Sabtu, 16 April 2016

Segera Terbit Karya Rg Bagus Warsono , kumpulan puisi Bahari , Satu Keranjang Ikan

Kupersembahkan untukmu Bu Susi, Kartini Reformasi , mentri terpopulair di Asia, Satu Keranjang Ikan . Selamat untukmu Kartini Indonesia.

 Minat dengan buku ini, kirim 40rb untuk setiap 1 eksemplarnya ke

BRI CAB INDRAMAYU nomor rekening 0028-01-001671-53-1 an. Agus Warsono, SPd.

Selasa, 05 April 2016

Sekolah Isine Patungan, RgBagus Warsono

Sekolah Isine Patungan

Jarene guru wis mulya
numpake mangkat mulang rodane papat
umahe gedong rajeg wesi
mulang klambine apik kudunge anyar
sepatune mengkilap disemir
nyatane arep dagang
sekolah dadi toko kriditan
muride pinter tapi keder
kabeh aturan ana regane
patungan tuku buku langka lirenne
Bocah minder
wong tua murid mblenger
saben dina kudu ana
patungan werna-werna
guru saiki ora nduweni rai
rai kandel ilmune ngedabel .



RgBagus Warsono, 23 Januari 2016

Jumat, 01 April 2016

Bahan penelitian baru bagi mahasiswa fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia

Untuk bahan penelitian bagi mahasiswa fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia pada bidang penelitian sastra modern hendakya diberikan kebebasan memilih sorotan jenisnya, misalnya puisi yang berkaitan erat dengan penyairnya itu. Kebebasan itu bisa pada sorotan genre baru, karya salah satu penyair, komunnitas penyair, atau penyair yang muncul terkini di suatu daerah. Para dosen hendaknya melihat perkembangan dunia kepenyairan terkini yang setiap hari semakin maju, berkembang dan tersebar di setiap pelosok nusantara dan tidak hanya tertuju pada buku lama di perpustakaan yang penuh buku proyek anggaran dari karya pujangga lama sampai angkatan 66.

 Minimnya pilihan mahasiswa fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia pada bidang penelitian sastra terkini dikarenakan berbagai hal. Salah satunya adalah kurangnya buku-buku karya penyair terkini masuk perguruan tinggi. Saya sering kali mendengar upaya mahasiswa sebuah unv. di fakultas sastra yang akan meninggalkan fakultas itu beramai-ramai menyumbangkan buku buku bagi perpustakaan di universitas almamaternya.

  Penelitian sastra yang dilakukan para mahasiswa itu lagi-lagi meneliti objek yang sama. Kebanyakan pada karya-karya angkatan pujangga baru hingga angkatan'66 sehingg banyak menghasilkan temuan 'kembar dari penelitian sebelumnya. Sangat disayangkan apabila terjadi justru di fakultas pendidikan.

 Jika mau banyak pilihan objek penelitan sastra terkini, misalnya puisi menolak korupsi itu bagaimana sih?, sastra negeri poci itu seperti apa?, Sartra mbeling itu seperti apa? karya-karya penyair seperti Acep Zamzam Noor II, Gola Gong, Soni Farid Maulana, Radar Panca Dahana, Isbedy ZS Stiawan, Sosiawan Leak, Jamal D. Rahman II, Seno Gumbira Adjidarma, Ahmad Syahbudin Alwi, dll itu seperti apa? Atau genre-genre puisi terkini. Sebuah pilihan penelitian yang sebetulnya enak dilakukan karena objek yang dapat memberi manfaat muatan ilmu baru bagi mahasiswa.

 Sejak 2010 internet makin memasyarakat di Tanah Air. Potret sastra kita semakin marak di internet. Situs-situs sastra banyak bermunculan melalui websait atau akunn lainnya. Sastra kita subur hingga pelosok Tanah Air. Aneka warna puisi Indonesia semakin beragam rasa bak bumbu dapur, yang bentuk dan rasa berbeda. Sebuah gairah masyarakat yang tinggi terhadap sastra khususnya puisi. Diantara aneka tumbuhan di hutan sastra kita, maka banyak ditemukan yang indah, bermanfaat, bahkan berbuah lebat.

 Dari semua perkembangan itu peminat sastra khusunya para mahasiswa fakultas bahasa dan sastra Indonesia dapat terlibat langsung mempelajari perkembagan sastra Indonesia yang tak lagi klasik.
(rg bagus warsono 1-4-16)

Minggu, 06 Maret 2016

Dialektika Budaya Baca dan Harapan Masyarakat Sastra Indonesia

Rg Bagus Warsono

Ditengah rakyat Indonesia ternyata masyarakat sastra Indonesia itu lumayan banyaknya, padahal era ini budaya baca khusus sastra terbilang sangat minim. Jadi sangat aneh sekali bila budaya baca rendah tapi pecita sastra cukup banyak. Sebuah pertanyaan sekaligus tantangan bagi para penulis sastra untuk menyikapi hal ini. Apakah media baca sastra perlu diselaraskan dengan perkembangan teknologi atau cara baru agar terpenuhinya sarana baca dan aktifitasnya untuk memberi penyediaan sastra dan kegiatannya bagi masyarakat.

