Minggu, 07 Februari 2016

Ia menulis rasa , cinta, kecintaan, keturunan, kekaguman dan juga keagungan Allah maha Pencipta, sebuah esai Antologi AURA karya Dharmadi DP

oleh : Rg Bagus Warsono


1)
SEGAN rasanya memberi kritik/esai antologi Mas Dharmadi DP, yang berjudul AURA apalagi telah diesai-i oleh sastrawan kenamaan Sides Sudyarto Penyair DS yang berjudul Sukma dalam Bahasa Penyair Dharmadi DP. Kita berada dalam bayang raga tanpa jiwa, dalam kondisi nol sebagai mahluk. Ainun Nadjib bilang urutan manusia itu , mahluk baru manusia kemudian muslim. Untuk tidak mau dikatakan sebagai muslim sebelum menjadi mahluk manusia yang mengakui ciptaannya.
Kita berada dalam keambang sadar ketika memulai membuka puisi 'kenabian (ungkapan terlalu tinggi) jika mau mengatakannya. Sebab ditiap lembar Aura antologi itu berkisah hidup, mati, dan hakekat kehidupan ini. Betapa orang tua kita mengatakan di dunia ini hanya 'andon ngombe atau mampir sebetar hanya untuk minum. Dharmadi DP pun memulai dengan "di kuburan" : //....//ruh siapa yang nyasar dikuburan ,/ tempurungnya tersampar//...// .
Tidak tidak, tidak kita tak akan membedah Aura Anda (Dharmadi), namun lembar berikut menggoda, seperti "ingin kulukis di sela kembar payudaramu". Kataku juga apa? ia bermain asmara. Namun Ia tidak bercinta dengan "penari topeng" dan bukan pula "mencari kosong" atau tak menentu "kembali pulang merapat bayang" tetapi sungguh menyimpan Aura. Sebagai aura yang memutih, memutih dalam api diri. Demikian Dharmadi DP selintas memberikan perumpamaan manusia hidup dalam jiwa rasa dunia. Ia menulis rasa , cinta, kecintaan, keturunan, kekaguman dan juga keagungan Allah maha Pencipta.