan burung sikatan beterbangan
hanyut dalam merdu keroncong Tanah Airku

seekor manyar jantan terlihat sibuk
memungut rumput helai demi helai
dirangkainya  megah istana
ia pun siap berumah tangga

seekor manyar betina memandang malu-malu
tersenyum bangga
mengangguk mesra
rumah sempurna bagi anak mereka

selamat pagi kampungku
negeri sepanjang musim
beribu pulau jalin-menjalin
menyatu dalam perahu kedamaian
menyibak riak kehidupan
mendayung beribu ombak perjuangan
melintas samudera asa, menghamba jiwa katulistiwa
menggapai hari-hari penuh mimpi, luas ladang terbentang
satu-satu tergapai menang.

Klaten, 20 Mei 2014.

20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

En Kurliadi Nf
Gubuk Kami 
: kapung ragang

di sini, gubuk kami berdiri dan kami bangun
dengan ladang dan kicau burung terbang
bilik pintu dari bambu kuning
jendela tanpa kaca juga
atap dari rumbia kuning campuran kolare
yang di senjai kekeringan

gubuk ini kami bangun dengan keringat kuning
pagi yang merapat pada senja
ternak yang dilepas ke ladang
sedangkan bila terbangun dari tidur
sungai mengirim kecipak airnya kehilir
ke tanah seberang, tempat jagung dan padi tumbuh juga
batu yang kanvas diantara hutan belukar

bila malam larut dan beranjak :bulan mengapung
ke halaman, membuka celana
mematangkan rindu yang diperam bulan

perempuan-perempuan yang dipanggil ibu
oleh anak-anaknya, membuka rahim surganya
sejak kabar magrib membakar sepi
di lenca' kaju ia telah menggantung nasib
yang berputar merapal hidup
berpendar meruangi segala risalah waktu
yang tinggal ampas pada tubuhnya

gubuk ini kami bangun dengan kasih sayang
jauh dari kota-kota yang telanjang
udaranya yang mengapung diantara deru dedaun
musim menyusui aksara hujan
membuat cinta, menyisakan doa
yang halimun : tak pernah sirna
kami ucapkan di beranda sajadah

di sini, gubuk kami berdiri
dengan seribu doa dan cahaya
yang tak akan pernah mati
sampai kami tandas usia
 
gili-genting, 2013




















20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Roni Nugraha Syafroni
KEBINGUNGAN
Liuk lengkung pemandangan hijau permadani,
membuat mata sesiapapun jua tak akan lekang.
Bening air mengalir dari sudut gunung di sisi,
melepas dahaga hati sekecil kapas teruntuk siang.
Hari-hari jemu bagai pindah ke dalam batu hitam sungai,
kokoh menunggu aliran dari hulu hingga hilir.
Pagi yang sendu tak lagi sedang merindu tampak melambai,
mendatangi diri secepat kilat dibantu angin semilir.
Tataplah mata cinta tanpa berkedip,
yakin akan tiada ‘kan berpaling.
Meski hanya sekejap kerlip,
selalu bersama nyanyian seruling.
Terkadang tetesan penyesalan merasuk,
melihat berjuta para perusak berdatangan.
Merayu pohon-pohon hutan dengan buruk,
ceria senyum mistis berubah kritis bersalaman.
Sawah mulailah berubah gelisah,
tampak menunggu untuk dikeringkan.
Canda petani-kerbau sudahlah punah,
buat perasaan padi tak akan dimakan.
Satu niscaya walau begitu,
tetap rakyat akan bangga.
Kepada sang waktu,
selamanya membela.
-Itulah kebingungan untuk kampung halaman yang rata oleh pusat perbelanjaan-

Cijerah-Cikijing, April 2014