Sebagai seorang yang berkecipung di pendidikan sangat yakin betul bahwa minat baca para pelajar di semua jenjang sangat rendah. Kalau tidak 'diperintah untuk baca buku sulitnya minta ampun. Apalagi secara kebutuhan mereka datang di perpustakaan sekolah. Menurut Samsuni Sarman, dan Ali Arsy Kemendikbud pernah santer mengkampanyekan perpustakaan di tahun 2000-an tetapi kini sudah kendor lagi. Keadaan demikian ini perlu diupayakan methoda baru yang lebih mengena sasaran. Tetapi juga akan sangat heran bila kita ketahui bahwa para pelajar juga banyak yang mencintai sastra. Terbukti di setiap event lomba baca atau cipta puisi/cerpen atau lainnya yang diselenggarakan di luar kegiatan sekolah atau diluar program kemendikbud , banyak didapati peserta dari kalangan pelajar .


Perkembangan masyarakat pecinta sastra sebetulnya meningkat tajam, hampir setiap kota/kabupaten terdapat apa yang kita kenal sekarang dengan dewan kesenian yang didalamnya terdapat bagian organisasi para seniman sastra. Belum lagi kelompok dan sanggar-sanggar sastra. Dan akan lebih banyak lagi bila di berbagai media sosial tumbuh banyak pecinta dan pelaku sastra.Bukti ini menandakan bahwa ada banyak rakyat Indonesia yang suka terhadap sastra dengan berbagai bentuknya.

Bukti perkembangan pecinta sastra yang begitu besar juga terkadang membuat ironis manakala ada bazar buku sepi pengunjung, ada perpustakaan tetapi pintunya tertutup rapat, dan buku-buku sastra diretur kembali ke penerbit karena minim pembeli.
Penulis juga menangkap kesan, ketika seseorang yang di pekerjakan di kantr perpustakaan atau di perpustakaan sekolah sudah tidak memiliki kebanggaan lagi.Belum lagi ketika perusahaan koran dan tabloid menutup kolom sastra karena sudah tak ada keseimbangan antara biaya pengelola tajuk sastra dengan oplah media itu yang makin berkurang.



Dialektika budaya baca seperti itu, membuat daya jual buku sastra perlu dicari format baru yang menjanjikan. Tayangan sastra di website atau buku elektronik tak dapat memberi harapan bagi penulis. Media cetak hanya pada media besar nasional dan tak memenuhi perbandingan dengan jumlah penulis yang banyak. Salah satu cara yang mungkin dapat diterima adalah menjadikan kegiatan sastra sebagai intertaiment. Kelemahan sisi ini adalah ketokohan seorang pelaku sastra harus pada posisi khusus kepopulairannya. Ia harus seperti artis layaknya sehingga tiap penampilannya memiliki sisi komersial. Dan ini tentu memerlukan perjuangan bila menjadi artis sastra populair. Pada giliran ini barulah karya penulis itu diminati dan mahal. Untuk menjadi artis sastra diperlukan tidak hanya piawai merangkai kata tetapi juga memiliki talenta lainnya seperti baca puisi, aksi panggung, bicara ,master ceremony atau berpenampilan secara prfesional.
Rg Bagus W, 6-3-16 
Foto : Riri Satria

Jumat, 04 Maret 2016

Penyair Mbeling Luncurkan Antologi Puisi Sakkarepmu di Warrung Apresiasi Bulungan.

Sakkarepmu memcapai puncak disaat peluncuran bukunya Rabu 2 Maret 2016 di Warung Apresiasi Bulungan Jakarta tempat dimana Sastra Reboan bermarkas dibawah garapan tokoh penyair mbeling Indonesia Aloysius Slamet Widodo. Saat itu juga dihadiri beberapa penyair nasional seperti Sosiawan Leak ,RgBagus Warsono, Wardjito Soeharso, Samsuni Sarman, Ali Arsy, Dedari Rsia, Budhi Setyawan Penyair Purworejo, Wans Sabang, dan Bambang Widiatmoko yang terlibat dalam buku sastra yang sempat menggegerkan itu. Dan tampak pula beberapa penyair muda terkenal lain seperti Zaeni Boli, Fitrah Anugerah, Dan beberapa penyair muda lain pengisi antologi ini.

Dalam sambutannya Aloysius Slamet Widodo mengharap agar generasi muda memiliki keberanian menulis sebebas-bebasnya namun tetap memiliki kandungan sastra, sedang RgBagus Warsono menyampaikan bahwa Sakkarepmu yang banyak memperoleh sambutan ini digarap dengan keterbatasan yang serba 'kurang segala sesuatunya. Dan dua tokoh ini mengucapkan terima kasih pada semua yang dapat hadir .


Tampak diantaranya terdapat tokoh-tokoh penyair terkiniseperti Dyah Kencono Puspito Dewi , Salimi Ahmad, Harry Tjahjono, Herman Syahara, Fanny Jonathans, Nani Tanjung, Dedy Tri Riyadi, dan masih banyak pelaku sastra lainnya yang hadir di peluncuran buku puisi Sakkarepmu itu.


Pada deretan penyair muda tampak dua penyair yang menaik namanya saat seperti Damar Anggara dan Kidung Purnama dari Jawa Barat. Turut Hadir pula Agus Chaerudin dari Tangerang.

  Peluncuran Buku Sakkarepmu itu bertambah meriah saat Aloysius Slamet Widodo membacakan sajak-sajaknya yang membuat Warung Apresiasi Bulungan 'meledak tawa. Puisi-puisi berjudul Puisi Birahi dan puisi Asu karya pengarang mbeling ini menjadikan suasana puncak Sakkarepmu.
Acara yang dipandu Sosiawan Leak penyair populair Indonesia saat ini membuat hangatnya suasana malam Bulungan.


Menurut Harry Tjahjono ketika dinobatkan untuk memberikan komentar menyatakan bahwa kreatifitas Sastra Mbeling akan dapat membuahkan berbagai karya baru yang dapat menasional seperti Antologi Sakkarepmu ini yang justru muncul dari daerah. 


Sedangkan penyair-penyair muda dari daerah mengharap agar kesempatan itu harus diberikan dari para seniornya agar dapat mengisi khasanah kesusastraan Indonesia semakin maju. (ulasan rgbagus warsono 4-2-2016)

Minggu, 07 Februari 2016

Ia menulis rasa , cinta, kecintaan, keturunan, kekaguman dan juga keagungan Allah maha Pencipta, sebuah esai Antologi AURA karya Dharmadi DP

oleh : Rg Bagus Warsono


1)
SEGAN rasanya memberi kritik/esai antologi Mas Dharmadi DP, yang berjudul AURA apalagi telah diesai-i oleh sastrawan kenamaan Sides Sudyarto Penyair DS yang berjudul Sukma dalam Bahasa Penyair Dharmadi DP. Kita berada dalam bayang raga tanpa jiwa, dalam kondisi nol sebagai mahluk. Ainun Nadjib bilang urutan manusia itu , mahluk baru manusia kemudian muslim. Untuk tidak mau dikatakan sebagai muslim sebelum menjadi mahluk manusia yang mengakui ciptaannya.
Kita berada dalam keambang sadar ketika memulai membuka puisi 'kenabian (ungkapan terlalu tinggi) jika mau mengatakannya. Sebab ditiap lembar Aura antologi itu berkisah hidup, mati, dan hakekat kehidupan ini. Betapa orang tua kita mengatakan di dunia ini hanya 'andon ngombe atau mampir sebetar hanya untuk minum. Dharmadi DP pun memulai dengan "di kuburan" : //....//ruh siapa yang nyasar dikuburan ,/ tempurungnya tersampar//...// .
Tidak tidak, tidak kita tak akan membedah Aura Anda (Dharmadi), namun lembar berikut menggoda, seperti "ingin kulukis di sela kembar payudaramu". Kataku juga apa? ia bermain asmara. Namun Ia tidak bercinta dengan "penari topeng" dan bukan pula "mencari kosong" atau tak menentu "kembali pulang merapat bayang" tetapi sungguh menyimpan Aura. Sebagai aura yang memutih, memutih dalam api diri. Demikian Dharmadi DP selintas memberikan perumpamaan manusia hidup dalam jiwa rasa dunia. Ia menulis rasa , cinta, kecintaan, keturunan, kekaguman dan juga keagungan Allah maha Pencipta.

Sabtu, 06 Februari 2016

Tokoh Penyair Mbeling Akan lucurkan Atologi Sakarepmu 2 Maret 2016 di Wapres Bulungan


1. Dedari Rsia, (Penyair asal Kupang NTT)


2. Ali Arsy (Penyair asal Banjarbaru Kalsel)


3.Samsuni Sarman (penyair asal Banarmasin)


4. Navys Ahmad (Penyair asal Tangerang)


5. Bambang Widiatmoko (Penyair asal Jakarta}


6. Novia Rika (Perempuan Penyair asal Jakarta)

7. Heru Mugiarso (Penyair asal Semarang)

8. Budhi Setyawan Penyair Purworejo (Penyair Purworejo /Bekasi) .

9. Hasan Bisri Bfc, (Penyair asal Bogor)

10. Wans Sabang (Penyair asal Jawa Barat)


11. Arya Setra (Penyair asal Jakarta)


12. Wardjito Soeharso (Penyair asal Semarang)


13. Fitrah Anugerah (Penyair asal Bekasi)


14. Slamet Widodo (Penyair asal Solo)


15. Rg Bagus Warsono (Penyair asal Indramayu)

Mereka akan unjuk kebolehan dalam peluncura buku sekumpulan puisi penyair mbeling terkini Sakarepmu . 


Rabu, 27 Januari 2016

Iksaka Banu

Iksaka Banu lahir di Yogyakarta, 7 Oktober 1964. Menamatkan kuliah di Jurusan Desain Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Bekerja di bidang periklanan di Jakarta hingga tahun 2006, kemudian memutuskan
menjadi praktisi iklan yang bekerja lepas.
Semasa kanak-kanak (1974–1976), ia beberapa kali mengirim tulisan ke rubrik Anak Harian Angkatan Bersenjata. Karyanya pernah pula dimuat di rubrik Anak Kompas dan majalah Kawanku. Namun, kegiatan menulis terhenti karena tertarik untuk mencoba melukis komik. Lewat kegiatan melukis komik ini, ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia memperoleh kesempatan membuat cerita bergambar berjudul “Samba si Kelinci Perkasa” di majalah Ananda selama 1978.
Setelah dewasa, kesibukan sebagai seorang pengarah seni di beberapa biro iklan benar-benar membuatnya seolah lupa dunia tulis-menulis. Pada tahun 2000, dalam jeda cuti panjang, ia mencoba menulis cerita pendek dan ternyata dimuat di majalah Matra. Sejak itu ia kembali giat menulis. Sejumlah karyanya dimuat di majalah Femina, Horison, dan Koran Tempo. Dua buah cerpennya, “Mawar di Kanal Macan” dan “Semua untuk Hindia” berturut-turut terpilih menjadi salah satu dari 20
cerpen terbaik Indonesia versi Pena Kencana tahun 2008 dan 2009.

Rabu, 20 Januari 2016

Puisi Sakarepmu Pilihan

Memang negeri ini negeri Patpatgulipat kata Ary Sastra:

Negeri Patpatgulipat

inilah negeri patpatgulipat
tempat orang bermain petak umpat
saling sikut dan sikat
paling jago lipat melipat
di negeri patpatgulipat
banyak yang mengaku bermartabat
pura pura pegang amanat
eh tak tahunya penjahat
di negeri patpatgulipat
penuh dengan kutu loncat
pura pura jadi sahabat
ternyata pengkhianat
di negeri patpatgulipat
pandai pandailah merapat
biar dikata penjilat
asal hidup selamat
di negeri patpatgulipat
semuanya mengaku atas nama rakyat
bergaya seperti ustad
uang rakyatpun disikat
di negeri patpatgulipat
banyak yang mengaku sudah bertobat
tapi ternyata hanya tipu muslihat
dasar keparat !!!

Tanjungpinang, 12 Desember 2014



Mungkin bener kata Yuditeha:

Reshuffle Kebelet

sebagian serapah tertahan, sebagian berhamburan
di sela-sela deru perjalanan dinas
menjelma benalu di ranting tubuh
decit karet membekas di setiap jalan simpang
menandai pilihan gerak laku buru-buru
suara klakson memantul di tembok ruang
dan sebagian serpihannya menancap ke daun telinga
membakar niat hingga menghanguskannya
barisan mata berlomba menonjolkan biji-bijinya
bernapsu memenangi sesuatu
yang sebenarnya bisa diurai damai
ah, dugaan ini memang belum sepenuhnya benar
siapa tahu mereka tergesa-gesa karena ingin berbagi
sekedar ingin mengurangi beban hidup
pada sebuah tempat yang bernama kamar kecil
inilah namanya kebelet akut
oh


Potret Samsuni Sarman di Sakarepmu:

Percakapan di Runway

Maaf, saya ke Amrik dulu ya
mau belajar bagaimana bikin nasi goreng digital dan bakso kreatif
supaya nanti bisa ditularkan untuk rakyat di desa dan kampung
agar faham memaknai kemajuan dan kemelaratan
Tak perlu sungkan ya
semua sudah saya wakilkan kok
tenda penampungan dan sapu tangan sudah diurus menteri terkait
evakuasi warga yang terpapar asap sudah disiagakan kapal perang
malah kotak-kotak rumah tinggal anti kabut asap telah dirancang
insinyur dari ITB, jadi aman saja
Maaf, saya ke Amrik bukan untuk selfi kok
cuma belajar bagaimana mengatur tambang emas di Papua
dan beberapa tambang minyak di lepas pantai
tentu untuk masa depan investasi yang lebih baik
dan saling menguntungkan, ya kan
Soal kabut asap, juga akan saya bicarakan
karena dampaknya sudah melebar ke mana-mana
ah, tidak ada anak tiri soal penanggulangan asap negeri
ada yang memang sengaja karena diatur pergub, jadi
urus sendiri pengelolaan kabut asapnya
ada yang sengaja dibakar, itu sudah ditangani pihak berwajib
malah telah dipenjarakan, sawit, lho itu soal lain
nanti pulang dari Amrik saya luruskan kembali
ini menyangkut investasi, sekali lagi investasi
buat piring nasi masyarakat juga kan?
Maaf, saya ke Amrik dulu ya
nggak bawa anak dan keluarga kok, cuma menteri terkait
lagian ini persoalan serius, jadi hemat waktu dan kesempatan
malah lebih penting dari anak dan balita yang terpapar asap
karena paru-parunya sesak, sudah ya saya pergi dulu
nanti keburu berkabut dan pesawat nggak bisa take off
sakarepmu. banjarmasin 24/10/2015




Apa Kata Anggoro Suprapto:

Pahlawan Gembus (1)

Sungguh indah ketika rakyat dibisiki:
Negeri ini sudah merdeka saudara-saudara
Saatnya rakyat bungah dan hilanglah gelisah
Bayangkan, ratusan tahun kita terjajah
Belanda, Jepang, Nica datang menjarah
Bagaikan kristal jatuh
Seluruh negeri remuk luluh
Setiap hari rakyat nangis dan ngeluh
Pendertiaan tak terperi bagai patri
Luka koreng moreng melepuh
Tak juga sembuh
O, ketika ibu pertiwi susah dan sakit
Para pemuda pun bangkit
Para pejuang dan rakyat melawan
Penjajahan diterjang bagai gelombang
Maka muncullah para pahlawan
Berjuang tanpa pamrih tanpa bayaran
Berjuang korbankan nyawa dan raga
Berjuang demi nusa bangsa
Berjuang demi rakyat semesta nusantara. Dan
Indonesia pun merdeka
Oi, sekali lagi
Negeriku sudah merdeka saudara-saudara
Seperti dalam lakon, babad, kitab dan sejarah
Puluhan tahun kita tercatat bebas sudah
Saatnya rakyat gembira dan tertawa
Tak terasa 70 tahun telah berlalu
Tapi kenapa rakyat masih juga ngelu?
Sekali lagi aku bertanya: Kenapa?
Tak ada yang menjawab
Hanya sepi yang mengebiri
Sampai akhirnya datang seorang rahib buta
Negerimu belum merdeka, katanya
Rakyat jatuh dari mulut singa masuk ke mulut buaya
Jika dulu dijajah orang-orang asing
Sekarang dijajah bangsa sendiri
Oleh para pemimpin yang buta mata buta hati
Memikirkan agama, golongan, dan partainya sendiri
Rakyat dibiarkan dengan daya tahannya sendiri
Kalau begitu kemana perginya
para pejuang dan pahlawan rakyat?
Mereka masih sembunyi
Memang muncul banyak pejuang
Tapi ingat mereka adalah pahlawan gembus
Hanya demi uang mereka tebus
Demi kekuasaan mereka gerus
Rakyat diabaikan tak terurus
O, pepohonan pun menunduk lesu
Bunga-bunga pada layu
Di bawah langit kekuasaan yang kelabu

Pahlawan Gembus (2)

Di negeriku memang punya banyak pahlawan
Tapi hanya kisah masa lalu yang terabaikan
Yang namanya para pahlawan bangsa
Hanya tersimpan di laci-laci meja
Di kitab-kitab para pelajar
Di lukisan yang tergantung di dinding
Hanya hikayat potret-potret muram
Hanya dongengan para pinisepuh
Jejaknya pun pupus tak ada generasi penerus
Bukankah setiap tataran setiap jaman
Ada pahlawannya sendiri?
Lalu kemana mereka pergi?
Menangislah para pahlawanku
Negerimu sudah dikuasai para pemimpin palsu
Maka pasang mata pasang telinga
mereka selalu berbicara atas nama rakyatnya
Padahal mereka berjuang untuk partainya
Untuk agamanya untuk golongannya
Untuk ego kelompoknya
Persetan dengan rakyat yang hidupnya susah
Tertekan dan gelisah
Angin pun bertiup pelan
Udara mengabarkan
Di negeri ini atas nama rakyat
Muncullah para pahlawan
Mengaku membela kebenaran
Mengaku membela nusa bangsa
Tapi sesungguhnya mereka cidra
Hanya pahlawan gembus
Bicaranya nggedebus
Perilakunya ubas-ubus
Mlekethus
Malam pun datang layar diturunkan
Para pahlawan gembus bersembunyi
Di pekatnya malam yang hitam
Hatinya hitam wajahnya hitam lidahnya hitam
Bicaranya hitam tindakannya hitam
Lalu sampai kapan?
Negeriku dikuasai golongan hitam
Berkedok pahlawan?

Semarang, Okt. 2015



Guyon Slamet Widodo:

Republik Dagelan

Tersebutlah di Republik Dagelan
Dewan Perwakilan Rakyatnya Dagelan
seorang dengan rekam jejak yang kelam
bisa saja diangkat jadi ketua Dewan
ya .....namanya juga Republik Dagelan !
Ketua Dewan boleh menjual diri
manfaatkan jabatan tuk kepentingan diri
pelaku kejahatan dilindungi 
pelapor kejahatan dihakimi
dituntut pencemaran nama baik ....masuk bui
ya....namanya juga Republik Dagelan!
Mahkamah Kehormatan Dewan
menjadi Mahkamah Kehormatan Dagelan
badan yang tugasnya menjaga kehormatan 
boleh kehilangan kehormatanya 
bila ada yang menggangu kursi
urusan etika boleh dilanggar 
selama membahayakan koalisi
MKD boleh kehilangan kehormatan 
selama ada rente yang didapatkan
bahkan menjadi lontepun dihalalkan
ya ....namanya juga Republik Dagelan!
Yang Mulia ............
hamba saluut keberanian Paduka
melanggar etika dengan santun didepan mata 
hamba saluud keberanian paduka
mempertontonkan opera sabun dengan telanjang
hamba saluud keberanian paduka
melecehkan rakyat dengan tegas lugas dan tega
Yang Mulia ........
hamba salud keberanian paduka
berani dimaki .... berani dikutuk 
berani diludahi .... berani dibajing bajingkan 
tak semua orang punya mental seperti paduka
bisa ceria menutup mata 
bisa tenang menulikan telinga 
bisa relax mengingkari hati nurani
bisa tertawa urat malunya putus
dan wajah paduka tidak berubah
kelihatan kalem dan biasa saja
Yang Mulia adalah makluk langka
seperti bukan manusia !

Jakarta,10 Desember 2015



Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko, 
Rg Bagus Warsono

Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Lalu kotor lagi oleh keringat musim kemarau panas
Karena marah mengotori kemeja Mas Joko
Menyerap emosi menahan ejekan merk kemeja
Jadul dan bahan bekas kantong terigu
Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Tak perlu dikancing pergelangan tangan
Cukup digulung ala preman terminal
Tak usah dimasukan pinggang
Seperti anak SMA 80-an
Agar tak tahu siapa yang melawan
Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Ketika Bi Kuni pulang kampung 
Kemeja penuh getah 
Kancing lepas benang
Krah penuh daki
Kantong tersiram tinta
Terpaksa Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dibeli baru dari toko
Dan urusan binatu yang cuci kemeja
Disertika dengan minyak wangi pula. 

Indramayu, 24-11-2015



Kamis, 14 Januari 2016

Penyair Ndeso yang Menasional (5)

Penyair Ndeso  yang Menasional (5)
Oleh Rg Bagus Warsono

Ukuran penyair bukan penampilan
Sastrawan yang juga kalangan akademika memang tampak terlihat terpelajar karena memang harus tampil sopan di depan mahasiswanya, namun sastrawan lain yang juga memiliki profesi serabutan, tak sempat memikirkan segi penampilan. Yang berrambut gondrong karena memang kesukaannya, ciri penampilannya.

Dari beberapa tokoh penyair yang dikenal menasional ternyata mutu karya lebih dominan mempengaruhi sebuah nama. Puisi-puisi yang mengetengahkan tema dan judul yang belum ada sebelumnya dan memiliki pengaruh di masyarakat serta isi yang memikat membuat sebuahg nama mengiringi karya tersebut dikenal disamping kandungan sastra yang ada didalamnya.

Ada beberapa komunitas sastra tumbuh  di Indonesia bagian timur seperti di Sulawesi. Pada komunitas  sastra inilah lahir penyair berbakat . Karya karya mereka  memperkaya khazanah sastra Indonesia.  Ciri khas mereka adalah Bahasa lokal, kondisi alam, serta lingkungan masyarakat yang tampak melekat pada karya-karya sahabat kita di Indonesia timur itu.
Seperti Aslan Abidin , ringan saja memberi judul antologi tapi mampu menggelitik.

Seperti Aan Mansyur penyair muda yang menasional dari Sulawesi. Ia tenar lewat puisi-puisi dalam film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang dibintangi Dian Sastrowardoyo.

Begitu juga di Sulawesi ada Syaifuddin Gani, penggerak puisi di Kendari

'Perubahan itu jangan niru orang lain, doeloe Yati Otavia, kalau tidak salah, digundul rambutnya sehingga namanya sebagai artis meroket terkenal. Sekarang digundul rambutnya hal biasa biasa saja. Tetapi perubahan dratis bagi yang sudah dikenal karena memiliki ciri khusus tak perlu dilakukan, tetapi hanya melakukan inovasi. Remy Silado adalah sosok pelaku perubahan sastra itu.
Dari Jan Engelbert Tatengkeng, Wim Umboh,Remy Silado sampai Djemi Tomuka penyair Sulawesi Utara yang terkenal luas menaslonal
Di tempat lain di sulawesi Selatan, penyair muda berbakat telah meroket tinggi dengan karyanya, "Bahaya Laten Malam Pengantin", membawa Aslan Abidin menjadi dikenal di Selawesi Selatan.b Sederet penyair lain yang memiliki nama adalah Nooral Baso, Soneta comberan, Penyair 'ngganteng Muhary Wahyu Nurba,

HB Jassin dan Korrie Layun Rampan, Eka Budianta Dua , Yudiono KS,juga Taufiq Ismail dan kritikus serta kurator lainnya adalah tokoh-tokoh berjasa dalam sastra Indonesia. Mereka adalah saksi sekaligus pelaku sejarah yang sulit dicari bandingnya, terutama hal independesi dalam 'menokohkan sastrawan untuk ditempatkan pada 'jajaran angkatan yang dipertanggungawabkan. Wawasan mereka begitu luas padahal internet belum ada. Mereka tahu semua sastrawan disemua penjuru Nusantara.
Kini perkembangan sangat pesat, peta sastra tak lagi didominasi Sumatera Barat yang memang gudangnya sastrawan dari sejak doeloe tetapi peta sastra itu ada dimana-mana. Bukan hanya di Jawa dan Sumatera tetapi juga di setiap propinsi terdapat penyair-penyair unggul seperti juga di Sulawesi.

Beruntung kita punya kolom sastra puisi di Kompas Minggu, penulis memandang sebagai media yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan sastra khususnya puisi sebagai hawana pacu bagi penyair dan bacaan sastra umum, bukan hanya bacaan kalangan sastrawan saja tetapi juga masyarakat umum. Puisi Kompas Minggu dipandang juga sebagai penghargaan terhadap penyair karena seleksinya yang independen dan diasuh wartawan budaya yang berpengalaman.

Pikiran Rakyat dan Kedaulatan Rakyat merupakan media cetak regional nasional yang telah lama menyediakan halaman budaya termasuk puisi. Media ini dianggap memenuhi kreteria seleksi yang bagus dengan sajian mementum yang aktual sehingga merupakan rekam jejak yang dapat dijadikan otobiografi kreatif penyair.

Namun demikian dengan adanya internet yang menyuguhkan online diakui telah 'mematikan usaha media pemberitaan cetak seperti koran/tabloid dan majalah. Langganan mereka kini sebagian besar adalah kantor-kantor, dan langganan perorangan sedikit sekali. Adanya internet dan media online telah memutus 80% langganan perorangan, mengurangi jumlah wartawan di daerah, mengurangi 50 pemasang iklan, termasuk membatasi kolom penulis dsb.

"Pada gilirannya dapatlah diambil sari pati cita-cita penyair itu bukan untuk menjadi terkenal lebih utamanya adalah memelihara sastra Indonesia lestari dan maju serta mengisi tatanan kehidupan di dunia agar lebih baik."
(rg bagus warsono, 8-1-16)

Penyair Ndeso yang Menasional (4)

Penyair Ndeso yang Menasional  (4)
Rg Bagus Warsono

Indonesia kini segenggam tangan, apa yang dicita-citakan pemuda tahun 1908 dalam kongres pemuda menadi kenyataan. Kita bebas berkarya dimana saja termasuk penyair. Karena itulah dalam penyair ndeso yang menasional penulis menggunakan pemilah dengan menggunakan tempat kelahiran penyair.

Budaya menulis di Kalimantan Selatan tumbuh subur. Kreativitas tulis-menulis tumbuh dikalangan remaja. Hal demikian dikarenaka sastrawan-sastrawan yang telah sepuh mampu momong generasi muda untuk mencintai budaya luhurnya, sebut saja Arsyad Indardi dan Ibramsyah Amandit adalah sastrawan sepuh yang tidak saja masih membuahkan karya tetapi juga mampu menelorkan penyair-penyair muda berbakat.

Kalimantan pulau dengan kebudayaan tertua mewarisi pujangga-pujangga ternama hingga sampai Ali Arsy yang meduduki rating tertinggi pemberitaan sastra Indonesia sepanjang 2014-2015 dari penyair Kalimantan. Ali yang dikenal penulis produktif ini telah membuahkan karya-karya bergengsi.

Penyair top dari Kalimantan lainnya yang tidak asing lagi adalah Hudan Nur , Hudan perempuan penyair muda ini telah sukses lebih dulu justru ketika masih gadis remaja. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, essay dan artikel tersebar pada Untaian Mutiara RRI Nusantara, Banjarbaru Post, Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Buletin Sloka Tepian, waTas Media, Buletin Rumah Sastra Bandung, Tabloid Realitas, Rakat Media, Buletin Aliance BenKilTra, Sinar Harapan, Republika, Suara Karya, Sinar Kalimantan, Radar Sulteng, Mercusuar, Media Alkhairat, Buletin Hysteria, Majalah Sastra Horison .

Mahmud Jauhari Ali, menjadi motifator pemuda lainnya untuk mempercantik Kalimantan selatan Jauhari tenar lewat Kisah Cinta Gadis Korea dan Lelaki Dayak novel yang diperhitungkan nilai sastranya.

Satu lagi dari Kalimantan tak lain adalah Kalsum Belgis dari Martapura Mungkin bila ingin tahu mantra baru Kalsum Belgis lah pemiliknya.

Benar kata penyair Dharmadi DP penyair membutuhkan proses. Jika penulis bedar adalah perjuangan untuk dapat mencapai titik kebahagiaan diri , bukan saja popularitas tetapi juga 'tempat jati diri bersemayam , kemudian ditambah pengakuan pembaca yang selanjutnya adalah pengakuan publik atas karya yang dicipta.

Perjuangan untuk dapat mencapai titik kebahagiaan diri adalah slalu dalam pencarian. Pencarian melibatkan semua pancaindera-nya untuk dapat menyimpulkan dari 'isyarat-isyarat alam kemudian 'diarsitek-i oleh diri penyair menjadi bangunan indah bahkan monumen (monumen baca) yang abadi.

Itulah penyair , pada tataran tertentu , tahapan 'sabar, 'kesabaran, dan kerendahan diri telah dimiliki, seperi Mas Dharmadi DP, sebuah ilmu yang sulit ditempel walau berguru. Karena itu penulis menaruh hormat pada Mas Dharmadi DP.

Di Kalimantan Barat ada nama-nama penyair yang dikenal cukup luas seperti Pay Jarot Sujarwo, dan Saifun Arif Kojeh . Sebelum Pay Jarot Sujarwo, dan Saifun Arif Kojeh penyair Kalimanta Barat yang belakangan sering tampil, penyair Hanna Fransisca, si 'Cantik di perantauan telah menasional lebih dulu. Sedangkan penyair di Kalimantan Tengah yang sudah cukup dikenal adalah Badar Sulaiman Usin.

Di kalimantan Timur  siapa belum kenal Zulhamdani AS yang dikenal lewat puisi Indonesia Diatas Teratai.

Ternyata dalam hal aktifitas boleh dimana saja, tak harus diibukota. Meski di daerah terpencil kalau memang prestasi itu luar biasa maka sorotan publik akan tertuju padanya.
Demikian popularitas dicari, namun kebanyakan tidak memahami popularitas itu. Popularitas lokal atau nasional, atau mendunia ditentukan oleh aktifitas seorang sastrawan. Aktifitas pada gilirannya akan membuahkan prestasi seseorang. Bagaimana bisa terkenal senusantara, menulis saja tidak, apalagi cuma ikut-ikutan.
Kemudian  bagi yang telah memiliki ciri karya sastra/seni adalah talenta tersendiri dimana orang lain belum tentu dapat melakukannya.
Setidaknya untuk menjadi Sastrawan/Seniman memiliki ke-khas-an karyanya, dari sini , publik mudah mengenali.

"Penyair Ndeso yang Menasional"(3)

"Penyair Ndeso yang Menasional"(3)

Rg Bagus Warsono


Penulis menyadari tidak semua penyair menulis bagus sepanjang hidupnya. Adakala dimasa-masa usia matang dengan berbagai pengalaman yang berliku akhirnya membuahkan tulisan yang memberi kebahagiaan bagi penulisnya maupun pembacanya, sebuah karya besar yang slalu dikenang. Tetapi ada juga semasa muda justru membuahkan karya yang monumental sehingga membawanya ke tangga populairitas. Namun bukan tidak mungkin tua atau muda memaksakan kehendak untuk segera terkenal tanpa karya yang menggerigisi.

Berkarya itu sesuai kemampuan manusia, semakin banyak penyair semakin indah negeri ini. Sajian ini hanya mengetengahkan dan menyemarakkan salah satu sudut dari luasnya dunia penyair. Mari kita tinjau di propinsi Kepulauan Riau. Suryatati A lewat "Melayukah Aku" sebuah karya yang elok sebagai penyair yang dikenal dari propinsi ini. Perempuan penyair ini juga menjadi motifator bagi perempuan penyair muda. Sedikit banyak puisi memberi pengaruh pada penyair ini yang kemudian terpilih sebagai walikota Tanjung Pinang.

Nama -nama lain di Kepulauan Riau juga banyak seperti Rida K Liamsi (Iskandar Leo), Edy Mawuntu dan Hasan Junus, Rus Abrus, Ediruslan Pe Amanriza, Syamsul Bachri Judin , Sudarno Mahyudin, BM. Syamsuddin, Abdul Kadir Ibrahim dsb.

Di Bangka Belitung adalah tempat sastrawati legendaris Hamidah, kemudian tokoh-tokoh lainnya Subron Aidit dan Andrea Heirata.Jejak tokoh sastra nasional dari Balbel ini kini mulai subur diikuti penyair-penyair muda berbakat sebut saja misalnya Sunlie Thomas Alexander . Tentu saja tidak mengikuti jenis syair para pendahulunya Justru Balbel yang merupakan negeri pulau itu malah tidak mencirikan 'laut.

Selain Isbedi di Lampung juga banyak penyair yang telah menasional seperti  Dyah Merta, Iswadi Pratama,Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo, dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama kemudian disusul Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Nersalya Renata, dan Lupita Lukman,  dan M. Arman AZ..

Selasa, 12 Januari 2016

Hadiri Peluncuran Antologi Sakarepmu:
Sekumpulan Puisi
Sakkarepmu !
Penyair Mbeling Indonesia


Sebuah antologi sebagai sekumpulan puisi yang tanggap akan perilaku ‘sakarepmu dewasa ini, sehingga membuat penyair mbeling berbuat ‘sekarep-nya dalam memotret perkembangan Indonesia dewasa ini.
Menutup tahun 2015 sebagai tahun-tahun pancaroba negeri puisi-puisi ‘sakarepmu dalam sekumpulan puisi yangbernama Sakkarepmu ini mewarnai khasanah sastra Indonesia.
Tempat :
Warung Apresiasi Bulungan
Rabu 2 Maret 2016
Pukul 19.30 sampai selesai
Koordinator: Aloysius Slamet Widodo.
Telpon:081682482
Ket :
Mohon kesediaan Sahabat Sakarepmu diharapkan hadir dalam kegiatan peluncuran terutama bagi yang dekat Jakarta dengan menghubungi terlebih dahulu Mas Aloysius Slamet Widodo.

4 siswa SMA Idramayu ikuti Antologi Puisi Nasional Penyair Mbeling Indonesia “Sakarepmu”.



   4 siswa SMA Idramayu , terdiri dari 1 siswa di SMAN 1 HAURGEULIS Kabupaten Indramayu dan 3 Siswa SMA NU Juntinyuat  Kabupaten Indramayu lolos seleksi dalam antologi bersama penutup tahun 2015 Penyair Mbeling Indonesia “Sakarepmu”.

   Kegitan seleksi Antologi Bersama Nasional Penyair Mbeling Indonesia diselenggarakan oleh Sanggar Sastra Meronte Jaring Indramayu asuhan penyair Rg Bagus Warsono.
   Mereka para siswa yang karya puisinya terseleksi itu adalah
1. Fitriyanti,
            siswa  di SMA NU Juntinyuat Indramayu.
2. Iis Sri Pebriyanti ,
            pelajar  di SMAN 1 HAURGEULIS Kabupaten Indramayu.
3. Nur Fajriyah,
           siswa SMA NU Juntinyuat Kelas XI IPS 1
4. Riza Umami,
            siswa SMA NU Juntinyuat Kelas XI IPA 1

Kegiatan antologi bersama nasional ini diikuti oleh 100 penyair / peserta yang turut berpartisipasi dalam pembuatan antologi.

“Merupakan suatu kebanggaan siswa dan sekolah bisa turut dalam antologi para penyair ternama. Dalam buku antologi ini tercatat nama-nama penyair terkenal seperti Slamet Widodo, Rg Bagus Warsono, Wardjito Soeharso,  Samsuri Sarman dan lain-lain” , ujar Drs. Edi Wiyatno , pengawas pendidikan menengah di Indramayu yang merasa turut bangga karena ke empat siswa tersebut dalam pembinaan di wilayah kerjanya.

Antologi Sakarepmu menurut rencana akan diluncurkan di Warung Apresiasi Bulungan Jakarta. (abd mappuji 11-1-16)